Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tinjauan Pendidikan Terhadap Doa dan Pengaruhnya Bagi Ketenangan jiwa


BAB I
P E N D A H U L U A N


A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan transformasi nilai � nilai budaya dari pendidik kepada anak didik. Karena itu berbagai upaya perlu dilakukan oleh pendidik agar anak didik tumbuh secara baik jasmani maupun rohaninya, disamping membentuk anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang dewasa. Pemikiran ini sejalan dengan pengertian pendidikan itu sendiri, yakni : �Segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak � anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan�[1]. 
Do'a adalah seruan, permohonan atau permintaan manusia sebagai hamba yang  semata-semata ditujukan kepada Allah dengan rasa kerendahan hati dalam berbagai hajat dan kebutuhan.
Menurut Ibnu Atthailah Asukandari mengutip pendapat Abu Ali Dardaq do'a itu adalah kunci segala macam keperluan, ia adalah kelapangan bagi setiap yang berhajat, tempat bagi orang yang  terjepit dan tempat bernafas bagi orang yang  ketakutan. Allah telah mencela orang yang tidak mau berdo'a.[2]
Do'a adalah suatu ajaran agama yang  sangat penting kedudukannya dan sangat mahal nilainya. Dia adalah suatu pintu yang besar diantara pintu-pintu ibadat yang  lain, dalam memperhambakan diri kepada Allah dan memperlihatkan ketundukan jiwa kepada-Nya. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
 ?? ??????? ?? ???? ?? ????? ??? ???? ???? ???? ?? ?? ?? : (???? ???? ?????? ????? ???) ???? ?????? ????????? (???? ???????)
Artinya: Dari Nu'man bin Basyir dari Nabi Saw dalam sabdanya: (Dan Tuhanmu telah berfirman Berdo'alah kepadaku niscaya aku akan mengabulkan untukmu) Dan Beliau bersabda Do'a itu adalah ibadah�(H.R Turmudzi).[3]
Do'a juga berfungsi sebagai alat komunikasi antara manusia dengan Tuhannya. Manusia yang berdoa dan Allah yang mengabulkan do'a manusia itu sendiri. Do'a juga dapat memberikan ketenangan bagi jiwa yang sedang mengalami kesusahan atau kegelisahan.
Hasbi Ash-Shiddiqy dalam bukunya pedoman zikir dan do'a mengutip pendapat Imam Al-Ghazali menjelaskan do'a itu menjadi salah satu sebab bagi tertolaknya bencana, sebagai perisai, menjadi sebab untuk menangkis senjata dan sebagai air menjadi sebab keluarnya tumbuh-tumbuhan dari bumi. Maka sebagai perisai menangkis senjata, demikian pulalah do'a menangkis bencana yang telah ditakdirkan Allah.[4]
Pada prinsipnya do'a dapat dilakukan pada setiap saat dimana perlu. Disamping itu ada berbagai waktu dan kesempatan yang tepat untuk mengajukan permohonan kepada Allah SWT. Adapun waktu-waktu tersebut adalah:
-        Antara Azan dan Iqamat
-        Waktu tengah malam
-        Sesudah shalat fardhu
-        Ketika sujud dalam sembahyang
-        Setelah tahyat sebelum salam
-        Pada hari Jum'at
-        Bulan Ramadhan[5]
Dengan demikian, seyogyanya kesempatan-kesempatan tersebut tidak dibiarkan lewat tanpa diisi dengan do'a yang baik-baik menurut hajat dan keperluan masing-masing.
Selain memperhatikan waktu-waktu yang mustajab untuk melakukan do'a, dalam Al-Quran dan sunnah juga dijelaskan ada berbagai syarat dan cara yang perlu diikuti dalam rangka mustajabnya suatu do'a.
Yang paling prinsipil daripadanya ialah iman kepada Allah dengan sebenarnya dan mematuhi ajaran-Nya dengan sebaik-baiknya. Do'a hendak pula dilakukan dengan merendahkan diri dan dengan suara perlahan. Dalam pada itu dilarang berdo'a yang buruk-buruk. Hendaklah  berdo'a dengan sungguh-sungguh dan yakin akan terkabulnya do'a tersebut.
Berdo'a adalah  suatu kebutuhan rohaniah yang diperlukan manusia dalam kehidupan ini. Lebih-lebih ketika ditimpa kesusahan, kesulitan dan malapetaka. Dalam al-Qur'an ada sebanyak 203 ayat yang menyebut kata do'a yang artinya bermacam-macam, antara lain: ibadah, memanggil, memohon, memuji dan lain-lain.[6]
Dengan berdo'a kepada Allah, orang yang berdo'a merasa bahwa Allah itu berada di benaknya seakan-akan dia dengan Allah tidak ada dinding yang menghalang-halangi, dan memang demikian bahwa orang yang berdo'a kepada Allah itu tidak ada sesuatupun yang menghalang-halangi.[7]
Berdo�a juga merupakan suatu amal yang dianjurkan Allah kepada hamba-hambanya yang mukmin. Karena dengan berdoa seseorang menunjukkan kerendahan diri di hadapan Allah SWT, dan ketergantungannya di setiap waktu kepada yang maha kuasa yang paling menentukan segala usaha hamba.
Islam juga mewajibkan untuk berdo'a kepada Allah, bahkan orang yang tidak berdo'a itu menunjukkan orang yang sombong dan sudah tidak membutuhkan lagi kepada Allah.
Sehubungan dengan ajaran berdo�a, dalam surat Al-Mukmin ayat 60 Allah berfirman:
???? ???? ?????? ????? ??? ?? ????? ???????? ?? ?????? ??????? ???? ?????? (?????? : ??)

