Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135


BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah

Al-qur’an sebagai tuntunan dan pedoman telah memberikan garis-garis besar, prinsip-prinsip umum mengenai pendidikan dalam perspektif Al-qur’an. Al-qur’an merupakan sebuah kitab suci berisi kalamullah (firman Allah). Kitab suci yang tampil dengan sifatnya yang global, ringkas, partikuler, general, universal, prinsip umum, serta mempunyai elastisitas pemahaman yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi orang bertakwa dan seluruh umat manusia diberbagai tempat dan waktu yang berbeda.
Al-qur’an sebagai kitab suci umat Islam, harus ditafsirkan makna-makna yang terkandung di dalamnya agar umat dapat mengetahuinya serta mengamalkannya. Ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Al-qur’an tersebut tentunya tidak dapat dicerna dan di amalkan jika tidak di sampaikan kepada umat. Kandungan Al-qur’an sarat dengan nilai-nilai ajaran yang harus di dakwahkan kepada umat. Tujuannya agar dapat di cerna, direnungkan, serta amalkan. Salah satu ayat Al-qur’an yang berbicara tentang nilai dakwah yang berkaitan dengan masalah infaq, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 135 sebagai berikut:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ, الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ, وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ)آل عمران: ١٣٣-١٣٥
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Qs. Ali Imran: 133-135

Quraish Shihab mengatakan bahwa dalam konteks menghadapi kesalahan orang lain, ayat ini menunjukkan tiga kelas manusia dengan jenjang sikapnya sebagai berikut:
Pertama, yang mampu menahan amarah. Kata al-kazhimn mengandung makna penuh dan menutupnya dengan rapat, seperti wadah yang penuh air lalu ditutup rapat agar tidak tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas, tetapi tidak memeperturutkan ajakan hati dan pikiran itu, dia menahan amarah. Dia menahan diri sehingga tidak mencetuskan kata-kata buruk atau perbuatan negatif. Kedua, yang memaafkan. Kata al-‘afw ini antara lain berarti menghapus. Seorang yang memafkan orang lain adalah yang menhapus bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya. Kalau dalam peringkat pertama di atas, yang bersangkutan baru sampai pada tahap menahan amarah, kendati bekas-bekas luka itu masih memenuhi hatinya, pada tahapan ini yang bersangkutan telah menghapus bekas-bekas luka itu. Dengan demikian, seakan-akan tidak pernah terjadi satu kesalahan atau suatu apapun. Namun, karena pada tahap ini seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu, boleh jadi juga tidak terjalin hubungan. Ketiga, yang mampu berbuat kebajikan, yakni bukan yang sekedar menahan amarah atau memaafkan, tetapi justru yang berbuat baik kepada yang pernah melakukan kesalahan.[1]

