LEMBAGA
TUHA PEUT GAMPONG
(TUHA
PEUT)
GAMPONG
JULI TAMBO TANJONG KECAMATAN JULI
KABUPATEN
BIREUEN
KEPUTUSAN
LEMBAGA
TUHA PEUT GAMPONG JULI TAMBO TANJONG
NOMOR :
01 TAHUN 2019
TENTANG
PERATURAN
TATA TERTIB LEMBAGA TUHA PEUT GAMPONG
Menimbang
|
:
|
Bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 97 huruf f Peraturan
Daerah Kabupaten Bireuen No. 8 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Gampong maka
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas TUHA PEUT dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Gampong perlu menetapkan Keputusan TUHA PEUT Juli Tambo Tanjong tentang
Peraturan Tata Tertib TUHA PEUT.
|
Mengingat
|
:
|
1.
Undang-undang No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2.
Peraturan Pemerintah
No. 72 tahun 2005 tentang Desa.
3.
Peraturan Daerah
Kabupaten Bireuen No. 8 tahun 2006 tentang Pemerintahan Gampong.
4.
Peraturan Bupati Bireuen
No. 28 tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bireuen
No. 8 tahun 2006 tentang Pemerintahan Gampong:
5.
Keputusan Bupati Bireuen
No. 188/27/KEP/412.11/2007 tanggal 27 Maret Tahun 2007 Tentang Pemberhentian
Anggota Badan Perwakilan Desa dan Pengesahan anggota TUHA PEUT Juli Tambo
Tanjong Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen, Periode Tahun 2007 – 2013
|
Memperhatikan
|
:
|
Hasil Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa (TUHA PEUT) Juli pada hari
Selasa tanggal 17 April 2007.
|
MEMUTUSKAN
:
Menetapkan
|
:
|
KEPUTUSAN BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA (TUHA PEUT) JULI TENTANG PERATURAN TATA TERTIB BADAN
PERMUSYAWARATAN DESA (TUHA PEUT) JULI TAMBO TANJONG KECAMATAN JULI KABUPATEN
BIREUEN.
|
BAB I
KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Peraturan Tata Tertib ini yang
dimaksud dengan :
1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Bireuen.
2. Bupati adalah Bupati Bireuen.
3. Bupati atau Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang
berwenang dan berhak mengesahkan pengangkatan dan pemberhentian Keuchiek.
4. Camat adalah Camat Juli, yang merupakan unsur
perangkat daerah sebagai pemimpin kecamatan yang melaksanakan pelimpahan
sebagai wewenang Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.
5. Keuchiek atau Penjabat Keuchiek adalah Keuchiek Juli
atau Penjabat Keuchiek Juli, seorang pejabat yang ditunjuk dan diangkat oleh
pejabat yang berwenang untuk melaksanakan hak, wewenang dan kewajiban Keuchiek
dalam kurun waktu tertentu.
6. Lembaga Tuha Peut, selanjutnya disebut TUHA PEUT
adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Gampong, sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Gampong.
7. Pemerintah Gampong adalah Keuchiek, Sekretaris Desa
dan Perangkat Gampong lainnya sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Gampong.
8. Pemerintahan Gampong adalah penyelenggaraan urusan
Pemerintahan oleh Pemerintah Gampong dan Badan Permusyawaratan Desa dalam
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Qanun Gampongadalah peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh Badan Permusyawaratan Desa bersama Keuchiek.
10. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Gampong
dalam memberdayakan masyarakat.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya
disebut APBDes adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Gampong yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Gampong dan TUHA PEUT, yang
ditetapkan dengan Peraturan Desa.
12. Kode Etik TUHA PEUT adalah suatu ketentuan etika
perilaku sebagai acuan kinerja Anggota TUHA PEUT dalam melaksanakan tugasnya.
13. Tanah Kas Desa adalah tanah bekas bengkok dan tanah
lain yang dikuasai Desa berupa tanah sawah dan atau tanah darat yang menjadi
kekayaan Desa.
14. Pihak Ketiga adalah instansi, lembaga, badan hukum dan
perorangan diluar Pemerintah Gampong, antara lain Pemerintah, Pemerintah
Propinsi, Pemerintah Kabupaten, Pemerintah negara Asing, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Milik Desa, Koperasi, Swasta
Nasional, dan Swasta Asing, Lembaga Keuangan dalam dan luar negeri.
