Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM


BAB II

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan agama terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan agama. Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membawa si anak ke tingkat kedewasaan dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan secara moral. Dalam psikologi pendidikan disebutkan bahwa pendidikan adalah �Proses pertumbuhan yang berlangsung dilakukannya perbuatan belajar�.[1]  Jadi pendidikan adalah perubahan anak didik baik dari segi fisik maupun mental ke arah kedewasaan setelah melakukan proses belajar mengajar.
Dalam bahasa Arab agama disebutkan dengan �al-Din� artinya tunduk dan patuh kepada-Nya.[2] Namun Abdurrahman An-Nahlawi mendefinisikan �Al-Din� adalah kemenangan, kekuasaan, hukum dan urusan.[3] Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa agama merupakan panutan manusia dalam kehidupan di dunia   dan akhirat di dalamnya terdapat aturan atau ketetapan Allah Swt. untuk mengarahkan atau membimbingnya ke jalan yang benar sesuai dengan perintah dan larangan-Nya.

Pendidikan agama Islam mempunyai banyak definisi diantaranya:
a.  Pendidikan agama Islam adalah �Suatu usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengawasi dan memperbaiki seluruh potensi fitrah manusia secara optimal dengan sadar dan terencana menurut hukum-hukum Allah yang ada di dalam semesta maupun di dalam Al-Quran�.[4]
b.  Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah �Suatu bimbingan baik jasmani dan rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran dalam Islam�.[5]
c.  Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam di sekolah umum disebutkan bahwa pendidikan agama adalah proses pembelajaran untuk mendidik dan mengembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan yang bersifat agama, supaya dapat terbentuknya sosok anak didik yang memiliki karakter watak dan kepribadian dengan landasan lain dan ketakwaaan serta nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kokoh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari.[6]
Pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja ialah �semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani�.[7] Menurut M Arifin, pendidikan adalah �usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal�.[8] Adapun menurut Ahmad D. Marimba adalah �bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama�.[9] Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah �segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (Insan Kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim�.[10]
Istilah �pendidikan� dalam pendidikan Islam kadang-kadang disebut al�ta�lim. Al-ta�lim biasanya diterjemahkan dengan �pengajaran�. la kadang-kadang disebut dengan ta�dib. At-ta�dib secara etimologi diterjemahkan dengan penjamuan makan malam atau pendidikan sopan santun.[11]Sedangkan Imam al-Ghazali menyebut �pendidikan� dengan sebutan al-riyadhah. Al-�riyadhah dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olahraga atau pelatihan. Arti ini dikhususkan untuk pendidikan masa kanak-kanak, sehingga al-�Ghazali menyebutnya dengan riyadhah al-shibyan.[12]
Dalam bahasa Arab pendidikan diistilahkan dengan tarbiyah, istilah ini berarti mengasuh, memelihara, membuat, menjadikan bertambah dalam pertumbuhan, membesarkan, memproduksi hasil-hasil yang sudah matang. Pemahaman yang lebih rinci mengenai tarbiyah ini harus mengacu kepada substansial yaitu pemberian pengetahuan, pengalaman dan kepribadian. Karena itu pendidikan Islam harus dibangun dari perpaduan istilah �ilm atau �allama (ilmu, pengajaran). 'adl (keadilan), 'amal (tindakan), haqq (kebenaran atau ketetapan hubungan dengan yang benar dan nyata, nuthq (nalar), nafs (jiwa), qalb (hati), 'aql (pikiran atau intelek), meratib dan darajat (tatanan hirarkhis), ayat (tanda-tanda atau symbol), tafsir dan ta'wil (penjelasan dan penerangan), yang secara keseluruhan terkandung dalam istilah adab.[13]
Secara keseluruhan definisi yang bertemakan pendidikan agama itu mengacu kepada suatu pengertian bahwa pendidikan agama adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Tujuan ini secara herarkhis bersifat ideal bahkan universal. Tujuan tersebut dapat dijabarkan pada tingkat yang lebih rendah lagi, menjadi tujuan yang bercorak nasional, institusional, terminal, klasikan, perbidang studi, berpokok ajaran, sampai dengan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar mengajar.[14]
 Dengan pengembangan makna dan komitmen pendidikan, maka seseorang akan termotivasi untuk berprestasi, mempunyai semangat mencipta, semangat menemukan, semangat berinovasi yang bersumber kepada semangat percobaan dan semangat kritis. Sedang dengan pengembangan tujuan dan pengarahan pendidikan, anak didik diharapkan tidak hanya mengikuti logika dalam mengembangkan ilmu dan teknologinya, sehingga tidak menyebabkan kerusakan alam karena penggalian sumber daya alam yang berlebihan, pencemaran lingkungan hidup, perlombaan senjata, ketidak-adilan sosial, ekonomi, pelanggaran hak asasi manusia, perkembangan budaya kekerasan, dan lain-lain. Jelas sekali hasil yang akan didapat dari pendidikan Islam, yaitu rahmatan lil alamin, penebar rahmat ke seluruh alam.[15]
