Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

aspek-aspek karakter guru


BAB I

PENDAHULUAN

aspek-aspek karakter guru


A.    Latar Belakang Masalah
Guru yang profesional dan berkarakter adalah guru yang mampu dan mau menjalankan tugasnya secara baik dan menginternalisasikan nilai-nilai positif kepada siswanya. Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa berusaha dan berjuang mengembangkan aneka potensi  kecerdasan yang dimilikinya.
Guru merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan yang memiliki peranan penting bagi pertumbuhan anak didik. Pendidik diharapkan menjadi sosok pribadi idaman serta memberikan pengaruh positif terhadap anak didiknya. Guru harus mencerminkan kepribadian yang luhur sebagaimana Rasulullah Saw. yang berhasil menjadikan Alquran sebagai pancaran akhlaknya. Pupuh Fathurrohman menjelaskan secara Islami “guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian serta kemampuan mumpuni, bukan hanya ahli tapi bisa melaksanakannya dengan baik dan sempurna”.[1]
Guru yang profesional yaitu guru yang mampu melaksanakan tugasnya sesuai dengan keahliannya secara maksimal dengan penuh tanggung jawab. Guru harus mampu membina, mendidk dan mengajar secara profesional. Sedangkan Guru berkarakter adalah mampu menjadikan tauladan yang baik untuk anak didiknya sehingga peserta didik menjadi orang-orang yang memilki karakter yang baik pula.
Karakter seorang guru  bercirikan unik, memberdayakan dan menginspirasi  dalam 4 ranah olah pikir, olah rasa dan karsa , olah hati dan olah raga. Olah pikir yaitu  cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berpikir terbuka, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.  Olah hati meliputi beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik. Olah rasa dan karsa terdiri dari  ramah, saling menghargai, toleran, peduli,  suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum,  bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja. Sedangkan Olah raga meliputi bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
Kompetensi merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. “Salah satu komponen terpenting yang harus diperhatikan secara terus menerus dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah guru. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan karena guru menjadi :garda terdepan” dalam proses pelaksanaan pendidikan”.[2]
Guru merupakan salah satu profesi yang berperan dalam membentuk dan menentukan kualitas SDM di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan SDM berkualitas di masa yang akan datang, maka diperlukan guru yang berkualitas pula. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan meningkatkan kompetensinya. Kompetensi merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat berkinerja unggul. Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan (skill).
Pedagogik atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogik berasal dari kata Yunani paedagogia yang berarti “pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah[3]. “Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti “rendah” (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar daat berdiri sendiri”[4].
Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa berusaha dan berjuang mengembangkan aneka potensi  kecerdasan yang dimilikinya. Guru harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara holistic yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik. Pendidik juga harus mampu menyiapkan peserta didik untuk bisa menangkap peluang dan kemajuan dunia dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi. Disisi lain, pendidikan juga harus mampu membukakan mata hati peserta didik untuk mampu melihat masalah-masalah bangsa dan dunia seperti, kemiskinan, kelaparan, kesenjangan, ketidakadilan, dan persoalan lingkungan hidup.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan di atas, penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang “Guru Yang Berkarakter.    
B.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Apa sajakah aspek-aspek karakter guru?
2.     Apa sajakah persyaratan guru berkarakter?
3.     Bagaimakah ciri-ciri guru berkater?

C.    Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui aspek-aspek karakter guru.
2.     Untuk mengetahui persyaratan guru berkarakter.
3.     Untuk mengetahui ciri-ciri guru berkater.          
D.    Penelitian Terdahulu      
                 
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Irmayani Nim: A. 284323/3273 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Profesionalisme Pendidik Dalam Mencapai Keberhasilan Pendidikan Islam, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode fiel reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:  1) Keberhasilan pendidikan Islam sangat ditentukan oleh kwalitas kompetensi yang dimiliki oleh setiap pendidik. Adapun kompetensi tersebut, yaitu: kompetensi personal-religious, social-religious, dan profesional-religious. Selain memiliki ketiga kompetensi ini, seorang pendidik juga wajib dibekali dengan kriteria-kriteria yang harus ada dalam dirinya. 2) Khusus untuk jabatan guru, ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yaitu: a) jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. b) jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. c) jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama. d) jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan’ yang berkesinambungan. e) jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen. f) jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri. 3) Seorang pendidik yang profesional harus memiliki syarat-syarat dan etika-etika tertentu, di antaranya: memiliki kemahiran dalam berbuat, memiliki ketauladanan dalam sikap, memiliki ketekunan dalam beribadah, memiliki tanggung jawab yang lugas dalam bekerja, memiliki rasa loyalitas yang tinggi kepada pimpinan, memiliki sifat tolong-menolong dengan rekan-rekannya, saling memberikan nasehat sesama mereka demi kemashlahatan murid-murid, memiliki sifat tawadhu’ dalam kehidupan, memiliki sifat jujur dan menepati janji, dan mempunyai kesabaran yang tinggi.   
E.    Landasan Teori

