Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Pengembangan Mental Anak
BAB I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang Masalah
Islam merupakan agama yang mempunyai sistem hidup yang lengkap dalam semua kegiatan dan tidak melepaskan diri dari peraturan-peraturannya itu. Islam adalah agama yang menuntun pemeluknya kepada kebahagiaan, baik hidup didunia maupun hidup di akhirat kelak.
Dalam syari�a Islam dianjurkan kepada setiap pemeluknya untuk berusaha menuju terbentuknya manusia yang sempurna atau insan kamil. Di samping itu, Islam juga menghendaki, agar setiap pikiran, perkataan maupun perbuatan itu tidak boleh menyimpang dari apa yang telah dituntut oleh Nabi Muhammad s.a.w. untuk mencapai kebahagiaan sebagai tujuan tersebut, Islam menetapkan aturan-aturan untuk umat manusia sesuai dengan fitrah manusia itu sendiri.[1]
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa islam sangatlah mengutaakan pendidkan terhadap umatnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ini dapat kita lihat dari pemaparan Al-qur�an tentang pentingnya pendidikan. Firman allah dalam Al-qur�an surat Ali � imran ayat 164:
?????? ????? ?????? ????? ????????????? ???? ?????? ??????? ???????? ????? ??????????? ??????? ?????????? ???????? ?????????????? ??????????????? ?????????? ????????????? ????? ???????? ??? ?????? ????? ?????? ????????)?? ?????:???(
Artinya: Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata (Qs. Ali Imran : 164)
Dalam ayat yang lain surat Al � mujadilah ayat 11 di sebutkan:
... ???????? ??????? ????????? ??????? ??????? ??????????? ??????? ????????? ????????? ????????? ????? ??????????? ???????)????????:??(
Artinya: �niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Qs. Al-mujadilah :11)
Kemudian juga Umat Islam sudah lama mengidealkan pendidikan Islam. Mereka kemudian membangun madrasah sejak tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah dan bahkan sampai tingkat perguruan tinggi. Sedemikian tinggi kepercayaan mereka bahwa lembaga pendidikan Islam mampu mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang ideal, yakni menjadi orang beriman, beramal saleh serta berakhlakul karimah.
Untuk membangun lembaga pendidikan, karena tingginya semangat yang mereka miliki, tidak peduli dengan keterbatasan tenaga, sarana dan juga dana yang digunakan untuk menyangga program yang dikembangkan itu. Akibatnya, tidak sedikit lembaga pendidikan yang dirintis dan dikelola masyarakat kondisinya sangat memprihatinkan. Proses pendidikan kemudian berjalan apa adanya. Mereka rupanya kepercayaan bahwa kegiatan pendidikan yang sebatas berlabel Islam itu agar mampu melahirkan lulusan yang lebih baik bilamana dibandingkan dengan lembaga pendidikan selain itu. Kualitas, seolah-olah hanya diukur dari label yang disandang, dan bukan menyangkut isi yang berhasil dikembangkan.[2]
Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-mata kepada anak didik, tetapi harus juga diperfiatikan pembinaan moral, sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan pengetahuan harus ada pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat. Dasar dan tujuan pendidikan moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari lembaga pendidikan itu sendiri, sertajuga harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara. Kalau negara itu berdasarkan Demokrasi, maka pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anakjuga bertujuan membinajiwa demokrasi. Begitu juga halnya kalau negara itu berdasarkan Otokratis, Ketuhanan.[3]
Sebagaimana diyakini oleh setiap muslim bahwa Islam adalah aga wahyu terakhir yang mengembangkan misi Rahmatan Lil �Alamin yaitu terciptanya dunia yang makmur, dinamis harmonis dan lestari. Sehingga seluruh penghuninya 180 baik makhluk-makhluk lain merasa aman, di dalamnya. Zarkowi Soejati dalam tulisannya tentang modul-modul perguruan tinggi Islam mengemukakan pendidikan Islam paling tidak mempunyai tiga pengertian:
Pertama, lembaga pendidikan Islam itu pendirian dan penyelenggaraannya didorong oleh hasrat mengejawantakkan nilai-nilai Islam yang tercermin dalam nama lembaga pendidikan itu dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan.
