Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Al-qur’an sebagai tuntunan dan pedoman telah
memberikan garis-garis besar, prinsip-prinsip umum mengenai pendidikan dalam
perspektif Al-qur’an. Al-qur’an merupakan sebuah kitab suci berisi kalamullah
(firman Allah). Kitab suci yang tampil dengan sifatnya yang global, ringkas,
partikuler, general, universal, prinsip umum, serta mempunyai elastisitas
pemahaman yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi orang bertakwa dan seluruh
umat manusia diberbagai tempat dan waktu yang berbeda.
Al-qur’an sebagai kitab suci umat Islam,
harus ditafsirkan makna-makna yang terkandung di dalamnya agar umat dapat
mengetahuinya serta mengamalkannya. Ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Al-qur’an tersebut tentunya tidak dapat dicerna dan di amalkan jika tidak di
sampaikan kepada umat. Kandungan Al-qur’an sarat dengan nilai-nilai ajaran yang
harus di dakwahkan kepada umat. Tujuannya agar dapat di cerna, direnungkan,
serta amalkan. Salah satu ayat Al-qur’an yang berbicara tentang nilai dakwah
yang berkaitan dengan masalah infaq, menahan amarah, dan memaafkan kesalahan
orang lain sebagaimana yang terdapat dalam surah Ali Imran ayat 135 sebagai
berikut:
وَسَارِعُواْ
إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ
أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ, الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ, وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ
لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى
مَا فَعَلُواْ وَهُمْ يَعْلَمُونَ)آل عمران:
١٣٣-١٣٥
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa, (yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, Dan (juga) orang-orang yang
apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (Qs. Ali Imran: 133-135
Quraish
Shihab mengatakan bahwa dalam konteks menghadapi kesalahan orang lain, ayat ini
menunjukkan tiga kelas manusia dengan jenjang sikapnya sebagai berikut:
Pertama, yang mampu
menahan amarah. Kata al-kazhimn mengandung makna penuh dan menutupnya
dengan rapat, seperti wadah yang penuh air lalu ditutup rapat agar tidak
tumpah. Ini mengisyaratkan bahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati
yang bersangkutan, pikirannya masih menuntut balas, tetapi tidak
memeperturutkan ajakan hati dan pikiran itu, dia menahan amarah. Dia menahan
diri sehingga tidak mencetuskan kata-kata buruk atau perbuatan negatif. Kedua,
yang memaafkan. Kata al-‘afw ini antara
lain berarti menghapus. Seorang yang memafkan orang lain adalah yang menhapus
bekas luka hatinya akibat kesalahan yang dilakukan orang lain terhadapnya.
Kalau dalam peringkat pertama di atas, yang bersangkutan baru sampai pada tahap
menahan amarah, kendati bekas-bekas luka itu masih memenuhi hatinya, pada
tahapan ini yang bersangkutan telah menghapus bekas-bekas luka itu. Dengan demikian,
seakan-akan tidak pernah terjadi satu kesalahan atau suatu apapun. Namun,
karena pada tahap ini seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu, boleh jadi juga
tidak terjalin hubungan. Ketiga, yang mampu berbuat kebajikan, yakni
bukan yang sekedar menahan amarah atau memaafkan, tetapi justru yang berbuat
baik kepada yang pernah melakukan kesalahan.[1]
Dari ketiga hal di atas,
menginfaqkan harta di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, dan memaafkan
orang lain, yang paling sulit untuk dilaksanakan adalah yang ke tiga, kerena
memaafkan orang lain mengandung makna membuat orang lain menjadi senang. Orang
yang telah berbuat kesalahan pada dasarnya apabila dia menyadari kesalahan yang
pernah di perbuatkan kepada orang lain, menjadi penyakit bathin baginya,
artinya dia di kejar-kejar rasa bersalah di dalam dirinya atas perbuatan-perbuatan
yang pernah di perbuatnya pada orang lain. Jika ia datang kepada orang yang
pernah disakitinya tersebut, lalu meminta maaf, lalu orang yang disakitinya
tersebut memaafkannya, maka dia menjadi senang, lepas dari kejaran rasa
bersalah atau berdosa atas perbuatannya pada orang tersebut. Di sinilah letak
perbuatan beratnya memaafkan tersebut. Orang yang dapat memaafkan kesalahan
orang lain, maka sampailah dia kepada darajat yang ketiga yang paling sulit
untuk melakukannya, dia berada pada derajat taqwa sebagaimana yang dikemukan
ayat sebelumnya (Ali Imran 133) yang disiapkan Allah Surga seluas langit dan
bumi bagi orang yang dapat melaksanakan ketiga ciri-ciri orang bertaqwa pada
surah Ali Imran ayat 134 tersebut.
