Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses

Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses


BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.    Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses
Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pendidik sangat memerlukan strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efesien, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah dengan menguasai teknik-teknik penyajian atau yang disebut Metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran merupakan teknik yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas sehingga pelajaran tersebut dapat dipahami dan diterapkan oleh siswa dengan baik. Teknik ini dipandang sebagai suatu alat atau suatu cara yang harus digunakan di dalam situasi dan tujuan tertentu yang diajarkan.
Metode mengajar yang lazim digunakan oleh seorang guru dalam dunia didaktik metodik, salah satunya pendekatan keterampilan proses. Metode ini sering digunakan dalam pelajaran-pelajaran eksak, seperti biologi, kimia dan fisika. Dalam konteks fisika sebagai ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena alam sangat memerlukan keterampilan-keterampilan dan eksperimen.

1.     Pengertian Prestasi Belajar
Guna memperoleh pengertian yang objektif tentang prestasi belajar, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu secara jelas pengertian belajar itu sendiri.
Ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta sejalan dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkan. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswanya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan bahwa sama saja dengan latihan, sehingga hasil-hasil belajar akan tampak dalam keterampilan tertentu sebagai hasil latihan. Untuk lebih banyak memperoleh kemajuan, seseorang harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis. Misalnya agar fisika banyak dilatih mengerjakan soal-soal latihan.
Beberapa ahli mengungkapkan secara jelas pengertian belajar. Slameto menyebutkan: �Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sehingga hasil pengalaman seseorang itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.�[6]
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto: �Belajar adalah salah satu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian.�[7]Menurut Nasution: �Belajar sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan pelatihan.�[8]Akhirnya Gagne (Wilis Dahar) menyebutkan bahwa: �Belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisasi mengubah perlakuannya sebagai akibat pengalaman.�[9]
Dari beberapa definisi belajar yang telah dikemukakan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses, dimana nantinya setelah melalui proses belajar diharapkan adanya perubahan sikap, tingkah laku dan penambahan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Perubahan sikap, tingkah laku dan penambahan ilmu pengetahuan tersebut yang merupakan tindak lanjut dari prestasi belajar. Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Pengertian belajar telah diuraikan di atas, sedangkan pengertian prestasi menurut Winkell, W.S. mengartikan �Prestasi sebagai suatu bukti keberhasilan usaha yang dicapai.�[10]
Berdasarkan pengertian prestasi yang dikemukakan oleh W.S. Winkell dan pengertian belajar, maka prestasi belajar dapat diartikan sebagai bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam memperoleh perubahan, cara bersikap, bertingkah laku yang baru, bertindak cepat dan tepat secara optimal setelah proses belajar mengajar.
Pada akhirnya dalam hal belajar guna memperoleh prestasi belajar yang baik, maka perlu ditanamkan prinsip-prinsip seperti yang dijelaskan Sardiman sebagai berikut :
a.      Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya.
b.     Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan dari para siswa.
c.      Belajar akan lebih mantap dan efektif, bila di dorong dengan motivasi, terutama motivasi dari dalam/dasar kebutuhan/kesadaran atau intrinsic motivation, lain halnya belajar dengan karena rasa takut atau dibarengi rasa tertekan dan menderita.
d.     Dalam banyak hal belajar itu merupakan proses percobaan (dengan kemungkinan berbuat keliru) dan conditioning atau pembiasaan.
e.      Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.
f.      Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara :
(1)  diajar secara langsung
(2)  kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak belajar bicara, sopan santun) dan lain-lain.
(3)  Pengenalan dan/atau peniruan.
g.     Belajar melalui praktek atau mengalami secara langsung akan lebih efektif mampu membina sikap keterampilan, cara berpikir kritis dan lain-lain bila dibandingkan dengan hafalan.
h.     Perkembangan pengalaman anak didik akan banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
i.       Bahan pelajaran yang bermakna/berarti, lebih mudah dan menarik untuk dipelajari, dari pada bahan yang kurang bermakna.
j.       Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan siswa, banyak membantu kelancaran dan gairah belajar.
k.     Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau mengalami sendiri.[11]

Dari kutipan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa dalam proses belajar dan khususnya dalam mempelajari konsep momentum dan impuls prinsip-prinsip tersebut di atas sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Hal ini penting mengingat ilmu fisika tidak dapat dipelajari secara hafalan melainkan harus ada pemahaman konsep melalui latihan penyelesaian soal-soal dan lain-lainnya yang tercakup dalam prinsip-prinsip seperti tersebut di atas.