Kedua, lembaga pendidikan yang memberikan perhatian dan menyelenggarakan kajian tentang Islam yang tercermin dalam program kajian sebagai ilmu dan diperlakukar seperti ilmu-ilmu lain yang menjadi program kajian lembaga pendidikan ilmu yang bersangkutan.
Ketiga, mengandung kedua pengertian diatas dalam arti lembaga tersebut memperlakukan Islam sebagai sumber nilai bagi sikap dan tingkah laku yang harus tercermin dalam penyelenggaraannya maupun sebagai bidang kajian yang tercermin dalam program kajian.[4]
Manusia sebagai makhluk pengemban amanah kekhalifaan mempunyai potensi yang luar biasa besarnya, sehingga dapat mendayagunakan alam dan sesama manusia dalam rangka membangun peradaban. Kemajuan sebuah bangsa pada umumnya di tentukan oleh bangsa itu dalam mendapatkan sumber daya manusia melalui pergumulan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Pertama, Allah memerintahkan agar manusia senantiasa berfikir dan menggunakan fikiran dalam memecahkan persoalan-persoalan hidup yang dihadapi seperti: dalam politik, ekonomi, pendidikan, dll.
Kedua, Allah telah melakukan liberalisasi dalam bidang ilmu. Semua manusia khususnya muslim baik laki-laki maupun perempuan diwajibkan mencari ilmu kepada siapa saja kapan saja dan dimana saja. Allah sangat mencela orang-orang yang bodoh, dan sebaliknya sangat mencintai orang-orang yang berilmu.
Ketiga, dengan akal manusia diperintahkan untuk membuktikan kekuasaan Allah dengan cara mengkaji dan mengelola dalam demi keperluan kehidupan, tetapi dilarang untuk membuat kerusakan dan pertumpahan darah.
Keempat, manusia diperintahkan untuk Fa�tabiru Fil Ardhi (mengembara di muka bumi) dalam rangka mencari ilmu pengetahuan.
Kelima, kecintaan terhadap informasi atas pengetahuan yang akhirnya menumbuhkan kecintaan kepada kegiatan belajar sebagaimana kita ketahui, bahwa A1-Qur�an yang pertama kali turun adalah perintah Tuhan untuk membaca
(Iqra�, yaitu mengkaji idealis dan nilai-nilai universal yang merupakan idealis manusia dan pedoman hidup absolut.[5]
Dari fenomena lembaga pendidikan Islam ini, banyak hal yang dapat dikaji lebih jauh. Pertama, bagi umat Islam pendidikan adalah sesuatu yang dipandang sebagai kebutuhan mutlak, yang tidak bisa digantikan oleh lainnya. Yang dipentinghkan bagi mereka adalah berlabel Islam dan syukur lagi jika diikuti oleh kualitas yang sesungguhnya. Kedua, atgas dasar kecintaannya pada jenis lembaga pendidikan tersebut, masyarakat bersedia berkorban demi kelangsungan lembaga pendidikan tersebut. Ketiga, mereka masih lebih mengedepankan label, yaitu label Islam dari pada lainnya yang tidak menggunakan label itu sekalipun kualitasnya lebih tinggi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul proposal skripsi: � Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Pengembangan Mental Anak� sehingga penulis nantinya dapat mengkaji tentang dampak pendidikan agama terhadap mental anak.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana format pendidikan yang ideal menurut islam?
2. Sejauh mana pengaruh dari pendidikan agama terhadap pengembangan mental bagi anak-anak?
C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan penulis membahas judul proposal skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Bagaimana format pendidikan yang ideal menurut islam!
