Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Peran Peserta Didik Dalam Kegiatan Elaborasi


BAB III

PERAN PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN ELABORASI


A.    Melaporkan Hasil Kegiatan       

Laporan kegiatan adalah suatu ikhtisar tentang hal ikhwal pelaksana suatu kegiatan, yang harus disampaikan oleh peserta didik kepada guru yang memberi tugas sebagai pertanggungjawaban. Menurut Sugiyono, �di dalam menulis laporan, penulis seperti sedang bercerita. Agar apa yang diceritakan dapat dipahami oleh pembaca, maka harus diperhatikan persyaratan-persyaratan tertentu�.[1] Laporan kegiatan thaharah adalah sebuah laporan hasil kegiatan siswa, yang dibuat setelah kegiatan pembelajaran Fiqih berlangsung. Laporan kegitan thaharah dibuat oleh peserta didik yang mengikuti pembelajaran Fiqih tersebut. Pembuatan laporan kegiatan thaharah sendiri dimaksudkan sebagai bukti tanggungjawab peserta didik pelaksana kegiatan kepada sang pemberi mandat terhadap hasil kegiatan yang telah diikuti.   
Laporan kegiatan thaharah sangat penting sebagai bukti tanggungjawab peserta didik dalam kegiatan pembelajaran Fiqih yang telah di ikuti. Untuk itu seberapa penting laporan kegiatan wajib dibuat: sebagai dasar untuk pengembangan rencana selanjutnya, sebagai penentuan kebijakan atasan, sebagai bukti laporan kegiatan yang telah di laksanakan dan untuk mengetahui proses dan perkembangan pembelajaran yang di ikuti. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Mahdi guru MTsN Jeunieb bahwa �Dalam melaporkan hasil kegiatan thaharah, peserta didik mempresentasikan tugas thaharah yang diberikan oleh guru pada materi bersuci di depan kelas bersama teman kelompoknya�.[2]
Presentasi adalah suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak orang, dengan tujuan untuk memperkenalkan, membujuk, meyakinkan yang biasanya dibawakan oleh pakar atau guru. Dengan presentasi ini, kita dapat dengan lebih mudah untuk menyampaikan atau menjelaskan ide-ide, mendapatkan tanggapan, sanggahan tentang apa yang kita sampaikan sehingga ide dapat lebih jelas dan dimengerti oleh para pendengar dan dapat mencapai sasaran yang diinginkan. Lebih lanjut menurut pengakuan Zulkhairi Murid Kelas VII MTsN Jeunieb setelah guru memberikan tugas, kami diajak oleh guru untuk membuat laporan hasil tugas dan mendiskusikannya di depan kelas bersama teman sekelas mengenai materi bersuci�.[3]
Pendapat diatas, sesuai dengan yang disampaikan oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam buku strategi belajar-mengajar menurut beliau �dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh-kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap peserta didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas�.[4]
Dalam pembelajaran fiqih di Kelas VII MTsN Jeunieb tugas presentasi bagi peserta didik kerap kali dipilih oleh guru karena dapat menilai peserta didik secara kognitif, afektif, dan psikomotor. Mulai dari penilaian kerja kelompoknya, penilaian produknya (umumnya dalam bentuk makalah dan file power point yang akan dipresentasikan), kecakapan bicara di depan kelas, kekompakan tim, kemampuan menjawab pertanyaan, hingga perilaku peserta didiksaat presentasi dilakukan. Komplit memang dan satu hal lagi sangat ringan karena guru tinggal duduk manis, sesekali bicara, mengambil nilai, sementara peserta didikyang mengeksplorasi kelas selama kegiatan presentasi.
B.    Menanggapi Laporan atau Pendapat Teman   
     
