Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Peran Guru Sebagai Pembimbing


A.    Peran Guru Sebagai Pembimbing


Bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance” berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti “menunjukkan, membimbing, menuntun, ataupun membantu”[1]
Menurut DR. Rachman Natawidjaja yang dikutip oleh Hellen A. “bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, serta kehidupan umumnya dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat membelikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk sosial”.[2]

Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak didik atas kekuatan dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri yang pada akhirnya memperoleh pengalaman yang dapat memberikan sumbangan berarti bagi masyarakat. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari individu yang ahli.[3] Sardiman mengemukakan, membimbing adalah sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arahan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.[4]Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa membimbing merupakan upaya yang dilakukan seseorang secara terus menerus dan terencana dalam membantu seseorang menemukan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Guru dalam proses belajar mengajar diharapkan mampu untuk membimbing siswa dengan cara :
Pertama, Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar. Kedua, Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya. Ketiga, Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya. Keempat, Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya. Kelima, Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.[5]

Tujuan bimbingan belajar secara umum adalah membantu murid- murid agar dapat penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan mencapai perkembanagan yang optimal.[6]Setelah adanya bimbingan belajar ini diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Guru sebagai pembimbing memberi bimbingan adalah dua macam peranannya adalah yang mengandung banyak berbeda dan persamaan. Kedua sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai murid, dan guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.[7]     

Membimbing disini merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang agar mampu mengembangkan potensi (bakat, minat, dan kemampuan) yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab kepada orang lain.



                [1]Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), hal.2
                [2] Ibid., hal.5.
                [3]Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal.13.
                [4]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2008), hal 140.
                [5] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta. Rineka Cipta, 2004),
hal.116.
                [6] Ibid., hal. 111.
                [7]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo Offset, 1989), hal. 15.