Dari ketiga hal di atas, menginfaqkan harta di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, dan memaafkan orang lain, yang paling sulit untuk dilaksanakan adalah yang ke tiga, kerena memaafkan orang lain mengandung makna membuat orang lain menjadi senang. Orang yang telah berbuat kesalahan pada dasarnya apabila dia menyadari kesalahan yang pernah di perbuatkan kepada orang lain, menjadi penyakit bathin baginya, artinya dia di kejar-kejar rasa bersalah di dalam dirinya atas perbuatan-perbuatan yang pernah di perbuatnya pada orang lain. Jika ia datang kepada orang yang pernah disakitinya tersebut, lalu meminta maaf, lalu orang yang disakitinya tersebut memaafkannya, maka dia menjadi senang, lepas dari kejaran rasa bersalah atau berdosa atas perbuatannya pada orang tersebut. Di sinilah letak perbuatan beratnya memaafkan tersebut. Orang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain, maka sampailah dia kepada darajat yang ketiga yang paling sulit untuk melakukannya, dia berada pada derajat taqwa sebagaimana yang dikemukan ayat sebelumnya (Ali Imran 133) yang disiapkan Allah Surga seluas langit dan bumi bagi orang yang dapat melaksanakan ketiga ciri-ciri orang bertaqwa pada surah Ali Imran ayat 134 tersebut.
Fenomena yang muncul di masyarakat saat ini, sering kali terlihat perilaku anak yang menyimpang dari aturan Islam. Seperti : berani kepada orang tua, tidak menghormati orang yang lebih tua, mencuri barang milik teman, kebut-kebutan di jalan, pelanggaran terhadap rambu-rambu yang sudah terpampang di jalan yang dapat menyebabkan orang lain celaka, pemerkosaan, mabuk-mabukan, senang bermain togel, judi, dan masih banyak perbuatan menyimpang lainnya yang kerap dilakukan anak pada saat sekarang ini.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah Pembelajaran Kepada Anak Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
B.    Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.     Bagaimana tafsir surah Ali Imran ayat 133-135?
2.     Bagaimana muqaddimah surah Ali Imran?
3.     Apa sajakah ciri-ciri orang bertaqwa?
C.    Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui tafsir surah Ali Imran ayat 133-135.
2.     Untuk mengetahui muqaddimah surah Ali Imran.
3.     Untuk mengetahui ciri-ciri orang bertaqwa.
D.    Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135 ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.    Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Ainol Mardhiah, NIM: A. 294474/3424 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2012 dengan judul skripsi, Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-13 dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Nilai akhlak yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 sebagai berikut: nilai pendidikan menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, nilai pendidikan taubat Nilai pendidikan husnudhan, Nilai pendidikan ta’aruf, Nilai pendidikan egaliter. Kedua, Nilai moral yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 adalah menghormati orang lain dan menjunjung kehormatan kaum Muslimin. Ketiga, Nilai prilaku sosial yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 adalah saling berta’aruf dan bersilaturrahmi antar sesama muslim.
2.     Asnita, Nim: A. 284272/3222 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Lukman Ayat 12-19 dengan judul skripsi dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Surat Lukman ayat 12-19 diturunkan karena bani Quraish senantiasa bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang kisah Luqman bersama anaknya dan tentang berbuat baik kepada kedua orangtua. Ayat 12-19 menceritakan secara khusus tentang pendidikan yang dilaksanakan oleh Luqman al-Hakim kepada anak-anaknya. Kedua, Isi kandungan surat Lukman ayat 12-19 adalah Allah memberikan hikmah kepada Lukman, dengan perintah untuk bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang di curahkan kepadanya dan melaksanakan ketaatan serta menunaikan yang fardhu. Ketiga, Nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Lukman ayat 12-19 adalah: nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan muamalah.
3.     Emalia Ridwan, Nim: A. 273510/2460 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Sejarah Nabi Ishak dengan judul skripsi dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Dalam sejarah kelahiran Nabi Ishak terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya Nabi Ismail, saudaranya. Had Sarah sangat senang dengan kelahiran Ishak dan kelahiran putranya Yakub as. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana kehidupan Nabi Ishak dan bagaimana kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui hanya, bahwa Allah Swt memujinya sebagai seorang Nabi dari orang-orang yang saleh. Kedua, Nilai – Nilai pendidikan yang terkandung dalam sejarah Nabi Ishak Adalah nilai pendidikan ketauhidan, nilai pendidikan ketaqwaan, nilai pendidikan keimanan, niali pendidikan ihsan dan nilai pendidikan psikologi. Ketiga, Untuk mengaplikasikan pengaruh global ini kita harus membentengi generasi dengan keimanan dan ketauhidan kepada allah. Karena hanya dengan itu kita dapat mempertahankan jati diri sebagai seorang muslim.
F.     Landasan Teori

1.     Hakikat Pembelajaran
             Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Menurut Rudi Susilana Pembelajaran adalah: suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.[2]
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan berbagai sumber belajar yang ada di lingkungan belajar tersebut. Menurut Gagne,dkk dalam Warsita mengatakan bahwa: Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.[3]
Lebih lanjut Warsita menjelaskan bahwa ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu:
1.     Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya perubahan perilaku dalam diri peserta didik.
2.     Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung makna bahwa perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja.
3.     Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di dalam aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan terarah.
4.     Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai.
5.     Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.[4]

Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam membelajarkan peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.
2.     Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kondisi perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya. Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup.
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui peenyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah “tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur.”[5] B. Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan pembelajaran adalah “rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan berhasil.”[6]
Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari proses pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan komponen penting dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional.
Menurut E. Mulyasa berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam garis besarnya.
1)     Mengisi kolom identitas
2)     Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
3)     Menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang terdapat dalam silabus yang telah disusun.
4)     Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah ditentukan.
5)     Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
6)     Menentukan metode pembelajaranyang akan digunakan.
7)     Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
8)     Menentukan sumber belajar yang akan digunakan.
9)     Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, dan teknik penskoran.[7]

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sera indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1)   Spesifik, artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam).
2)   Operasional, artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan alat evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus spesifik dan operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dari prose pembelajaran.