BAB II
KEDUDUKAN,
FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG TUHA PEUT
Pasal 2
1. Tuha Peut berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Gampong.
2. Tuha Peut berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah
Gampong.
3. Tuha Peut sebagai Badan Permusyawaratan Desa merupakan
wahana untuk melaksanakan Demokrasi berdasarkan Pancasila.
Pasal 3
(1) Tuha Peut berfungsi menetapkan Qanun Gampong bersama Keuchiek,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
(2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan Peraturan Desa,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Keuchiek.
(3) Mengayomi dan menjaga kelestarian adat istiadat yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat sepanjang menunjang pelaksanaan
pembangunan.
Pasal 4
Tuha Peut mempunyai tugas dan wewenang :
a. Membahas rancangan Qanun Gampong bersama Keuchiek;
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Qanun
Gampongdan Peraturan Keuchiek;
c. Melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah
Gampong dalam pengurusan dan pengelolaan sumber pendapatan dan kekayaan desa;
d. Membahas, menyetujui dan menetapkan rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa;
e. Memberitahukan kepada Keuchiek mengenai akan
berakhirnya masa jabatan Keuchiek secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum
berakhir masa jabatan;
f. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Keuchiek;
g. Membentuk panitia pemilihan Keuchiek;
h. Bersama Keuchiek membentuk panitia pemilihan Perangkat
Gampong;
i. Memberikan persetujuan pengangkatan dan pemberhentian Perangkat
Gampong;
j. Memberikan persetujuan penunjukan seorang pejabat dari
Perangkat Gampong oleh Keuchiek dalam hal terdapat lowongan jabatan Perangkat
Gampong;
k. Memberikan persetujuan kerjasama antar Desa dalam
Kabupaten maupun antar desa di luar Kabupaten;
l. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat;
m. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (TUHA
PEUT);
n. Mengadakan perubahan Qanun Gampongbersama Keuchiek;
o. Memberikan persetujuan pengalihan Sumber Pendapatan
Desa yang dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah Gampong kepada pihak lain;
p. Memberikan persetujuan pengelolaan kekayaan Desa yang
dilakukan dengan pihak lain yang saling menguntungkan;
q. Memberikan persetujuan atas perubahan fungsi Tanah Kas
Desa untuk kepentingan desa sendiri maupun kepentingan pihak lain.
Pasal 5
Tuha Peut
berwenang memberikan peringatan tertulis kepada Keuchiek, paling banyak 3
(tiga) kali secara berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 30 (tiga
puluh) hari, apabila Keuchiek melakukan pelanggaran pada peraturan dan
perundang-undangan atau norma masyarakat yang berlaku, dan atau dalam
melaksanakan tugasnya tidak dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
adil, diskriminatif serta mempersulit setiap keperluan masyarakat.
Pasal 6
Apabila
sampai dengan teguran ke 3 (tiga) tidak diindahkan oleh Keuchiek, Bupati atas
laporan Tuha Peut dapat memberikan sanksi administratif berupa peringatan,
pemberhentian sementara dan pemberhentian setelah didahului pemeriksaan
instansi yang berwenang.
BAB III
HAK DAN
KEWAJIBAN TUHA PEUT
Pasal 7
Tuha Peut mempunyai hak :
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Gampong mengenai
permasalahan Desa;
b. Meminta keterangan kepada pengurus Lembaga
Kemasyarakatan Desa atau warga masyarakat baik secara lesan atau tertulis
dengan menjunjung tinggi keterbukaan, kejujuran, dan obyektifitas;
c. Menyatakan pendapat;
d. Menerima laporan keterangan pertanggungjawaban atas
laporan pertanggungjawaban Keuchiek yang disampaikan kepada Bupati;
e. Menerima laporan akhir masa jabatan Keuchiek.
Pasal 8
(1) Anggota TUHA
PEUT mempunyai hak :
a. Mengajukan rancangan Qanun Gampong dan atau menyetujui
perubahan mengenai Qanun Gampong yang diusulkan oleh Pemerintah Gampong;
b. Mengajukan pertanyaan;
c. Menyampaikan usul dan pendapat kepada Pemerintah
Gampong;
d. Memilih dan dipilih; dan
e. Memperoleh tunjangan, dan uang sidang serta
penghasilan lain yang sah yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan
desa.