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas individu sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan. Dengan pendidikan Islam itu mereka akan terlatih dan secara mental sangat berdisiplin sehingga mereka ingin memiliki pengetahuan bukan saja untuk memuaskan rasa ingin tahu intelektual atau hanya manfaat kebendaan yang bersifat duniawi, tetapi juga untuk tumbuh sebagi makhluk yang rasional, berbudi dan menghasilkan kesejahteraan spiritual, moral dan fisik keluarga mereka, masyarakat dan umat manusia.
Pendidikan Islam yang memiliki tujuan besar dan universal ini, bukan berlangsung temporal, tapi dilakukan secara berkesinambungan. Artinya tahapan-tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas-batas tertentu, terhitung sampai dunia ini berakhir.[16] Zakiah Drajat mendefenisi �pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap  peserta didik agar kelak setelah selesai pendidiknnya dapat memahami dan mengamalkan ajaran islam serta menjadikannnya sebagai pandangan hidup.�[17] pendidkan islam adalah aktifitas bimbingan yang di sengaja untuk mencapai kepribadian muslim, baik yang berkenaan dengan jasmani, ruhani, akal  maupun moral. Pendidikan Islam adalah proses bimbingan secara sadar seorang pendidik sehingga aspek jasmani, ruhani dan akal anak didik tumbuh dan berkembang menuju terbentuknya pribadi, keluarga dan masyarakat yang Islami.�[18]
Pada dasarnya istilah pendidikan tersebut memiliki pengertian yang sangat luas, sehingga sampai saat ini belum ada keseragaman pengertian atau definisi pendidikan yang diberikan para ahli. Masing-masing ahli pendidikan masih sangat dipengaruhi oleh pola pikirnya masing-masing dalam memberikan pengertian pendidikan. Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, menyebutkan bahwa �pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam yang berisi seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia, dan ajaran tersebut didasarkan pada Al-Qur'an dan hadits�.[19]
Pendidikan merupakan kehidupan manusia itu sendiri dan menjadi tuntunan hidupnya, apabila hasil yang diperoleh dalam kehidupannya adalah produk pendidikan. Secara filosofis bahwa di dalam pendidikan itu mengandung nilai-nilai yang sangat berharga dalam kehidupannya. Bahkan dikatakan pendidikan itu mewariskan nilai-nilai kepada generasi. Di sinilah pentingnya kelestarian, nilai dalam pendidikan sangat diutamakan. Pewarisan nilai-nilai kepada generasi penerus tidak akan sampai kepada suatu tujuan pendidikan bila tidak didasarkan kepada falsafah hidup dan sumber pedoman  kehidupan.
            Berkenaan dengan masalah tersebut di atas Wens Tainlain mengemukakan bahwa "Istilah paedagogigiek(ilmu pendidikan) berasal dari kata yunani �pedagogues� dan dalam bahasa latin pedagogues yang berarti pemuda yang bertugas mengantar anak kesekolah serta menjaga anak itu agar ia bertingkah laku susila dan disiplin�.[20]
            Berdasarkan kutipan di atas dapatlah diketahui bahwa unsur membuat anak menjadi susila dan beriman serta bertindak disiplin merupakan unsur yang dominant dalam membatasi pengertian pendidikan. Sebab jika tidak menuju pada perbaikan susila dan peningkatan kedisiplinan, bukan pendidikan namanya. Selain itu, John Dewey sebagaimana yang dikutip oleh Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati lebih lanjut mengemukakan pengertian tentang pendidikan sebagai berikut: �Pendidikan (pedagogik) adalah proses pembentukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional.�[21]
            Ajaran Islam disyariatkan untuk menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang didasari dengan kasih sayang dan rasa kebersmaan. Rasulullah sendiri pernah menjelaskan bahwa dirinya diutuskan ke dunia ini untuk memperbaiki moral yang sudah rusak. Islam bukanlah agama yang mementingkan akhirat saja, tetapi ajaran Islam dapat mengembangkan kepentingan duniawi dan ukhrawi dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan keduanya. Bahkan ajaran Islam tidak membedakan antara bangsa yang satu dengan bangsa lain, antara satu manusia dengan manusia lainnya, kecuali tingkat ketaqwaan yang lebih tinggi.
Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terperinci dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama.
Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah Swt. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.                
B.    Tujuan Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam, tujuan memegang peranan penting. Tanpa tujuan, maka kegiatan pendidikan terlaksana tanpa arah dan target yang ingin dicapai. Tujuan pendidikan agama Islam sejalan dengan tujuan hidup manusia yaitu untuk mengabdikan diri secara penuh kepada Allah Swt. sebagai pencipta alam semesta, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat Az - dzariyat ayat 56 berbunyi :
????? ???????? ???????? ?????????? ?????? ????????????? (????????: ??)
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Az � Zariyat: 56)

