Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

fathanah bagi guru dalam pendidikan Islam


BAB I
P E N D A H U L U A N

A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu pendidikan yang berhasil adalah adanya guru yang energik yang selalu memotifasi anak didiknya dalam belajar dan menggapai cita-citanya. bahkan yang dikatakan sebuah pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyenangkan dan mudah di mengerti oleh anak didiknya. Jadi peran seorang guru akan berubah dari �yang bertanggung jawab� menjadi �pembimbing sekaligus penasehat�. Oleh sebab itu sistem pendidikan tidak dapat lagi membentuk seseorang dengan langkah-langkah yang distandarkan sekaligus menindas seperti dulu lagi.
Profesi mengajar tidak dapat disamai oleh satu  dengan profesi lainpun dalam hal keutamaan dan kedudukan, dan profesi (sebagai) pengajar termasuk semulia-mulia dan seluhur-luhurnya profesi. Setiap kali materi pelajaran yang diajarkan lebih mulia dan lebih bermanfaat, maka kemuliaan dan kedudukan pemiliknya pun akan semakin terangkat, dan semulia-mulia ilmu pengetahuan secara mutlak adalah ilmu pengetahuan syar�i,baru kemudian ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, masing-masing sesuai dengan tingkatannya.
Guru diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan ( journey ). Yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dan semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan, sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggng jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya
Seorang pengajar, jika dia mengiklaskan amalnya untuk Allah serta meniatkan ta�limnya untuk memberikan manfaat bagi manusia, mengajarkan mereka yang baik, dan mengangkat kejahilan dari mereka, maka hal itu akan menjadi nilai plus kebaikannya serta sebab tambahan pahalanya, sebagaimana sabda Nabi SAW dalam hadist yang Shahih:
?? ???? ???????? ??? ??? ??? ?? ?????? ??? ???? ??? ??? ???? ???? ???? ??? ???? ???? ???? ???? " ???? ??????? ??????? ( ???? ????? ? ???? )

Artinya: Dari Amirul Mukminin Abi Hash Umar Bin Khatab RA, berkata aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda : Sesungguhnya amalan-amalan itu hanya tergantung dengan niat. (HR.Bukhari Muslim).[1]

Tugas seorang pengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada para anak didik saja, bahkan ia merupakan tugas  berta dan sulit tetapi akan mudah bagi siapa yang dimudahkan Allah. Tugas tersebut menuntut dari seorang pengejar sifat sabar, amanah, ketulusan dan mengayomi yang dibawahnya.
Perbuatan dan perkataan Nabi SAW sebagai acuan dan dasar dalam mengistinbath karakter-karakter (yang harus dimiliki) seorang pengajar dan metode-metode pengajaran yang beragam. Yang demikian itu saya lakukan karena pada diri Rasulullah SAW terdapat suri teladan yang  baik bagi kita sebagaiman firman Allah dalam Al � qur�an surat Al�ahzab ayat 11
?????? ??? ?? ???? ???? ???? ???? ...(???????: ?? )

Artinya : Sesungguhnyan telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik        bagimu......( Qs. Al � ahzab : 11 )


