Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Psikologi Pendidikan untuk Strategi Pembelajaran


A.    Psikologi Pendidikan untuk Strategi Pembelajaran
Psikologi Pendidikan untuk Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat perang, angkatan darat atau laut.[1]Dalam perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa Yunani itu, berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Seorang pakar psikologi pendidikan Australia, Michael J. Lawson yang dikutip oleh Muhibbin Syah penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan “strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.” [2]
Sedangkan Wiranataputra yang dikutip oleh Muhibbin Syah penulis buku Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengartikan bahwa Strategi pembelajaran menurut merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran dan para pegajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran”.[3]
Menurut Kemp yang dikutip Wina Sanjaya penulis buku Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan menjelaskan bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.” Senada dengan pendapat diatas, Dick and Carey juga menyebutkan bahwa “strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.”[4]
Proses pembelajaran dalam kelas terhadap anak didik usia Madrasah Ibtidaiyah tidak terlepas dari materi psikologi. Anak didik usia Madrasah Ibtidaiyah merupakan anak usia perkembangan yang pada proses pembelajarannya tentu tidak mudah bagi tenaga pengajar untuk dapat menyampaikan materi yang bisa dipahami oleh anak didik. Tenaga pendidik bukan sekedar harus bisa menyampaikan materi terhadap anak seusia mereka, namun tenaga pendidik juga harus memahami psikologi pendidikan dengan memahami kondisi psikis mereka supaya materi pembelajaran bisa sampai pada memori mereka.
Islam sebagai suatu agama yang bertujuan untuk membahagiakan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sudah barang tentu dalam ajaran-ajaranya memiliki konsep kesehatan mental[5]. Begitu juga dengan kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki dan membersihkan serta mensucikan jiwa dan akhlak. Di dalam Alquran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Ayat-ayat tersebut adalah:
لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ)آل عمران: ١٦٤(
Artinya:   Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-kitab dan al-hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Qs. Ali-Imran: 164).

Dengan kejelasan ayat Al-quran diatas dapat ditegaskan bahwa kesehatan mental (shihiyat al nafs) dalam arti yang luas adalah tujuan dari risalah Nabi Muhammad SAW diangkat jadi rasul Allah SWT, karena asas, cirri, karakteristik dan sifat dari orang yang bermental itu terkandung dalam misi dan tujuan risalahnya. Dan juga dalam hal ini Alquran berfungsi sebagai petunjuk, obat, rahmat dan mu’jizat (pengajaran) bagi kehidupan jiwa manusia dalam menuju kebahagian dan peningkatan kualitasnya sebagai mana yang ditegaskan dalam ayat berikut:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ) آل عمران: ١٠٤(
Artinya:   Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Qs. Ali Imran: 104)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menjanjikan kemenangan kepada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah kapada yang mungkar. Keimanan,katqwaan,amal saleh,berbuat yang makruf, dan menjauhi perbuatan keji dan mungkar faktor yang penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental.
Anak didik usia Madrasah Ibtidaiyah atau sederajat Sekolah Dasar merupakan anak dengan ragam tingkah laku dalam masa usia 6 – 12 tahun. Masa ini merupakan masa untuk matang belajar, anak tersebut sudah merasa besar dan tidak mau lagi sebagai kanak-kanak kecil. Mereka ingin mencapai sesuatu dan ingin memperoleh kecakapan-kecakapan baru dari pelaksanaan pendidikan. Idealnya, pendidik yang efektif tidak membatasi diri hanya pada evaluasi yang formal dan terencana tapi secara berkelanjutan mengobservasi para anak didiknya dalam beragam konteks untuk mengumpulkan informasi mengenai pikiran, keyakinan, perasaan, dan hasil belajar mereka. Hal demikian, merupakan tantangan bagi pendidik untuk bisa mengambil keputusan. Seorang pendidik mungkin harus berpegang kuat pada pedoman pengajaran dan ketika seorang pendidik menjadi semakin berpengalaman, akhirnya akan mampu membuat keputusan-keputusan mengenai berbagai situasi dan masalah rutin secara cepat dan efesien serta akan memiliki banyak waktu dan tenaga untuk berpikir kreatif dan fleksibel mengenai cara-cara terbaik untuk mengajar.



                [1] Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hal. 2.
                [2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,1995), hal. 214.
                [3] Ibid., hal.6.
                [4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hal.126.
[5] Moeljono Notosoedirjo, Kesehatan Mental Konsep & Penerapan, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 1999), hal. 24.