2.     Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Inti dalam proses belajar mengajar yang diutamakan adalah mengembangkan pola pikir siswa, atau dengan ungkapan lain inti pengembangan ranah pengetahuan dan ranah keterampilan serta ranah sikap dan nilai dalam seluruh kepribadian siswa tidak lain adalah aktivitas. Begitu pula pengembangan kreativitas siswa hanya dapat terlaksanakan dengan baik jika kita sebagai pengajar menerapkan pendekatan keterampilan proses, khususnya pada proses belajar mengajar momentum dan impuls. Sebab di samping konsep momentum dan impuls dapat diajarkan dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses, juga dengan menerapkan pendekatan keterampilan siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan pengetahuannya melalui dukungan fakta atau konsep sampai kepada pemecahan masalah.
Penerapan pendekatan keterampilan proses juga sekaligus sebagai manifestasi dari pola pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), seperti apa yang dikemukakan Annonymous sebagai berikut :
Keterampilan proses ialah keterampilan siswa untuk mengelola perolehannya yang di dapat melalui proses belajar mengajar yang memberi kesempatan lebih luas kepada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan, meneliti dan mengkomunikasikan.[12]

Sejalan dengan kutipan di atas, Semiawan lebih lanjut menyebutkan kaitan pendekatan keterampilan proses terhadap usaha peningkatan kreativitas siswa sebagai berikut :
Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan, anak akan mampu menentukan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Seluruh irama gerak atau tindakan dalam proses belajar mengajar seperti inilah yang dimaksud dengan pendekatan proses.[13]

Kutipan di atas mengisyaratkan bahwa kunci dari pendekatan keterampilan proses adalah proses dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang mengutamakan keikutsertaan siswa dalam memproses hasil belajar dan mengolah hasilnya. Dengan demikian siswa dapat lebih berkembang dalam upaya mencapai hasil belajar atau prestasi belajar yang lebih baik.
Prinsip dari pendekatan keterampilan proses lebih menitik beratkan kepada keterlibatan siswa secara langsung dan berpusat pada diri siswa dalam suatu proses belajar mengajar. Hal ini ditegaskan oleh Annonymous yaitu: �Dengan keterampilan proses diharapkan menghasilkan suatu kemampuan terpadu dalam diri siswa, sehingga siswa dapat mandiri, cepat tanggap, tangkas dan evaluatif terhadap segala situasi.�[14]Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar melalui pendekatan keterampilan proses siswa adalah objek yang bersifat sentral, dalam artian mereka berupaya mencari jawaban dari masalah yang dihadapinya. Pada saat siswa dilibatkan secara aktif dalam berbagai aktifitas belajar, maka siswa akan merasa puas dan senang, karena siswa tersebut mampu menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Hal ini dapat memberi dampak dalam memacu minat, perhatian dan daya pendorong timbulnya rasa ingin tahu pada diri siswa, yang pada gilirannya siswa akan belajar dengan penuh semangat, aktif dan optimis, sehingga di dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep momentum dan impuls siswa tidak lagi beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat ditakuti karena rumit dan sulit dimengerti. Dan pada akhirnya diharapkan prestasi belajar siswa akan lebih meningkat.

B.    Ruang Lingkup Konsep Momentum dan Impuls
  1. Pengertian Momentum dan Impuls
-   Pengertian Momentum
Momentum adalah suatu besaran vektor yang berhubungan dengan gerak suatu benda. Momentum suatu benda sama dengan massa benda dikalikan dengan kecepatan benda. Dalam persamaan dapat ditulis.
P = m.v
dengan P adalah vektor momentum (kg m/s), m adalah massa benda (kg), dan V adalah vektor kecepatan (m s-1). Jadi, momentum adalah besaran vektor, yang arahnya searah dengan arah kecepatan. Satuannya adalah dalam kg m/s (dalam sistem Mks) dan grm cm/s (dalam sistem Cgs).

