Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan yang pesat jika dilihat dari adanya peningkatan jumlah satuan Pendidikan Anak Usia Dini yang cukup signifikan yang diprakarsai oleh masyarakat sekitar secara mandiri diseluruh pelosok tanah air. Perkembangan ini bagian penting dari program utama pembangunan pendidikan nasional.
Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan dan perlindungan anak. Jenis layanan yang dilakukan oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. PAUD terdiri dari formal, informal dan non formal. Dalam upaya ini, tidak lepas dari standar tingkat pencapaian perkembangan yang telah ditetapkan. Standar   tingkat pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan perkembangan yang dicapai merupakan aktualisasi potensi semua aspek perkembangan yang diharapkan dapat dicapai anak pada setiap tahap perkembangannya, bukan merupakan suatu tingkat pencapaian kecakapan akademik.
Abdul Mujib dkk. dalam buku ilmu pendidikan Islam menjelaskan bahwa: dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevensinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu terbentuknya pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah Swt.[1]
Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaiknya dilaksanakan kepada anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah Swt.
Ahmad Tafsir dalam buku ilmu pendidikan dalam perspektif Islam menjelaskan bahwa:
Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan Agama Islam, kisah sebagai metode pendidikan amat penting karena 1) kisah selalu memikat karena mengundang pembaca atau pendengar untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya. Selanjutnya makna-makna itu akan menimbulkan kesan dalam hati pembaca atau pendengar tersebut. 2) kisah qurani dapat menyentuh hati manusia karena kisah itu menampilkan tokoh dalam konteksnya yang menyeluruh, pembaca atau pendengar dapat ikut menghayati atau merasakan isi kisah itu, seolah-olah ia sendiri yang menjadi tokohnya. 3) kisah qurani dapat mendidik perasaan keimanan.[2]

Kisah adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru berkisah kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan kisah. Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh. Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua juga sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya.
Berdasarkan hasil observasi penulis di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen Salah satu cara yang digunakan oleh guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen untuk merangsang anak agar tertarik melakukan kegiatan yaitu dengan metode kisah, Oleh sebab itu, metode berkisah adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan kisah kepada anak secara lisan.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.�
B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana konsep metode kisah di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen?
2.     Bagaimana pemahaman guru dalam implementasi metode kisah di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen?
3.     Bagaimana implementasi metode kisah terhadap anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen?
C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui konsep metode kisah di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
2.     Untuk mengetahui pemahaman guru dalam implementasi metode kisah di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
3.     Untuk mengetahui penerapan metode kisah terhadap anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
D.    Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.    Penelitian Terdahulu
Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Mentari Nim: A. 2115022/3972 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Pengembangan Moral Keagamaan Pada Anak Usia Dini di TK nurul Hilal Pulo Ara Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode Library Reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.   Materi moral keagamaan anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah kemandirian, bershadaqah dan berinfak, tanggung jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian, kerjasama, empati, suka menolong, respek.
2.   Implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah murid selalu dibiasakan mengucapkan salam kepada para guru ketika mau pulang serta membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
3.   Kendala implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal kurangnya kepedulian orang tua dalam membimbing anak, pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan anaknya baik dirumah, terpengaruh lingkungan masyarakat dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya.
Evaluasi terhadap penerapan metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah evaluasi kegiatan regular (Pengenalan huruf hijaiyyah, hafalan juz �amma, hafalan do�a-do�a, aqidah-akhlak shirah, pengenalan bahasa Indonesia, Inggris, pengenalan lingkungan, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengenalan matematika awal).
Selanjutnya adalah Nama: Zaryati Nim: A. 273384/2334 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.          Usia dini merupakan masa yang sangat strategis yang dapat dimainkan orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan, memperkuat akidahnya kepada Allah SWT. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan terbaik dalam menghadapi realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan yang menyesatkan. Akidah tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang, kesalahan dan ketakutan, memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk berani berorban, lebih mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.
2.          Mendidik anak � anak untuk beribadah kepada Allah SWT. Sebaiknya dimulai dengan teori praktik secara bersamaan. Hal itu dapat dilakukan langsung dengan memberikan semangat dan dorongan, tanpa menggunakan cara-cara kekerasan (represif), pemaksaan dan otot. Anak sebaiknya tidak terburu-buru dihukum ketika tidak menjalankan sebagian ibadah, karena dia belum terkena perintah untuk menjalankan kewajiban � kewajiban agama.
3.          Memberikan pembinaan akhlak dan berusaha untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan kebajikan dalam hidup seseorang memang diperlukan dalam pendidikan agama, sebab untuk mencapai nilai-nilai kebajikan itu sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan akhlak yang kedudukannya sangat mulia bagi umat Islam.
4.          Pendidikan keimanan bagi anak usia dini adalah sinergi berbagai unsur aktivitas pedagogis: pengaitan anak-anak dengan dasar-dasar keimanan, pengakrabanya dengan rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya tentang prinsip-prinsip syariat Islam, pendidikan karakter dan insting anak yang tumbuh kembang, pengarahan prilaku mereka sesuai dengan fondasi nilai, prinsip-prinsip dan norma-norma etika yang bersumber dari keimanan yang benar kepada Allah Swt, malaikat-malaikanNya, kitab-kitabNya, Rasul-Rasulnya, hari kiamat, dan qadhaNya yang baik ataupun yang buruk.
Penelitian tersebut diatas belum menjelaskan secara rinci tentang strategi mendidik anak usia pra sekoah, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah, dalam penelitian ini penulis mendiskripsikan cara atau metode yang digunakan sehingga lebih baik dalam proses pendidikan anak usia dini.