            Tujuan akhir dari pendidikan agama Islam adalah agar dapat menjadi insan kamil untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, sebab pendidikan agama tidak hanya mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Agama Islam bertujuan membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama.
            Muhammad Fadhil Al-Djamali, seperti dikutip oleh M. Arifin menyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan makrifat (kesadaran) dalam diri manusia terhadap dirinya sendiri selaku hamba Allah dan kesadaran selaku anggota masyarakat yang harus memiliki tanggung jawab sosial terhadap pembinaan masyarakatnya serta menanamkan kemampuan manusia untuk mengelola, memanfaatkan alam sekitar ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan manusia dan kegiatan ibadahnya kepada khaliq pencipta alam itu sendiri.[22]

Oleh karena Islam harus mampu menciptakan manusia muslim yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan taqwanya menjadi pengendali dalam menerapkan ilmu dalam masyarakat Indonesiasebagai negara berfilsafah Pancasila menetapkan tujuan pendidikan Nasional sebagai berikut :
Meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani.[23]

            Dari uraian di atas nampaklah gambaran yang jelas tentang sejauhmana tujuan pendidikan agama dalam membentuk kepribadian anak didik dalam rangka mencapai pendidikan nasional. Pada sisi lain pendidikan Islam mempunyai fungsi mendidik pribadi muslim ke arah kesempurnaan sebagai salah satu upaya mengoptimalkan pengabdian diri kepada Allah. Pendidikan agama lebih menekankan pada pendidikan moral atau akhlak untuk mewujudkan pribadi muslim yang sempurna. Hal ini senada dengan ungkapan Athiyah Al-Abrasyi, bahwa: �Pembentukan moral yang tinggi adalah fungsi utama dari pendidikan Islam�.[24] Kendatipun dia lebih mengutamakan aspek moral, namun tentu saja tidak melupakan aspek-aspek penting lainnya.
Seperti sebelumnya dia mengatakan :
Pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam yang telah menyimpulkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah salah satu fungsi pendidikan Islam. Tapi ini tidak berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal atau ilmu, ataupun segi-segi praktis lainnya. Tetapi artinya ialah bahwa kita memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak seperti segi-segi lainnya.[25]

            Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya hamba Allah yang bertaqwa dan memiliki multi pengetahuan lewat pendidikan. Kemudian merealisasikan segala perintah Allah dan bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya dengan tujuan kebahagian dunia dan akhirat.
            Melalui tujuan pendidikan ini dapat ditingkatkan kualitas manusia dalam membina hubungan kepada Allah (Hablumminallah) dan hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Secara keseluruhan An-Nahlawy menjelaskan sikap Pendidikan Islam :
Pendidikan Islam bertujuan mendidik warga negara mukmin dan masyarakat muslim agar dapat merealisasikan ubudiyah kepada Islam semata. Dengan terealisasinya tujuan ini maka terealisasi pulalah segala keutamaan kehidupan sosial, seperti saling tolong menolong, bahu-membahu, menjamin dan mencintai. Disamping itu, pendidikan Islam menanamkan pada anak rasa kasih untuk dekat dengan masyarakat bersandar kepadanya cenderung kepada tradisi dan merasa bangga dengan umat. Semua itu ditanamkannya tanpa penyimpangan, kepatuhan secara membuta atau kehilangan watak diri kepribadian.[26]
Berdasarkan uraian tersebut di atas jelaslah bahwa, pendidikan Islam memadukan secara seimbang antara pendidikan individual dengan pendidikan sosial, supaya salah satu diantara kedua belah pihak ini tidak saling meremehkan yang lain. Pendidikan individual akan membentuk pribadi-pribadi yang bertaqwa serta taat kepada segala perintah Allah Swt. sedangkan pendidikan sosial berorientasi ke arah hubungan antar sesama manusia. Terealisasinya pendidikan ini akan membawa umat ke arah kehidupan yang berbahagia dunia dan akhirat.
            Melalui pelaksanaan pendidikan Islam secara optimal akan terlihat fungsi pendidikan Islam dalam membentuk perilaku muslim sejati yang dapat meningkatkan pengabdian kepada Allah dan mengharmoniskan hubungan sesama manusia. Peningkatan pengabdian kepada Allah serta hubungan sesama manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntutan syari�at Islam. Oleh sebab itu pendidikan agama sangat berfungsi menentukan optimalisasi hubungan kepada Allah dan hubungan sesama manusia.                     
C.    Ruang Lingkup Pendidikan Islam          

Secara garis besar ruang lingkup pendidikan Agama Islam terdiri tiga unsur pokok yang mendasar, diantaranya: aspek Aqidah, aspek Syari�ah dan aspek Akhlak.
1.     Aspek Aqidah
            Menurut bahasa Aqidah berarti �ikatan atau angkutan�. Sedangkan aqidah menurut teknisi berarti �kepercayaan atau keyakinan�. Berbicara mengenai aqidah sangatlah luas objek pembahasannya, akan tetapi disini penulis cukup menguraikan pokok-pokok pembahasannya saja. Pembahasan mengenai aqidah Islam pada umumnya berkisar pada arkanul iman (rukun iman yang enam), diantaranya:
a.    Iman kepada Allah.
b.    Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah. 
c.    Iman kepada Kitab-Kitab Allah.
d.    Iman kepada Rasul-Rasul Allah.
e.    Iman kepada Hari Kiamat.
f.     Iman pada Qadha dan Qadar.[27]
                      Aqidah juga dapat diartikan dengan sesuatu kayakinan yang mendalam yang terdapat di dalam jiwa manuasia. Dalam Al-Qur�an banyak membicarakan tentang aqidah diantaranya terdapat dalam surat An-Nisa� ayat 136 yang berbunyi:
??? ???????? ????????? ???????? ???????? ???????? ??????????? ???????????? ??????? ??????? ????? ????????? ???????????? ???????? ??????? ??? ?????? ????? ???????? ???????? ??????????????? ?????????? ?????????? ??????????? ??????? ?????? ????? ???????? ????????) ??????: ???(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman tetaplah beriman kepada Allah dan Rasulnya dan kepada kitab yang di turunkan kitab sebelumNya. Barang siapa yang kafir kepada Allah , Malaikat-MalaikatNya, Kitab-kitaNya, Rasul-RasulNya, dan hari kiamat, maka sesungguhnya orang itu sesat sejauh-jauhnya . (Qs. An Nisa�: 136).

