A.
Bentuk Prilaku Menyimpang
Bentuk-bentuk perilaku
menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.
1.
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut:
1)
Penyimpangan bersifat positif. Penyimpangan bersifat positif adalah
penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena
mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang.
Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan
zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan
wanita karier.
2)
Penyimpangan bersifat negatif. Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada
kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat
istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata
cara dan sopan santun. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain
sebagai berikut:
a).
Penyimpangan primer (primary deviation). Penyimpangan primer adalah
penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak
berulang-ulang. Seseorang yang melakukan penyimpangan primer masih diterima di
masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh perilaku menyimpang tersebut.
Misalnya, siswa yang terlambat, pengemudi yang sesekali melanggar peraturan
lalu lintas, dan orang yang terlambat membayar pajak.
b).
Penyimpangan sekunder (secondary deviation). Penyimpangan sekunder adalah
perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup
parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman
keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk, serta seseorang yang melakukan
tindakan pemerkosaan. Tindakan penyimpangan tersebut cukup meresahkan
masyarakat dan mereka biasanya di cap masyarakat sebagai “pencuri”, “pemabuk”,
"penodong", dan "pemerkosa". Julukan itu makin melekat pada
si pelaku setelah ia ditangkap polisi dan diganjar dengan hukuman.[1]
Bentuk penyimpangan berdasarkan
pelakunya adalah penyimpangan individual
(individual deviation)
Penyimpangan individual adalah
tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu
kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa
rencana melaksanakan suatu kejahatan, seperti: mencuri, menodong, dan memeras.
Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima,
yaitu sebagai berikut:
1)
Pembandel yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak patuh pada nasihat
orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
2)
Pembangkang yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak taat pada
peringatan orang-orang.
3)
Pelanggar yaitu penyimpangan yang terjadi karena melanggar norma-norma umum
yang berlaku dalam masyarakat.
4)
Perusuh atau penjahat yaitu penyimpangan yang terjadi karena mengabaikan
norma-norma umum, sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di
lingkungannya.
5)
Munafik yaitu penyimpangan yang terjadi karena tidak menepati janji,
berkata bohong, mengkhianati kepercayaan, dan berlagak membela.[2]
Di masyarakat kita mengenal
bentuk-bentuk penyimpangan yang terdiri atas penyimpangan individual (
individual deviation ), penyimpangan kelompok ( group deviation ), dan
penyimpangan gabungan dari keduanya ( mixture of both deviation).
Terkadang ada pula yang menambahkan dengan penyimpangan primer ( primary
deviation ) dan penyimpangan sekunder ( secondary deviation )[3].
Pertama, Penyimpangan Individual ( Individual Deviation )
Penyimpangan ini biasanya
dilakukan oleh orang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang
berlaku dalam kehidupan masyarakat. Orang seperti itu biasanya mempunyai
kelainan atau mempunyai penyakit mental sehingga tidak dapat mengendalikan
dirinya. Contohnya seorang anak yang ingin menguasai warisan atau harta
peninggalan orang tuanya. Ia mengabaikan saudarasaudaranya yang lain. Ia
menolak norma-norma pembagian warisan menurut adat masyarakat maupun menurut
norma agama. Ia menjual semua peninggalan harta orang tuanya untuk kepentingan
diri sendiri. Penyimpangan yang bersifat individual sesuai dengan kadar
penyimpangannya dibedakan atas pembandel, pembangkang, perusuh atau penjahat,
dan munafik.
a).
Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua
agar mengubah pendiriannya yang kurang baik.
b).
Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan
orang-orang.
c).
Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang
berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di
jalan raya.
d).
Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma
umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya.
Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain.
e).
Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong,
berkhianat, dan berlagak membela[4].
Kedua, Penyimpangan Kelompok ( Group Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh
sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompoknya, namun bertentangan dengan norma
masyarakat yang berlaku. Penyimpangan ini terjadi dalam subkebudayaan
menyimpang yang umumnya telah memiliki norma, nilai, sikap, dan tradisi
sendiri, sehingga cenderung untuk menolak norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat yang lebih luas[5].
Contohnya kelompok orang yang menyelundupkan serta menyalahgunakan narkotika
dan obat-obatan terlarang lainnya, teroris, kelompok preman, dan separatis.
Mereka memiliki aturan-aturan sendiri yang harus dipatuhi oleh anggotanya. Dalam
melakukan aksinya, mereka memiliki aturan permainan yang cermat, termasuk dalam
membentuk jaringan yang kuat untuk melakukan kejahatannya, sehingga sulit
dilacak dan dibongkar pihak yang berwenang, dalam hal ini kepolisian.
Ketiga, Penyimpangan Campuran ( Mixture of Both Deviation
)
Sebagian remaja yang putus
sekolah (penyimpangan individual) dan pengangguran yang frustasi (penyimpangan
individual), biasanya merasa tersisih dari pergaulan dan kehidupan masyarakat.
Mereka sering berpikir seperti anak orang berkecukupan, yang akhirnya menempuh
jalan pinta untuk hidup enak. Di bawah pimpinan seorang tokoh yang terpilih
karena kenekatan dan kebrutalannya, mereka berkelompok dalam 'organisasi
rahasia' (penyimpangan kelompok) dengan memiliki norma yang mereka buat
sendiri. Pada dasarnya norma yang mereka buat bertentangan dengan norma yang
berlaku umum di masyarakat.
Penyimpangan seperti itu ada
yang dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi,
sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya taat dan tunduk kepada norma
golongan yang secara keseluruhan mengabaikan norma yang berlaku. Misalnya
gank-gank anak nakal. Kelompok semacam itu dapat berkembang menjadi semacam
kelompok mafia dunia kejahatan yang terdiri atas preman-preman yang sangat
meresahkan masyarakat[6].
Keempat, Penyimpangan Primer ( Primary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh
seseorang, di mana hanya bersifat temporer atau sementara dan tidak
berulang-ulang. Individu yang melakukan penyimpangan ini masih dapat diterima
oleh masyarakat karena hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku menyimpang
tersebut dan di lain kesempatan tidak akan melakukannya lagi. Misalnya seorang
siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang
yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau
pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Kelima, Penyimpangan Sekunder ( Secondary Deviation )
Penyimpangan ini dilakukan oleh
seseorang secara terusmenerus, sehingga akibatnya pun cukup parah serta
mengganggu orang lain. Dalam penyimpangan ini, seseorang secara khas
memperlihatkan perilaku menyimpang yang secara umum dikenal sebagai seorang
yang menyimpang. Masyarakat tidak dapat menerima dan tidak menghendaki individu
semacam itu hidup bersama dalam masyarakat mereka. Misalnya seorang siswa yang
sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Contoh lainnya adalah seseorang
yang sering mabuk-mabukan baik di rumah, di pesta, maupun di tempat umum serta
seseorang yang sering melakukan pencurian, perampokan, dan tindak kriminal
lainnya.
Bentuk-bentuk penyimpangan
tersebut harus diatasi karena penyimpangan menyangkut masalah mental perilaku.
Misalnya, melalui berbagai penataran, pendidikan keagamaan, pemulihan disiplin,
serta pelatihan-pelatihan lainnya.
[2]
Ny.Siggih D.Gunarsa dan Singgih Gunarsa, Psikologi Remaja (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1986), hal. 22-23
[4]
http://alfinnitihardjo.ohlog.com/perilaku-menyimpang.oh112678.html.
[5]
Kalyanamitra, Menghadapi Kekerasan dalam Rumah Tangga, Jakarta: Bejana,
2003, hal. 55
[6] Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hal. 47.
0 Comments
Post a Comment