F.     Landasan Teori
1.     Pengertian Metode Kisah
Metode secara bahasa berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta atau konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sisstematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala0gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.[3]
 Dalam Alquran menceritakan cerita-cerita atau kisah-kisah, bahkan secara  khusus  terdapat  nama surat al-Qashash.  Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiyah manusia untuk menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap perasaan.
Istilah ini dalam Alquran disebut Qasas berarti berita yang berurutan. Qasas Alquran adalah pemberitaan Alquran tentang hal ikhwal  umat yang telah lalu, nubuwat(kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Alquran banyak mengandung keterangan tentang kejadian pada masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak setiap umat. Ia menceritakan keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.[4]
Metode bercerita atau kisah merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Raudhatul Athfal/Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesuai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Raudhatul Athfal/Taman Kanak-Kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita.
Menurut Abdul Aziz Abdul Majid metode bercerita atau kisah adalah �suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan�[5]. Oleh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan. Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga,  sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di Raudhatul Athfal/Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode kisah adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.
Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan salah satu teknik pendidikan. Menggunakan berbagai jenis cerita seperti, cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan oleh contoh tersebut.
2.     Pendidikan Anak usia Dini
Menurut Hasan Langgulung, secara istilah pendidikan yang dalam bahasa inggris adalah �education, berasal dari bahasa latin yaitu educere, yang berarti memasukkan sesuatu, barangkali bermaksud memasukkan ilmu ke kepala seseorang�.[6]Dalam hal ini menurut beliau ada tiga hal yang terlibat yaitu:  Ilmu, proses memasukkan ke kepala orang, jadi ilmu itu memang masuk ke kepala, dalam makna yang lebih luas hasan langgulung mengartikan pendidikan sebagai usaha memindahkan nilai-nilai kebudayaan kepada setiap individu dalam masyarakat, dengan kata lain Hasan Langgulung juga mengatakan bahwa pendidikan suatu tindakan (action) yang diambil oleh suatu masyarakat, kebudayaan, atau peradaban untuk memelihara kelanjutan hidupnya.
Menurut Sayed Muhammad Al-Naquib Al-Attas sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam pendidikan adalah:
Suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penanaman secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut. definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-ta'dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan.  Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang.[7]

Berbeda halnya dengan Azyumardi Azra, menurut beliau pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dalam konotasi istilah �tarbiyah, ta�lim dan ta�dib yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah tersebut mengandung makna yang amat dalam, menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaiatan satu sama lain�.[8]Menurut beliau istilah-istilah itu pula yang sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam; formal, informal dan nonformal. Abudddin Nata dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam menjelaskan bahwa:
Karena demikian luasnya pengertian Al-Tarbiyah ini, maka ada sebagian pakar pendidikan, seperti Naquib al-Attas yang tidak sependapat dengan pakar pendidikan lainnya yang menggunakan kata Al-Tarbiyah dengan arti pendidikan.  Menurutnya kata Al-Tarbiyahterlalu luas arti dan jangkauannya. Kata tersebut tidak hanya menjangkau manusia melainkan juga menjaga alam jagat raya sebagaimana tersebut. Benda-benda alam selain manusia, menurutnya tidak dapat dididik, karena benda-benda alam selain manusia itu tidak memliki persyaratan potensional seperti akal, pancaindera, hati nurani, insting, dan fitrah yang memungkinkan untuk dididik. Yang memiliki potensi-potendi akal, panca indera, hati nurani instingdan fitrah itu hanya manusia. Untuk itu Naquib al-Attas lebih memiliki kata al-ta'dib(sebagaimana nanti akan dijelaskan) untuk arti pendidikan., dan bukan kata Al-Tarbiyah.[9]