3.     Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa untuk belajar proses, bukan hanya belajar produk. Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Oleh karena itu, metode  pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Dalam hal ini guru dituntut agar mampu memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran yang tepat. Menurut Sumiati dan Asra ketepatan penggunaan metode pembelajaran tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi dan waktu.[8]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru memunkinkan siswa untuk mencapai tujuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor. Agar metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tepat, guru harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber dan fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Penggunaan metode pembelajaran dengan memperhatikan beberapa faktor di atas diharapkan proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
4.     Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Mehrens dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, evaluasi dalam arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.[9]
Untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian secara efektif diperlukan latihan dan penguasaan teori-teori yang relevan dengan tujuan dari proses belajar mengajar sebagai bagian yang tidak terlepas dari kegiatan pendidkan sebagai suatu system sehubungan dengan itu, dalam uraian berikut akan dibicarakan beberapa prisip penilaian dari berbagai sumber yang perlu diperhatikan sabagai dasar dalam pelaksanaan penilaian. M. Ngalim Purwanto merumuskan enam prinsip penilaian, yaitu:
1.     Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif. Ini berarti bahwa pengukuran didasarkan atas sampel prestasi yang cukup banya, baik macamnya maupun jenisnya. Untuk itu dituntut pelaksanaan penilaian secara sinambung dan penggunaan bermacam-macam teknik pengukuran. Dngan macam dan jumlah ujian yang lebih banyak, prestasi siswa dapat diungkapkan secara lebih mantap meskipun harus pula dicatat bahwa banyaknya macam dan jumlah ujian harus dibarengi dengan kualitas soal-soalnya, yang sesuai dengan fungsinya sebagai alat ukur.
2.     Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dan penilaian (grading). Penskoran berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil kuantifikasi prestasi ini dalam hubungannya dengan“kedudukan” personal siswa dan yang memperoleh angka-angka tersebut di dalam skala tertentu, misalnya skala tentang baik-buruk, bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus. Dalam penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan kemantapan (accuracy dan reliability); sedangkan dalam penilaian, perhatian terutama ditujukan kepada validitas dan keguanaan (utility).
3.     Dalam proses pemberian nilai hendaknya diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norm-referenced dan yang criterion-referenced. Norm-referenced evaluation adalah penilaian yang diorientasikan kepada suatu kolompok tertentu,s jadi hasil evaluasi perseoranagn siswa dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Prestasi kelompoknya itulah yang dijadikan patokan atau norm dalam menilai siswa atau mahasiswa secara perseorangan. Penilaian norm-referenced evaluation ialah penilaian yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. Misalnya, penilaian prestasi siswa atau mahasiswa didasarkan atas suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional dan suatu mata pelajaran atau bagian dari mata pelajran yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu.
4.     Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa tujuan penilaian, di samping untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback (umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar. Berdasarkan hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan yang diperbuatnya dan atau memberi reinforcement bagi yang prestasinya baik.
Bagi guru atau pengajar meskipun umumnya jarang dilakukan seharusnya hasil penilaian para siswanya itu dipergunakan untuk “mawas diri” sehingga ia dapat mengetahui di mana letak kelemahan dan kekurangannya. Mungkin metode mengajar kurang tepat, atau bahan pelajaran terlalu sukar dan tidak sistematis cara penyajiannya, atau sikap pengajar yang tidak selalu menburu-buru setiap tugas yang telah diberikan. Ini semua akan dapat dilakukan dengan baik jika guru atau pengajar benar-benar ikhlas dan beriktikad baik untuk meningkatkan profesinya. Ia menyadari bahwa kegagalan siswa, setidak-tidaknya menyadari bahwa kegiatan belajar-mengajar itu pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi dua arah, bahwa di dalam proses belajar-mengajar, baik siswa maupun pengajar sama-sama belajar.
5.     Penilaian harus bersifat komparabel. Artinya setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus dilakukan secara adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian. Penilaian yang tidak adil mudah menimbulkan frustasi pada siswa dan mahasiswa, dan selanjutnya dapat merusak perkembangan psikis siswa sehingga pembentukan efektif dirusak karenanya.
6.     Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan pengajar sendiri. Sumber ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya sistem penilaian itu sendiri bagi  para guru atau pengajar. Apa yang dinilai serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan makna masing-masing skala.[10]
Berdasarkan pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa pada hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai dengan baik. Prinsip-prinsip penilaian itu antara lain: objektif, transparan, berkesinambungan, dan menyeluruh.
G.   Metodologi Penelitian    