Persetujuan dan penolakan pendapat merupakan salah satu wujud tanggapan. Tanggapan adalah sambutan terhadap hal, peristiwa, masalah, ucapan, pendapat, atau gagasan yang berupa kritik, komentar atau yang lain. Tanggapan dapat berupa pernyataan setuju, tidak setuju, suka atau tidak suka. Tanggapan yang dikeluarkan peserta diskusi harus bersifat objektif dan disertai alasan yang logis. Selain tanggapan dalam diskusi juaga dapat mengajukan pertanyaan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika mengemukakan pertanyaan dan tanggapan.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, �umpan balik atau tanggapan yang diberikan oleh peserta didik selama pelajaran berlangsung ternyata bermacam-macam, tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan yang diberikan oleh guru bermacam-macam dengan tanggapan yang bermacam-macam pula dari anak didik�.[5]
Inti dari kegiatan diskusi adalah terjadinya proses bertukar pikiran Antar siswa. Peserta didik diharapkan menyampaikan pendapatnya terhadap permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya pendapat tersebut harus ditanggapi oleh peserta yang lain. Bermacam-macam bentuk tanggapan dapat disampaikan, misalnya dengan mempertanyakan maksud dari pendapat tersebut jika dianggap belum jelas. Tanggapan juga dapat disampaikan dengan, menyatakan sikap setuju atau tidak setuju/mendukung atau tidak mendukung terhadap pendapat yang telah dikemukakan. Munculnya berbagai sikap pikiran dan tanggapan yang berbeda-beda itu merupakan hal yang positif dalam kegiatan berdiskusi. Semakin banyak tanggapan yang muncul menjadikan proses berdikusi semakin hidup dan dinamis.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Mursyidah, guru Fiqih Kelas VII MTsN Jeunieb menurut beliau:
Dalam menanggapi pendapat teman dalam pembelajaran fiqih materi bersuci peserta didik diajak oleh guru untuk saling menghargai dalam memberikan tanggapan atas pendapat temanya, sehingga peserta didiksaling menghargai dalam menanggapi pendapat temannya. Dengan demikian peserta didik memiliki kesempatan untuk bekerja sama atau bertukar pendapat dengan pasangannya. Meskipun peserta didik belajar dalam sebuah kelompok, namun kebiasaan peserta didik mengandalkan peserta didiklain dalam kelompoknya tidak mungkin terjadi karena setiap peserta didikmemiliki tanggung jawabnya sendiri..[6]

Pendapat diatas didukung oleh pendapat Adelia Vera, menurut beliau �kegiatan belajar diluar kelas mampu mendorong, para peserta didik menguasai keterampilan studi dan membuat mereka menekuni budaya kerja keras, tidak menjadi pemalas�.[7] Hidupnya proses berdiskusi tidak selalu menjamin hasil yang diperoleh akan baik. Hal itu dapat terjadi jika pendapat dan tanggapan yang muncul hanya kata-kata kosong yang tidak ada isinya. Selain itu pendapat yang dikemukakan lemah, tidak bersandar dan tanpa disertai alasan yang logis. menurut wawanacara penulis dengan Safriana peserta didik kelas VII MTsN Jeunieb menurut pengakuannya kepada peneliti bahwa:
Dalam proses menanggapi pendapat teman, bahwa dalam pelaksanaan diskusi kelompok, beberapa peserta didik bertukar pikiran tentang materi bersuci untuk mencari pemecahannya. Masalah yang didiskusikan kami rumuskan sebaik-baiknya sehingga terbatas pada masalah yang kongkrit sehingga tidak ada beberapa masalah yang dibahas berulang-ulang atau  timpang tindih.  Seperti pada cara mengemukakan pendapat dalam diskusi berikut: menggunakan bahasa yang baik, logis dan masuk akal, harus langsung mengena pada pokok persolan, menghilangkan rasa emosional dan jangan memaksakan kehendak pendapanya harus diterima, materi pembicaraaan tidak menjatuhkan orang lain atau menjelekkan orang lain dan dalam mengemukakan pendapat merupakan solusi bukan menambah permasalahan.[8]

Menurut Keller sebagaimana yang dikutip oleh Made Wena bahwa:
Memberikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha dan kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan. Secara operasional, menyajikan umpan balik dan kesempatan untuk mengendalikan/mengatur kemampuan atribusi internal akan kesuksesannya dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata atau prasa yang dapat membantu kemampuan dan usaha untuk melakukan atribusi atas kesuksesan yang telah dilakukan.[9]

Oleh karena itu dalam berdiskusi, setiap pendapat dan tanggapan yang dikemukakan harus disertai alasan atau argument yang logis dan berdasar. Pendapat juga harus disampaikan dengan bahasa yang efektif, sopan dan jelas. Hal itu merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam diskusi.       Umpan balik atau tanggapan tidak akan membantu belajar jika siswa tidak mengerti bahan yang harus dikuasainya dahulu sebelum mempelajari hal yang diteskan itu, atau hanya mengerti sedikit atau sama sekali tidak mengerti  isi pelajaran pada waktu tes itu disajikan. Hal ini menunjukan pentingnya memeriksa tes siswa dan memperbaiki kesalahannya. Umpan balik dalam kajian ini adalah pemberian informasi mengenai benar atau tidaknya jawaban siswa atas soal atau pertanyaan yang diberikan, disertai dengan informasi tambahan berupa penjelasan letak kesalahan. �Melalui umpan balik seorang siswa dengan mengetahui sejauh mana bahan yang telah diajarkan dapat dikuasainya serta dapat mengoreksi kemampuan diri sendiri atau dengan kata lain sebagai sarana koreksi terhadap kemajuan belajar siswa itu sendiri�.[10]
Sedangkan bagi guru dengan umpan balik ia dapat mengetahui sejauh mana materi yang diajarkan telah dikuasai oleh siswa. Pentingnya umpan balik dalam pembelajaran dikelas berguna untuk membantu siswa belajar secara berkelompok maupun perorangan mengenai kemampuannya sehingga dapat melatih suatu keterampilan.
C.    Menyampaikan Argument Secara Santun
     