Fenomena yang muncul di masyarakat saat ini,
sering kali terlihat perilaku anak yang menyimpang dari aturan Islam. Seperti :
berani kepada orang tua, tidak menghormati orang yang lebih tua, mencuri barang
milik teman, kebut-kebutan di jalan, pelanggaran terhadap rambu-rambu yang
sudah terpampang di jalan yang dapat menyebabkan orang lain celaka,
pemerkosaan, mabuk-mabukan, senang bermain togel, judi, dan masih banyak
perbuatan menyimpang lainnya yang kerap dilakukan anak pada saat sekarang ini.
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi
ini adalah Pembelajaran Kepada Anak Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa kajian surah
Ali Imran ayat 133-135.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana tafsir surah Ali Imran ayat 133-135?
2. Bagaimana muqaddimah surah Ali Imran?
3. Apa sajakah ciri-ciri orang bertaqwa?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui tafsir surah Ali Imran ayat 133-135.
2. Untuk mengetahui muqaddimah surah Ali Imran.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri orang bertaqwa.
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135. Selain itu hasil
pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan pembelajaran
kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135 ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di
harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam dunia pendidikan Islam.
E. Penelitian
Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu
berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian
sebelumnya telah mengkaji masalah pembagian kerja dan upah yang masing-masing
berpengaruh terhadap prestasi kerja, dan beberapa penelitian lain yang masih
memiliki kaitan dengan variabel dalam penelitian ini. Diantara para peneliti
sebelumnya, antara lain :
1.
Ainol Mardhiah, NIM: A.
294474/3424 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua
Bireuen Pada tahun 2012 dengan judul skripsi, Nilai-Nilai Pendidikan
Yang Terkandung dalam Surat Al-Hujurat Ayat 11-13 dengan
kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Nilai akhlak
yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 sebagai berikut: nilai
pendidikan menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, nilai pendidikan taubat
Nilai pendidikan husnudhan, Nilai pendidikan ta’aruf, Nilai pendidikan
egaliter. Kedua, Nilai moral
yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 adalah menghormati orang lain
dan menjunjung kehormatan kaum Muslimin. Ketiga, Nilai prilaku sosial yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13
adalah saling berta’aruf dan bersilaturrahmi antar sesama muslim.
2.
Asnita, Nim: A.
284272/3222 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua
Bireuen Pada tahun 2011 Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Lukman Ayat 12-19 dengan
judul skripsi dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Surat Lukman ayat 12-19 diturunkan karena bani Quraish
senantiasa bertanya kepada Rasulullah SAW. tentang kisah Luqman bersama anaknya
dan tentang berbuat baik kepada kedua orangtua. Ayat 12-19 menceritakan secara
khusus tentang pendidikan yang dilaksanakan oleh Luqman al-Hakim kepada
anak-anaknya. Kedua, Isi kandungan surat Lukman ayat 12-19 adalah Allah
memberikan hikmah kepada Lukman, dengan perintah untuk bersyukur kepada Allah
atas semua nikmat yang di curahkan kepadanya dan melaksanakan ketaatan serta
menunaikan yang fardhu. Ketiga, Nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Lukman
ayat 12-19 adalah: nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan akhlak
dan nilai pendidikan muamalah.
3.