-   Pengertian Impuls
Impuls adalah hasil kali antara gayadan lamanya gayayang bekerja pada benda tersebut. Dalam persamaan dapat ditulis.
I = F.?t
dengan I adalah vektor impuls (Ns), F adalah vektor gaya (N), dan ?t adalah selang waktu (s). Jadi, impuls adalah besaran vektor, yang arahnya searah dengan gaya yang bekerja pada benda, satuannya adalah dalam Newtonsekon (dalam sistem Mks) dan dyne sekon (dalam sistem Cgs).

  1. Hubungan Antara Impuls dan Perubahan Momentum
Perubahan momentum akibat adanya perubahan kecepatan. Jadi bila gayaF bekerja pada benda yang bermassa m selama selang waktu ?t dan mengakibatkan perubahan kecepatan dari kecepatan awal v0 menjadi kecepatan akhir vt maka impuls.
I = m.vt � m . v0
m.vt = Pt dan m.v0 = P0
I = Pt  � P0
I = ?P
atau juga dapat ditulis
F . ?t = I
Maka : F.?t = ?P
dimana :
I           : Impuls
m.Vt    : Momentum akhir
m.V0    : Momentum awal
F. ?t    : Impuls
Pt         : Momentum akhir
P0        : Momentum awal



  1. Hukum Kekekalan Momentum

Jika dua buah benda m1 dan m2masing-masing mempunyai kecepatan V1 dan V2. kemudian kedua benda tersebut bertumbukan, sehingga kecepatan berubah menjadi V1� dan V2� dan tidak terjadi gaya luar (misalnya gaya gesekan) berlaku hukum kekekalan momentum yang berbunyi jumlah momentum benda-benda sebelum tumbukan sama dengan jumlah momentum benda-benda setelah tumbukan.







Gambar 1.1
Sumber : Kanginan, Seribu Pena Fisika SMU Kelas 1, 1999: 140.

Berdasarkan gambar 1.1 ini berarti :
 (Jumlah momentum sebelum tumbukan = Jumlah momentum setelah tumbukan).
P1 + P2             = P1� + P2
M1V1 + m2V2  = M1V1� + m2V2

Disini V1 dan V2 adalah kecepatan sesaat sebelum tumbukan, sedangkan V1� dan V2� adalah kecepatan sesaat sesudah tumbukan.
C.    Langkah-langkah Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses
Dalam kegiatan belajar mengajar fisika pada konsep momentum dan impuls dengan pendekatan keterampilan proses, guru lebih banyak membimbing siswa baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini cukup beralasan dengan mengacu kepada alasan-alasan mengapa pendekatan keterampilan proses  itu perlu dilaksanakan pada proses belajar mengajar fisika pada konsep momentum dan impuls seperti ada empat alasan yang dikemukakan Semiawan sebagai berikut:
1.     Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Jika guru bersikap �mau mengajarkan� semua fakta dan konsep dari berbagai cabang ilmu, maka sudah jelas target itu tidak akan tercapai.
2.     Para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi anak didik.
3.     Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus persen, penemuannya bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan ditolak setelah orang mendapatkan data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut.
4.     Dalam proses belajar mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik. Konsep disatu pihak serta sikap dan nilai dilain pihak harus disatukaitkan.[15]