Menurut UU RI No. 20 tahun  2003 tentang SISDIKNAS Pendidikan adalah �usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdsan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara�.[10]
Merujuk  kepada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah �suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut�[11]. Artinya, pendidikan harus dimulai dari usia dini, yaitu Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Pendidikan anak usia dini menurut Isjoni adalah:
Masa dimana anak belum memasuki pendidikan formal. Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi dan kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya, pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.[12]

Anak usia dini adalah �kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya�.[13]
Pendidikan Anak Usia Dini merupakan proses interaksi antara pendidik (orang tua, pengasuh, dan guru) dengan anak usia dini secara terencana untuk mencapai suatu tujuan. Dalam proses interaksi pendidik harus memahami segala aspek pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dihadapinya. Karena dengan memperhatikan pemahaman pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini, pendidik dapat menyesuaikan segala bentuk ucapan, sikap dan tindakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan serta perkembangan anak usia dini.[14]

Dari beberapa Definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pendidikan Anak usia dini adalah suatu proses pembentukan dan pengembangan manusia melalui pengajaran, bimbingan dan pembiasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama Islam sehingga terbentuk pribadi muslim sejati yang mampu mengontrol dan mengatur kehidupan dengan penuh tanggung jawab semata-mata untuk beribadah atau mengabdi kepada Allah Swt, guna mencapai kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.       
G.   Metodologi Penelitian    
                                                     
1.     Jenis dan Pendekatan Penelitian   

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), �penelitian lapangan (field research) menurut Nana Syaodih Sukmadinata adalah bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna yang diberikan oleh anggota masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar[15]. Metode field research digunakan ketika metode survai ataupun eksperimen dirasakan tidak praktis, atau ketika lapangan penelitian masih terbentang dengan demikian luasnya. field research dapat pula diposisikan sebagai pembuka jalan kepada metode survai dan eksperimen. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, lebih lanjut Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskanpendekatan kualitatif yakni suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok[16].              
2.     Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer yakni �data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi�.[17]. Artinya pemilihan subyek didasarkan pada subjek yang mengetahui, memahami, dan mengalami langsung dalam Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran  Pendidikan Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen, yakni:
a.      Kepala Sekolah, sebagai informan utama untuk mengetahui perjalanan Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen dari masa ke masa dan juga memiliki wewenang serta kebijakan implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
b.     Wakil Kepala Bidang kurikulum, sebagai responden dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menggali informasi yang berkaitan dengan proses implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.      
c.      Guru yang dimaksudkan disini yaitu guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen. Sebagai responden untuk mengetahui respon serta jalannya atau proses penerapan metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.              
Sedangkan data sekunder adalah adalah �data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset�.[18]  yang berkaitan dengan implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen. Sumber data adalah subyek dimana data dapat diperoleh  dilapangan. Sumber data dikumpulkan dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini.
Penulis mengelompokkan penentuan sumber data menjadi dua buah data yaitu :
1.     Data primer, data primer digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejauh mana implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
2.     Data sekunder, yaitu data yang mendukung terhadap data primer. Data sekunder ini akan diperoleh dari Dokumen, kepala sekolah, karyawan mengenai sejarah singkat, letak geografis, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, kurikulum dan sistem pendidikan serta implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.         
3.     Objek Penelitian     

�Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliabletentang suatu hal.�[19]Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian  adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk  mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Objek penelitian ini adalah Kepala RA (Dra. Rosmani), guru (Suryanti), (Lisnur), (Kasmiati), (Rahmah), dan Ketua Yayasan (Zainuddin Daud). Jumlah guru keseluruhan yang mengajar pada Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen sebanyak 11 Orang.
4.     Teknik Pengumpulan Data 

