Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

pandangan teologi Asyariyah tentang musibah


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Kehidupan umat manusia selalu dilandasi oleh berbagai tragedi, baik yang bersifat kesenangan maupun tragedi yang berbentuk kesusahan. Tragedi yang berbentuk kesenangan yaitu mendapatkan lapangan pekerjaan yang layak dan sebagainya. Di lain pihak ada juga tragedi yang membawa manusia kepada kesedihan seperti terjadi bencana alam dan sebagainya. Dan hal ini dianggap sebagai musibah yang mesti dihadapi oleh manusia.
Pada dasarnya musibah merupakan salah satu ujian yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman. Karena keimanan seorang umat manusia baru dapat diakui keteguhannya apabila telah mendapatkan ujian baik berat maupun ringan. Namun, sebagian orang menganggap musibah tersebut merupakan kutukan atau azab yang diberikan Allah SWT kepada manusia.
Jika ditinjau dari kacamata keimanan, anggapan tersebut termasuk anggapan yang salah, karena setiap terjadi musibah tidak saja menimpa orang-orang jahat, melainkan juga menimpa semua umat manusia baik yang beriman maupun yang kufur.
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim kita dilarang berprasangka buruk kepada Allah yang mengatur bumi dan alam semesta. Manusia harus yakin bahwa semua peristiwa baik kenikmatan maupun kesengsaraan yang ada di dunia ini merupakan takdir dari Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT sebagai berikut:
?? ?? ????????? ????? ???? ??? ?? ????? ???? ???? ??????? ???????? (??????: ??)
Artinya: Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakkal            (at-Taubah: 51)
Berdasarkan keterangan ayat di atas, maka dapat dipahami bahwa musibah yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia merupakan cobaan yang mesti dilalui oleh setiap orang beriman. Dan sebaliknya Allah SWT tidak akan memberikan cobaan di luar kesanggupan hamba-Nya, seperti terjadinya peristiwa Tsunami yang tidak tanggung merupakan salah satu cobaan yang diberikan Allah kepada umat Islam bertujuan untuk menguji keimanan umat Islam itu sendiri.
Di sisi lain, dalam al-Qur'an dianjurkan kepada orang yang terkena musibah agar tidak berputus asa dari rahmat dan kasih sayang Allah walau berapa pun berat cobaan yang diberikan. Bila seorang muslim tahan terhadap musibah yang diberikan Allah tersebut maka dia akan mendapatkan ganjaran pahala yang lebih besar dan diganti di akhirat dengan syurga-Nya. Hal ini sesuai dengan pernyataan al-Qur'an dalam surat Yusuf ayat 87 sebagai berikut:
...?????????? ?? ??? ???? ??? ??????? ?? ??? ???? ??? ????? ???????? (????: ??)
Artinya: ��dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir�. (Q. S. Yusuf: 87)
Musibah sebagai ketentuan Allah (sunnatullah) sejalan dengan kedurhakaan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri yang tidak lagi menghiraukan tanda-tanda kebesaran Allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah berikut ini:
??????? ?? ???? ??? ???? ??? ????? ?? ??????? ????...(??????: ??)
Artinya: Apa saja nikmat yang kamu peroleh dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari kesalahan diri kamu sendiri� (Q. S. an-Nisa�: 79)
Berangkat dari penjelasan ayat di atas, maka setiap musibah dan bencana yang melanda manusia merupakan akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri. Pernah terjadi dalam sejarah hidup manusia, bahwa turunnya azab berupa bencana alam terhadap sebuah negeri yang penduduknya telah menyalahi �kontrak� hidup dengan Allah SWT. Sebenarnya, bencana turun sebagai akibat dari perlakuan manusia yang sudah menyimpang dari kebenaran. Namun demikian, menurut pemahaman para penganut teologi Asy�ariyah musibah merupakan taqdir Allah yang wajib dijalani oleh setiap manusia tanpa memandang suku dan agama.[1]
Dari gambaran di atas, maka dapat dipahami bahwa musibah merupakan ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT yang diturunkan kepada seluruh umat manusia. Musibah juga termasuk hukum Allah yang tidak dapat ditolak oleh siapa pun. Karena itulah, manusia diwajibkan memelihara diri dari segala tindakan yang menyimpang dari ajaran Allah SWT.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis, meneliti permasalahan ini dalam bentuk skripsi dengan berjudul �Musibah Menurut Teologi Asy�ariyah�, sehingga dengan adanya pembahasan ini diharapkan dapat mengembangkan khazanah keilmuan perpustakaan di masa yang akan datang.