2.     Aspek  Syari�ah
            Menurut bahasa Syari�ah berarti �jalan� sedangkan secara istilah syari�ah atau sering juga di sebut syari�ah Islam adalah suatu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan antara manusia dengan tuhan, hubungan sesama manusia, maupun hubungan manusia dengan alam. Secara garis besar syari�ah dibagi atas 2 ruang lingkup yaitu:
a.      Ibadah
            Ibadah adalah segala sesuatu yang dilakukan hanya semata-mata karena Allah dan tidak terlepas dari tempat, waktu, dan juga tidak dipengaruhi oleh perkembangan zaman.[28] Allah menciptakan manusia di dunia ini bukanlah semata-mata hidup untuk makan, minum, beranak pinak, lalu mati. Akan tetapi manusia diciptakan melainkan untuk menyembahNya. Dalam Al-Qur�an surat Al-Dzariat ayat 56  Allah berfirman:
????? ???????? ???????? ?????????? ?????? ?????????????) ????????: ??(
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.(Qs. Al- Dzariat 56).

                     Aktifitas ibadah dilakukan dengan lima prinsip yaitu mengucapkan 2 kalimat syahadah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, puasa pada bulan Ramadhan dan melaksanakan haji bagi yang mampu. Hal ini sesuai dengan hadis nabi yang berbunyi:
???? ????? ?????? ??????????? ?????? ????? ???? ?????? ???? ??????????? ?????? ????? ????????? ????? : ???????? ???????? ????? ??? ???? ???? ???????? : ?????? ???????????? ????? ?????? : ????????? ???? ??? ?????? ?????? ????? ??????? ?????????? ???????? ????? ????????? ?????????? ??????????? ?????????? ??????? ????????? ???????? ????????? (??????)
Artinya: Ibnu Umar r.a, Rasulullah Saw. bersabda: Islam berdiri Atas lima perkara, percaya bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad Utusan Allah, Mendirikan Shalat, Puasa Pada Bulan Ramadhan, Menunaikan Zakat dan Naik Haji Bagi yang mampu (H.R Bukhari)[29]

b.     Muamalah
            Muamalah artinya ialah tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia  sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda. Muamalah dapat juga dibagi kedalam dua garis besar yaitu:
a.      Al-Qanul khas (hukum perdata) yang meliputi:
1.     Hukum niaga (perdagangan)
2.     Munakahah  (pernikahan)
3.     Waratsah (waris)
b.     Al-Qanul �Am (hukum publik) yang meliputi:
1.     Jinayah (hukum pidana)
2.     Khilafah (hukum kenegaraan)
3.     Jihad (hukum perang dan damai).[30]           
            Ciri-ciri utama fiqh muamalah adalah terdapatnya kepetingan, keuntungan material dalam proses akat dan kesepakatan. Berbeda dengan fiqh ibadah yang lakukan hanya  semata-mata dalam rangka mewujudkan ketaatan kepada Allah tampa ada terindikasi kepentingan material.[31]
            Dalam Al-Qur�an banyak membicarakan tentang muamalah, diantaranya terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:
????????? ??????????? ???????? ??? ?????????? ?????? ????? ??????? ??????? ????????????? ???????????? ???? ???????? ?????? ??????????? ???????? ???????? ????????? ?????? ???????? ????????? ?????? ????????? ????????? ???????? ????? ?????? ?????????? ???? ???????? ?????????? ?????? ??? ?????? ?????????? ????? ?????? ?????? ????? ????????????? ????????? ???????? ???? ?????? ??????????) ??????: ???(
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya. (Qs. Al-Baqarah: 275).

3.     Aspek akhlak
             Akhlak secara etimologi (bahasa) berasal dari kata khalaka yang kata asalnya khuluqun, yang artinya perangai, tabiat, adat atau khaqun, yang berarti kejadian, buatan, ciptaan. akhlak secara etimologi diartikan perangai, tabiat atau sistim prilaku yang di buat.[32] 
            Akhlak dapat juga diartikan dengan suatu sikap mental dan tingkah laku perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan zat yang maha kuasa. Akhlak Islam adalah berasal dari keyakinan dalam jiwa, tauhid manusia itu sendiri.[33] Akhlak juga merupakan implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku, baik yang berhubungan dengan sesama manusia maupun dengan tuhanNya.[34]
            Pada garis besar akhlak mencakup 3 hal diantaranya:
a.      Akhlak manusia terhadap khalik.
b.     Akhlak manusia terhadap manusia.
c.      Akhlak manusia terhadap makhluk (alam)[35].
            Dalam Al-Qur�an banyak membicarakan tentang akhlak, diantaranya terdapat dalam surat Luqman ayat 18-19 yang berbunyi:
????? ????????? ??????? ????????? ????? ?????? ??? ????????? ??????? ????? ??????? ??? ??????? ????? ????????? ???????? ????????? ??? ???????? ????????? ??? ???????? ????? ??????? ???????????? ???????? ??????????) ?????:??-??(
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjala dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Qs. Luqman: 18-19).
                                               