2. Untuk mengetahui Sejauh mana pengaruh dari pendidikan agama terhadap pengembangan mental bagi anak-anak!
D. Kegunaan Pembahasan
Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan proposal skripsi ini adalah:
Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pengaruh pendidikan agama terhadap pengembangan mental anak,. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan islam.
Sedangkan secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan pengaruh pendidikan agama terhadap pengembangan mental anak ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan islam.
E. Penjelasan Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini.
Adapun istilah yang penulis anggap perlu dijelaskan adalah: pengaruh, Pendidikan Agama dan Mental anak.
1. Pengaruh
Dalam Al-Marbawi, Kamus Al-Marbawi di sebutkan pengaruh adalah dampak (baik positif maupun negatif).[6]
W.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan Pengaruh adalah �Daya yang ditimbulkan dari sesuatu (orang, benda dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan gaib, misalnya orang tua kepada anaknya�.[7]
Adapun menurut penulis, pengaruh adalah dampak yang di sebabkan oleh pendidikan agama terhadap pengembangan mental anak.
2. Pendidikan Agama.
Adapun Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya �Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.�[8]
Pengertian pendidikan secara umum, sebagai mana tersebut dalam buku �Pengantar Filsafat Pendidikan Islam�, pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[9]
Dalam Ensiklopedisi Pendidikan disebut pendidikan adalah �Suatu usaha manusia untuk membawa si anak yang belum dewasa ke tingkat kedewasaan dalam arti sadar dan mampu bertanggung jawab atas segala perbuatannya secara moril.�[10]
Menurut M. Arifin �Pendidikan adalah semua aktivitas yang berasal dari manusia, sengaja atau tidak sengaja dengan tujuan mengembangkan kemampuan fisik, akal, budi pekerti dan perasaan.�[11]
Adapan Pendidikan agama adalah identik pengertiannya dengan pendidikan Islam, yang dijelaskan oleh Zakiah Daradjat sebagai berikut:
�Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalam pembentukan kepribadian muslim... Pendidikan agama (pendidikan Islam) adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisikan tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.�[12]
Adapun pendidikan agama yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits yang dilaksanakan secara non-formal.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba : Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[13]
Soegarda Poerbakawartja menulis �Pendidikan adalah meliputi semua perbuatan dan usaha generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi kehidupannya baik jasmani maupun rohani�[14]
Mohd. Athiyah Al-Abrasi memberi definisi �Pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya hidup sempurna dan bahagia, mencintai tanah airnya, tegap jasmaninya, bertolong-tolongan dengan orang lain, manis tutur bahasanya, baik lisan maupun tulisan�.[15]
Dari definisi yang telah dipaparkan oleh para ahli tersebut, adapun pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan skripsi ini adalah semua proses kegiatan yang dilaksanakan baik secara sadar (tertuntun) maupun sebaliknya, selama proses perkembangan rohani dan jasmani seseorang, sehingga terbentuk kepribadian sesuai dengan ajaran Islam.
Kata Pendidikan agama identik pengertiannya dengan pendidikan Islam, yang didefinisikan oleh Zakiah Daradjat sebagai berikut:
Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan Islam itu adalah pembentukan kepribadian muslim. Oleh karena itu pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan agama atau pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat.[16]
Adapun pendidikan agama yang dimaksudkan dalam pembahasan ini yaitu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits upaya memberikan pengajaran (pengetahuan) kepada seseorang yang berlandaskan kepada Al-Qur'an dan Hadist guna terbentuknya kepribadian muslim pada diri yang bersangkutan
2. Mental Anak.
Desi Anwar dalam kamus lengkap bahasa Indonesia menjelaskan mental adalah batin, kejiwaan.[17]
Adapun menurut Zakiah Darajat Mental anak adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup"[18]
Dari penjelasan istilah diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan �Eksistensi Pendidikan Agama Terhadap Pengembangan Mental Anak� adalah keberadaan pendidikan agama dalam mendidik mental dan kejiwaan bagi anak
F. Metode Pembahasan
Dalam penulisan ini penulis secara umum menggunakan �Metode Deskriptif Eksploratif� yaitu dengan memberi gambaran tentang pengaruh pendidikan agama terhadap pengembangan mental anak berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari hasil telaah pustaka dengan menambah khazanah intelektual yang terdapat di dalam Al-qur�an dan buku-buku yang penulis kaji yang berhubungan dengan objek pembahasan penulis.