Artinya: Dan Tuhan berfirman: �Berdo�alah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina�. (Qs. Al-Mu�min : 60)
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa berdo�a adalah anjuran Allah. Supaya ia memiliki pegangan dalam melaksanakan aktifitas. Melalui berdo�a manusia menyadari kelemahannya dan usaha tidak akan berhasil tanpa pertolongan Allah dan sangat membutuhkan bantuan-Nya untuk memperoleh keberuntungan.
Namun di zaman sekarang ini masih banyak kita dapati orang yang enggan berdo�a, itu disebabkan karena mereka merasa do�a bukanlah jalan untuk membawa mereka kepada kebahagiaan. Apabila mereka mendapatkan suatu masalah baik di keluarga, di sekolah, di kantor ataupun di tempat lain, mereka lebih cenderung mengatasi masalah tersebut dengan cara menggunakan barang-barang terlarang seperti ektasi, heroin, ganja dan lain-lain yang menurut mereka dapat memberi ketenangan dan kebahagiaan bagi jiwanya.
Dan satu hal lagi yang juga sudah banyak kita lihat di saat ini, banyak sekali orang yang percaya pada peramal-peramal. Mereka meramal bagaimana kehidupan mereka yang akan datang dan apa saja yang harus mereka lakukan supaya mendapat kebahagiaan, seakan-akan mereka merasa tidak percaya dengan apa yang sudah digariskan Allah. Padahal apabila mereka sadar, do�a dan usahalah yang dapat mengatasi semua masalah manusia di dunia ini. Dan Allah telah berjanji untuk mengabulkan segala  permintaan hamba-Nya, sesungguhnya Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis merasa tertarik membahas tentang �Tinjauan Pendidikan Terhadap Do�a dan Pengaruhnya Bagi Ketenangan jiwa� sehingga judul ini penulis ambil untuk penulisan proposal skripsi.
B.    Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
  1. Apa saja pengaruh do�a dalam kehidupan manusia?
  2. Bagaimana peran do�a dalam mengatasi problema/ permasalahan hidup manusia?
  3. Bagaimana tinjauan pendidikan terhadap pengaruh do�a bagi ketenangan jiwa?

C.    Tujuan Pembahasan

Adapun yang menjadi tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut :

1.     Untuk mengetahui pengaruh do�a terhadap kehidupan manusia.
2.     Untuk mengetahui peran do�a dalam menghadapi problema/ permasalahan hidup manusia.
3.     Untuk mengetahui bagaimana tinjauan pendidikan terhadap pengaruh do�a bagi ketenangan jiwa
D.    Kegunaan Pembahasan
      Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan ini adalah :
Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai tinjauan pendidikan terhadap do�a dan pengaruhnya bagi ketenangan jiwa. Selain itu  hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan islam.
Sedangkan secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan mengenai tinjauan pendidikan terhadap do�a dan pengaruhnya bagi ketenangan jiwa. Dengan demikian, penelitian ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan islam.
E.    Penjelasan Istilah
Untuk mempermudah dalam memahami kata-kata istilah yang terdapat dalam judul �tinjauan pendidikan terahdap doa dan pengaruhnya bagi ketenangan jiwa� maka penulis akan menjelaskan beberapa istilah sebagai berikut: Pendidikan,. Do�a, Pengaruh, dan Ketenangan Jiwa.
1.     Pendidikan
Hobby dalam Kamus Populer menjelaskan Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya �Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.�[8]
            Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku �Filsafat Pendidikan� mengemukakan bahwa �Pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.�[9]
Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal�[10]
            Zahara Idris memberikan pengertian pendidikan adalah �Usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup�[11]         .
            Menurut penulis pendidikan secara umum adalah suatu proses untuk menentukan kedewasaan manusia atau kedewasaan manusia sampai sejauh mana tujuan-tujuannya yang telah tercapai, baik secara jasmani ( fisik ) dan rohani ( psikis ).
2.     Do�a
Do�a berasal dari bahasa Arab yaitu: ???? - ???? ??? berarti memanggil, mendo�a, memohon.[12]

Adapun do�a menurut Hasbi Ash-Shiddiqy adalah �Melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT.�.[13]Begitu juga M. Yunan Nasution menyatakan do�a adalah �permohonan atau permintaan seseorang hamba kepada Tuhan yang menciptakannya.�[14]
Do�a yang penulis maksud di sini ialah permohonan hamba kepada Allah, yang dirumuskan dalam suatu rangkaian kalimat yang diucapkan secara sadar dan penuh keyakinan agar apa yang dimohon itu terkabulkan.
3.     Pengaruh
Kata pengaruh dalam bahasa Indonesia ialah �daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu.�[15]
Yang penulis maksud pengaruh di sini yaitu suatu efek atau dampak terhadap sesuatu akibat dari perbuatan atau tindakan.
4.     Ketenangan Jiwa
Ketenangan jiwa mempunyai banyak pengertian dan batasan. Di sini penulis akan mengemukakan dua pengertian tentang ketenangan jiwa tersebut.
Ketenangan jiwa ialah �terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa.�[16]
Selanjutnya menurut pendapat Mustafa Fahmi, ketenangan jiwa ialah: �Kemampuan orang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan dengan masyarakat lingkungannya, hal itu membawanya kepada kehidupan yang sunyi dari kegoncangan penuh vitalitas. Dia dapat menerima dirinya dan tidak terdapat padanya tanda-tanda yang menunjukkan ketidak serasian sosial, ada juga tidak melakukan hal-hal yang tidak wajar. Akan tetapi ia berkelakuan wajar yang menunjukkan kestabilan jiwa. Emosi dan pikiran dalam berbagai lapangan dan di bawah pengaruh semua keadaan.[17]

Ketenangan jiwa yang penulis maksudkan di sini adalah kedamaian diri dan dapat menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan masyarakat lingkungan sekitarnya, dan dapat mengatasi segala problema dalam hidupnya berdasarkan suatu pemikiran yang sesuai menurut tuntutan agama Islam.

F.     Metode Pembahasan

Dalam penulisan ini penulis secara umum menggunakan �Metode Deskriptif Eksploratif� yaitu dengan memberi gambaran tentang tinjauan pendidikan terhadap do�a dan pengaruhnya bagi ketenangan jiwa berdasarkan data-data yang penulis peroleh dari hasil telaah pustaka dengan menambah khazanah intelektual yang terdapat di dalam Al-qur�an dan buku-buku yang penulis kaji yang berhubungan dengan objek pembahasan penulis
            Sedangkan penulisan proposal skripsi ini berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Proposal & Skripsi, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Matangglumpangdua Bireuen - Aceh tahun 2009.
G.   Sistematika Penulisan

            Proposal Skripsi ini disusun secara sistematika sebagai berikut: bab pertama merupakan Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan pembahasan,penjelasan istilah, metode pembahasan dan sistematika penulisan.








DAFTAR KEPUSTAKAAN


Abdullah Bin Abdul Aziz Al-Aidan, Tarbiyah Dzariah, Penerjemah Fadli Bahri Jakarta: An-Nadwah, 2004.