Berangkat dari kutipan di atas, jelaslah bahwa pendekatan keterampilan proses sebagai wahana melatih siswa untuk mampu menalar dan berpikir kritis serta kreatif. Hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, seperti yang dijelskan oleh Nasution yaitu �Pada prinsipnya pengajaran akan paling menguntungkan bagi anak, bila ia secara individual diperbolehkan belajar menurut bakat, minat dan kecakapan masing-masing.�[16]Hal ini terlihat lebih jelas jika anak dibimbing oleh guru, maka siswa tersebut mempunyai kesempatan untuk belajar nenurut kemampuannya.
Dalam konsep momentum dan impuls siswa dituntut lebih aktif, apakah itu aktif di kelas maupun di luar kelas. Untuk melihat kejadian-kejadian disekitarnya yang perlu dicarikan pemecahannya dengan menggunakan metode ilmiah. Kiranya tepatlah kalau konsep momentum dan impuls itu dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses, khususnya dalam rangka pengembangan kemampuan individu siswa. Sebagaimana Annonymous menyebutkan tujuan dari pendekatan keterampilan proses antara lain sebagai berikut :
1.     Siswa dapat mengembangkan seluruh yang ada padanya untuk mendapatkan kepuasan belajar.
2.     Siswa didorong untuk menemukan sendiri informasi dan konsep yang diperlukan. Jadi, kepada siswa diberikan alat untuk mendapatkan dan mengolah hasil yang diperolehnya sepanjang hidup.
3.     Siswa didorong kreatifitasnya untuk mampu menerapkan kaidah-kaidah tertentu dalam menjawab problema yang berkembang dalam hidupnya.
4.     Guru memperoleh peluang untuk mendapatkan umpan balik dan hal-hal yang muncul oleh kegiatan belajar tersebut.[17]

Berdasarkan tujuan dilaksanakannya pendekatan keterampilan di atas, maka jelaslah keutamaan dan sasaran dari pendekatan keterampilan proses pada konsep momentum dan impuls mengkhususkan pada peningkatan kemampuan siswa. Adapun kemampuan yang dikembangkan tersebut menurut Annonymous antara lain :

a.      Mempelajari materi/konsep dengan penuh perhatian dan kesungguhan.
b.     Mempelajari, mengalami dan melakukan sendiri cara mendapatkan sesuatu pengetahuan.
c.      Merasakan sendiri kegunaan, bersifat terbuka, mengembangkan rasa ingin tahu, jujur, tekun, disiplin dan kreatif terhadap tugas yang diberikan.
d.     Belajar dalam kelompok, menemukan sifat dan kemampuan teman sekelompoknya.
e.      Memikirkan dan mencobanya sendiri, dan mengembangkan konsep sesuatu nilai tertentu.
f.      Menemukan dan mempelajari kejadian/gejala yang dapat mengembangkan gagasan baru.
g.     Menunjukkan kemampuan, mengkombinasikan cara berpikir yang menghasilkan penemuan baru, dan penghayatan nilai-nilai, baik secara lisan, tertulis melalui gambar maupun penampilan diri.[18]

Guna mencapai sasaran meningkatkan kemampuan individual siswa tersebut, maka langkah-langkah yang perlu diterapkan pada pendekatan keterampilan proses menurut Semiawan ada 9 (sembilan) unsur yang saling terkait yaitu :
1.     Observasi atau mengamati, termasuk didalamnya ;
a. menghitung, b. mengukur, c. mengklasifikasikan, d. mencari hubungan ruang/waktu.
2.     Membuat hipotesis.
3.     Merencanakan penelitian.
4.     Mengendalikan variabel.
5.     Menginterpretasikan atau menafsirkan dari data.
6.     Menyususn kesimpulan sementara.
7.     Meramalkan.
8.     Menerapkan (mengaplikasi).
9.     Mengkomunikasikan.[19]



Agar lebih jelas perlu dikemukakan sebagai berikut :
1.     Observasi atau mengamati
Observasi atau pengamatan adalah salah satu keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat. Dalam mengobservasi atau mengamati kita memilah-milah mana yang penting dan yang kurang atau tidak penting. Kita menggunakan semua indera untuk melihat, mendengar, merasa, mengecap dan mencium. Anak-anak mungkin melihat aneka ragam benda, hewan, tumbuhan tetapi mereka tidak mengamati perilaku masing-masing benda, hewan dan tumbuhan tersebut. Mereka sering melihat orang mengukur atau menimbang barang, merasakan hembusan angin dan lain sebagainya namun mungkin mereka tidak mengerti hal-hal itu berlalu begitu saja tanpa memperoleh suatu makna.
Di dalam observasi tercakup berbagai kegiatan seperti di bawah ini :
  1. Perhitungan
Kita mungkin tak dapat membayangkan seorang ilmuan tanpa kemampuan menghitung. Banyak kegiatan menghitung yang menyita waktu seorang ilmuan. Keterampilan anak dalam menghitung biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial dan bahasa, keterampilan ini dapat juga dikembangkan. Anak-anak dapat dilatih menghitung kelereng, menghitung keliling lingkaran, jarak antar tanaman, waktu tempuh sebuah bis dan lain-lain. Hasil perhitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat tabel, grafik atau histogram. Semakin tinggi tingkat sekolah anak, semakin sulit soal-soal menghitung yang dapat ditugaskan kepadanya.
  1. Pengukuran
Dasar-dasar dari pengukuran adalah membanding. Kita perlu membandingkan luas, kecepatan, suhu, volume dan sebagainya. Para guru dapat melatih siswa agar terampil mengukur. Pertama-tama tentu saja mereka diarahkan untuk membanding-bandingkan satu benda dengan benda lain, lama-kelamaan mereka diperkenalkan dengan satuan ukurannya, seperti centimeter, kilogram dan liter.