Peranan guru dalam membantu proses internalisasi nilai-nilai positif ke dan di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun. Hal ini karena pendidikan karakter membutuhkan teladan hidup (living model) yang hanya bisa ditemukan dalam pribadi para guru. Tanpa peranan guru, pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil dengan baik. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah.
Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga siswa didik menjadi faham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik  dan mau melakukannya (domain psikomotor). Proses pembiasaan itu tidak akan mungkin berjalan dengan baik tanpa bantuan guru dan juga orang tua.  
Sebagai seorang pendidik muslim, kita perlu menggali kembali nilai-nilai Islam sebagai pijakan kita dalam menjalankan tugas profetik dan profesionalismenya. Guru utama yang menjadi panutan kita adalah Rasulullah saw. Tugas Nabi Muhammad saw antara lain adalah membacakan ayat-ayat Allah swt, menyucikan dan mengajar manusia. Beliau sebagai pendidik bukan hanya sekedar membacakan atau menyampaikan, tetapi juga menyucikan, yakni membersihkan jiwa dan mengembangkan kepribadian. Sedangkan mengajar adalah mengisi benak peserta didik dengan pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan tugas-tugas yang menjadi tujuan penciptaan manusia, yakni menjadi khalifah dan untuk mengabdi, beribadah kepada Allah SWT
 Atas dasar itulah, maka dalam Islam tujuan pendidikan Islam, yang sekaligus peranan yang diharapkan dari pendidik muslim adalah: membina manusia secara pribadi dan kelompok agar mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifahNya guna membangun dunia ini sesuai dengan "konsep" yang ditetapkan Allah SWT.
            Sifat fathanah merupakan salah satu sifat yang dilakukan pada Nabi dan Rasul dalam segala bidang, sifat fathanah juga mengandung berbagai hikmah lainnya, antara lain menimbulkan sifat tabah dalam melakukan kebaikan, pandai dalam menghadapi masalah, dan ikut merasakan keberanian serta pandai mencari pemecahannya.[2]
            Hal ini menunjukkan bahwa pendidik harus memiliki  sifat fathanah yang baik terhadap orang lain, karena pendidik menjadi contoh teladan, sehingga segala perilakunya mempengaruhi sikap dan perilaku bagi orang lain.  
Kemampuannya pendidik dalam membina sangat mempengaruhi pembentukan sifat fathanah baik dikalangan masyarakat maupun dalam pendidikan. pendidik tidak hanya berperan dalam membina untuk meningkatkan prestasi, akan tetapi juga berperan dalam membentuk sifat fathanahsebab salah satu tugas pendidik adalah membimbing dan mengarahkan prilaku bagi orang lain dalam sikap dan perilakunya sehari�hari.
            Dari segi kemasyarakatan, sifat fathanah melahirkan rasa persamaan antara orang prajurit, sahabat dan musuh dalam masyarakat. Dengan demikian terasalah bahwa semua kita di hadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada kelebihan seseorang atas yang lain, kecuali orang yang bertaqwa.
            Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al�Qur�an surat al�Mujadillah ayat 11:
??????????? ????? ??? ??? ??? ?????? ?? ?????? ??????? ???? ???? ??? ???? ??? ?????? ??????? ???? ???? ????? ????? ???? ?????? ????? ????? ????? ????? ??? ?????? ???? ) ???????? :??(
Artinya:    Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan        beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. al � Mujadillah ayat 11 )