(2) Anggota TUHA
PEUT mempunyai kewajiban :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang
Dasar 1945, dan menaati segala peraturan perundang-undangan;
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Gampong;
c. Mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti
aspirasi masyarakat;
e. Memproses pemilihan Keuchiek;
f. Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan
pribadi, kelompok dan golongan;
g. Menghormati nilai-nilai sosial budaya dan adat
istiadat masyarakat setempat, dan ;
h. Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan
lembaga kemasyarakatan.
BAB IV
PEMBERHENTIAN
DAN MASA KEANGGOTAAN
Pasal 9
(1) Anggota
Tuha Peut berhenti bersama-sama pada saat TUHA PEUT yang baru telah disahkan
dan dilantik oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Masa
keanggotaan Tuha Peut adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat / diusulkan
kembali untuk 1 (satu) kali masa keanggotaan berikutnya.
Pasal 10
(1) Anggota
TUHA PEUT berhenti karena :
a. Meninggal
dunia;
b. Permintaan
sendiri;
c. Diberhentikan.
(2) Anggota
TUHA PEUT diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c karena :
a. Berakhir
masa keanggotaannya;
b. Tidak
dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan;
c. Tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Anggota TUHA PEUT;
d. Dinyatakan
melanggar sumpah / janji;
e. Tidak
melaksanakan kewajiban sebagai Anggota TUHA PEUT, dan atau;
f. Melanggar
larangan bagi Anggota TUHA PEUT;
(3) Apabila
ada Anggota TUHA PEUT yang berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digantikan warga masyarakat yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota TUHA
PEUT dari wilayah yang diwakili.
BAB V
PIMPINAN TUHA
PEUT
Pasal
11
(1). Pimpinan
TUHA PEUT terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang Wakil Ketua, dan 1
(satu) orang sekretaris.
(2). Pimpinan
Tuha Peut sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dipilih dari dan oleh
anggota TUHA PEUT secara langsung dalam rapat Tuha Peut yang diadakan secara
khusus dengan cara musyawarah mufakat.
(3). Rapat
pemilihan pimpinan Tuha Peut untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua
dan dibantu oleh anggota termuda.
(4). Apabila
dalam musyawarah tidak tercapai kesepakatan maka pemilihan dilaksanakan secara voting.
(5). Sekretaris
Tuha Peut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain sebagai unsur pimpinan,
memimpin sekretariat TUHA PEUT dan dapat dibantu oleh staf sesuai kebutuhan
yang diangkat oleh Keuchiek dan bukan dari Perangkat Gampong.
Pasal 12
Kewenangan Pimpinan terhadap Anggota Tuha Peut :
1. Memberikan
peringatan secara lesan kepada Anggota Tuha Peut yang melalaikan tugas dan
melanggar kode etik, sumpah atau janji Anggota Tuha Peut.
2. Peringatan
kepada Anggota Tuha Peut sebagaimana dimaksud ayat (1) di atas apabila tidak
diindahkan oleh anggota yang bersangkutan maka diberikan peringatan secara
tertulis. dan jika tetap tidak ada perubahan maka pimpinan Tuha Peut mengusulkan
kepada Bupati untuk memberhentikan yang bersangkutan dan mengusulkan
pengganti yang sudah ditetapkan menjadi calon Anggota Tuha Peut dari
wilayah yang diwakili.
3. Pimpinan
Tuha Peut berhak mengundang rapat untuk anggota Tuha Peut.
Pasal 13
(1). Masa
jabatan Ketua Tuha Peut adalah 6 (enam) tahun.
(2). Dalam
hal Ketua berhalangan hadir dalam rapat maka Wakil Ketua mengganti Kedudukan
Ketua dan selanjutnya sekretaris mengganti kedudukan Wakil Ketua.
BAB VI
PENGATURAN
TATA TERTIB DAN MEKANISME KERJA
Pasal 14
(1). Rapat
Tuha Peut dipimpin oleh Pimpinan TUHA PEUT.
(2). Rapat
Tuha Peut dapat dilakukan setiap saat atas usulan ⅔ Anggota
Tuha Peut.