Guru bekarakter akan berusaha menciptkan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan, dengan kreativitas metode pembelajaran, untuk mengurangi kejenuhan dan menyesuaikan dengan konteks pembelajaran sehingga tumbuh kegairahan dan motivasi instrinsik dan ekstrinsik.  Marzuki dalam bukunya Pendidikan Karakter Islami menjelaskan bahwa:
Pendidikan karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan Islam, sebab roh atau inti pendidikan Islam adalah pendidikan karakter yang semula dikenal dengan pendidikan akhlak. Pendidikan Islam sudah ada sejak Islam mulai didakwahkan oleh Nabi Muhammad Saw. kepada para sahabatnya. Seiring dengan penyebaran Islam, pendidikan karakter tidak pernah terabaikan karena Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad Saw. adalah Islam dalam arti yang utuh, yang keutuhan dalam iman, amal shaleh dan akhlak mulia.[5]

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Pendidikan karakter merupakan upaya mengembangkan potensi peserta didik dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa agar mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai warganegara. Pendidikan karakter merupakan aspek yang penting bagi generasi penerus. Seorang individu tidak cukup hanya diberi bekal pembelajaran dalam hal intelektual belaka tetapi juga harus diberi hal dalam segi moral dan spiritualnya.
Masnur Muchlis dalam bukunya Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional menjelaskan bahwa:
Pendidikan karakter disekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan karakter adalah dalam keluarga, kalau seorang anak mendapatkan pendidikan karakter dengan baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik pada tahap selanjutnya. Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang pendidikan karakter.[6]

Karakter merupakan sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya. Apa yang seorang pikirkan dan perbuat sebenarnya merupakan dorongan dari karakter yang ada padanya. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Pada dasarnya Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi masa depan karna pendidikan selalu diorientasikan pada peserta didik untuk berperan dimasa yang akan datang. oleh karna itu berhasil tidaknya suatu pendidikan dipengaruhi oleh pendidik (guru). Seorang pendidik harus memiliki kepribadian yang utuh, matang, dewasa, berwibawa, berbudi pekerti luhur, bermoral baik, penuh tanggung jawab, dan memiliki jiwa keteladanan, dan memiliki keteguhan atau ketetapan hati untuk berjuang membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia seutuhnya melalui tugas-tugas yang di embanya dan tidak mudah terpengaruh pada upaya-upaya atau kondisi yang dapat mengakibatkan mereka keluar (out of  trak )dari ”jalan dan perjuangan yang benar”. . Guru berkarakter kuat. Ia bukan hanya mampu mengajar tetapi ia juga mampu mendidik. Ia bukan hanya mampu menstransfer pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi ia juga mampu menanamkan nilai-nilai yang diperlukan untuk mengarungi hidupnya.
Guru yang cerdas. Ia bukan hanya memiliki kemampuan yang bersifat intelektual tetapi juga memiliki kemampuan secara emosi dan spiritual sehingga guru mampu membuka mata hati peserta didik untuk belajar, dan selanjutnya mampu hidup dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Sosok guru yang berkarakter kuat dan cerdas, diharapkan mampu mengemban amanah dalam mendidik peserta didiknya. Guru harus memiliki kompetensi utama yang harus melekat pada guru. Yaitu nilai-nilai keamanahan, keteladanan, dan mampu melakukan pendekatan pedagogis serta mampu berpikir dan bertindak cerdas.
F.     Metodologi Penelitian    

1.     Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah termasuk study library research atau kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature review)”.[7] Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan metodelogi yang sesuai.
2.     Metode Penelitian          
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan guru yang berkarakter.
3.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Tabel 1.1 Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Aspek Karakter Guru
a)     Askpek Kognitif                          
b)     Aspek Efektif                              
c)     Aspek fsikomotorik                     
d)     Aspek Konatif                             
2