            Dalam arti jika seseorang dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan dan dapat bermanfaat bagi dirinya, agama dan orang lain, niscaya ia akan berbahagia dan siapa saja yang tidak memikir dalam kehidupan dengan sebaik-baiknya, pada hal yang tersebut diatas, ia akan mengalami kerugian yang sangat besar. Hal ini sangat tergantung kepada pribadinya masing-masing mengontrol diri sendiri dan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya agar selalu dalam hidup yang berdasarkan aturan yang telah digariskan dalam agama.
            Pentingnya sifat fathanah bagi pendidik baik di kalangan masyarakat maupun dalam pendidikan di sebabkan oleh kedudukan, sifat fathanah dalam kehidupan manusia menepati posisi penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
Tokoh pendidikan barat mengatakan: Muhammad merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong perkembangan Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo yang tidak tertandingi dan gairah yang menantang. Hanya konsep pendidikan yang paling dangkallah yang berani menolak keabsahan meletakkan Muhammad diantara pendidik-pendidik besar sepanjang masa, karena dari sudut pargamatis- seorang yang mengangkat perilaku manusia adalah seorang pangeran di antara pendidik.
Pendidikan dalam pandangan Islam merupakan upaya sadar, terstruktur serta sistematis untuk mensukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan khalifah Allah di muka bumi. Pendidikan harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem hidup Islam. Pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia dan dianggap sebagai bagian dari proses sosial.
Pendidikan dalam Islam dapat ( harus ) kita fahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan tentang sikap dan perilaku yang sesuai dengan kerangka nilai / ideologi tertentu ( Islam ). Dengan demikian, pendidikan dalam Islam merupakan proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaannya dan mengembangkan kemampuannya yang dipandu ideologi/aqidah Islam.
Inilah paradigma dasar itu. Berkaitan dengan itu pula secara pasti tujuan pendidikan Islam dapat ditentukan, yaitu menciptakan SDM yang berkepribadian Islami, dalam arti cara berfikirnya berdasarkan nilai Islam dan berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Begitu pula, metode pendidikan dan pengajarannya dirancang untuk mencapai tujuan tersebut. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu akan dihindarkan.
Jadi, pendidikan Islam bukan semata-mata melakukan transfer of knowledge, tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang diberikan itu dapat mengubah sikap atau tidak.
Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik dengan aqliyah Islamiyah (pola berfikir Islami) dan nafsiyah Islamiyah (pola sikap yang Islami). Sebab jatuh bangunnya sejahtera rusaknya suatu bangsa tergantung pada sifat fathanahnya. Apabila sifat fathanahnya baik, akan sejateralah lahir batinnya. Akan tetapi apbila sifat fathanahnya buruk rusaklah lahir batinnya. Sifat fathanah bagi pendidik, melaksanakan kewajibannya, memberikan hak yang harus diberikan kepada yang berhak.
            Hal ini disebabkan oleh pendidik dalam perkembangan hidupnya selalu melakukan imitasi, yaitu contoh-mencontohkan, tiru-meniru, dan ikut-mengikuti dalam lapangan pergaulan, termasuk dalam lingkungan keluarga.
            Dalam hubungan ini, Gabriel Tarde yang dikutip W.A. Gerungan mengemukakan bahwa� Imitasi itu juga merupakan faktor utama dalam perkembangan individu�.[3]Pada kesempatan ini penulis ingin membahas tentang Pentingnya Sifat Fathanahbagi guru dalam pendidikan Islam, sehingga banyak pendidik secara perilaku yang ditampilkan sehari-hari tidak menunjukkan sifat fathanahnya yang baik sesuai dengan agama.
            Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merasa tertarik dengan permasalahan ini dan berniat melakukan telaah secara khusus dengan mengangkat sebuah judul dalam penulisan proposal skripsi : � fathanah bagi guru dalam pendidikan Islam�.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sifat fathanah bagi guru dalam pendidikan Islam.?
2. Bagaimana Menjadi guru yang fathanah ?
3. Apa kiat � kiat yang harus di lakukan oleh guru untuk menjadi fathanah ?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui bagaimana sifat fathanah bagi guru dalam pendidikan Islam.
2.     Untuk mengetahui bagaimana menjadi guru yang fathanah.
3.     Untuk mengetahui apa kiat � kiat yang harus di lakukan oleh guru untuk menjadi fathanah.
D. Kegunaan Pembahasan
               Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah:
Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai fathanah bagi guru menurut Islam. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan Islam.
Sedangkan secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan fathanah bagi guru dalam pendidikan Islam ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam
E. Penjelasan Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini.
           
Adapun Istilah yang penulis anggap perlu jelaskan adalah fathanah, guru dan pendidikan Islamsebagai berikut :
1.     Fathanah
            Kata � Fathanah� Berasal dari bahasa arab yang berarti � Cerdas�. Sementara sifat cerdas itu sendiri adalah sifat yang sempurna dalam perkembangan akal budinya ( untuk berpikir, mengerti, memahami dan sebagainya ). Tajam pikiran, seperti sekolah bertujuan untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang lebih baik budinya�.[4]
            Jadi �Sifat Fathanah� yang penulis maksudkan dalam skripsi ini adalah �Orang yang menghadapi suatu kebenaran dan berani untuk menghalangi suatu perkara atau masalah, serta pandai mencari pemecahannya�.
2.     Guru
Desi Anwar dalam kamus lengkap bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, Guru adalah orang yang kerjanya mengajar.[5]
Menurut  Ahmad Tafsir,�Guru adalah orang yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik, koognitif, maupun potensi afektif�.[6]
3. Pendidikan Islam
Hobby dalam Kamus Populernya menjelaskan Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya �Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.�[7]
Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku �Filsafat Pendidikan� mengemukakan bahwa �Pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.�[8]
Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal.[9]
Pendidikan adalah �Suatu usaha manusia untuk membawa sang anak ke tingkat kedewasaan dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala perbuatannya secara moral[10].
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah: Pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.�11

