Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Hadih Madja Aceh


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Keberagaman budaya dalam tutur kata dan perilaku adalah menjadi filosofi kehidupan orang Aceh. Perihal ini bukan hanya seni tari dan musik, Aceh juga sangat identik dengan sastra atau peribahasa (seni tutur). Dari berbagai sumber, Semenjak Aceh dikenal pada abad ke-9 sastra sudah sangat berkembang di Aceh. Akan tetapi sulit menemukan jawaban yang pasti bagaimana sejarah sastra di Aceh, mengingat sangat sedikit sejarah yang mencatat secara detail bagaimana perjalanan sastra di Aceh. Namun, sastra itu terus berkembang hingga sekarang, walaupun hanya sebahagian kecil dari masyarakat Aceh yang masih memperdulikannya.
Sastra di Aceh berkembang dalam dua bentuk, ada dalam tulisan dan juga lisan. Dalam hal ini, penulis sangat tertarik dengan sastra lisan yang berkembang di Aceh. Puisi lisan hingga sekarang masih terdengar dari mulut-mulut para seniman tutur Aceh, orang tua bahkan sering kita temukan dalam koleksi buku-buku lama. Hadieh maja/nariet maja (Peribahasa Aceh) adalah salah satu puisi lisan yang masih berkembang di bumi Serambi Mekkah. Secara bahasa hadieh/nariet bisa di artikan ungkapan atau petuah, dan kata maja berarti nenek moyang (ancestors) atau alam bahasa Aceh kita kenal dengan istilah indatu. Hadieh maja merupakan ungkapan singkat keuneubah indatu yang mengandung nilai-nilai dan filosofis kehidupan masyarakat Aceh[1].
Rangkaian kata yang menjadi sebuah kalimat singkat dan indah, didalamnya juga mengandung makna sangat dalam yang meliputi berbagai sisi kehidupan masyarakat Aceh. Dalam definisi lain hadih maja adalah nasehat dan petuah endatu (nenek moyang) yang mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan keagamaan. Dari definisi di atas, bisa kita simpulkan bahwa hadieh maja merupakan representasi dari pada nilai-nilai sosial budaya dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh. Semua aspek kehidupan ada dalam ungkapan hadieh maja, baik itu tentang pendidikan, urusan rumah tangga, pemerintah bahkan keagamaan.
Hadih Maja atau Nariet Maja adalah ungkapan bijak warisan indatu tentang nilai-nilai dan filosofis kehidupan masyarakat Aceh yang diungkapkan dengan singkat, padat dan dengan sentuhan bahasa puitis.  Hadih Maja mengajarkan berbagai dimensi nilai dan filosofis,  agar menjadi pegangan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.  Sebahagian besar dari hadih maja merupakan  kristalisasi dari nilai-nilai agama dalam sistem budaya masyarakat Aceh.  Hampir bisa dipastikan semua hadih maja  memuat nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran agama yang dianut masyarakat Aceh yaitu Agama Islam.  Hal ini sejalan dengan ungkapan salah satu hadih Maja yang sangat masyhur yakni : Adat bak poeteu Meureuhom, hukom bak Syiah Kuala. Adat ngen Hukom lagee Zat ngen Sifeut. Hadih maja ini menggambarkan secara tepat bagaimana adat dan hukum (syariat Islam) telah terintegrasi secara utuh dan harmonis, sehingga tidak mungkin memisahkan antara keduanya.
       Hadih Maja yang lain seperti, " meunyoe teupat niet ngen kasat laot darat Tuhan peulara"   Hadih Maja ini mengajarkan tentang pentingnya "Niat" dan "keikhlasan"  ketika kita melakukan sesuatu.  Tentu Hadih Maja ini sangat sejalan dengan ajaran agama Islam yang dianut masyarakat Aceh.
Banyak juga ditemui Hadih Maja yang menggambarkan bagaimana sifat dan karakter masyarakat Aceh.  Hadih Maja yang ada hubungannya dengan penggambaran ini misalnya: "Lagee Crah meunah beukah";  "Meunyoe ate hana teupeh, pade bijeh dipeutaba, tapi meunyoe ate ka teupeh bu leubeh han meuteumee rasa";  "Cap di batee, labang di papeun, lagee ka lon kheun hanjeut meutuka" ; "meunyoe na ate, pade ta tob,  hana bak droe, talakee bak gob"  dan banyak lagi lainnya yang menggambarkan karakter keeleganan, kesetiakawanan, konsistensi dan keberanian manusia Aceh. 
Selain itu, dalam romantisme percintaan muda-mudi, Hadih Maja juga kerab dipakai sebagai media penyampaian pesan-pesan cinta. Umpamanya, meunyoe na chen keu rakan sahbat, reudok keu tungkat kilat keu sua, kalau rindu kepada sahabat, petir kujadikan tongkat, kilat sebagai obor.
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Hadih Madja Aceh.�
B.    Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana pendidikan sastra dalam hadih madja Aceh?                                   
2.     Bagaimana pendidikan kebudayaan dalam hadih madja Aceh?                         
3.     Bagaimana pendidikan sejarah dalam hadih madja Aceh?                                 
4.     Bagaimana pendidikan dakwah dalam hadih madja Aceh?                    
