-->
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Pembinaan akhlakul karimah pada anak dalam kehidupan keluarga sakinah


PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH ANAK MELALUI LINGKUNGAN KEHIDUPAN KELUARGA YANG SAKINAH



A.    Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, di mana setiap manusia kini tengah disibukkan  dengan  urusan  duniawi,  sehingga  melalaikan  kehidupan  yang  lebih kekal, yaitu akhirat. Oleh karena itu timbullah gejala-gejala kemerosotan moral akhlak  yang  telah  sampai  pada  titik  yang  sangat  mencemaskan,  antara  lain  dengan bertambahnya   aneka  sumber  kemaksiatan secara mencolok.  Kenakalan remaja  pun  semakin  meningkat.  Hal  ini  ditandai    semakin  banyaknya  terjadi dikalangan remaja perbuatan-perbuatan yang menjurus kepada kriminalitas, seks bebas, perkelahian antar pelajar, korban narkoba dan dekadensi moral  lainnya.
Kenyataan tersebut antara lain disebabkan oleh kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya. Mereka mengira dengan uang dan materi  akan  mampu  membahagiakan  mereka,  justru  karena  sibuknya  orang  tua dalam  mencari  dan  mengumpulkan  harta  benda,  sehingga  mengesampingkan kasih sayang terhadap  anak-anak  mereka.  Hal  ini  akan  berdampak negatif  bagi pertumbuhan dan perkembangan  anak mereka.[1]
Dalam  konteks  psikologi  pendidikan,  seorang  anak  pada  dasarnya  akan meniru  apa  yang  dilihat  atau  dialami  pada  lingkungannya (behaviorisme/empirisme) di mana semua memori kejadian akan tersimpan dalam pikiran    alam  bawah  sadarnya,  sehingga    lambat  laun  akan  membentuk  watak serta kepribadian anak ketika dia beranjak dewasa.[2]  Terkait dengan hal di atas, pada realitasnya berdasarkan intensitas waktu seorang  anak  selama  satu  hari  misalnya,  maka  yang  terjadi  adalah  anak  lebih banyak  menghabiskan  waktu  dengan  lingkungan  di  luar  sekolahnya (keluarga). Ini artinya keluarga mempunyai peran yang sangat sentral di dalam membentuk kepribadian  dan  akhlak  anak.  Hal  ini  disebabkan  karena  keluarga  merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama.[3]
Hal ini bisa dilihat dari fiman Allah Swt dalam surat at-tahrim ayat 6 sebagai berikut:
??? ???????? ????????? ??????? ???? ??????????? ????????????? ?????? ?????????? ???????? ?????????????? ????????? ??????????? ??????? ??????? ??? ????????? ??????? ??? ?????????? ????????????? ??? ???????????) ???????: ?(
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Qs. at-tahrim: 6).

