Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Biologi


Judul: Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Biologi Dalam Konsep Sistem Gerak Pada Manusia di SMP Negeri 2 Sawang


Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Biologi

1.     Latar Belakang Masalah
Maju mundurnya suatu bangsa sangat di tentukan oleh kualitas pendidikan yang dicapai oleh masyarakatnya. Oleh karena itu pendidikan dianggap suatu yang sangat penting dalam pembangunan nasional bahkan pendidikan merupakan satu faktor yang dapat mendorong lajunya proses pembangunan suatu bangsa.
            Dewasa ini muncul kesadaran baru  tentang pentingnya pendidikan yang memberikan kepedulian pada setiap siswa. Hal ini dapat kita lihat dari tujuan pendidikan itu sendiri yaitu menciptakan individu untuk dapat memiliki pola fikir ilmiah dan berkepribadian yang sempurna .Agar semua tujuan itu dapat tercapai maka harus ada suatu proses interaksi yang baik antara guru dengan siswa baik disekolah maupun diluar sekolah.
            Siswa sebagai generasi penerus memerlukan pendidikan yang baik dari orang tua, sekolah, dan dari lingkungan masyarakat. Pada dasarnya seorang siswa mempunyai kreativitas, harapan dan semangat yang besar. kedudukan orang tua dalam perkembangan anak sangat menentukan dalam mencapai cita-cita yang diinginkan oleh seorang siswa. Setiap yang didapatkan dalam masyarakat selalu tidak statis dan permanen. Kesemuanya ini tentunya disebabkan oleh kemajuan serta teknologi yang semakin berkembang.
            Dalam kegiatan belajar, pendidikan dapat dikatakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai. Bisa dikatakan pendidikan merupakan kekuatannya yang ada pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.
            Oleh karena itu, pembelajaran yang diberikan di sekolah hendaknya harus memperhatikan kondisi individual siswa, karena merekalah  yang akan belajar. Siswa merupakan individu yang berbeda satu sama lain, mereka memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Untuk itu dalam kegiatan proses belajar mengajar, guru hendaknya harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual siswa tersebut, sehingga belajar benar-benar merupakan suatu proses untuk merubah kondisi siswa dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham, dan dari yang  berperilaku tidak baik menjadi baik.
            Kondisi riil siswa seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian dikalangan guru, Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru yang cederung memperhatikan kelas secara keseluruhan. Gejala yang lain juga terlihat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan yang berlangsung dikelas. Pembelajaran yang hanya di dasarkan pada keinginan guru saja, maka akan sulit untuk mengantarkan minat atau keinginan siswa kearah pencapaian hasil belajar. Kondisi seperti inilah yang pada umumnya sering terjadi, sehingga mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar.    
Dengan demikian guru memerlukan strategi yang bisa memberikan minat kepada siswa untuk belajar aktif. Karena belajar sangat diperlukan adanya minat, �Motivation is an essential condition of learning�. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau adanya motivasi,[1]makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula pelajaran tersebut. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual adalah salah satu cara agar efektivitas belajar yang berlangsung dapat diterima dan dicerna oleh siswa dengan baik, disamping itu juga pembelajaran kontekstual di maksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik yang mereka miliki. Namun dalam pelaksanaannya guru masih sangat minim menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan strategi kontekstual ini terhadap proses belajar mengajar dalam bidang study Biologi di sekolah terutama pada SMP Negeri 2 Sawang. Siswa tidak hanya mendengar dan menulis saja setelah guru menjelaskan, akan tetapi mereka perlu membaca, berdiskusi atau bersama-sama dengan siswa yang lain untuk memecahkan masalah. Penggunaan strategi pembelajaran kontekstual dalam proses belajar mengajar sangat membantu siswa dalam menalar serta mencerna apa makna dari materi pembelajaran yang disampaikan dan dalam waktu singkat membuat mereka berfikir tentang materi pelajaran tersebut sehingga hasil belajar yang dicapai akan lebih baik dan terarah.[2]Dalam arti kata menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dikelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa, sehingga minat belajar akan menjadi meningkat.
Dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul �Pengaruh Strategi Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Biologi Dalam Konsep Gerak Pada Manusia di SMP Negeri 2 Sawang�.

