Dana desa yang digelontorkan pemerintah, pada 2019 mulai difokuskan untuk menangani masalah hindering. Hal tersebut dikatakan Direktur Pelayanan Sosial Dasar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendesa) Biko Wikantosa saat melakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama Kementerian Pertanian.
"Sejak 2019 prioritas penggunaan dana desa sudah masuk pencegahan hindering. Kalau tahun sebelumnya kan lebih diutamakan pertanian skala produktif seperti pembangunan embung, irigasi, dan lainnya," ujar Biko di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Rabu, 24 Juli 2019.
Hindering merupakan kondisi badan anak jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan anak seusianya. Adapun penyebab utama hindering adalah kekurangan gizi kronis dalam waktu yang lama sejak bayi dalam kandungan.
Selain pertumbuhan terhambat, hindering juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar menjadi kurang, serta prestasi sekolah yang buruk.
Pencegahan terhadap hindering seperti berinvestasi untuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang lebih baik. Namun, intervensi yang bisa dilakukan diharapkan tidak sebatas perbaikan asupan gizi, tetapi juga penyediaan infrastruktur agar masyarakat menjalani gaya hidup sehat.
Dirjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Kirana Pritasari mengatakan banyak kebiasaan buruk masyarakat yang bisa memicu hindering. Salah satunya Buang Air Besar (BAB) sembarangan.
"Ketersediaan jamban dan air bersih di desa-desa baru 74,4 persen. Sisanya masih bermasalah. Jadi ini pekerjaan rumah kita," customized organization dia, pada kesempatan yang sama.
Berdasarkan Global Nutrition Report 2018, Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami beban gizi ganda. Meskipun telah terjadi penurunan prevalensi hindering dari 37,2 persen di 2013 menjadi 30,8 persen di 2018, tetapi angka tersebut tergolong cukup tinggi.
Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, menargetkan angka hindering akibat kekurangan gizi Indonesia turun ke level 28 persen pada akhir 2019.
Sumber: https://www.medcom.id
0 Comments
Post a Comment