Argumentasi adalah pemberian alasan, contoh, dan bukti sehingga peserta diskusi membenarkan pendapat, gagasan, dan sikap. Anda dapat mengemukakan persetujuan atau penolakan terhadap pendapat orang lain. Akan tetapi, persetujuan dan penolakan tersebut harus bersifat objektif dan disertai alasan yang logis. Menurut Hoetomo, argumentasi adalah �pemberian alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat�.[11]
Menurut  Bapak T. Syahrial, bahwa dalam menyampaikan argumen, peserta didik kami ajak untuk menyampaikannya secara santun dalam menyampaikan pendapat untuk meyakinkan seseoarang, teman teman akan kerap bertemu dengan satu paragraf, yakni paragraf argumentasi. Sebuah paragraf dengan tujuan untuk meyakinkan seseorang untuk seseorang terhadap suatu hal dengan penjelasan yang runtut sistematis dan mudah diikuti.�.[12] Lebih lanjut, Siska murid Kelas VII MTsN Jeunieb menuturkan bahwa dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi, kami disyaratkan oleh guru untuk:
Pertama, Peserta didik harus meminta izin kepada moderator atau pemimpin diskusi sebelum menyampaikan pendapat; Kedua, Peserta didikharus menggunakan bahasa yang santun agar tidak ada peserta lain yang tersinggung; Ketiga, Peserta didik harus mengungkapkan pendapat dengan disertai bukti atau alasan yang logis; Keempat, Peserta didik harus menyampaikan pendapat sesuai dengan topik yang dibicarakan; Kelima, Peserta didik tidak memotong pembicaraan orang lain yang sedang berlangsung; dan Keenam, Peserta didik harus menghargai pendapat yang disampaikan oleh teman.[13]

Dalam artikel Ropisabatian dijelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus di perhatikan peserta didik ketika mengemukakan tanggapan sebagai berikut:
Pertanyaan dan tanggapan yang dikemukakan berhubungan dengan masalah yang sedang dibicarakan, pertanyaan dan tanggapan dapat mempercepat pemahaman masalah, penemuan sebab, dan pemecahan masalah, Pertanyaan dan tanggapan tidak mengulangi pendapat yang pernah disampaikan peserta lain, Pertanyaan dan tanggapan disampaikan dengan kata dan kalimat yang tepat, Pertanyaan dan tanggapan disampaikan dengan sikap terbuka dan sopan dan Pertanyaan dan tanggapan dapat didukung atau diperjelas dengan gerak, mimik, nada suara, tekanan, dan intonasi.[14]

Kemampuan berargumen harus diasah sejak dini agar kematangan dalam berbicara dapat diperoleh suatu saat nanti, cepat atau lambat. Keberanian berbicara muncul dari rasa percaya diri. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang tinggi menumbuhkan keinginan kuat untuk mengungkapkan pendapat terhadap orang lain, baik itu berupa argumen, pertanyaan, sanggahan atau berupa kritikan. Kecakapan dalam berbicara dan menyampaikan pandapat, tidak bisa didapat 1-2 hari saja melainkan dalam waktu lama melalui kebiasaan yang terus dilatih dan diasah. Forum diskusi, rapat, debat, kuliah, seminar, sesion tanya jawab, adalah beberapa momen yang sangat tepat untuk menumbuhkan dan melatih kecakapan berargumen.
D.    Mendiskusikan dan Mengadakan Tanya Jawab
                 