(3). Rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila dihadiri paling
sedikit ½ (satu per dua) dari jumlah anggota TUHA PEUT, dan keputusan
ditetapkan berdasarkan suara terbanyak.
(4). Dalam
hal tertentu rapat TUHA PEUT dinyatakan sah apabila dihadiri paling
sedikit ⅔ (dua
per tiga) dari jumlah anggota TUHA PEUT, dan keputusan ditetapkan dengan
persetujuan paling sedikit ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari jumlah
anggota TUHA PEUT yang hadir.
(5). Pengambilan
keputusan TUHA PEUT dilaksanakan secara musyawarah mufakat, dan apabila tidak
dapat dicapai musyawarah mufakat maka ditempuh melalui suara terbanyak /
voting.
(6). Dalam
pengambilan keputusan mengenai orang atau lembaga maka voting dilakukan secara
tertutup.
(7). Dalam
hal pengambilan keputusan mengenai sesuatu permasalahan yang tidak menyangkut
orang maka voting dilakukan secara terbuka.
(8). Hasil
rapat TUHA PEUT ditetapkan dengan Keputusan TUHA PEUT dan dilengkapi dengan
notulen rapat yang dibuat oleh sekretaris TUHA PEUT.
(9). Dalam
hal Ketua TUHA PEUT berhalangan, rapat dipimpin oleh Wakil Ketua.
Pasal 15
(1) Tata
tertib TUHA PEUT ditetapkan dengan Keputusan TUHA PEUT
(2) Keputusan
TUHA PEUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati dengan
tembusan Camat dan Keuchiek.
BAB VII
TATA CARA
PENETAPAN PERATURAN DESA
Pasal 16
(1) Rancangan
Qanun Gampongdapat disusun oleh Keuchiek dan atau TUHA PEUT.
(2) Rancangan
Qanun Gampongyang berasal dari Keuchiek disampaikan secara tertulis kepada
Ketua TUHA PEUT melalui sekretaris TUHA PEUT dan ketua-ketua bidang untuk
diadakan pembahasan lebih lanjut.
(3) Rancangan
Qanun Gampong yang disusun oleh TUHA PEUT setelah mendapat persetujuan 2/3 dari
jumlah Anggota TUHA PEUT, dan disampaikan secara tertulis kepada Keuchiek.
(4) TUHA
PEUT menetapkan Qanun Gampongbersama Keuchiek.
Pasal 17
Tahap Pembahasan Peraturan Desa
(1) Dalam
hal Rancangan Qanun Gampongberasal dari Keuchiek :
a. Keuchiek
memberikan penjelasan dalam rapat paripurna TUHA PEUT terhadap Rancangan Qanun
Gampong yang diajukan oleh Keuchiek.
b. Pemandangan
umum dalam rapat paripurna oleh pimpinan TUHA PEUT yang membawakan suara TUHA
PEUT.
c. Jawaban
Keuchiek secara lesan atau tertulis terhadap pemandangan umum TUHA PEUT.
d. TUHA
PEUT sebelum mengambil keputusan tentang Rancangan Qanun Gampongberasal dari Keuchiek
terlebih dahulu diadakan musyawarah dengan Anggota TUHA PEUT.
e. Pengambilan
keputusan diadakan dalam rapat kerja TUHA PEUT yang disetujui oleh
sekurang-kurangnya ½ (satu per dua) ditambah 1 (satu) dari yang hadir
(2) Dalam
hal Rancangan Qanun Gampongberasal dari TUHA PEUT :
a. Pendapat
Keuchiek dalam dalam hal rapat paripurna TUHA PEUT atas rancangan Qanun Gampongyang
berasal dari TUHA PEUT.
b. Jawaban
Pimpinan TUHA PEUT dalam rapat paripurna TUHA PEUT terhadap pendapat Keuchiek sebagaimana
dimaksud pada huruf (a).
c. Sebelum
diambil keputusan atas Rancangan Qanun Gampongmengadakan rapat kerja TUHA PEUT
untuk membahas lebih lanjut Rancangan Qanun Gampongdimaksud untuk kemudian
ditetapkan menjadi Qanun Gampongapabila dapat disetujui oleh Keuchiek atau
dihentikan pembahasannya apabila tidak disetujui oleh Keuchiek.
