Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT ZAKIYAH DARADJAT


BAB IV

TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT ZAKIYAH DARADJAT


Menurut Zakiah Daradjat tujuan ialah �suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai�.[1]Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt.
Perumusan tujuan menjadi salah satu masalah pokok dalam pendidikan. Rumusan tujuan menjadi pembimbing dan pemberi arah bagi aktivitas pendidikan. Tanpa rumusan yang jelas tentang tujuannya, perbuatan mendidik menjadi tidak terarah. Di samping itu, rumusan tujuan tersebut juga akan menjadi tolok ukur dalam mengevaluasi hasil pelaksanaan pendidikan yang telah diselenggarakan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh seberapa jauh aspek-aspek dan indikator yang ada dalam rumusan tujuan telah tercapai. Bentuk kepribadian yang diidealkan tersebut bergantung pada filsafat hidup masyarakat atau pribadi yang bersangkutan. Ia identik dengan tujuan hidup manusia menurut pandangan paham tertentu. Perbedaan pandangan tentang manusia ideal yang dicita-citakan meniscayakan perbedaan rumusan tentang tujuan pendidikan.
Masing-masing masyarakat, bahkan masing-masing individu, memiliki pandangan tersendiri tentang manusia ideal yang diinginkannya. Mereka memiliki kriteria yang berbeda tentang manusia yang baik. Mungkin saja, suatu masyarakat memandang bahwa manusia yang baik adalah mereka yang mempunyai fisik yang kuat atau memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Sementara yang lain mungkin ada yang berpendapat bahwa manusia yang baik adalah mereka yang dapat menciptakan lapangan kerja atau menghasilkan uang yang banyak. Dengan demikian, tujuan pendidikan sudah pasti akan berbeda pada setiap kelompok masyarakat sesuai dengan filsafat dan pandangan hidup yang mereka anut. Jika dicermati lebih jauh, semua ungkapan ini bersifat terlalu umum karena belum menggambarkan indikator dan kriteria yang jelas sehingga tidak mudah untuk dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pendidikan.
Di samping itu, rumusan ini juga dapat disorot dari kerangka berpikir yang dijadikan acuan pengambilannya karena Alquran dan al-Hadits tidak memuat pernyataan eksplisit mengenai tujuan pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan didasarkan atas tujuan hidup manusia.
A.    Tujuan Umum Pendidikan Menurut Zakiyah Daradjat           

Tujuan umum ialah �tujuan yang akan di capai dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran ataupun dengan cara lain�.[2]Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada diri seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkat-tingkat tersebut.
Cara atau alat yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikan ialah pengajaran. Pengajaran ialah �poros membuat jadi terpelajar, tahu, mengerti, menguasai, ahli; belum tentu menghayati dan meyakini. Sedang pendidikan ialah membuat orang jadi terdidik. Maka pengajaran agama harusnya mencapai tujuan pendidikan agama�.[3]
Tujuan umum pendidikan Islam harus di kaitkan pula dengan tujuan pendidikan Nasional negara tempat pendidikan Islam itu di laksanakan dan harus di kaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang menyelenggarakan pendidikan itu. �Tujuan umum itu tidak dapat di capai kecuali setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan keyakinan akan kebenarannya. Tahap-tahap dalam mencapai tujuan itu pada pendidikan formal di rumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya di kembangkan dalam tujuan instruksional�.[4]
Tujuan pendidikan ini kalau bisa kita sebut seagai sasaran pencapaian yang ingin diraih terhadap peserta didik, dan tentu ini menjadi dasar dari penentuan isi pendidikan, metode, alat, serta tolak ukur yang digunakan. Sementara tujuan pendidikan secara umum adalah �untuk mengubah segala macam kebiasaan buruk yang ada di dalam diri manusia menjadi kebiasaan baik yang terjadi selama masa hidup, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas diri menjadi pribadi yang mampu bersaing dan menjawab berbagai tantangan di masa depan.
Apabila kita membahas tentang tujuan pendidikan (bukan tujuan pendidikan secara umum), maka banyak para ahli yang berpedapat tentang tujuan dari pendidikan ini, dan ternyata tujuan pendidikan itu bermacam-macam. Contohnya saja lavengeld, dia berpendapat bahwa tujuan pendidikan itu ada 6, yaitu tujuan umum (ini yang sedang kita bahas), tujuan khusus, tujuan insidental, tujuan sementara, tujuan tak lengkap, serta tujuan perantara.
Tujuan umun dari pendidikan Islam adalah untuk mencipta pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia maupun di akhirat. Sesuai dengan firman Allah Swt dalam surat Ali-Imran ayat 102 sebagai berikut:
??? ???????? ????????? ???????? ????????? ?????? ????? ????????? ????? ?????????? ?????? ???????? ????????????) ?? ?????: ???(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran: 102).[5]