  1. Klasifikasi
Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar klasifikasi, misalnya menurut ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu.
Para guru biasanya melatih siswa agar terampil dalam membuat klasifikasi, misalnya mengelompokkan berbagai bangunan menurut bentuk, bahan dan penggunaannya, mengelompokkan benda yang berbentuk lingkaran dan lain sebagainya. Dalam membuat klasifikasi, dituntut kecermatan anak dalam mengamati.

  1. Hubungan Ruang/waktu
Mencari hubungan ruang/waktu adalah salah satu keterampilan yang penting dalam kerja ilmiah. Paraguru perlu melatih siswa agar terampil melihat hubungan ruang. Mereka dapat dilatih agar mampu mengenal bentuk-bentuk seperti: lingkaran, persegi empat, persegi banyak, kubis dan silinder. Mereka perlu dilatih untuk mengenal arah seperti: bawah, atas, belakang, depan, kanan, kiri, utara, selatan, barat, timur, untuk menempatkan benda-benda sesuai dengan rencana untuk memasukkan benda, menggabungkan atau mencocokkan untuk menggambarkan arah dan jarak.
Para guru perlu melatih anak melihat hubungan waktu dengan belajar membuat urutan kejadian, membuat jam sederhana, menggunakan unit seperti menit, minggu, bulan dan tahun.

2.     Pembuatan Hipotesa
Kemampuan membuat hipotesa adalah salah satu keterampilan yang sangat mendasar dalam kerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Dalam kerja ilmiah seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen.
Para guru dapat melatih anak dalam membuat hipotesis sederhana, misalnya di dalam fisika siswa dilatih membuat hipotesis tentang rumus momentum dan impuls, hipotesis tentang logika fisika dan lain-lain. Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan latihan-latihan yang makin sulit dapat diperkenalkan kepada anak agar lama-kelamaan mereka semakin terampil menyusun hipotesis yang lebih jitu dan terarah.

3.     Perencanaan Penelitian/Eksperimen
Eksperimen tidak lain adalah usaha menguji atau mengetes gagasan-gagasan kita dengan kegiatan coba dan ralat (trial and error) saja. Umumnya kegiatan eksperimen di sekolah dilaksanakan dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, fisika, kimia, biologi, ekonomi, koperasi, sejarah, bahasa Indonesia dan khususnya fisika, anak perlu dilatih mengadakan penelitian sederhana, misalnya praktek menemukan ruas, panjang, lebar, serta isi suatu benda.

4.     Pengendalian Variabel
Dalam penyelidikan ilmiah ilmuwan sering mengendalikan variabel eksperimen atau penelitian variabel adalah faktor yang berpengaruh. Para guru dapat melatih siswa dalam mengendalikan variabel. Sebagai contoh mengendalikan variabel jari-jari lingkaran yang akan diukur/dipergunakan untuk mengukur/menghitung keliling lingkarannya.
Pengendalian variabel adalah suatu aktivitas yang dipandang sulit, namun sesungguhnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Yang penting adalah bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak, mengontrol dan memperlakukan variabel.

5.     Interpretasi Data
Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuwan. Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data yang disajikan tersebut dapat diinterpretasikan atau ditafsirkan.