Persyaratan Guru Berkater
a)     Profesional                                  
b)     psikologis                                    
c)     Paedagogis dan Didakdis
d)     Biologis                                       
3
Ciri-Ciri Guru Berkarakter
a)     Mencintai Peserta Didik             
b)     Tidak Berhenti Belajar                
c)     Mencintai Profesi Guru               
d)     Memiliki Daya Motivasi             
e)     Bersahabat dan Menjadi Teladan Peserta Didik       
f)      Memahami Latar Belakang Sosial Budaya Peserta Didik      
                       
           
4.     Objek Penelitian

Objek penelitian adalah “apa yang hendak diselidiki di dalam kegiatan penelitian”.[8] Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian  adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk  mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda. penentuan objek penelitian sangat penting selama penelitian. sehingga hal-hal yang diperlukan dalam penelitian akan mudah dicapai. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah Alquran, hadist, buku-buku yang relevan dengan judul penelitian serta artikel-artikel yang ada kaitannya dengan penelitian ini.


5.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan”.[9]  Dalam penelitian ini, kajian yang menjadi sentral sumber primernya adalah buku karangan Zakiah Daradjat yang berjudul:
1)     Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1980.
2)     Zakiah Daradjat. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara; 2008.
3)     Kusnandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007
4)     Mulyasa, E., Standar Kompetensi & Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya,2007.
5)     Mahmud Khalifah Usamah Quthub, Menjadi Guru Yang Dirindui, Surakarta: Ziyad Visimedia, 2009.
6)     Iskandar Agung, Menghasilkan Guru Kompeten &Profesional, Jakarta: Bee Media Indonesia, 2012.
7)     Nuni Yusvavera Syahtra, Desain Relasi Efektif Guru dan Murid, Jogjakarta: Banguntapan, 2013.
8)     Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
9)     Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2010.
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan di sajikan”.[10] Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. Dengan kata lain penulis tersebut bukan penemu teori.
Sebagai sumber yang sekunder penulis menggunakan buku tentang pendidikan Islam:
1)     Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
2)     M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Cet. VIII, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
3)    Afnil Guza SS, Undang-undang Sisdiknas UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005, Jakarta: Asa Mandiri, 2008.
4)     Udin Syaefuddin Saud, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2013.
5)     Janawi, Kompetensi Guru, Citra Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2012.
6)     M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007.
6.   Teknik Pengumpulan Data     

Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.                    
7.   Teknik Analisa Data   

Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.[11]        
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan tujuan pendidikan menurut Zakiyah Daradjat kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut :


a)     Metode Deduksi
Metode deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[12] Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk memperoleh gambaran detail dari guru yang berkarakter.
b)     Metode Induksi
Metode induksi yaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[13] Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap guru yang berkarakter.
c)     Metode komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu”.[14] Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan guru yang berkarakter.

G.   Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                                           
Garis-garis besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab   satu berisi tentang, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab dua berisi tentang, aspek karakter guru yang meliputi askpek kognitif, aspek efektif, aspek fsikomotorik dan aspek konatif.
Bab tiga berisi tentang, persyaratan guru berkater yang meliputi profesional, psikologis, paedagogis dan didaktis dan biologis
 Bab empat berisi tentang, ciri-ciri guru berkarakter yang meliputi mencintai peserta didik, tidak berhenti belajar, mencintai profesi guru, memiliki daya motivasi, bersahabat dan menjadi teladan peserta didik, memahami latar belakang sosial budaya peserta didik
Bab lima  berisi tentang, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.     



               [1]Pupuh Fathurrohman dan Aa. Suryana, Guru Professional, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hal. 2.
               [2] Janawi, Kompetensi Guru, Citra Guru Profesional, (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 10.
               [3]M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 3.

               [4] Ibid., hal. 3.
               [5] Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hal. 5-6.

               [6] Masnur Muchlis, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 30.
               [7] Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 72.
               [8] http://www.informasi-pendidikan.com/2013/08/objek-penelitian.html diakses Tanggal 11 November 2015.

               [9] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.

               [10]Ibid, hal. 42.

[11]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 155.
               [12] Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 03 November 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
               [13] Ibid.,.
               [14] Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari http://.blogspot.co.id.html.