Metode pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur atau kepustakaan (library research) maupun data yang dihasilkan dari lapangan (field research). Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :
a.      Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan �sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, Kepala Sekolah yang sedang memberikan pengarahan�.[20] Observasi dapat dilakukan secara partisipatif ataupun non partisipatif. Dalam Observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau pelatihan. Dalam Observasi non partisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Metode ini digunakan untuk melihat langsung bagaimana implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
b.     Wawancara
Wawancara atau interviumenurut Nana Syaodih Sukmadinata merupakan �salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual�[21] Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen. Wawancara ini digunakan untuk menggali data bagaimana respon guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen dalam implementasi metode kisah dalam pembelajaran  pendidikan. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah guru beserta kepala sekolah.
c.      Dokumentasi
Metode dokumentasi, merupakan �suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik�[22]. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai Implementasi Metode Kisah dalam Pembelajaran  Pendidikan Anak Usia Dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.           
5.     Teknik Analisa Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk menyajikan deskripsi (gambaran) secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktafakta, sifat serta hubungan fenomena yang diselidiki. Dengan demikian analisis ini dilakukan saat peneliti berada di lapangan dengan cara mendeskripsikan segala data yang telah didapat, lalu dianalisis sedemikian rupa secara sistematis, cermat dan akurat. Dalam hal ini data yang digunakan berasal dari wawancara dan dokumen-dokumen yang ada serta hasil observasi yang dilakukan. Kemudian agar data yang diperoleh nanti sesuai dengan kerangka kerja maupun fokus masalah, akan ditempuh dua langkah utama dalam penelitian ini, yaitu:        
1.     Tahap Reduksi
Sugiyono menjelaskan bahwa mereduksi data berarti �merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidakperlu�[23]. Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2.     Tahap Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data�.[24]Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang terkumpul.
3.     Tahap Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulandan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.�[25]. Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Penelitian kualitatif  memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang didapatkan di lokasi penelitian.     
H.    Sistematika Penulisan    

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab   satu, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.                                   
Bab dua, Gambaran Umum Raudhatul Athfal Nurul Hilal yang meliputi sejarah berdiri dan letak geografis Raudhatul Athfal Nurul Hilal, visi dan misi Raudhatul Athfal Nurul Hilal, struktur organisasi Raudhatul Athfal Nurul Hilal, kurikulum Raudhatul Athfal Nurul Hilal, sumber daya manusia pada Raudhatul Athfal Nurul Hilal dan sarana dan prasarana pada Raudhatul Athfal Nurul Hilal.
Bab tiga, Metode kisah dalam pembelajaran pendidikan anak usia dini di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen yang meliputi macam-macam kisah, faedah-faedah kisah, pengaruh metode kisah dalam pengajaran                              Bab empat, Implementasi Metode Kisah Dalam Pembelajaran  Pendidikan Anak Usia Dini Di Raudhatul Athfal  Nurul Hilal Kota Juang Bireuen yang meliputi, tujuan metode kisah, materi metode kisah, pelaksanaan metode kisah, media metode kisah, evaluasi metode kisah.
Bab lima, penutup yang meliputi Kesimpulan dan saran-saran.                                                                





               [1] Abdul Mujib. dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2008), hal. 166.

               [2]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 140-141.

               [3]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja rosdakarya, 2003), hal. 201.

   [4]Manna Khalil al-Qatthan, Studi Ilmu-ilmu Qur'an, terj. MudzakirAS, (Jakarta: Lentera Antar Nusa, 2000), hal.  436.
               [5] Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 3.
               [6] Hasan Langgulung, Azaz-Azaz Pendidikan Islam, Cet. II, (Jogjakarta: Al- Husnah, 1988), hal. 2.
               [7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 29.

               [8]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hal. 4 �5.

               [9]Abudddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2012), hal. 10-11.

               [10] Afnil Guza, Undang-Undang Sisdiknas, UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI Nomor 14 Tahun 2005, (Jakarta: Asa Mandiri, 2009), hal. 2.

               [11] Ibid., hal. 4.

               [12] Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 11.

               [13]Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 88.

               [14]Widarmi D Wijana, dkk, Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hal. 1.29.

               [15] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 60.

               [16] Ibid.,

               [17]Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.

               [18]Ibid.,hal. 42.
               [19]Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Jakarta: Alfabeta, 2013), hal. 13.

               [20] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian, hal. 220.

               [21] Ibid., hal. 216.

               [22] Ibid, hal. 216.

               [23] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 338.

               [24] Ibid., hal. 341.

               [25]Ibid., hal. 345.