C.    Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Untuk mengetahui pendidikan sastra dalam Hadih Madja Aceh.                      
2.     Untuk mengetahui pendidikan kebudayaan dalam Hadih Madja Aceh.             
3.     Untuk mengetahui pendidikan sejarah dalam Hadih Madja Aceh.                    
4.     Untuk mengetahui pendidikan dakwah dalam Hadih Madja Aceh.       
D.    Penjelasan Istilah
Adapun istilah yang terdapat dalam judul skripsi iniyang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.     Nilai-Nilai
Daryanto,SS, dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mengartikan kata Nilai adalah � Harga, ukuran, angka yang mewakili prestasi, sifat-sifat penting yang berguna bagi manusia, dalam menjalani hidupnya.�[2] Dalam buku �Mengartikulasikan Pendidikan Nilai� disebutkan bahwa: � Nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan[3] Menurut Poerwadarminta, nilai adalah �Harga atau sifat-sifat (halaman-halaman) yang sangat berharga bagi manusia, karena ia dapat membawa kebahagian hidup dunia dan akhirat.[4]
Zakiah Daradjat menyebutkan, nilai adalah �apa yang disuruh oleh Allah itulah yang nilai yang baik dan yang dilarang-Nya itulah yang tidak baik dan harus dijauhi, segala tingkah laku, perbuatan, perkataan dan cara hidup seorang muslim harus sesuai dengan ajaran Islam.�[5]
               Nilai yang penulis maksudkan dalam judul skripsi ini adalah segala tindakan atau perbuatan yang mempunyai ukuran dan harga tersendiri dalam menjalani kehidupannya.
2.     Pendidikan
Pendidikan berasal dari kata didik yang artinya �Memelihara, memberi latihan, dan pimpinan, kemudian kata didik itu mendapat awalan pe- akhiran- an sehingga menjadi pendidikan yang artinya perbuatan mendidik.�[6] Oemar Muhammad Al-Syaibani dalam buku �Filsafat Pendidikan� mengemukakan bahwa �Pendidikan adalah usaha-usaha untuk membina pribadi muslim yang terdapat pada pengembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial.�[7]
Sedangkan menurut M. Arifin memberikan definisi pendidikan adalah �suatu proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik di buat dan dipakai oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik�.[8] Dalam psikologi pendidikan disebutkan pendidikan adalah: �Proses pertumbuhan yang berlangsung berkat dilakukannya perbuatan belajar.�[9]
Pendidikan yang penulis maksud dalam pembahasan ini adalah suatu usaha untuk menumbuhkan, mengembangkan, mengawasi dan memperbaiki seluruh potensi fitrah manusia secara optimal dengan sadar dan terencana menurut hukum-hukum Allah yang ada di alam semesta maupun di dalam al-Qur�an.
3.     Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti �to mark� atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek�[10]. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Dekdiknas adalah �bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak�. Adapun berkarakter, adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, dan berwatak.
karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah �sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu�[11]. Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.
Adapun menurut penulis, karakter adalah kepribadian ditinjau  dari titik  tolak etis  atau  moral,  misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap.
4.     Hadih Madja Aceh
Hadih maja adalah �puisi Iisan Aceh yang digunakan oleh penutur bahasa Aceh dakm situasi resmi dan tidak resmi�[12]. Hadih Maja atau Nariet Maja adalah ungkapan bijak warisan indatu tentang nilai-nilai dan filosofis kehidupan masyarakat Aceh yang diungkapkan dengan singkat, padat dan dengan sentuhan bahasa puitis[13].  Hadih Maja mengajarkan berbagai dimensi nilai dan filosofis,  agar menjadi pegangan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.  Sebahagian besar dari hadih maja merupakan  kristalisasi dari nilai-nilai agama dalam sistem budaya masyarakat Aceh.
Hadih maja adalah �suatu ungkapan berupa kata-kata bijak dari para pendahulu di aceh yang mengandung makna moral yang tinggi dalam kehidupan, suatu ungkapan atau susunan kata yang bertajuk indah dan mempunyai nilai sosial yang sangat luas yang meliputi berbagai segi kehidupan dan juga sebagai suatu seni dalam berbicara dan biasa di sebut "singkat, padat dan jelas"[14].
Adapun menurut penulis, hadih madja aceh adalah peutuah-peutuah orang Aceh yang dirangkai dengan baik.
E.    Kegunaan Pembahasan
Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam hadih madja Aceh. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam hadih madja Acehini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.