B.Rumusan Masalah
Untuk menjawab problema utama penelitian yang telah diajukan di atas, penulis membatasi diri pada beberapa pertanyaan penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut:  
1.    Bagaimana pandangan teologi Asy�ariyah tentang musibah?
2.    Bagaimana kaitan musibah dengan keimanan dan bagaimana tingkah laku manusia dalam menghadapi musibah?
3.    Dimana peran Tuhan dan peristiwa alam dalam kaitannya dengan kehendak dan kebebasan manusia.

C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk mendalami bagaimana pandangan teologi Asy�ariyah tentang musibah.
2.    Untuk mengkaji lebih mendalam musibah dalam kaitannya dengan keimanan manusia dan bagaimana seharusnya tingkah laku manusia dalam menghadapi musibah.
3.    Untuk mengetahui peran Tuhan dan alam terhadap musibah dalam kaitannya dengan kehendak dan kebebasan manusia.

D.Tinjauan Pustaka
Musibah merupakan peristiwa alam yang diberikan kepada hamba-Nya yang menyimpang dari kebenaran. Musibah dalam kamus bahasa Indonesia diartikan kejadian pahit yang menimpa manusia.[2]Akan tetapi menurut Hassan Shadily Musibah adalah suatu peristiwa yang dialami oleh manusia yang berbentuk kesedihan .[3]Sementara itu, menurut Imam Al-Asy'ary musibah adalah ujian Allah yang diturunkan ke alam untuk menguji keimanan manusia [4]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami musibah merupakan peristiwa yang diberikan oleh Allah kepada sesuatu kaum bertujuan untuk menguji keimanan kaum tersebut. Bahkan musibah ini termasuk juga peristiwa alam yang tidak mungkin ditolak oleh siapapun.
Namun demikian musibah sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena apabila manusia baik amalannya kepada Allah, maka musibah tidak akan datang kepada seseorang.
Akan tetapi, menurut teologi Asy�ariyah musibah cobaan yang diberikan Allah untuk menguji keimanan umat manusia.[5]Melihat kenyataan ini, maka terlihat dengan jelas bahwa di sini manusia tidak berkuasa sama sekali untuk menolak musibah yang diberikan Allah SWT. Berarti musibah juga termasuk salah satu taqdir yang diturunkan kepada manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Harun Nasution, �bahwa Allah SWT menguji hamba-Nya dengan berbagai cara dan dalam suasana mana saja, dan hal ini tidak dapat ditolak oleh siapapun juga�.[6]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa taqdir yang diturunkan oleh Tuhan tidak dapat ditolak oleh manusia, karena hal tersebut terjadi di luar batas kemampuan manusia. Oleh karena itu, manusia diharuskan menerima dengan lapang dada terhadap musibah yang menimpa. Walaupun kadangkala musibah bisa datang karena ulah tangan manusia, tetapi juga tidak terlepas dari taqdir Allah.

E.Metode Penelitian
Setiap penulisan karya ilmiah selalu membutuhkan kepada metode pembahasan. melihat persoalan yang terdapat dalam skripsi, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Penulis menggunakan metode deskriptif ini dalam penelitian untuk melihat satu masalah dengan masalah lainnya, sehingga dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang dapat dimanfaatkan.
Untuk memperoleh data yang otentik sebagaimana dikehendaki oleh penulisan ini, maka penulis menggunakan metode library research (studi kepustakaan) yaitu penelitian kepustakaan dengan cara membaca dan menganalisa sejumlah buku-buku, majalah, serta tulisan lain yang berhubungan langsung dengan penelitian ini. Semua data itu pada umumnya terdapat diberbagai perpustakaan. Selanjutnya hasil penelaahan kepustakaan itu akan menjadi bahan penulisan skripsi ini.
Untuk keseragaman penulisan, penulis menggunakan Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa dan Transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan oleh IAIN Ar-Raniry tahun 2004. Sedangkan untuk terjemahan ayat-ayat al-Qur'an, penulis menggunakan al-Qur'an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama RItahun 1989.




[1]Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1988, hlm. 171
[2]Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976, hlm. 666

[3]Hassan Shadily, Ensiklopedi Islam, Jil. IV, Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hove, 1983, hlm. 132

[4] A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, Bandung: Pustaka al-Husna, t.t., hal. 75

[5]Ibid. hal. 78
[6]Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI Press, 1986, hal. 102