BAB VIII
PEMBENTUKAN
PANITIA PEMILIHAN KEUCHIEK
Pasal 18
(1) Sebelum
diadakan pemilihan Keuchiek, TUHA PEUT mengadakan rapat dipimpin Ketua TUHA
PEUT untuk :
a. Membentuk
Panitia Pemilihan Keuchiek beserta susunan kepanitiaannya;
b. Membahas
mengenai sumber biaya pemilihan Keuchiek;
c. Menetapkan
Tata Kerja Panitia Pemilihan Keuchiek.
(2) Rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri oleh Camat atau Pejabat yang
ditunjuk sebagai fasilitator.
(3) Pengangkatan
Panitia Pemilihan Keuchiek harus mempertimbangkan kecakapan dalam bidang
administrasi, kemampuan fisik dan keterwakilan unsur kewilayahan serta
kelembagaan masyarakat Desa.
(4) Keterwakilan
unsur kewilayahan serta kelembagaan masyarakat Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) terdiri dari unsur Perangkat Gampong, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan
dan tokoh masyarakat.
(5) Panitia
sebagaimana dimaksud ayat (3) sebanyak-banyaknya terdiri dari 11 (sebelas)
orang dan dapat dibantu oleh petugas yang ditunjuk panitia serta mendapatkan
surat tugas dari ketua Panitia.
(6) Dalam
rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Camat memberikan penjelasan kepada peserta
rapat mengenai hal-hal yang perlu untuk diketahui dan dipedomani dalam
pelaksanaan pemilihan Keuchiek.
(7) Panitia
Pemilihan Keuchiek ditetapkan dengan Keputusan TUHA PEUT dan dilaporkan kepada
Bupati melalui Camat.
(8) Dalam
melaksanakan tugasnya Panitia Pemilihan Keuchiek berpedoman kepada Tata Kerja
Panitia Pemilihan Keuchiek yang ditetapkan oleh TUHA PEUT.
BAB IX
TATA CARA
MENGGALI, MENAMPUNG DAN
MENYALURKAN
ASPIRASI MASYARAKAT
Pasal 19
(1) Cara
menggali dan menampung aspirasi masyarakat dapat dilakukan dengan sarasehan,
anjangsana, temu warga atau bentuk lain sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat.
(2) Menerima
masukan dan saran aspirasi masyarakat guna bahan pertimbangan kebijakan untuk
disampaikan Pemerintah Gampong.
(3) Aspirasi
masyarakat yang ditampung, disalurkan kepada Pemerintah Gampong guna
peningkatan penyelenggaraan Pemerintahan Gampong.
BAB X
HUBUNGAN
KERJA TUHA PEUT DENGAN KEUCHIEK DAN
LEMBAGA
KEMASYARAKATAN
Pasal 20
(1) Hubungan
kerja TUHA PEUT dengan Keuchiek merupakan hubungan timbal balik dan kemitraan
dalam rangka penyelenggaraan, pembangunan dan kemasyarakatan.
(2) Hubungan
kerja TUHA PEUT dengan Lembaga Kemasyarakatan merupakan hubungan konsultatif
dan koordinatif.
BAB XI
TUNJANGAN
DAN PEMBIAYAAN TUHA PEUT
Pasal 21
(1) Pimpinan
dan Anggota TUHA PEUT menerima tunjangan sesuai dengan kemampuan desa.
(2) Tunjangan
pimpinan dan Anggota TUHA PEUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dalam APBDes.
Pasal 22
(1) Untuk
kegiatan TUHA PEUT disediakan biaya operasional sesuai kemampuan keuangan desa
yang dikelola oleh Sekretaris TUHA PEUT.
(2) Biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap tahun dalam APBDes.
Pasal 23
(1) Dalam
hal pelaksanaan kegiatannya, TUHA PEUT diberikan tunjangan dan biaya
operasional dari APBD Kabupaten.
(2) Penggunaan
tunjangan dan biaya kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipertanggungjawabkan kepada Bupati melalui Camat.
BAB XII
KODE ETIK
TUHA PEUT
Pasal 24
(1). Dalam
melaksanakan wewenang, tugas dan kewajibannya anggota TUHA PEUT wajib menaati
Kode Etik.