Ayat  ini  memberikan  penjelasan  bahwa  Islam  memerintahkan  kita  agar menjaga keluarga kita agar tidak terjerumus ke dalam jurang nista dan dosa yang akan mendorong kita dan keluarga masuk ke dalam api neraka. Itu artinya orang tua mempunyai kewajiban memberikan bimbingan dan contoh yang nyata berupa suritauladan kepada anak-anaknya agar mereka hidup selamat dan sejahtera. Dan hal ini hanya dapat diperoleh dari keluarga yang sakinah. Untuk dapat sampai ke arah sana (dalam membentuk keluarga yang sakinah), ada beberapa faktor yang harus  diperhatikan,  di  antaranya:  pemenuhan  kasih  sayang,  rasa  aman, perlindungan, keterbukaan, pengertian dan keakraban terhadap anak.
Dari  keluarga  yang  sakinah  inilah  akan  lahir  generasi-generasi  tumpuan bangsa, yaitu manusia yang bertakwa, dan dari sanalah akan tumbuh masyarakat yang  sejahtera,  yang  jauh  dari  perbuatan-perbuatan  yang  menyimpang,  seperti seks bebas/seks di luar nikah, penyalahgunaan narkoba, perkelahian antar pelajar dan perbuatan-perbuatan lain yang mengarah kepada kriminalitas. Dalam  bukunya  Drs.  Yusak  Burhanudin  yang  berjudul  �Kesehatan Mental� dikatakan tentang penyebab timbulnya kenakalan remaja atau anak-anak adalah  salah  satunya  kurangnya  pendidikan  agama  yang  diberikan  di  dalam keluarga (orang tua). Yang dimaksud pendidikan agama di sini adalah penanaman jiwa  agama  sejak  anak  masih  kecil  dengan  jalan  membiasakan  mereka  untuk melakukan sifat-sifat  dan  kebiasaan  yang baik,  misalnya menghargai  hak  milki orang  lain,  selalu  berkata  terang,  benar,  dan  jujur,  suka  menolong,  memaafkan kesalahan orang lain, dan sebagainya.[4]
Penanaman kebiasaan  yang  baik  yang  sesuai  dengan  jiwa  ajaran  agama itu,  dapat  dilakukan  dengan  mudah  pada  anak  apabila  ia  mendapatkan  contoh-contoh dari orang dewasa disekitarnya terutama dari kedua orang tuanya.   Kebiasaan-kebiasaan  baik  yang  sesuai  dengan  ajaran  agama,  menjadi dasar  pokok  dalam  pembentukan  kepribadian  si  anak.  Apabila  kepribadiannya dipenuhi nilai-nilai agama, maka mereka akan terhindar dari kelakukan-kelakuan yang buruk.   Oleh  karena  itu,  orang  tua  hendaknya  mendorong  anak-anaknya  untuk memahami  ajaran  agama.  Namun,  tidak  semua  orang  tua  memahami  ajaran agama  tersebut bahkan memandang rendah ajaran agama itu. Selain itu, si anak tidak  mendapatkan  pendidikan  agama  di  sekolah  karena  pelajaran  agama dianggap kurang penting dan tidak mempengaruhi kenaikan kelas.
Oleh  karena  itu  hendaklah  orang  tua  harus  dapat  menciptakan  suasana yang  nyaman  yang  penuh  kasih  sayang  di  dalam  keluarga  demi  terciptanya akhlakul karimah terhadap anak. Karena keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama untuk pembentukan serta pembinaan kepribadian anak secara  utuh.  Dalam  hal  ini,  peran  ibu  sangat  penting  dalam  membentuk karir keberhasilan anaknya sebagai anak  yang berguna bagi keluarga, agama,  bangsa dan negara. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan proposal skripsi ini adalah pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah.
B.     Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana hakikat akhlakul karimah dalam islam?
2.      Bagaimana konsep pembinaan anak dalam islam?
3.      Bagaimana pembinaan akhlakul karimah pada anak dalam kehidupan keluarga sakinah?
C.    Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui hakikat akhlakul karimah dalam islam.
2.      Untuk mengetahui konsep pembinaan anak dalam islam.
3.      Untuk mengetahui pembinaan akhlakul karimah pada anak dalam kehidupan keluarga sakinah.
D.    Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitiandalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.     Landasan Teori

Akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab yaitu ????    bentuk jamak dari bentuk ???   atau ?????  yang secara etimologi diartikan dengan �budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat�.[5] Pengertian-pengertian tersebut di atas yang akan dijelaskan dalam pembahasan ini adalah budi pekerti. Budi berasal dari bahasa sanskerta artinya alat kesadaran (batin). Sedangkan kata budi pekerti berasal dari bahasa Indonesia yang artinya kelakuan. Dalam kamus bahasa Indonesia diartikan �Budi pekerti ialah tingkah laku, atau perangai akhlak�.[6]  Melalui perkataan budi pekerti dapat tercermin sifat watak seseorang dalam perbuatan sehari-hari. Pengertian itu sangat mengarah kepada akhlak positif.
Di samping pengertian di atas ada beberapa pakar mengungkapkan berkenaan dengan pengertian akhlak antara lain: Imam Al-Ghazali mengatakan: �Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu�.[7] Sementara Ahmad Amin mengungkapkan bahwa: �akhlak adalah kehendak yang dibiasakan artinya kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak�. [8] Sedangkan Ma�ruf mengatakan bahwa: kehendak manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah kebiasaan, dengan memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[9]
Pendapat para pakar di atas dapat dipahami bahwa akhlak sangat penting dalam Islam. Maka dengan Berpijak dari beberapa pengertian akhlak di atas menunjukkan bahwa hadits Rasulullah Saw mengatakan sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia dan tentang betapa pentingnya akhlak mulia pada seseorang muslim.
Secara garis besar lingkungan pembinaan akhlak dapat di kategorikan sebagai berikut:
1.      Di rumah tangga
Keluarga merupakan tempat pertama anak menerima pendidikan dan juga merupakan tempat tumbuh dan terbentuknya sifat-sifatnya kepribadian anak. Seorang anak akan menjadi masyarakat yang baik tergantung sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga di suatu rumah tangga.
Keluarga juga di katakan sebagai peletak fondasi untuk pendidikan selanjutnya. Pendidikan yang diterima anak dalam keluarga itulah yang akan di gunakan oleh sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Sebagai lingkungan yang pertama, keluarga memainkan peran yang sangat besar dalam membentuk pola kepribadian anak. Karena itu, orang tua sebagai penanggung jawab atas kehidupan keluarga harus memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya dengan menanamkan ajaran agama dan Akhlakul karimah.
Orang tua sebagai tokoh utama dalam keluarga merupakan penanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak-anaknya, serta tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pendidikan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab orang tua terutama ibu. Peranan ibu dalam pendidikan anak lebih dominan dari peranan ayah. Hal ini dapat dipahami karena ibulah orang yang paling banyak menyertai anak sejak seorang anak lahir, ibulah yang selalu ada di sampingnya. Bahkan di katakan bahwa pengaruh ibu terhadap anaknya di mulai sejak kandungan.[10]
Ibu dalam al-quran di namai dengan �Umm� dan dari akar kata yang sama dibentuk kata �Imam� (pemimpin) dan �Ummat� yang mempunyai arti yang dituju atau diteladani.[11] Hal ini berarti bahwa Umm (ibu) melalui perhatian dan keteladanannya kepada anak akan dapat menciptakan pemimpin-pemimpin dan bahkan dapat membina umat. Sebaliknya jika yang melahirkan seorang anak tidak berfungsi sebagai Umm (ibu) maka umat akan hancur dan tidak akan lahir pemimpin yang bisa di teladani.
Begitulah besarnya peran ibu, di samping sebagai orang yang melahirkan, menyusui, mengasuh dan memelihara anaknya sebagai pencetak kader-kader potensial untuk menjadi pemimpin umat, untuk tugas itu Allah Swt memberikan kelebihan dari segi struktur biologis dan juga psikologis yang berbeda dari ayah. Ibu memiliki sifat yang lembut, sabar dan penuh kasih sayang kepada anaknya.
Peranan ayah di dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya tidak kalah pentingnya dari peran ibu, ayah merupakan sumber kekuasaan yang mengajarkan anaknya tentang manajemen dan kepemimpinan, sebagai penghubung antara keluarga dan masyarakatnya, dengan memberikan pendidikan kepada anaknya berupa komunikasi terhadap sesamanya, memberi perasaan aman dan perlindungan kepada keluarga.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang tua (ayah dan ibu) memikul tanggung jawab dan peranan penting di dalam rumah tangga, dengan begitu peranan keluarga dalam pendidikan akan berjalan dengan baik dan penuh kasih sayang, karena faktor ini sangat menentukan perkembangan kepribadian anak. Namun orang tua tidak boleh berlebih-lebihan dalam memberikan kasih sayang karena akan membuat anak manja dan akan tidak baik akibatnya.
2.      Di sekolah