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.     Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature review)”.[11] “Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan metodelogi yang sesuai”.[12]
2.     Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. “yakni pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”[13].
3.     Metode Penelitian          
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
4.     Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah buku Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran Vol. 5, Jakarta: Lentera Hati. 2002, Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1983, Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nur, Jilid 2. Cetakan Kedua. Edisi Kedua, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.         
5.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Tafsir surah Ali Imran ayat 133-135
a)     Alqurthubi
b)     Sayyid Qutb
c)     M. Quraisy Shihab
d)     Hamka
e)     Hasbi Al-Shiddiqi
2

Muqaddimah surah Ali Imran

a)     Ashabun Nuzul
b)     Munasabah
c)     Kandungan Surat Ali – Imran
3
Ciri-ciri orang bertaqwa

a)     Berinfaq
b)     Menahan Amarah
c)     Memaafkan Orang Lain
d)     Mengingat Allah
e)     Memohon Ampun
                       
6.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[14] Data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[15]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran Vol. 5, Jakarta: Lentera Hati. 2002, Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1983, Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nur, Jilid 2. Cetakan Kedua. Edisi Kedua, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[16] Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998, Khalil, Manna al-Qaththan, Studi Ilmu al-Qur’an, Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa,  1994, Muhammad (edit), Ahsin Sakho, Ensiklopedi Tematis Al-Qur’ān, Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2005, Mahali, A. Mudjab. Asbabun Nuzul Studi Al-Qur’an: al-Fatihah an-Nisa’. Jakarta: Rajawali. 1989. Siti Kusrini, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: IKIP Malang, 1991, Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembang Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
7.   Teknik Pengumpulan Data          

Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini  adalah sebagai berikut:
a.     Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari  sumber-sumber informasi milik objek yang ditulis secara langsung  tanpa perantara penulis lainnya.
b.    Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari  literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan  mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan seperti teks book,  jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini  guna mendapatkan landasan teoritis.

8.   Teknik Analisa Data        

Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.[17]        
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135 kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut :   
a)     Metode Deduksi
Metode deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[18] Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk memperoleh gambaran detail dari pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.


b)     Metode Induksi
Metode induksi yaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[19] Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
c)     Metode komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu”.[20] Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.      
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                                           
bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab dua, berisi tentang Alquran Bahasa Arab yang meliputi Al Qurthubi, Sayyid Qutb, M. Quraish Shihab, Hamka, Hasbi Al-Shiddieqy.
Bab tiga berisi tentang muqaddimah surah Ali Imran yang meliputi asbabun nuzul, munasabah, kandungan surah Ali Imran.                              
Bab empat berisi tentang orang  bertaqwa  yang meliputi berinfak, menahan amarah, memaafkan orang lain, mengingat allah dan memohon ampun.
Bab lima berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran.                                                                          


               [1] Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian alQur’an, vol. XIV, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 265-266.
               [2]Rudi Susilana dan Cepi Riyana, Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),hal. 1.
               [3]Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 266.
               [4]Ibid., hal. 266.
               [5]H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal. 58.
               [6]B. Suryosubroto, Beberapa Aspek Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 6.
               [7]Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), Cet. 9, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 222.
               [8]Sumiati & Asra, Metode Pembelajaran, (Bandung: CV Wacana Prima, 2009),hal. 92.
               [9]M. Ngalim Purwanto,  Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Cet Ke-15, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 3.
               [10]Ibid., hal. 72-75.
               [11]Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 72.
               [12]Ibid., hal. 72.
               [13]Setyosari, Metode..., hal. 5.
               [14]Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.
[15]Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,                   (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
               [16]Ibid.,

[17]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 155.
               [18] Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
               [19] Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
               [20] Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari http://.blogspot.co.id.html.