F.     Metodelogi Pembahasan

1.     Jenis penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang ada berkaitan dengan teori-teori pendidikan, khususnya nilai-nilai pendidikan karakter dalam hadih madja Aceh. Di samping literatur tentang metodologi penelitian dan referensi lainnya yang berhubungan dengan variabel penelitian dengan cara membaca, menelaah dan menganalisa.
2.     Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter dalam hadih madja Aceh.
3.     Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
NO
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan

1
Pendidikan sastra dalam hadih madja Aceh                                         
1.     Pendekatan Filosofi
2.     Pendekatan Sains
3.     Pendekatan Religi
2
Pendidikan kebudayaan dalam hadih madja Aceh
1.     Pengertian
2.     Tujuan
3
Pendidikan sejarah dalam hadih madja Aceh
1.     Sejarah  budaya
2.     Sejarah keistimewaan
4
Pendidikan dakwah dalam hadih madja Aceh
1.     Dakwah Keluarga
2.     Dakwah bermasyarakat
4.     Sumber Data

1)     Data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[15]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah .Hasyim M.K. Himponan Hadih Maja, Banda Aceh: Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Aceh,1969. Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina. 1996, Kartika, Dharsono Soni dan Nanang Ganda Perwira, Pengatttar Estetika. Bandung: Penerbit Rekayasa Sains. 2004, Kuntowijoyo, Masyarakat dan Budaya, Yogyakarta: PT Tiara Wacana. 1989.
2)     Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku Metode Pendidikan Qur�ani ; Teori dan Aplikasi,�, karya Syahidin yang diterbitkan Misaka Galiza, 1999. Tafsir al-Azhar, karya Hamka, yang diterbitkan Pustaka Panji Mas, 1988. Cahaya al-Qur-an karya M. Ali Ash-Shabuny yang diterbitkan Pustaka al-Kautsar, 2002. Pendidikan Karakter pada Sekolahkarya Koesoma yang diterbitkan Kencana. 2007, Teori dan Perkembangan anak karya Wina Sanjaya,. Yang diterbitkan Gramedia Citra. 2008.
5.     Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik library research yaitu menelaah buku-buku, teks dan literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[16]Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi ini.
6.     Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[17]
G.   Kajian Terdahulu
Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Nama: Marlina Nim: A. 284244/3194 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011dengan judul dengan judul skripsi Pendidikan Pada Zaman Kesultanan di Aceh metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah Metode Deskriptif Kualitatif dengan kesimpulan sebagai berikut:
a.      Sistem pendidikan zaman Kesultanan Aceh adalah Sistem pendidikan informal berupa halaqah. Yang pada kelanjutannya menjadi sistem pendidikan formal.
b.     Peranan ulama dalam pendidikan zaman Kesultanan Aceh adalah Pada masa Sultan Iskandar Muda memerintah di Kerajaan Aceh, ulama mempunyai kedudukan dan peran yang sangat penting di dalam menyertai perjalanan panjang seorang sultan di dalam menjalankan pemerintahannnya.
c.      Peranan pendidikan dalam Pembangunan Aceh pada zaman Kesultanan adalah Dalam perkembangan agama Islam di daerah Aceh, peranan mubaligh sangat besar, karena mubaligh tersebut tidak hanya berasal dari Arab, tetapi juga Persia, India, juga dari Negeri sendiri.
2.     Nama: Anhar Rusli Nim: A. 294244/3944 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2010 dengan judul dengan judul skripsi Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah Metode Deskriptif Kualitatif dengan kesimpulan sebagai berikut:
a.     Pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria, malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