Mengingat begitu pentingnya arti pendidikan bagi anak-anak maka orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam hal ini harus berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pendidikan kepada anaknya. Namun karena keterbatasan waktu yang di miliki orang tua dan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi, maka orang tua memerlukan lembaga pendidikan lain yang dapat membantunya dalam mempersiapkan anak dengan berbagai bekal ilmu pengetahuan dan kecakapan dalam masyarakat.
Pada hakikatnya sekolah hanyalah bersifat sebagai pembantu dan pelengkap pendidikan keluarga karena bagaimanapun keluarga tetap berperan sebagai  penanggung jawab pertama, orang tua sebagai pemeran utama di dalam pendidikan anak harus menyadari bahwa sekolah hanyalah sebagai pembantu, bukan berarti bahwa sekolah sebagai satu-satunya sarana pendidikan dan merasa dengan menyerahkan anak-anaknya ke sekolah berarti seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah.
Munculnya sekolah disebabkan karena adanya anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak dengan sempurna dan lengkap. Hal ini sebagaimana diungkapkan Fuad Ihsan, sekolah melakukan pembinaan dan pendidikan berdasarkan atas kepercayaan dan tuntutan lingkungan keluarga dan masyarakat yang tidak mampu atau tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan pendidikan di lingkungan masing-masing.[12]
Pada dasarnya tugas mendidik anak tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Namun karena keterbatasan waktu yang dimiliki orang tua, maka memerlukan lembaga sekolah sebagai pembantu. Walaupun demikian tugas dan tanggung jawab mendidik yang berada di tangan orang tua tetap melekat kepadanya. Hak dan kewajiban orang tua dalam pendidikan tetap berada di atas segalanya. Pendidikan di sekolah hanyalah sebagai peringan beban orang tua saja.
Selain itu orang tua harus menjaga hubungan antara keluarga dan sekolah agar berjalan seharmonis mungkin dan harus ada pada tujuan yang  sama yaitu pembinaan anak. Kerja sama antara keluarga dan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan anak merupakan hal yang harus mendapatkan perhatian yang besar dari orang tua selaku pendidik utama, tanpa memperhatikan hubungan ini maka pendidikan yang direncanakan pun tidak akan berjalan lancar dan tentunya berakibat pada hasil akhir.
3.      Di Masyarakat
Lembaga pendidikan Islam selanjutnya adalah pendidikan kemasyarakatan. Lembaga pendidikan ini berorientasi langsung kepada hal-hal yang bertalian dengan kehidupan. Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan yang menunjang pendidikan keluarga dan sekolah.[13]
 Masyarakat sebagai tempat ketiga berlangsungnya pendidikan setelah lembaga pendidikan keluarga dan sekolah, juga memainkan peran yang menentukan terhadap pendidikan anak. Dilihat dari konsep sosiologi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan  dan saling berinteraksi sesamanya untuk mencapai tujuan. Sedangkan bila dilihat dari konsep pendidikan masyarakat merupakan sekumpulan banyak orang dengan berbagai banyak kualitas diri, mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi.
Dalam perkembangannya, lembaga pendidikan Islam ini menjadi sarana pengembangan pribadi ke arah kesempurnaan sebagai hasil dari pengumpulan dan latihan secara terus menerus. Bahkan, pendidikan kemasyarakatan Islam dewasa ini banyak menekankan kepada kebutuhan praktis ekonomis, baik dalam bidang sosial, budaya maupun agama. Karena itu termasuk ke dalam lembaga pendidikan non formal.[14]
Sebenarnya dalam masalah  pendidikan, masyarakat tidaklah melakukan pendidikan dalam arti yang sesungguhnya. Yang di maksud dengan pendidikan dalam arti sebenarnya hanyalah sebagai �pengaruh� masyarakat. Ini akan memberikan dua kemungkinan yaitu pengaruh positif, seperti; terlihat narkoba, kriminal dan segala bentuk keadaan yang merugikan pendidikan dan perkembangan watak anak .
Di sinilah hak dan kewajiban orang tua dalam pendidikan di masyarakat. Orang tua harus teliti dalam menentukan lingkungan masyarakat yang sesuami dan bergunakan bagi anaknya nanti. Sekarang ini banyak kita lihat akibat kelalaian orang tua moral dan watak anak menjadi rusak akibat pengaruh lingkungan di liar rumahnya.
Antara sekolah dan masyarakat pun terdapat  keterkaitan yang erat dapat di pisahkan dan mempunyai hubungan timbal balik. Sekolah memberikan manfaat kepada masyarakat dan begitu pula sebaliknya, masyarakat memberi manfaat kepada sekolah. Keterkaitan hubungan antara sekolah dan masyarakat dapat di pahami karena di antara keduanya saling membutuhkan. Masyarakat membutuh agar para siswa dan remaja di bina di sekolah, begitu pula halnya dengan sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah.
Berdasarkan hal di atas nyatalah bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak dan orang tua sebagai pendidik pertama dan utama. Jelas pula bahwa orang tua mempunyai hak kewajiban serta harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya.

