aspek-aspek karakter guru
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Guru yang profesional dan berkarakter adalah guru yang mampu
dan mau menjalankan tugasnya secara baik dan menginternalisasikan nilai-nilai
positif kepada siswanya. Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk
terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi
guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa
berusaha dan berjuang mengembangkan aneka potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan
yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak didik. Pendidik diharapkan menjadi
sosok pribadi idaman serta memberikan pengaruh positif terhadap anak didiknya.
Guru harus mencerminkan kepribadian yang luhur sebagaimana Rasulullah Saw. yang
berhasil menjadikan Alquran sebagai pancaran akhlaknya. Pupuh Fathurrohman
menjelaskan secara Islami “guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian
serta kemampuan mumpuni, bukan hanya ahli tapi bisa melaksanakannya dengan baik
dan sempurna”.[1]
Guru yang profesional yaitu guru yang mampu melaksanakan
tugasnya sesuai dengan keahliannya secara maksimal dengan penuh tanggung jawab.
Guru harus mampu membina, mendidk dan mengajar secara profesional. Sedangkan
Guru berkarakter adalah mampu menjadikan tauladan yang baik untuk anak didiknya
sehingga peserta didik menjadi orang-orang yang memilki karakter yang baik
pula.
Karakter seorang guru
bercirikan unik, memberdayakan dan menginspirasi dalam 4 ranah olah pikir, olah rasa dan karsa
, olah hati dan olah raga. Olah pikir yaitu
cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka,
produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.
Olah hati meliputi beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil,
bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela
berkorban, dan berjiwa patriotik. Olah rasa dan karsa terdiri dari ramah, saling menghargai, toleran,
peduli, suka menolong, gotong royong,
nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Sedangkan Olah raga
meliputi bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
Kompetensi
merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Dari
uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan
sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance
dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah
dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti
tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.
“Salah satu komponen terpenting yang harus diperhatikan secara terus menerus
dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks
pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena
guru menjadi :garda terdepan” dalam proses pelaksanaan pendidikan”.[2]
Guru
merupakan salah satu profesi yang berperan dalam membentuk dan menentukan
kualitas SDM di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan SDM
berkualitas di masa yang akan datang, maka diperlukan guru yang berkualitas
pula. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan
meningkatkan kompetensinya. Kompetensi merupakan kemampuan yang dibutuhkan
untuk dapat berkinerja unggul. Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan
keterampilan (skill).
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik
berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan
anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman
Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari
sekolah[3]. “Paedagogos
berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).
Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang),
sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik atau
ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya
agar daat berdiri sendiri”[4].
Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk terus menerus
meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi guru sebagai
suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa berusaha dan
berjuang mengembangkan aneka potensi
kecerdasan yang dimilikinya. Guru harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan
pendidikan secara holistic yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta
didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap
peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi. Disisi
lain, pendidikan juga harus mampu membukakan mata hati peserta didik untuk
mampu melihat masalah-masalah bangsa dan dunia seperti, kemiskinan, kelaparan,
kesenjangan, ketidakadilan, dan persoalan lingkungan hidup.
Berdasarkan latar belakang yang
telah penulis kemukakan di atas, penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh
tentang “Guru Yang Berkarakter”.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam sebuah penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah
akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa
sajakah aspek-aspek karakter guru?
2.
Apa
sajakah persyaratan guru berkarakter?
3.
Bagaimakah
ciri-ciri guru berkater?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan
menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat
beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui aspek-aspek karakter guru.
2.
Untuk
mengetahui persyaratan guru berkarakter.
3.
Untuk
mengetahui ciri-ciri guru berkater.
D.
Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai
pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah
mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh
terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki
kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya,
antara lain :
Nama:
Irmayani Nim: A. 284323/3273 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim
Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Profesionalisme
Pendidik Dalam Mencapai Keberhasilan Pendidikan Islam, metode yang
digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan
kesimpulan sebagai berikut: 1)
Keberhasilan pendidikan Islam sangat ditentukan oleh kwalitas kompetensi
yang dimiliki oleh setiap pendidik. Adapun kompetensi tersebut, yaitu: kompetensi
personal-religious, social-religious, dan profesional-religious. Selain
memiliki ketiga kompetensi ini, seorang pendidik juga wajib dibekali dengan
kriteria-kriteria yang harus ada dalam dirinya. 2) Khusus untuk jabatan guru,
ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: a) jabatan yang melibatkan
kegiatan intelektual. b) jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang
khusus. c) jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. d) jabatan
yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan. e) jabatan yang
menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. f) jabatan yang
menentukan baku (standarnya) sendiri. 3) Seorang pendidik yang profesional harus memiliki
syarat-syarat dan etika-etika tertentu, di antaranya: memiliki kemahiran dalam
berbuat, memiliki ketauladanan dalam sikap, memiliki ketekunan dalam beribadah,
memiliki tanggung jawab yang lugas dalam bekerja, memiliki rasa loyalitas yang
tinggi kepada pimpinan, memiliki sifat tolong-menolong dengan rekan-rekannya,
saling memberikan nasehat sesama mereka demi kemashlahatan murid-murid,
memiliki sifat tawadhu’ dalam kehidupan, memiliki sifat jujur dan
menepati janji, dan mempunyai kesabaran yang tinggi.
E.
Landasan Teori
Guru
bekarakter akan berusaha menciptkan suasana belajar yang kondusif dan
menyenangkan, dengan kreativitas metode pembelajaran, untuk mengurangi
kejenuhan dan menyesuaikan dengan konteks pembelajaran sehingga tumbuh
kegairahan dan motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Marzuki dalam bukunya Pendidikan Karakter
Islami menjelaskan bahwa:
Pendidikan
karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan Islam, sebab roh atau inti
pendidikan Islam adalah pendidikan karakter yang semula dikenal dengan pendidikan
akhlak. Pendidikan Islam sudah ada sejak Islam mulai didakwahkan oleh Nabi
Muhammad Saw. kepada para sahabatnya. Seiring dengan penyebaran Islam,
pendidikan karakter tidak pernah terabaikan karena Islam yang disebarkan oleh
Nabi Muhammad Saw. adalah Islam dalam arti yang utuh, yang keutuhan dalam iman,
amal shaleh dan akhlak mulia.[5]
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha
Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil.
Pendidikan
karakter merupakan upaya mengembangkan potensi peserta didik dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa agar mereka memiliki nilai dan karakter sebagai
karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya,
sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warganegara. Pendidikan karakter
merupakan aspek yang penting bagi generasi penerus. Seorang individu tidak
cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal intelektual belaka tetapi juga
harus diberi hal dalam segi moral dan spiritualnya.
Masnur
Muchlis dalam bukunya Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional
menjelaskan bahwa:
Pendidikan
karakter disekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter
adalah dalam keluarga, kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter
dengan baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik pada tahap
selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan
otak ketimbang pendidikan karakter.[6]
Karakter merupakan sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran
dan perbuatannya. Apa yang seorang pikirkan dan perbuat sebenarnya merupakan
dorongan dari karakter yang ada padanya. Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Pada
dasarnya Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa
depan karna pendidikan selalu diorientasikan pada peserta didik untuk berperan
dimasa yang akan datang. oleh karna itu berhasil tidaknya suatu pendidikan
dipengaruhi oleh pendidik (guru). Seorang pendidik harus memiliki kepribadian
yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik,
penuh tanggung jawab, dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan
atau ketetapan hati untuk berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumber
daya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang di embanya dan tidak mudah
terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka
keluar (out of trak )dari ”jalan
dan perjuangan yang benar”. . Guru berkarakter kuat. Ia bukan hanya mampu
mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu menstransfer
pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi ia juga mampu menanamkan
nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya.
Guru
yang cerdas. Ia bukan hanya memiliki kemampuan yang bersifat intelektual tetapi
juga memiliki kemampuan secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu membuka
mata hati peserta didik untuk belajar, dan selanjutnya mampu hidup dengan baik
di tengah-tengah masyarakat. Sosok guru yang berkarakter kuat dan cerdas,
diharapkan mampu mengemban amanah dalam mendidik peserta didiknya. Guru harus
memiliki kompetensi utama yang harus melekat pada guru. Yaitu nilai-nilai
keamanahan, keteladanan, dan mampu melakukan pendekatan pedagogis serta mampu
berpikir dan bertindak cerdas.
F.
Metodologi Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah termasuk study library
research atau kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting
dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian
literature (literature review)”.[7] Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai
apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang
mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan
metodelogi yang sesuai.
2.
Metode Penelitian
Metode
yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu
suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan,
penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi
suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan guru yang berkarakter.