Sedangkan tujuan khusus Pendidikan Islam bersifat lebih praksis sehingga konsep pendidikan Islam tidak hanya sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Tujuan-tujuan khusus tersebut adalah tahapan-tahapan penguasaan anak didik terhadap bimbingan yang diberikan dalam berbagai aspek meliputi pikiran, perasaan, kemauan, intuisi, ketrampilan atau dengan istilah lain kognitif, afektif, dam psikomotorik. Sedangkan Zakiyah Daradjat merumuskan tujuan dari pendidikan Islam secara keseluruhan yaitu untuk membentuk �Insan Kamil�. Yang dimaksud dengan insan kamil disini adalah manusia utuh jasmani dan rohani yang dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah Swt�.[6]
Adanya rincian tujuan umum dan tujuan khusus Pendidikan Islam itu pada tahap selanjutnya akan membantu merancang bidang-bidang pembinaan yang harus dilakukan dalam kegiatan pendidikan, seperti adanya pembinaan yang berkaitan dengan aspek jasmani, aspek aqidah, aspek akhlaq, aspek kejiwaan, aspek keindahan dan aspek kebudayaan. Masing-masing bidang pembinaan pada tahap selanjutnya disertai dengan bidang-bidang studi atau mata pelajaran yang berkenaan dengannya. Untuk pembinaan jasmani misalnya terdapat bidang studi olah raga atau latihan fisik, dan juga untuk pembinaan akal terdapat mata pelajaran yang berkaitan dengannya yaitu mata pelajaran matematika dan seterusnya.
B.    Tujuan Akhir Pendidikan Menurut Zakiyah Daradjat

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, �maka tujuan akhirnya terdapat pada pada waktu hidup didunia ini telah berakhir pula. Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang�.[7]Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengambangkan, memelihara, dan mempertahankan, tujuan pendidikan islam yang telah dicapai. Orang yang telah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangkan dan penyempurnaaan, sekurang - kurangya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri  dan bukan dalam pendidikan formal. Tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dalam firman Allah sebagai berikut:
??? ???????? ????????? ???????? ????????? ?????? ????? ????????? ????? ?????????? ?????? ???????? ????????????)?? ?????: ???(
Artinya: wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada allah dengan sebenar-benarnya takwa;dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran islam).(QS. Ali-Imran: 102).[8]

            Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dianggap sebagai tujuan akhir. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.
Pembentukan manusia sebagai hamba Allah meniscayakan terwujudnya pribadi-pribadi yang senantiasa mematuhi semua aturan dan ketentuan Allah sebagaimana telah ditetapkan di dalam ajaran agama yang diturunkan-Nya. Dari sisi ini, pendidikan bertugas untuk mengajarkan berbagai ketentuan dan aturan Allah yang berlaku bagi manusia kepada anak dirik serta melatih dan membia-sakannya untuk melaksanakan ketentuan dan aturan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dari itu, pendidikan bertugas membentuk sikap mental yang menyadarkan manusia akan kedudukannya sebagai ciptaan Allah yang mesti mengikuti kemauan penciptanya.
Bidang ini merupakan tugas pendidikan dasar yang mutlak mesti diberikan kepada setiap anak didik Muslim. Mengetahui dan melaksanakan semua tuntunan ajaran agama adalah kewajiban individual (fardhu �ain). Tanggung jawab sebagai hamba Allah dibebankan kepada manusia secara individual atau perorangan. Oleh karena itu, pendidikan dalam bidang ini harus diberikan kepada setiap individu, tanpa kecuali (apa pun profesi dan pekerjaan yang akan digelutinya dalam masyarakat). Pembekalan pengetahuan agama dan pembentukan sikap kebera-gamaan harus dilakukan terhadap setiap individu manusia, bukan hanya untuk orang-orang tertentu saja.
Sedangkan mendidik manusia sebagai khalifah Allah berarti membentuk manusia agar dapat menjadi pemelihara, pengolah, dan pengelola alam sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dalam rangka menciptakan kemakmuran sebagai wujud rahmat Allah bagi semuanya. Tugas pendidikan bagi manusia sebagai khalifah Allah ialah untuk mengajarkan, melatihkan, dan mengembangkan berbagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk menciptakan kemakmuran bagi alam semesta. Dalam pelaksanaan tugas ini perlu diperhatikan kebutuhan sosial dan perbedaan individual pada masing-masing anak didik. Kebutuhan sosial menghendaki pengelolaan berbagai aspek kehidupan se-perti pertanian, pertukangan, perekonomian, pengobatan, dan lain-lain. Sementara itu, perbedaan individual menghendaki pembinaan spesialisasi dalam berbagai lapangan.
Tidak semua orang dituntut untuk menguasai semua bidang keahlian dan keterampilan sebab tanggung jawab sebagai khalifah dipikul oleh manusia secara universal, bukan perorangan. Masyarakat manusia tak ubahnya bagaikan sebuah mobil yang memiliki bagian-bagian. Ada bagian yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil. Namun, masing-masing memiliki fungsi yang sama pentingnya. Fungsi baut yang kecil tidak kalah pentingnya dari ban yang besar. Begitu pula manusia. Masing-masing orang dituntut untuk mengambil bagian dalam sistem yang ada. Dalam konteks ini, Nabi menyatakan bahwa manusia yang baik adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan yang dituntut oleh ajaran Islam pada tahap awal ialah penyadaran setiap anak didik akan kedudukannya sebagai hamba Allah, sekali gus, membimbing dan melatih mereka untuk melaksanakan secara patuh dan taat segala aturan dan ketentuan Allah yang tertuang dalam Alquran dan Sunnah Rasul-Nya. Di atas dasar inilah (bukan di samping, apalagi di belakang), kemudian dikembangkan dan dibina berbagai spesialisasi yang diperlukan bagi kehidupan manusia, baik secara individual maupun sosial. Dengan demikian, tidak akan terjadi dikotomi atau pun dualisme dalam pendidikan umat Islam, serta tidak akan muncul sains yang sekuler atau pun agama yang tidak memperhatikan kehidupan dunia.
C.    Tujuan Sementara Pendidikan Menurut Zakiyah Daradjat