6.     Kesimpulan Sementara (Inferensi)
Membuat kesimpulan sementara atau inferensi sering dilakukan oleh ilmuwan dalam proses penelitiannya. Paraguru dapat melatih anak-anak dalam menyusun suatu kesimpulan sementara dalam proses penelitian sederhana yang dilakukan. Langkah pertama adalah mengumpulkan data, yang kadang-kadang melalui eksperimen terlebih dahulu, lalu dibuat kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai suatu waktu tertentu. Tetapi kesimpulan tersebut bukan merupakan kesimpulan akhir, melainkan kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu.

7.     Peramalan
Untuk membuat ramalan atau prediksi sering dilakukan berdasarkan observasi, pengukuran atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gejala tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering membuat peramalan berdasarkan pengalaman kita sebelumnya. Misalnya para siswa mencatat curah hujan selama dua tahun dan berdasarkan data-data itu siswa meramalkan jumlah curah hujan pada tahun depan.

8.     Penerapan (Aplikasi)
Keterampilan menerapkan atau mengaplikasikan konsep adalah kemampuan yang umumnya dimiliki oleh para ilmuwan. Untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam memecahkan masalah tertentu, kiranya guru dapat membantu para siswa. Sebagai contoh, setelah menguasai konsep bahwa jumlah oksigen dalam air yang bergerak lebih banyak dari pada dalam air yang tenang, dan para siswa dapat menyarankan kepada orang tuanya kepada masyarakat yang mengusahakan tambak ikan untuk tidak membiarkan air dalam kolam ikannya tetap tergenang dalam waktu yang lama, tetapi mengatur air dalam kolam sedemikian rupa sehingga selalu bergerak.
Ada beberapa contoh lain yang dapat diterapkan pada anak didik guna mendapatkan konsep penerapan atau aplikasi yang lebih baik, untuk itu guru harus mampu meletakkan tingkat latihan yang hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan kepribadian anak.

9.     Komunikasi
Komunikasi adalah merupakan penyampaian hasil pemikiran atau penemuan seseorang pada orang lain baik itu secara lisan atau melalui tulisan apakah itu paper, atau menyusun karangan, atau juga dalam bentuk karya ilmiah. Sering juga dengan membuat gambar, tabel, model, diagram, grafik, atau histogram yang dapat dibaca oleh orang lain. Keterampilan mengkomunikasikan apa yang ditemukan adalah salah satu keterampilan mendasar yang dituntut dari para ilmuwan.
Untuk melatih anak dalam hal ini, guru dapat membuat karangan dengan menyajikan laporan hasil diskusi kelompok atau dengan membuat berbagai pajangan yang dipamerkan di dalam ruangan kelas.
Selanjutnya dari langkah-langkah pendekatan keterampilan proses di atas, Annonymous menjabarkan limametode yang dapat dilaksanakan, antara lain sebagai berikut :
1)     Metode diskusi
Metode ini membatu siswa dalam berlatih untuk berkomunikasi, yang berarti dapat menyatakan pendapat maupun menerima pendapat orang lain. Diskusi dapat dilakukan antara guru dengan seluruh siswa di kelas, guru dengan sekelompok siswa dalam kelas. Dengan demikian yang dapat menjadi pimpinan diskusi tidak hanya guru, tetapi lebih baik jika guru membimbing siswa agar mampu memimpin diskusi.
2)     Metode eksperimen
Metode ini akan melatih siswa dalam keterampilan psikomotor, keterampilan menarik kesimpulan, mampu menterjemahkan instruksi (termasuk di dalamnya keterampilan berkomunikasi) serta mampu mengkomunikasikan hasilnya. Dan apabila eksperimen ini bersifat terbuka, maka metode ini bisa merupakan metode yang melatih siswa dalam berhipotesis, meramal serta merancang eksperimen. Jadi metode ini bertujuan untuk melatih siswa melakukan sesuatu perbuatan. Dengan metode ini diharapkan siswa dapat terlibat langsung dengan merencanakan eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.
3)     Metode karyawisata
Metode karyawisata adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari yang terdapat di luar kelas. Metode karyawisata digunakan apabila objek yang akan dipelajari hanya ada ditempat dimana objek itu berada. Metode karyawisata ini berfungsi untuk meningkatkan keterampilan praktikan, misalnya berobservasi, dengan mengadakan penelitian dan hasilnya dianalisa dengan menggunakan metode diskusi.
4)     Metode demonstrasi
Metode demosntrasi ini hampir sama dengan metode eksperimen, hanya di sini tidak melatih keterampilan psikomotor. Biasanya guru menggunakan metode ini dengan berbagai pertimbangan :
-        Alat yang digunakan sangat rumit pemakaiannya atau mudah rusak.
-        Jumlah alat terbatas.
-        Ruangan tidak cocok untuk kegiatan eksperimen.
-        Waktu tidak cukup.
-        Kegiatan ini diperlukan untuk mengulang prinsip-prinsip yang sudah diajarkan dengan singkat.
Seperti halnya dalam menggunakan metode eksperimen guru harus menyiapkan rencana pelajaran lengkap dengan tujuan yang  jelas dan alokasi waktu direncanakan secara cermat.
Kecuali itu perlu diperhatikan :
-        Demokrasi harus sudah dilihat oleh semua siswa. Untuk itu harus mengusahakan tempat yang tepat untuk melakukan demokrasi atau mengatur tempat yang sedemikian rupa, semoga mudah dilihat dan alat cukup besar, sederhana, sehingga mudah diamati.
-        Untuk tepat waktu alat dan bahan harap sudah disiapkan sebelum demokrasi dilaksanakan.
5)     Metode tanya jawab
Metode ini dipakai pada metode lainnya, fungsi utama metode ini dalam pendekatan keterampilan proses adalah untuk meningkatkan minat belajar, sebagai intervensi guru bila ada sesuatu kekeliruan atau untuk mengarahkan cara berpikir. Sebetulnya metode ini adalah kunci, tetapi terlebih dahulu mengikuti semua metode lain.[20]