F.     Kajian Terdahulu

Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.      Mentari Tahun 2014 dengan judul Penelitian Implementasi Metode Pembiasaan dalam Pengembangan Moral Keagamaan Pada Anak Usia Dini di TK Nurul Hilal Pulo Ara Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen hasil penelitian menyatakan bahwa:
a.       Materi moral keagamaan anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah kemandirian, bershadaqah dan berinfak, tanggung jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian, kerjasama, empati, suka menolong, respek.
b.      Implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah murid selalu dibiasakan mengucapkan salam kepada para guru ketika mau pulang serta membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Anak juga diajarkan agar peduli kepada orang lain, mau berbagi mainan atau makanan, serta membiasakan bershadaqah baik itu berupa makanan atau uang.
c.       Kendala implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal kurangnya kepedulian orang tua dalam membimbing anak, pola asuh orang tua yang terlalu memanjakan anaknya baik dirumah, terpengaruh lingkungan masyarakat dalam hal ini pergaulan dengan teman-temannya.
d.      Evaluasi terhadap penerapan metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah evaluasi kegiatan regular (Pengenalan huruf hijaiyyah, hafalan juz amma, hafalan doa-doa, aqidah-akhlak shirah, pengenalan bahasa Indonesia, Inggris, pengenalan lingkungan, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengenalan matematika awal).
2.      Zaryati Tahun 2011 dengan judul skripsi Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini hasil penelitian menyatakan bahwa:
1.    Usia dini merupakan masa yang sangat strategis yang dapat dimainkan orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan, memperkuat akidahnya kepada Allah Swt. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan terbaik dalam menghadapi realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan yang menyesatkan. Akidah tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang, kesalahan dan ketakutan, memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk berani berorban, lebih mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.
2.    Mendidik anak � anak untuk beribadah kepada Allah Swt. Sebaiknya dimulai dengan teori praktik secara bersamaan. Hal itu dapat dilakukan langsung dengan memberikan semangat dan dorongan, tanpa menggunakan cara-cara kekerasan (represif), pemaksaan dan otot. Anak sebaiknya tidak terburu-buru dihukum ketika tidak menjalankan sebagian ibadah, karena dia belum terkena perintah untuk menjalankan kewajiban � kewajiban agama.
3.    Memberikan pembinaan akhlak dan berusaha untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan kebajikan dalam hidup seseorang memang diperlukan dalam pendidikan agama, sebab untuk mencapai nilai-nilai kebajikan itu sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan pendidikan akhlak yang kedudukannya sangat mulia bagi umat Islam.
4.    Pendidikan keimanan bagi anak usia dini adalah sinergi berbagai unsur aktivitas pedagogis: pengaitan anak-anak dengan dasar-dasar keimanan, pengakrabanya dengan rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya tentang prinsip-prinsip syariat Islam, pendidikan karakter dan insting anak yang tumbuh kembang, pengarahan prilaku mereka sesuai dengan fondasi nilai, prinsip-prinsip dan norma-norma etika yang bersumber dari keimanan yang benar kepada Allah Swt, malaikat-malaikanNya, kitab-kitabNya, Rasul-Rasulnya, hari kiamat, dan qadhaNya yang baik ataupun yang buruk
3.      Adrami tahun 2011 dengan judul Penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Anak usia Dini Dalam Mengatasi Problematika Remaja hasil penelitian menyatakan bahwa:
a.       Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Islam ini sangat erat kaitannya dengan sistem hidup Islam. Sebagai bagian yang menyatu (integral) dari sistem kehidupan Islam, pendidikan memperoleh masukan dari supra sistem, yakni keluarga dan masyarakat atau lingkungan, dan memberikan hasil/keluaran bagi suprasistem tersebut.
b.      Fungsi pendidikan Islam dalam membina keluarga merupakan suatu proses untuk membimbing anak untuk menjadi orang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Oleh karena itu, manusia membutuhkan pendidikan secara optimal agar mampu mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
c.       Pendidikan anak dimulai dari pendidikan orang tua di rumah dan orang tua yang mempunyai tanggung jawab utama terhadap masa depan anak-anak mereka, Lembaga pendidikan prasekolah hanya merupakan lembaga yang membantu proses tersebut. Sehingga peran aktif dari orang tua sangat diperlukan bagi keberhasilan anak-anak.
G.    Metodologi Penelitian    