2.     Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh strategi pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar biologi dalam konsep sistem gerak pada manusia di SMP Negeri 2 Sawang?

3.     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran kontekstual dalam meningkatkan hasil belajar biologi dalam konsep sistem gerak pada manusia di SMP Negeri 2 Sawang.

4.     Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis yaitu diharapkan dapat menjadi pedoman bagi para guru dalam rangka pentingnya kompetensi guru untuk melakukan strategi  dalam setiap proses belajar-mengajar sehingga menimbulkan minat siswa yang kuat untuk belajar dan juga untuk mengembangkan proses pembelajaran bagi siswa.


b. Manfaat praktis
Sebagai pengembangan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti perkuliahan di Fakultas FKIP hingga dapat diterapkan dilapangan  sesuai dengan disiplin ilmu sebagai guru di sekolah.
Selain itu penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran dikelas. Dan juga diharapkan dengan adanya penelitian ini hendaknya terus diadakan pengembangan oleh peneliti lainnya mengenai kasus pembelajaran yang telah peneliti adakan ini.

5.     Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: �strategi pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar biologi dalam konsep sistem gerak pada manusia di SMP Negeri 2 Sawang�.

6.     Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap penggunaan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka berikut dikemukakan beberapa batasan operasional sebagai berikut:
1.    Strategi Pembelajaran Kontekstual: strategi pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk turut menentukan sendiri tentang materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan yang nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupannya.
2.    Pembelajaran Konvensional: Pembelajaran konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang terpusat pada guru, dimana siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi dan bersifat pasif.
3.    Hasil Belajar: yaitu angka kemajuan yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran konsep sistem gerak pada manusia setelah menggunakan strategi pembelajaran kontekstual.