D.    Dasar Pendidikan Islam 
                                                     
Dasar pendidikan Islam adalah landasan utama dalam pelaksanaan pendidikan yang mengarahkan kegiatan pendidikan. Dasar turut menentukan arah dan langkah kegiatan pendidikan. Tanpa dasar itu, maka pendidikan tidak mempunyai arah dan tujuan yang hendak dicapai, sehingga proses pendidikan tidak sistematis, efektif dan efisien. Demikian juga halnya dengan pendidikan agama Islam, kegiatan pendidikan agama tentunya mempunyai dasar atau landasan yang menentukan gerak langkah dan tujuan kegiatan pengembangan pendidikan.
Dasar utama pendidikan agama Islam adalah bersumber pada Islam, yakni al-Qur�an dan Hadits. Keduanya merupakan sumber hukum sekaligus sebagai landasan pendidikan, sebab dalam al-Qur�an dan hadits terdapat materi serta pedoman pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, al-Qur�an dan hadits merupakan dasar utama pengembangan pendidikan Islam. Hal ini senada dengan ungkapan Jalaluddin dan Usman Said bahwa : �Dasar pendidikan agama Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu al-Qur�an dan hadits.�[36]
Pendapat ini diperkuat oleh Zakiah Darajat, dkk. bahwa �pendidikan Islam itu bersumber pada ajaran Islam yang terdapat dalam al-Qur�an dan Sunnah Nabi.�[37] Senada dengan hal ini, Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany juga mengungkapkan bahwa,��.dasar ajaran-ajaran dan bimbingan-bimbingan pada segala bidang kehidupan adalah kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya.�[38]
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, jelaslah bahwa pendidikan agama Islam bersumber pada al-Qur�an dan hadits. Sehingga proses pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari tuntunan al-Qur�an dan hadits sebagai sumber asasinya. Proses pendidikan berpegang kepada dua sumber itu adalah pendidikan Islam, dan hal ini sekaligus membedakan antara corak pendidikan Islam dengan corak pendidikan dari pada umumnya.
Sebagai bukti bahwa al-Qur�an merupakan dasar pendidikan Islam, terlihat dalam salah satu ayatnya yang mendorong supaya manusia menguasai ilmu pengetahuan melalui proses belajar. Ketika wahyu pertama diturunkan Islam dengan tegas mendorong umatnya untuk menguasai ilmu pengetahuan. Ketegasan ini bisa dilihat dari ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw. seperti yang terdapat dalam al-Qur�an suratal-�Alaq ayat 1-5 sebagai berikut :
??????? ??????? ??????? ??????? ??????? ?????? ??????????? ???? ??????? ????????? ????????? ???????????? ??????? ??????? ???????????? ??????? ??????????? ??? ???? ???????? ? (?????: ?- ?)
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanlah yang paling pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (Qs. al-'Alaq: 1-5).

            Di dalam memahami ayat di atas dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, Syech Muhammad Abduh sebagaimana yang dikutip oleh Hamka menjelaskan bahwa:
Tidak didapat kata-kata yang lebih sempurna daripada ayat ini di dalam menyatakan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya. Juga dalam kaitannya dengan ayat ini ar-Razi menjelaskan bahwa Allah memerintahkan mencari ilmu pengetahuan dengan perantaraan qalam atau pena. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya umat Islam untuk belajar dan menuntut ilmu pengetahuan.[39]

            Hadits juga merupakan dasar pendidikan Islam. Hal ini terbukti dalam salah satu hadits Nabi mengungkapkan bahwa menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim. Perintah menuntut ilmu juga di dasarkan pada salah satu Hadits Nabi Saw. sebagai berikut :
?? ???? ?? ?????, ?? ??? ?? ????, ??? ???? ???? ??? ???? ???? ????: ?????? ????????? ?????????? ????? ????? ???????? ???????????? (???? ??? ????)