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.      Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau kepustakaan. �Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature review)�.[15]�Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan metodelogi yang sesuai�.[16]
2.      Metode Penelitian           
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah.
3.      Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
hakikat akhlak dalam islam

a)      Pengertian Akhlakul Karimah  
b)      Dasar-dasar Pembinaan Akhlakul Karimah 
c)      Manfaat Akhlakul Karimah   
d)     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlakul Karimah
2

konsepsi keluarga sakinah

a)      Pengertian Keluarga Sakinah
b)      Ciri-ciri Keluarga Sakinah
c)       Cara Membina Kaluarga Sakinah
d)     Contoh Keluarga Sakinah dalam Bingkai Sejarah 
3
pembinaan akhlakul karimah pada anak

a)      Pembinaan Akhlak Pada Anak 
b)      Peran Keluarga Sakinah dalam Pembinaan Akhlak 
c)      Aspek-aspek yang Dibutuhkan dalam Pembinaan    Akhlakul Karimah Terhadap Anak
d)     Keniscayaan Lingkungan yang Kondusif (Sakinah)    dalam Membina Akhlakul Karimah
e)      Implikasi Positif Pembinaan dalam merespon    Perkembangan Ilmu  Pengetahuan &    Tekhnologi (IPTEK)    
                       

4.      Sumber Data                  

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)      Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah �data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi�.[17] Berdasarkan referensi tersebut maka disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mempunyai sumber data primer, karena peneliti tidak melakukan wawancara dan tidak juga menyebarkan kuisioner kepada pihak lain.
b)      Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah �data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset�.[18]Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. seperti buku-buku, literatur-literatur, artikel, jurnal, bahan internet dan bahan-bahan lainnya yang ada kaitan dengan penelitian ini.      
5.    Teknik Pengumpulan Data        

Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
6.    Teknik Analisa Data       

Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.[19]
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan adalah �deskriptif analitik� yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut : 

a)      Metode Deduksi
Metode deduksi adalah �metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus�.[20]Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk memperoleh gambaran detail dari pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah.
b)      Metode Induksi
Metode induksi yaitu �menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum�.[21]Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah.
c)      Metode komparasi
Metode komparasi yaitu �penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu�.[22]Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembinaan akhlakul karimah anak melalui lingkungan kehidupan keluarga yang sakinah.  
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                                           
Garis-garis besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu: Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.






















DAFTAR PUSTAKA


Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Jakarta: Mizan, 1997.

Abdurrahman Shaleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, Jakarta: Rineka Cipta, 1987.

Az yumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.

Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.

Pusat Perkembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. II, Jakarta: Balai Pustaka, 1999.
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid 1, Jakarta: Kencana, 2010.

Rafi�udin, Mendambakan Keluarga Tentram (Keluarga Sakinah), Cet. Ke-1, Semarang: Intermasa, 2001. 

Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, Cet. Ke-1,  Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.

Quraisy Syihab, Lentara Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cet. 14, Bandung: Mizan, 1998.






           




                [1]Rafi�udin, Mendambakan Keluarga Tentram (Keluarga Sakinah), Cet. Ke-1, (Semarang: Intermasa, 2001), hal. iii. 
                [2] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Cet. Ke-2, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 20.

                [3]Rafi�udin, Mendambakan..., hal. 21.
                [4]Yusak Burhanudin, Kesehatan Mental, Cet. Ke-1,  (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hal. 86.
[5] Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Mizan, 1997), hal. 25.

[6]Pusat Perkembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. II (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hal. 456.

[7] Ali Abdul, Akhlak Mulia ..., hal. 84.

[8] Ali Abdul, Akhlak Mulia .,. hal. 98.

[9] Ibid, hal. 99.

[10]Abdurrahman Shaleh, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987), hal. 230.

[11]Zakiah Derajat, Ilmu Pendidikan,hal. 35.
[12]Quraisy Syihab, Lentara Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cet. 14, (Bandung: Mizan, 1998), hal. 258.
[13]Fuad Ihsan. Dasar-dasar Kependidikan.., hal. 78.

[14] Az yumardi Azra, Esai-esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), hal. 17.
                [15]Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 72.

                [16] Ibid.,hal. 72.
                [17]Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.

                [18]Ibid.,
[19]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 155.

                [20]Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.

                [21]Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.

                [22] Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari http://.blogspot.co.id.html.

Post a Comment for "Pembinaan akhlakul karimah pada anak dalam kehidupan keluarga sakinah"