(2). Kode
Etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi norma-norma atau aturan-aturan
yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan Peraturan Sikap,
Perilaku, Ucapan, Tata Kerja, Tata Hubungan antar Lembaga Pemerintah Gampong
dan antar anggota serta antar Anggota TUHA PEUT dengan pihak lain mengenai
hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota TUHA
PEUT.
Pasal 25
Kode Etik
bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas anggota TUHA
PEUT serta membantu anggota TUHA PEUT dalam melaksanakan tugas, wewenang dan
kewajiban serta tanggung jawabnya kepada masyarakat dan Negara.
Pasal 26
Anggota TUHA
PEUT wajib bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa Pancasila, taat kepada
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 dan peraturan
perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur dengan senantiasa menegakkan
kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia,
mengemban amanat penderitaan rakyat, memenuhi Peraturan Tata Tertib TUHA PEUT,
menunjukkan profesionalisme sebagai anggota TUHA PEUT dan selalu berupaya
meningkatkan kualitas dan kinerjanya.
Pasal
27
(1) Anggota
TUHA PEUT bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan
tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan TUHA PEUT dalam
melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan
kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan
Negara.
(2) Anggota
TUHA PEUT bertanggung jawab menyampaikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat
desa secara adil tanpa memandang suku, Agama, Ras, Golongan, dan Gender.
BAB XIII
PEMBAGIAN
TUGAS PENGURUS TUHA PEUT
Pasal
28
Pengurus TUHA PEUT mempunyai tugas :
a. Menyusun
rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan Wakil Ketua dan
bidang-bidang TUHA PEUT serta mengumumkannya dalam rapat TUHA PEUT;
b. Menetapkan
kebijakan mengenai urusan rumah tangga TUHA PEUT;
c. Memimpin
rapat TUHA PEUT;
d. Menyimpulkan
hasil rapat TUHA PEUT;
e. Mengadakan
koordinasi dengan Keuchiek;
f. Setiap
Anggota TUHA PEUT kecuali unsur pimpinan TUHA PEUT, harus menjadi anggota salah
satu bidang;
g. Setiap
bidang dipimpin oleh ketua bidang;
h. Bidang-bidang
TUHA PEUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
1. Bidang
Pemerintahan
2. Bidang
Pembangunan
3. Bidang
Kesra
i. Anggota
TUHA PEUT pengganti antar waktu menduduki tempat anggota bidang yang
digantikannya.
Pasal
29
Tugas dan Kewajiban Pimpinan TUHA PEUT :
1. Menyusun
rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja Ketua dan Wakil Ketua serta
sekretaris serta mengumumkannya dalam rapat TUHA PEUT;
2. Menetapkan
kebijakan mengenai urusan rumah tangga TUHA PEUT.
3. Memimpin
rapat TUHA PEUT dengan menjaga agar peraturan Tata Tertib dilaksanakan dengan
seksama, memberikan izin berbicara dan menjaga agar pembicara dapat
menyampaikan pandangannya dengan tidak terganggu.
4. Menyimpulkan
hasil pembahasan dalam rapat yang dipimpinnya.
5. Melaksanakan
Keputusan Rapat.
6. Menyampaikan
keputusan rapat kepada pihak-pihak yang terkait langsung.
7. Menyampaikan
hasil musyawarah yang dianggap perlu kepada Keuchiek.
8. Mengadakan
koordinasi dan konsultasi dengan pihak atau lembaga terkait.
Pasal
30
Bidang-bidang TUHA PEUT mempunyai tugas :
- Melakukan
pembahasan terhadap Rancangan Peraturan dan rancangan Keputusan TUHA PEUT
ysng termasuk dalam tugas bidang masing-masing;
- Melakukan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Gampong, Pelaksanaan
Pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat yang termasuk tugas
bidangnya;
- Membantu pimpinan TUHA
PEUT untuk mengupayakan penyelesaian masalah yang disampaikan Keuchiek
kepada TUHA PEUT;
- Mengadakan rapat
kerja TUHA PEUT atau rapat dengar pendapat dengan Keuchiek, Perangkat
Gampong maupun Pengurus Lembaga Kemasyarakatan desa;
- Mengajukan usul
dan saran kepada Pimpinan TUHA PEUT yang termasuk dalam ruang lingkup pada
bidangnya masing-masing.