Artinya:  Dari Muhammad bin Sairin, dari Anas bin Malik berkata, bersabda Rasulullah Saw. �Menuntut ilmu adalah perlu/wajib atas setiap muslim dan muslimat. (HR. Ibnu Majah).[40]

            Dengan demikian ajaran Islam menganjurkan umatnya menuntut ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Ajaran Islam menganggap menuntut ilmu sebagai hal yang wajib dilakukan sesuai kemampuan dan kemungkinan yang ada pada setiap individu. Pendidikan agama sangat penting dilaksanakan dalam rangka mewujudkan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan agama Islam penting dilaksanakan  dalam rangka pemahaman dan penghayatan  terhadap niali-nilai syari�at Islam dan agar manusia lebih mengenal agamanya.




               [1]Withelingson. HC., Psikologi Pendidikan, Alih Bahasa M. Bukhari, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.

[2]Harun Nasution, Islam Ditinja dari Berbagai Aspek, Jil. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hal. 9.

[3]Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1996), hal. 33.
[4]Abdul Fida Kastori, Sistem Pendidikan Islam, (Ishlan, etd. 43 Tahun III, 1995), hal. 38.

[5]Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Cet. Ke-VIII, (Bandung: Al-Ma�arif, 1994), hal. 21.

[6]Kurikulum/GBPP Sekolah Menengah Umum, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1995), hal. 21.
[7]Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1981), hal. 257.

[8] M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 12.

[9]Marimba, Pengantar ..., hal. 19.

[10]Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,1992), hal. 14.

[11] Ramayulis, llmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 2.
[12] Ibid., hal. 2.

[13] Khursyid Ahmad, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. A.S Robith, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1992), hal. 14.
[14] Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hal. 92.

[15] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Cet. Ke II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 88.
[16]Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, Cet. I, (Jakarta: KDI, 2002), hal 78.

[17]Mahmud, Tedia Priatna, Pemikiran Pendidikan Islam, (Bandung: Sahifa, 2005), hal. 18-19.

[18]Ibid , hal. 20.
[19]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, Cet.VI, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hal. 13.

[20]Wens Tainlain, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Obor, 1992), hal. 5.
[21]Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,  (Jakarta: Rineka Cipta 1991), hal. 69.
[22]M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Edisi I, Cet. III, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal 133.

[23]Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Umum/Kejuruan, (Jakarta: Dirjen Bimbaga Islam, 1995/1996), hal. 1.
[24]Mohd. �Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Terjemahan Bustami A. Gani dan Djhsr Bahri), Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hal 136.

[25]Ibid, hal. 1.

[26]Abdurrahman An-Nahlawy, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Cet. II, (Bandung: Diponegoro, 1992), hal. 197.
[27] Jalaluddin Rahmat, Wawasan Islam, Pradikma Dan Sistem Islam, (Bandung: Matahari Press, 2003), hal 44.
[28] T.M. Hasby Ash  Shiddiqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Jakarta: Mulya 1967), hal 21.
[29] M. Fu�ad Abdul Baqi, Mutiara  Hadis, Alih bahasa dari Al-Lu�lu Warmajan,                  (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2005), hal. 7.

[30] Jalaluddin Rahmat, Wawasan... hal.45.
                    
[31] Dedel Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial, Dirasah Islamiyah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1992),  hal. 71.
[32] Abu Ahmadi dan Noor Salmi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal 198.
[33] Nasrudin Razak, Dinul Islam, Cet. II, (Bandung: Al-ma�arif, 1993), hal. 9.

[34] M. Nasir Budiman, Pendidikan dalam Prefektif al-Qur�an, Cet I, (Jakarta: Maduel Press, 2001), hal. 149.

[35] Rahmat, Wawasan..., hal. 46.     
[36]Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal. 37.

[37]Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/IAIN, 1981/1982), hal. 61.

[38]Omar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,  1983), hal. 246.
[39]Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amarullah), Tafsir Al-Azhar, Jilid 5, Cet. 3,  (Surabaya: Pustaka Islam, 1983), hal. 196.
[40]Sunan Ibnu Majah, Ibnu Majah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995), hal. 87.