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam
F. Metode Pembahasan
            Dalam penulisan proposal ini penulis secara umum menggunakan �Metode Deskriptif Eksploratif� yaitu dengan memberi gambaran tentang fathanah bagi pendidik dalam pendidikan Islam berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari hasil telaah pustaka dengan membah khazanah intelektual yang terdapat di dalam Al-qur�an dan buku-buku yang penulis kaji yang berhubungan dengan objek pembahasan  penulis.
G. Sistematika Penulisan

            Proposal skripsi ini disusun secara sistematika sebagai berikut: Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,penjelasan istilah, dan sistematika penulisan.










DAFTAR  KEPUSTAKAAN

Al � qur�an dan Terjemahan.
Abidin, Zainal, Kunci Ibadah,Semarang: Toha Putra, 2001.
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Penelitian, Jakarta : Bina Aksara, 2001.
Bahar, Aswandi, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara,
            2002.
Daradjah, Zakiah, Kesehatan Mental,  Jakarta: Haji Masagung, 2003 .
Djamarah,Bahri,Syaiful,Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta:  Rineka Cipta, 2000.

Gabriel Tarde, Psychologi Sosial,  Bandung : Eresco, 2000.
Kosasi, Rafli, Profesi Keguruan,  Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Marimba,Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,Bandung, Al-Ma�rif, 2002.

Mulyasa,Menjadi Guru Profesional, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2006.
Nurkholis,Chanif, Aqidah Akhlak, Semarang : Cv. Aneka Ilmu, 2005.
Purwanto, Ngalim, M, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,  Bandung : Remaja Rosdakarya,2000.
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2001. 
Rohani,Ahmad, pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta,2006).
Saleh,Abdurrahman, Didaktik Pendidikan Agama,Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
Sahabuddin, Mengajar dan Belajar, Makassar : State Universiti of Makassar Press,2000.
Saputra, Arifin, Masa Depan Pendidikan, Jakarta: Lucky Publishes,2001.
Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan suatu Pendekatan Baru,Bandung: Remaja Rosdakarya , 2006.
Ulwan, Nashih, Abdullah, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam,Semarang: Asyifak, 2003.

Yunus,Mahmud, Kamus Arab � Indonesia, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 2007.








               [1] Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin(Terjemahan Agus Hasan Basri dan M. Syu�ib), cet II, ( Jakarta: Duta Ilmu, 2004 ), hal 109.
[2] Chanif  Nurkholis, Aqidah Akhlak, ( Semarang: CV. Aneka  Ilmu, 2005 ), hal : 40

[3] Gabriel Tarde dan W. A. Gerungan, Psychologi Sosial, ( Bandung : Eresco, 1983 ), hal : 35

[4]Mahmud Yunus, Kamus Arab � Indonesia, ( Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1989 ), hal :421
[5] Desi Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia cet.I (Karya Abditama, Surabaya, 2001) hal. 161.
[6] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Cet. VI (PT. Remaja Rosda Karya, Bandung, 2005) hal. 74
[7] Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,  1997 ), hal 28.
[8] Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  1979 ), hal.44.
[9] HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000) , hal. 12
[10] Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, ( Bandung: Al-Ma`arif, 1982), hal. 214.
               11Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, cet ke-2 (Jakarta:Bumi Aksara, 1992), ,hal. 86