Diskusi merupakan suatu bentuk bertukar pikiran yang teratur dan terarah baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar. Beberapa pendapat akan muncul dalam diskusi. Pendapat merupakan gagasan, pikiran, atau ide tentang suatu hal (orang atau peristiwa). Menurut Roestiyah N.K, tanya jawab  adalah  �suatu  cara mengajar  di  mana  guru  dan  peserta didik aktif  bersama,  guru  bertanya  peserta didik memberikan  jawaban,  peserta didik mengemukakan  pendapat  ide  baru,  dan dengan ini guru bertujuan�.[15] Dengan demikian metode Tanya Jawab merupakan ucapan verbal yang meminta  respon  dari  seseorang  yang  kenai  respon  yang  akan  diberikan dapat berupa pengetahuan sampai pada hal-hal yang  merupakan hasil pertimbangan. Jadi, bertanya merupakan stimulasi efektif yang mendorong kemampuan berpikir. Metode Tanya Jawab di sini  dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu  yang sudah diajarkan dan untuk merangsang perhatian peserta didik dengan  berbagai  cara-cara  (sebagai appersepsi, selingan dan evaluasi).
 Menurut penuturan Ibu Mursyidah bahwa �kegiatan tanya jawab peserta didik dalam kegiatan diskusi materi thaharah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran fiqih di MTsN Jeunieb, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas�.[16]Melalui keterampilan bertanya, guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan peserta didikdan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah, tanya jawab adalah �cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari peserta didikkepada guru, metode ini merupakan metode yang tertua dan banyak digunakan dalam proses pendidikan, baik dilingkungan keluarga, masyarakat mayupun sekolah�.[17] Dalam proses tanya jawab, terjadilah interaksi dua arah. Guru yang demokratis tidak akan menjawabnya sendiri, tetapi akan melemparkan pertanyaan dari peserta didik kepada peserta didikatau kelompok lainnya tanpa merasa khawatir dinilai tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Dengan  metode tanya jawab tidak hanya terjadi interaksi dua arah tetapi juga banyak arah. Berdasarkan wawacara penulis dengan Ratna Juwita Peserta didik kelas VII MTsN Jeunieb menurutnya �setelah kegiatan presentasi selesai, peserta didik mengajukan berapa pertanyaan kepada peserta didik lainnya sebagai kilas balik dari materi thaharah yang telah dipaparkan didepan kelas kemudian kelompok peserta didik yang lain meminta peserta didik untuk menjawab pertanyaan tersebut�.[18] �Metode tanya jawab adalah �salah tehnik mengajar yang dapat membantu kekurangan mengajar yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat mengungkapkannya.�[19]
 Dari kutipan di atas, maka penulis beranggapan bahwa metode ini juga tidak boleh ditinggalkan dalam setiap mata peiajaran karena metode ini termasuk metode yang paling efektif dalam menguji kemampuan siswa dalam ruangan  belajar. Dengan menggunakan metode ini pula kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan dapat diketahui oleh guru
Inti dari kegiatan diskusi adalah terjadinya proses bertukar pikiran antar peserta siswa. Peserta didik diharapkan menyampaikan pendapatnya terhadap permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya pendapat tersebut harus ditanggapi oleh peserta didik yang lain. Bermacam-macam bentuk tanggapan dapat disampaikan, misalnya dengan mempertanyakan maksud dari pendapat tersebut jika dianggap belum jelas. Tanggapan juga dapat disampaikan dengan, menyatakan sikap setuju atau tidak setuju/mendukung atau tidak mendukung terhadap pendapat yang telah dikemukakan. Munculnya berbagai sikap pikiran dan tanggapan yang berbeda-beda itu merupakan hal yang positif dalam kegiatan berdiskusi. Semakin banyak tanggapan yang muncul menjadikan proses berdikusi semakin hidup dan dinamis.




               [1] Sugiyono, Metode....., hal. 395.

               [2] Mahdi, Guru Fiqih MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb,  09 November 2015.

               [3] Zulkhairi, Murid Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb,  09 November 2015.

               [4] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 55.
               [5] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi...., hal 141.
               [6] Mursyidah, Guru Fiqih Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb, 09 November 2015.

               [7] Adelia Vera, Metode Mengajar Anak di Luar Kelas, (Jogjakarta: Diva Press, 2012), hal. 36.

               [8]Safriana, Murid Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb,  09 November 2015.

               [9]Made Wena, Strategi Pembelajaran...., hal. 43.
               [10]Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT Rhineka Cipta, 2000), hal. 208.

               [11] Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Mitra Pelajar2005), hal. 58.

               [12]T. Syahrial, Guru Fiqih Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb, 09 November 2015.

               [13] Siska, Murid Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb, 09 November 2015.

               [14]Ropisabatian, Menyampaikan Tanggapan  dan Gagasan, artikel diakses Tanggal 28 November 2015 dari http://keyropisabatian.blogspot.co.id/2013/04/.html

               [15]Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal. 70.
               [16] Mursyidah, Guru Fiqih Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb, 10 November 2015.

               [17] Syaiful Bahri Djamarah, Strategi..., hal. 94.

               [18] Ratna Juwita, Murid Kelas VII MTsN Jeunieb, Wawancara di Jeunieb, 10 November 2015.

               [19]Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. VIII, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 307.