A'idh Bin Abdullah Al-Qarni, 30 Tips Hidup Bahagia,cet II, Terjemahan Muhammad Misbah, Jakarta: Rabbani Press, 2004.
At-Turmuzi, Sunan Turmuzi, juz IV, cet II, Bairut: Darull Fikri 1983.

Aulia,  Agama dan kesehatan (badan)  jiwa, cet. I, Jakarta: Bulan Bintang.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur�an dan Terjemahannya,Bandung: Diponegoro, 2004.

Hamzah Ya�qup, Tasawuf dan Taqarrup, cet III, Bandung Indonesia: Pustaka Madya, 1987.

M. Hasbi Ash Shiddiqy, Pedoman shalat,cet V, Jakarta: Bulan Bintang.1963.

_________, Kuliah Ibadah, cet V, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.

_________, Pedoman Zikir dan Do'a, cet IV, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.

Helmi Laksono, Keutamaan Istigfar, cet I, Jakarta:Gema Insani, 1998.

Imam Al-Ghazali,Ihya Ulumuddin, Jilid II, Terjemahan Moh. Zuhri, Jakarta: Faizan, 1990.

Imam Ibnu Majjah, Sunan Ibnu Majjah, cet I, Riyadh: Darussalam, 1999.
 
Imam Malik, Al-Muwattha', Juz I, Bairut: Darul Kitab 'Alamiyah, tt.

Imam Muslim, Shahih Muslim, Juz I, Bairut: Darul Kitab 'Alamiyah, tt.

Kartini Kartono, Teori-Teori Kepribadian dan Mental Hygiene, Bandung: Alumni, 1974.

M. Natsir, Fiqhu Da�wah, Dewan Da�wah Islamiah Indonesia, Jakarta: DDII 1978.
M.Yunan Nasution, Seri Kekuatan Rohani, cet. III, Jakarta: Publicta, tt.
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hida Karya Agung,1989.

Mustafa Fahmi, Kecerdasan Jiwa,cet I, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Said Bin Ali Bin Wahf Al-Qathoni, Kumpulan Do'a dalam al-Qur'an dan Hadits, Penerjemah Maris Ali, cet I, Surabaya: Duta Ilmu, 2000.

Sayyid Sabiq,  Fiqh Sunnah, jilid IV, Penerjemah Mahyuddin Syaf, Bandung: Al-Ma�arif, 1978.  
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1987.

Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, cet. II, Jakarta: Gunung Agung, 1969.

�_________, Pedoman Agama dalam Kesehatan Mental, cet III, Jakarta: Gunung Agung, 1990.

_________, Pendidikan Agama dalam Pembinaan mental, cet III, Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

























[1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, ( Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991 ), hal.12
[2] Ibnu Atthoilah Asukandari, Pembersihan Jiwa, cet I, (Surabaya: Putra Pelajar, 2001), hal. 279.
[3] At-Turmudzi, Sunan Turmuzi, juz empat, cet II, (Bairut: Darull Fikri 1983), hal. 279. 
[4] M. Hasbi Asiddhiqy, Pedoman Zikir dan Do'a, cet IV, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hal. 101.


[5] Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid II, (Terjemahan Moh. Zuhri), (Jakarta: Faizan, tt), hal. 18.

[6]Mustafa Fahmi, Kecerdasan Jiwa, cet I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 102.
[7] Ibnu Atthoilah, Pembersihan Jiwa�, hal. 219.
[8] Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,  2000 ), hal 28

[9] Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  2003 ), hal.44.

[10] HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 2000) hal. 12
               [11]Zahara Idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung : Angkasa, t.t), hal. 70
[12] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hida Karya Agung,1989), hal. 127
[13] M. Hasbi Ash-Shiddiqy, Pedoman Zikir dan Do�a, cet. I, (Semarang:Pustaka Rizki Putra, 1977), hal. 97.
[14] M.Yunan Nasution, Seri Kekuatan Rohani, cet. III, (Jakarta: Publicta, t.t.), hal. 8

[15]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987), hal. 174.
[16] Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, cet. X, (Jakarta: Gunung Agung, 1983), hal. 11.
[17] Mustafa Fahmi, Kecerdasan Jiwa�, hal. 92.