Pada akhirnya sasaran yang perlu dipegang oleh seorang guru dalam pelaksanaan pendekatan keterampilan proses menurut Annonymous sebagai berikut :
1.      Berpegang pada tujuan yang ingin dicapai (tujuan kurikuler dan tujuan instruksional).
2.      Berpegang pada anggapan bahwa semua siswa mempunyai kemampuan yang berbeda sesuai dengan kodratnya.
3.      Memberikan kesempatan, dorongan dan penghargaan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaan dan fikirannya.
4.      Dasar pembinaan adalah pengalaman belajar siswa.
5.      Pembinaan diupayakan mengarah kepada kemampuan siswa mengolah hasil penemuannya.
6.      Berpegang pada prinsip pengabdian.
7.      Berpegang pada prinsip memberi kemudahan dan menggembirakan.[21]

Berdasarkan kutipan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sesuatu yang akan kita laksanakan haruslah berpedoman kepada tujuan yang kita inginkan, berkisar pada atas kemampuan yang dipunyai oleh masing-masing individu itu sendiri, memberikan kesempatan bagi tiap-tiap individu untuk mengungkapkan perasaan dan juga memberikan penghargaan menurut kemampuan masing-masing. Pelaksanaan pendekatan keterampilan proses tersebut juga harus mempunyai dasar pembinaan yang mengarah kepada pengalaman, kemampuan mengolah dan menyimpulkan sehingga memberikan kemudahan dan mengembirakan.
D.    Penilaian Keterampilan Proses Pada Konsep Momentum dan Impuls
Bidang studi fisika yang diajarkan pada siswa SMA kelas 1, pada pelaksanaannya seorang guru sangat tepat menerapkan pendekatan keterampilan proses, sebab pada bidang studi ini ada berbagai proses yang diamati melalui eksperimen dilaboratorium atau pengamatan menggunakan metode-metode tertentu.
Untuk menilai pelaksanaan pendekatan keterampilan proses pada konsep momentum dan impuls dapat digunakan dengan menggunakan lembar pengamatan. Penilaian keterampilan proses dapat pula dilakukan dengan cara tes tertulis dan tes perbuatan. Dalam hal ini diperlukan lembaran kerja yang lebih jelas untuk menilai tingkah laku yang diharapkan. Karena di samping mempermudah guru dalam mengajar konsep momentum dan impuls juga mampu mengaktifkan dan menarik minat siswa terhadap konsep momentum dan impuls itu sendiri.
Usman mengartikan penilaian proses: �Penilaian proses dapat diartikan  penilaian terhadap proses belajar yang sedang berlangsung, yang dilakukan oleh guru dengan memberikan umpan balik secara lansung kepada seorang siswa atau kelompok siswa.�[22]Dari kutipan di atas, jelaslah bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang mengarah kepada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
Adapun penilaian dalam poses belajar mengajar melalui pendekatan keterampilan proses yang perlu dilakukan oleh seseorang guru adalah kemampuam dan keterampilan yang dimiliki yang akan diterapkan. Berikut ini akan dijabarkan kemampuan dan keterampilan guru tersebut dalam melakukan pndekatan keterampilan proses, yaitu yang terangkum dalam pejabaran keterampilan proses dalam bentuk kemampuan. Usman juga mengungkapkan dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kemampuan dan Keterampilan Guru
No
Kemampuan
Keterampilan
1
2
3
1