7.     Tinjauan Pustaka
7. 1 Hakikat Pembelajaran
Belajar merupakan aktifitas yang paling utama dalam keseluruhan proses pendidikan untuk mencari ilmu pengetahuan dengan tercapainya tujuan pendidikan banyak bergantung pada efektifitas proses pembelajaran yang akan sangat berpengaruh terhadap cara guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang akhirnya mempengaruhi aspek intelektual, psikologi dan biologis siswa.
Pada hakikatnya belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, dimana tujuan kegiatan merupakan perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, ketrampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Hilgard dan Bower dalam Hasan (1994: 9) menyatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seserang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu.
Pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Konsep pembelajaran menurut Corey (1986: 15) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.
Proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil bila siswa dapat memahami informasi dengan daya nalar serta mengimplementasikannya pada perilaku yang membentuk intelektual, sikap dan ketrampilan. Menurut Bloom seperti ditulis oleh Dimyati dan Mudjiono (1990: 21) hasil belajar dibagi dalam tiga kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran merupakan proses bimbingan terhadap siswa dan guru dalam menciptakan kondisi pembelajaran siswa secara aktif. Selanjutnya Romizowski (1991) mengemukakan bahwa setiap strategi pembelajaran yang dikembangkan selalu mencerminkan posisi teoritis yang dianut, tentang bagaimana seharusnya pembelajaran itu dilaksanakan. Hamalik (1993) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai sistem menyeluruh yang terdiri dari sejumlah komponen, yaitu komponen masukan (input), komponen proses dan komponen produk (output). Apabila dengan strategi pembelajaran dapat membangkitkan atau mendorong timbulnya aktifitas dan merubah perilaku siswa menjadi lebih baik, maka proses pembelajaran merekapun akan lebih banyak terlaksana dan dengan demikian hasil pembelajarannya pun akan lebih baik.
7. 2 Hasil Belajar
Mehren dan Lelman (1988: 234) berpendapat pengertian hasil adalah sasaran yang dicapai dari suatu proses dalam merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar/ pengajaran, Wrightstone (1992: 92) mengemukakan hasil belajar adalah pencapaian dari suatu penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan.
7. 3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Proses belajar selalu diiringi oleh pengalaman-pengalaman, pemahaman dan pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Untuk mempengaruhi hasil ini dapat datang dari guru dan dapat datang dari siswa itu sendiri, bahkan lingkungan juga turut menentukan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa sebagaimanan yang dituturkan oleh Muslim (2002: 36).
7. 4 Sistem Gerak Pada Manusia
Sistem gerak pada manusia dikendalikan oleh dua macam alat tubuh yaitu rangka dan otot. Sistem gerak pada manusia tersusun dari berbagai tulang yang berfungsi untuk menegakkan tubuh, menjadi tempat melekatnya otot, melindungi organ yang penting dan memberi bentuk tubuh. Dan sistem gerak ini merupakan karunia Tuhan bagi manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya yang sempurna.
Sistem gerak pada manusia berupa rangka dan otot. Sistem gerak yang utama adalah rangka yang tersusun dari berbagai macam tulang dan sendi. Rangka manusia tersusun oleh lebih dari 200 potong tulang yang saling berhubungan dan bertemu pada sambungan tertentu. Tulang merupakan alat gerak pasif karena tidak dapat bergerak tanpa bantuan otot. Berdasarkan jenisnya tulang dibedakan menjadi dua, yaitu tulang rawan dan tulang keras (tulang).
Rangka tubuh manusia yang tersusun atas tulang-tulang yang dihubungkan oleh sendi. Tulang-tulang penyusun rangka tertutup oleh otot. Tulang merupakan alat gerak pasif karena tulang tidak dapat bergerak jika tidak digerakkan oleh otot. Dengan adanya kerja otot, tubuh dapat digerakkan. Oleh sebab itu otot disebut alat gerak aktif. Dalam kehidupan sehari-hari otot disebut juga daging.

8.     Metodologi Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian kualitatif.
b. Lokasi Penelitian
Tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Sawang yang terletak di Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Utara, sedangkan waktu penelitian adalah jangkan waktu yang diperlukan dalam suatu penelitian yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan selesai.
8. 1 Populasi dan Sampel
a. Populasi
Surachmat (1994: 84) mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Sesuai dengan pendapat tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Sawang kelas VIII yang berjumlah 30 orang.
b. Sampel
Arikunto (1994: 107) menjelaskan bahwa apabila subjek kurang dari 100 orang maka lebih baik diambil semua sehinggga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Berdasakan pada pendapat di atas maka penulis mengambil sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi tersebut yang berjumlah 30 orang siswa.
8. 2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi dan turun langsung kelapangan. Peneliti akan melakukan proses pembelajaran dengan sampel dengan memberikan pengajaran dengan menggunakan strategi kontekstual seperti diskusi, belajar kelompok, dan strategi pembelajaran kontekstual lainnya yang turut mengaktifkan peran siswa didalamnya.
Selanjutnya diberikan ujian tertulis (angket) setelah pokok bahasan selesai diajarkan. Selanjutnya data yang terkumpul dari hasil tes di olah dengan menggunakan uji statistik t-test.
8. 3 Teknik Analisis Data
  Data hasil tes pada kahir pembelajaran konsep sistem gerak pada manusia melalui angket, kemudian diolah dengan menggunakan rumus t-tes untuk menguji rata-rata dalam satu kelompok (Sudjana, 2001: 115) dengan menggunakan rumus:
  Selanjutnya akan diuji hipotesis dengan kriteria pengujian sebagai berikut:




[1]Kosasi jahiri, Pengajaran Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Cakrawala, 1999), hal. 35.

[2]Mel Silberman, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2002), hal. 4