Tujuan sementara ialah �tujuan yang akan dicapai setalah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal�.[9]Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK ), dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. �Tujuan pendidikan Islam seolah-olah  merupakan lingkarang kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar�.[10]Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Disinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya.
Sejak tingkat taman kanak-kanak dan sekolah dasar, gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan dalam semua tingkat pendidikan islam. Karena itu setiap lembaga pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan islam sesuai dengan tingkatan jenis pendidikannya. Ini berarti bahwa tujuan pendidikan islam di Madrasah Tsanawiyah berbeda dengan tujuan dimadrasah aliyah, dan tentu saja berbeda dengan di SMP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu takwa dibentuknya sama, yaitu insan kamil. Yang berbeda hanya bobot dan mutunya.
Tujuan sementara pada umumnya merupakan tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam rangka menjawab segala tuntutan kehidupan. Karena itu tujuan sementara ini bersifat kondisional dengan menyesuaikan diri untuk memenuhi pinsip dinamis dalam  pendidikan dengan lingkungan bercorak apapun yang penting berorientasi pada nilai-nilai ideal Islam. �Dalam tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola ubudiyah sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan pendidikan Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mengkin merupakan suatu lingkaran kecil�.[11]
Semakin tinggi tingkat pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan insan kamil itu. Di sinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam dibandingkan dengan pendidikan lainnya. Sejak tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, gambaran insan kamil itu hendaknya sudah kelihatan. Dengan kata lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus kelihatan semua tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan Islam diatas jauh berbeda dengan tujuan yang akan dicapai oleh tujuan pendidikan hasil rancangan di dalam sutau negara. Kekurangan dari tujuan yang dilandasi oleh falsafah pendidikan yang semikian itu menurut Langgulung mengarah kepada tujuan kebendaan, seperti yang terdapat di dalam tujuan pendidikan di negara kapitalis dan komunis
Implikasinya tujuan pendidikan di Amerika adalah untuk menciptakan warga negara yang pragmatis, di negara komunis menciptakan warga negara Komunis marxis dan begitu seterusnya. Kedua falsafah yang kita sebut di atas, sekalipun nampaknya  berbeda tapi seupa, yaitu bahwa kebahagiaan menusia hanya dapat diciptakan dengan memperbaiki keadaan ekonominya (materi). Golongan kapitalisme beranggapan bahwa  perbaikan ekonomi itu hanya dalam suasana pesaingan bebas di mana kemakmuran negara dan selanjutnya kemakmuran masyarakat termasuk individu yang ada di dalamnya. Sebaliknya golongan komunis beranggapan bahwa untuk memperbaiki ekonomi golongan sebesar rakyat, maka sumber-sumbproduksi mestilah dipegang oleh rakyat terbesar itu, yang tentunya tidak mungkin menjadi sebagian kecil saja dari golongan terbesar yang menamakan dirinya diktator proletariat, dengan demikian kekayaan dan kemakmuran dapat dinikmati oleh sebagian terbesar dari rakyat
D.    Tujuan Operasional Pendidikan Menurut Zakiyah Daradjat
       