BAB
XIV
RAPAT TUHA
PEUT
Pasal
31
Jenis rapat TUHA PEUT antara lain :
a. Rapat
Paripurna adalah rapat Anggota TUHA PEUT yang dipimpin oleh Ketua atau Wakil
Ketua selaku pimpinan rapat dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan
wewenang dan tugas TUHA PEUT serta dapat mengambil keputusan untuk ditetapkan
menjadi keputusan TUHA PEUT;
b. Rapat
pimpinan adalah rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh Ketua TUHA PEUT;
c. Rapat
Kerja adalah rapat antara TUHA PEUT dengan Pemerintah Gampong atau dengan
Lembaga Kemasyarakatan Desa;
d. Rapat
Istimewa adalah rapat Anggota TUHA PEUT atau bersama Pemerintah Gampong untuk
membahas permasalahan mendesak yang bersifat urgen untuk diselesaikan dan
bersifat tertutup.
Pasal
32
Penentuan waktu rapat :
a. Rapat
TUHA PEUT dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun;
b. Waktu
rapat dapat dilaksanakan pada siang hari atau malam hari yang dijadwalnya
ditetapkan oleh pimpinan TUHA PEUT;
c. Apabila
terdapat kepentingan yang bersifat mendesak TUHA PEUT dapat mengadakan rapat
atau sidang sesuai dengan kebutuhan;
d. Untuk
mengintensifkan kinerja TUHA PEUT diadakan rapat rutin setiap tiga bulan.
Pasal
33
Tata cara rapat TUHA PEUT :
a. Sebelum
rapat dimulai setiap Anggota TUHA PEUT harus menandatangani daftar hadir;
b. Untuk
para undangan disediakan daftar hadir tersendiri;
c. Rapat
dibuka oleh pimpinan rapat apabila quorum telah tercapai berdasrkan kehadiran
secara fisik kecuali ditentukan lain;
d. Anggota
TUHA PEUT yang menandatangani daftar hadir apabila akan meningggalkan rapat
harus memberitahukan kepada pimpinan rapat.
BAB XV
LARANGAN
ANGGOTA TUHA PEUT
Pasal
34
(1) Pimpinan
dan Anggota TUHA PEUT tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Keuchiek
dan Perangkat Gampong.
(2) Pimpinan
dan Anggota TUHA PEUT dilarang :
a. Sebagai
pelaksana proyek desa;
b. Merugikan
kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat dan mendiskriminasikan warga
atau golongan masyarakat lain;
c. Melakukan
korupsi, kolusi, nepotisme dan menerima uang, barang dan atau jasa dari pihak
lain yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan yang akan dilakukannya;
d. Menyalahgunakan
wewenang;
e. Melanggar
sumpah atau janji jabatan, dan;
f. Melakukan
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan atau bertentangan dengan norma yang hidup dan berkembang dimasyarakat,
serta melakukan perbuatan yang dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat
terhadap ketokohannya, seperti perbuatan asusila, baik perjudian,
mabuk-mabukan, dan lain sebagainya.
BAB XVI
PENYIDIKAN
TERHADAP ANGGOTA TUHA PEUT
Pasal 35
(1) Tindakan
penyidikan terhadap Anggota TUHA PEUT dilaksanakan setelah adanya persetujuan
tertulis dari Bupati.
(2) Hal-hal
lain yang dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
:
a. Tertangkap
tangan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
b. Diduga
telah melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana mati.
(3) Tindakan
penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberitahukan kepada Bupati
paling lama 3 (tiga) hari.
BAB XVII
KETENTUAN
PENUTUP
Pasal
36
(1) Ketentuan-ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Tata Tertib ini menjadi pedoman kerja TUHA
PEUT.
(2) Untuk
kelancaran pelaksanaan Peraturan Tata Tertib TUHA PEUT ini semua anggota wajib
mendukung kinerja dan program TUHA PEUT yang bersifat positif.
(3) Hal-hal
yang belum cukup diatur dalam Peraturan Tata Tertib TUHA PEUT ini diatur lebih
lanjut.
(4) Peraturan
Tata Tertib TUHA PEUT ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JULI
TAMBO TANJONG
Pada Tanggal : 10
Mei 2007
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (TUHA PEUT) DESA JULI TAMBO
TANJONG
KETUA,
0 Comments
Post a Comment