Adapun tehnik penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku panduan penulisan proposal dan skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2009
G. Sistematika Penulisan
Adapun sisitematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bab satu terdapat pendahuluan pembahasannya meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan, penjelasan istilah, metode pembahasan dan sistematika penulisan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Al- Qur�an dan Terjemahnya Departemen Agama RI.
Atmadi, A. (ed.), Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga, Yogyakarta: Kanisius, 2000.
Azra,Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2008.
Barnadib,Imam,Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, Yogyakarta : Andi Offset, 2003.
Halim, A. Ridwan, Tindak Pidana Pendidikan (Suatu Tinjauan Filosofis-Edukatif). Jakarta : Ghalia, 2007
Harefa, Andrias, Menjadi Manusia Pembelajar, Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2001.
Hartati, Netty, dkk, Islam & Psikologi, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Kartini, Kartono, Tinjauan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan Nasional, Jakarta : Pradnya Paramita, 2007.
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2009.
Mukti,Abdul (ed.), Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001.
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi Islami, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2001
Mochtar,Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta :Tiara Wacana, 2004.
Nahiawi al-Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, terj. Herry Noer All, Bandung : Diponegoro, 2009.
Nawawi, , Kebijakan Pendidikan di Indonesia Ditinjau dari Sudut Hukum, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004.
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta : Rake Sarasin, 1990.
Rahardjo, M. Dawam (ed.), Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional: Menjawab Tantangan Sumber Daya Manusia Abad 21, Jakarta :Intermasa, 2000.
Sudibyo,Bambang, Pendidikan Akhlak Makin Penting, dalam Bernas, Yogyakarta , PT. Bernas, 2002.
Syam, Noor Muhammad,Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,Surabaya : Usaha Nasional, 2006.
Sahabuddin, Mengajar dan Belajar, Makassar : Press, 2004.
Saputra, Arifin. Masa Depan Pendidikan, Jakarta : Lucky Publishes,2002 .
Syah,Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 2001 .
Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2005.
Sindhunata (ed.), Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakarta : Kanisius, 2001.
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, Jakarta : Balai Pustaka, 2003
Syaibani, al, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, Jakarta : Bulan Bintang, 2009.
Ulwan,Nashih Abdullah, Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Jamaludin Miri, Jilid 1, Jakarta :Pustaka Amani, 2004.
Zuhairini. Metodik Khusus Pendidikan Agama,Surabaya : Usaha nasional, 2002.
[6] Al-Marbawi, Kamus Al-Marbawi, , Juz I, Cet.I, (Jakarta: Syari�ah N�r Assaqatah Al-Isl�miyah, t.t.), hal. 225.
[7] W.J.S. Poerwadarminta, �Kamus Umum Bahasa Indonesai�, (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), hal. 1126
[8]Hobby, Kamus Populer,Cet.XV, (Jakarta: Central, 1997 ), hal 28.
[9] Ahmad D. Marimba, 1980, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. IV, Bandung: Ofset), hal. 23
[10] Sugadar Porbakotja, 1979, A. H Harahap, Ensiklope Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung,) hal. 214.
[11] M. Arifin, 1975, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang), hal. 10.
[12]Zakiah Daradjat, 1992,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara), hal. 28.
[14] Soegarda Poerbakawartja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hal 214
[15] Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1262), hal. 17.
[16] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 28.
[17] Desi Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia cet.I (Surabaya: Karya Abditama, 2001) hal. 130