Tujuan operasional ialah �tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional�.[12]Dalam pendidikan formal, tujuan operasional disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan pengajaran.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang lebih rendah, sifat yang berisi  kemampuan dan keterampilanlah yang ditonjolkan. Misalnya ia dapat berbuat, terampil dalam melakukan, lancar mengucapkan. Mengerti, memahami, menyakini dan mengahayati adalah soal kecil. Dalam pendidikan akal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah, seperti bacaan kaifiyat shalat, akhlak dan tingkah laku,. Pada masa permulaan yang terpenting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan badan lainnya. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik, merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam ukuran anak, yang menuju kepada bentuk insan kamil yang semakin sempurna (meningkat). Anak sudah terampil melakukan ibadah, (sekurang-kurangnya ibadat wajib) meskipun ia belum memahami dan mengahayati ibadat itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk sosial yang mengabdi kepada Khaliknyadengan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agama. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah , baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia secara keseluruhan. Sesuai dengan ehendak penciptanya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam firman Allah dalam surat Al-An�am ayat 162 sebagai berikut:
???? ????? ???????? ????????? ??????????? ?????????? ?????? ????? ?????????????) ???????: ???(
Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Qs. Al-An�am: 162).

Dari beberapa definisi di atas, menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari masalah nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri, karena realisasi nilai-nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar dan tujuan pendidikan Islam, yakni membentuk insan kamil yang senantiasa beriman dan beribadah serta bertakwa kepada Allah Swt. demi kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Atau dengan kata lain bahwa tujuan pendidikan yang disebutkan di atas terfokus pada terbentuknya kesadaran pada diri kita sebagai manusia hamba Allah yang wajib menyembah kepada-Nya dan mengingkari sesembahan-sesembahan yang lain. Kemudian terbentuknya kesadaran pada diri akan tugas kita sebagai khalifah yang senantiasa mengelolah bumi dengan amal usaha kita dengan tidak lepas dari tawakkal kepada Allah Swt. sehingga kita dapat meraih kenikmatan dan kesejahteraan lahir dan batin, baik selama masih di dunia maupun di hari kemudian kelak.
Dalam operasionalisasi kependidikan, apakah konsep Islam mendorong terwujudnya model-model kelembagaan atau pemikiran kurikuler yang mempunyai ciri khas islam? Dan kemanakah orientasi pemikiran-pemikirannya dalam aspek operasional itu diarahkan? Dan sebagainya. Berbagai problema di atas dapat dianalisis berdasarkan sistem pendekatan dari banyak aspek dengan orientasinya masing-masing. Namun sistem analisis tersebut pada dasarnya berproses atas dasar metode berpikir induktif dan deduktif, yang selanjutnya mencari pemecahan-pemecahan terhadap problema-problema yang dihadapi dan diwarnai oleh sikap orientasi masing-masing.
Berbagai model berpikir operasional yang memberikan ruang lingkup proses kependidikan Islam di mana masukan instrumental yang terdiri dari beberapa faktor kependidikan (guru, metode, kurikulum, dan fasilitas) berlangsung secara konsisten kearah pencapaian tujuannya. Walaupun hampir tanpa batas dalam mempelajari ilmu pengetahuan, manusia tidak akan mampu menyerap seluruh ilmu Tuhan. Hal tersebut diibaratkan oleh Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 109 dengan simbolisme air laut yang dijadikan tinta untuk menuliskan ilmu pengetahuan Tuhan tidak akan mencukupi meskipun ditambah lagi dengan volume air laut yang sama. Sebagaimana firmannya:
??? ????? ????? ????????? ???????? ???????????? ?????? ???????? ????????? ?????? ??? ??????? ????????? ?????? ?????? ??????? ?????????? ???????) ?????: ???(
Artinya: Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).(Qs. Al-Kahfi: 109).

       Agar Adam as. mampu mengembangkan ilmu pengetahuannya lebih lanjut Allah mengajarkannya kepadanya nama-nama benda yang ada di ala mini sehingga Adam berserta anak cucunya dapat memahami dan mengenal segala sesuatu yang diciptakan Allah, serta mampu membentuk peengalaman dan pengenalannya menjadi suatu ilmu pengetahuan. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa dasar operasional pendidikan Islam adalah dasar yang terbentuk sebagai aktualisasi dari dasar ideal. Dan dari dasar operasinal itu di bagi menjadi enam macam yang diantaranya adalah dasar historis, dasar sosial, dasar ekonomi, dasar politik, dasar pilitik, dasar psikologis, dan dasar fisiologis.



               [1] Zakiah Daradjad, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hal. 29.

               [2] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, hal. 30.

               [3] Ibid.,hal. 30.

               [4] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, hal. 30.

               [5] QS. Ali Imran/3: 102.

               [6] Zakiah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan, hal. 29.

               [7] Ibid.,hal. 31.

               [8] QS. Ali Imran/3: 102.
               [9] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, hal. 31.

               [10] Ibid.,hal. 32.
               [11] Academia, Tujuan Pendidikan Islam, diakses Tanggal 17 Desember 2015 dari http://www.academia.edu/8627194/
               [12]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan, hal. 32.