2



3



4



5






6




Mengamati



Menggolongkan (mengklasifikasikan)


Menafsirkan (menginterpretasikan)


Meramalkan (memprediksikan)


Menerapkan






Merencanakan penelitian




Melihat, mendengar, merasa, meraba, membawa, mencicipi, mengukur dan membaca.

Mencari persamaan, menyamakan, mencari perbedaaan, membedakan, membandingkan, mengontraskan, mencari dasar pengolongan.

Menafsir memberi arti, mencari hubungan ruang waktu, menemukan pola, menarik kesimpulan, dan menggeneralisasikan.

Mengantisipasi berdasarkan kecenderungan, pola atau hubungan antar data atau informasi.

Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi), menghitung, menentukan variabel, menghubungkan konsep, merumuskan konsep pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat model.

Menentukan masalah/objek yang akan diteliti, menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan sumber data, menentukan alat, bahan dan sumber kepustakaan, menentukan cara penelitian.

1
2
3
7
Mengkomunikasikan

Berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, bertanya, merenungkan, mengarang, meragakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk tulisan, lisan, gerak atau penampilan).[23]
Sumber: Usman Moh. Uzer, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, 1990
Dari kutipan di atas jelaslah bahwa pendekatan keterampilan proses memerlukan latihan, atau penggunaan secara terus menerus agar dapat dikuasai oleh seorang guru. Begitu pula halnya terhadap diri siswa dalam mengaplikasikan keterampilan proses tersebut.




               [6]Slameto, Belajar dan faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1991), hal. 2.

               [7]Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung: CV. Remaja Bandung), 1986,    hal. 86.

               [8]Nasuiton, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar , (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1986), hal. 39.

               [9]Wilis Dahar, Ratna, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1988), hal. 12.

               [10]Winkell, W.S, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 1984), hal. 162.
               [11]A. M. Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), hal. 26.

               [12]Annonymous, Garis-garis Besar Progranm Pengajaran SMA Tahun 1987�,  hal. 11.

               [13]Semiawan, Conny, Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: PT. Gramedia, 1992), hal. 18.

               [14]Annonymous, Pendekatan dan Metode Mengajar Menurut Kurikulum 1984, (Jakarta: Depdikbud, 1990), hal. 5.
               [15]Semiawan, Conny, Pendekatan Keterampilan Proses �, hal. 14.
               [16]Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar �, hal. 59.

               [17]Annonymous, Bimbingan dan Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum Untuk Guru SMA, (Jakarta: Depdikbud, 1988), hal. 18.
               [18]Annonymous, Garis-garis Besar Program Pengajaran SMA Tahun 1987 �, hal. 14.

               [19]Semiawan, Conny, Pendekatan Keterampilan Proses �, hal. 17.
               [20]Annonymous, Pendekatan dan Metode Mengajar Menurut Kurikulum 1984 �,  hal. 6.

               [21]Annonymous, Bimbingan dan Petnjuk Pelaksanaan Kurikulum Untuk Guru SMA �,  hal. 19.
               [22]Usman, Moh. Uzer, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya Ofset, 1990), hal. 30.
               [23]Ibid., hal. 40.