b.    Dalam Islam, tidak ada disiplin ilmu yang terpisah dari etika-etika Islam. Sebagai usaha yang identik dengan ajaran agama, pendidikan karakter dalam Islam memiliki keunikan dan perbedaan dengan pendidikan karakter di dunia barat. Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup penekanan terhadap prinsip-prinsip agama yang abadi, aturan dan hukum dalam memperkuat mralitas, perbedaan pemahaman tentang kebenaran, penolakan terhadap otonomi moral sebagai tujuan pendidikan moral, dan penekanan pahala di akhirat sebagai motivasi perilaku bermoral.
c.     Karakter atau Akhlak tidak diragukan lagi memiliki peran besar dalam kehidupan manusia. Menghadapi fenomena krisis moral, tuduhan seringkali diarahkan kepada dunia pendidikan sebagai penyebabnya. Hal ini dikarenakan pendidikan berada pada barisan terdepan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, dan secara moral memang harus berbuat demikian.
3.     Nama: Rohani Nim: A. 294045/3845 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul dengan judul skripsi Strategi Mengembangkan Pendidikan Berkarakter metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah Metode Deskriptif Kualitatif dengan kesimpulan sebagai berikut:
a.      Pendidikan karakter adalah suatu sistem penamaan nilai-nilai karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan.
b.     Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial  dan budaya yang bersangkutan.
c.      Strategi-strategi dalam Perkembangan Pendidikan Berkarakter salah satunya adalah Strategi Pendidikan Karakter melalui Multiple Intelligence (Multiple Talent Approach) Strategi ini  bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang merupakan Pengembangan potensi yang membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
Penulis sangat menarik terhadap penelitian diatas mengenai pendidikan karakter, akan tetapi penelitian tersebut belum menjelaskan tentang nilai pendidikan karakter dalam hadih madja Aceh, sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Melalui penelitian ini penulis mendiskripsikan yang paling penting dikaji adalah Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Hadih Madja Aceh.



               [1]Hasyim, Himponan Hadih Maja, (Banda Aceh: Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Aceh, 1969), hal. 34.
                   [2] Daryanto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta. Penerbit Rosda Karya,1997), hal. 210.

    [3]Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Al Fabeta, 2004), hal. 11.

    [4] Poerwadarminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hal. 412.

               [5] Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 30.

    [6]Hobby, Kamus Populer, Cet.XV, (Jakarta: Central,  1997 ), hal 28.

   [7]Oemar Muhammad At-Tomy Al-Syaibani, Filsafat Pendidikan Islam ,terj. Hasan Langgulung, Cet. I, (Jakarta: Bulan Bintang,  1979 ), hal.44.
[8] M. Arfin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hal. 12.
[9]H.C.Whtherington, Psikologi pendidikan,Terjemahan Bukhari, cet IV, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.

               [10] Suganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidkan, (Jakarta: Gunung Agung, 1976), hal. 214.
[11] H.C.Whtherington, Psikologi pendidikan,Terjemahan Bukhari, cet IV, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 12.

               [12] Hasyim M.K,Himponan Hadih Maja, (Banda Aceh: Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Aceh,1969), hal. 39.

               [13] Ali Ahmad, Pengantar Pengajian Kesusasteraan, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,1994), hal. 45.
               [14] BudimanSulaiman, Bahasa A.ceh, (Banda Aceh: Pustaka Farabi, 1979), hal. 49.
[15]Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,             (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[16]Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.

[17]Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.