3.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penelitian
No
|
Ruang Lingkup Penelitian
|
Hasil Yang diharapkan
|
1
|
Aspek
Karakter Guru
|
a)
Askpek
Kognitif
b)
Aspek Efektif
c)
Aspek fsikomotorik
d)
Aspek Konatif
|
2
|
Persyaratan
Guru Berkater
|
a)
Profesional
b)
psikologis
c)
Paedagogis
dan Didakdis
d)
Biologis
|
3
|
Ciri-Ciri Guru Berkarakter
|
a)
Mencintai
Peserta Didik
b)
Tidak
Berhenti Belajar
c)
Mencintai
Profesi Guru
d)
Memiliki Daya
Motivasi
e)
Bersahabat
dan Menjadi Teladan Peserta Didik
f)
Memahami
Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik
|
4.
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah “apa yang
hendak diselidiki di dalam kegiatan penelitian”.[8]
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu untuk mendapatkan data
tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda. penentuan objek
penelitian sangat penting selama penelitian. sehingga hal-hal yang diperlukan
dalam penelitian akan mudah dicapai. Adapun yang menjadi objek penelitian ini
adalah Alquran, hadist, buku-buku yang relevan dengan judul penelitian serta artikel-artikel
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
5.
Sumber Data
Sumber
data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Data
Primer
Husein
Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan”.[9] Dalam
penelitian ini, kajian yang menjadi sentral sumber primernya adalah buku
karangan Zakiah Daradjat yang berjudul:
1) Zakiah Daradjat, Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1980.
2) Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan
Islam,
Jakarta, Bumi Aksara; 2008.
3) Kusnandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007
4) Mulyasa, E., Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya,2007.
5) Mahmud Khalifah Usamah Quthub, Menjadi Guru Yang Dirindui, Surakarta:
Ziyad Visimedia, 2009.
6) Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten &Profesional,
Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012.
7) Nuni Yusvavera Syahtra, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid,
Jogjakarta: Banguntapan, 2013.
8) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
9) Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
b)
Data
Sekunder
Husein
Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang sudah diolah
lebih lanjut dan di sajikan”.[10]
Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa
bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak
secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang
ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori.
Sebagai
sumber yang sekunder penulis menggunakan buku tentang pendidikan Islam:
1)
Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
2)
M. Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Cet. VIII, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995.
3)
Afnil
Guza SS, Undang-undang Sisdiknas UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-undang
Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Jakarta: Asa Mandiri, 2008.
4)
Udin
Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013.
5)
Janawi,
Kompetensi Guru, Citra Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2012.
6)
M.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2007.
6.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber
data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik
pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari
bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya
dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir
sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
7.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai
apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data
juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.[11]
Untuk
menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan
adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan tujuan pendidikan menurut Zakiyah Daradjat
kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut
:
a)
Metode
Deduksi
Metode
deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih
kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu
kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[12]
Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk
memperoleh gambaran detail dari guru yang berkarakter.
b)
Metode
Induksi
Metode
induksi yaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[13]
Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh
gambaran yang utuh terhadap guru yang berkarakter.
c)
Metode
komparasi
Metode
komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini
dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih
fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran
tertentu”.[14]
Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan guru
yang berkarakter.
G.
Garis-Garis Besar isi Skripsi
Garis-garis
besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub bab yaitu:
Bab satu berisi tentang, Pendahuluan yang meliputi
latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis
besar isi skripsi.
Bab
dua berisi tentang, aspek karakter guru yang meliputi askpek kognitif, aspek
efektif, aspek fsikomotorik dan aspek konatif.
Bab
tiga berisi tentang, persyaratan guru berkater yang meliputi profesional,
psikologis, paedagogis dan didaktis dan biologis
Bab empat berisi tentang, ciri-ciri guru
berkarakter yang meliputi mencintai peserta didik, tidak berhenti belajar,
mencintai profesi guru, memiliki daya motivasi, bersahabat dan menjadi teladan
peserta didik, memahami latar belakang sosial budaya peserta didik
Bab lima
berisi tentang, penutup yang meliputi kesimpulan
dan saran-saran.
[3]M.
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 3.
[8] http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/objek-penelitian.html diakses
Tanggal 11 November 2015.
[9] Husein
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005), hal. 42.
[11]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 155.
[12]
Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 03
November 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
[14] Raden
Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober
2015 dari http://.blogspot.co.id.html.