Emalia Ridwan, Nim: A. 273510/2460
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun
2011 Nilai – Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Sejarah Nabi Ishak dengan
judul skripsi dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Dalam
sejarah kelahiran Nabi Ishak terjadi setelah beberapa tahun dari kelahirannya
Nabi Ismail, saudaranya. Had Sarah sangat senang dengan kelahiran
Ishak dan kelahiran putranya Yakub as. Tetapi kita tidak mengetahui bagaimana
kehidupan Nabi Ishak dan bagaimana kaumnya bersikap padanya. Yang kita ketahui
hanya, bahwa Allah Swt memujinya sebagai seorang Nabi dari orang-orang yang
saleh. Kedua, Nilai – Nilai pendidikan yang
terkandung dalam sejarah Nabi Ishak Adalah nilai pendidikan ketauhidan, nilai
pendidikan ketaqwaan, nilai pendidikan keimanan, niali pendidikan ihsan dan
nilai pendidikan psikologi. Ketiga, Untuk mengaplikasikan pengaruh
global ini kita harus membentengi generasi dengan keimanan dan ketauhidan
kepada allah. Karena hanya dengan itu kita dapat mempertahankan jati diri
sebagai seorang muslim.
F. Landasan Teori
1. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar guru/pengajar untuk
membantu siswa atau anak didiknya, agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Menurut Rudi Susilana “Pembelajaran adalah: suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar
dan guru sebagai fasilitator.”[2]
Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik dan berbagai sumber belajar yang ada di
lingkungan belajar tersebut. Menurut Gagne,dkk dalam Warsita mengatakan bahwa: “Pembelajaran
adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik,
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang
bersifat internal.”[3]
Lebih lanjut Warsita menjelaskan bahwa ada lima prinsip
yang menjadi landasan pengertian pembelajaran yaitu:
1.
Pembelajaran sebagai usaha untuk memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini
mengandung makna bahwa ciri utama proses pembelajaran itu adalah adanya
perubahan perilaku dalam diri peserta didik.
2.
Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
Prinsip ini mengandung makna bahwa perilaku sebagai hasil pembelajaran meliputi
semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja.
3.
Pembelajaran merupakan suatu proses. Prinsip ini mengandung makna bahwa
pembelajaran itu merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan, di dalam
aktivitas itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan
terarah.
4.
Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong dan adanya
suatu tujuan yang akan dicapai.
5.
Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman.[4]
Berdasarkan pendapat tersebut di atas maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pendidik
dalam membelajarkan peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke
arah yang lebih baik.
2. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kondisi
perubahan tingkah laku dari individu setelah individu tersebut melaksanakan
proses belajar. Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan
(peningkatan) bukan hanya pada aspek kognitif, tetapi juga pada aspek lainnya.
Selain itu tujuan belajar yang lainnya adalah untuk memperoleh hasil belajar
dan pengalaman hidup.
Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan,
yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Batasan yang lebih
jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui
peenyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa. Menurut
H. Daryanto tujuan pembelajaran adalah “tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat
dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur.”[5] B. Suryosubroto menegaskan bahwa tujuan
pembelajaran adalah “rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh
siswa sesudah ia melewati kegiatan pembelajaran yang bersangkutan dengan
berhasil.”[6]
Tujuan pembelajaran memang perlu dirumuskan dengan jelas, karena
perumusan tujuan yang jelas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
dari proses pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran tercantum dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP merupakan komponen penting dalam
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang pengembangannya harus dilakukan secara
profesional.
Menurut E. Mulyasa berikut ini adalah cara pengembangan RPP dalam
garis besarnya.
1)
Mengisi
kolom identitas
2)
Menentukan
alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan.
3)
Menentukan
standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang akan digunakan yang
terdapat dalam silabus yang telah disusun.
4)
Merumuskan
tujuan pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta
indikator yang telah ditentukan.
5)
Mengidentifikasi
materi standar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam
silabus.
6)
Menentukan
metode pembelajaranyang akan digunakan.
7)
Menentukan
langkah-langkah pembelajaran.
8)
Menentukan
sumber belajar yang akan digunakan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perumusan tujuan
pembelajaran harus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sera
indikator yang telah ditentukan. Tujuan pembelajaran juga harus dirumuskan
secara lengkap agar tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam-macam. Suatu
tujuan pembelajaran juga harus memenuhi syarat-syarat berikut:
1) Spesifik,
artinya tidak mengandung penafsiran (tidak menimbulkan penafsiran yang
bermacam-macam).
2) Operasional,
artinya mengandung satu perilaku yang dapat diukur untuk memudahkan penyusunan
alat evaluasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulakan bahwa tujuan
pembelajaran adalah rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh
siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah
laku yang dapat diamati dan diukur. Rumusan tujuan pembelajaran ini harus
disesuaikan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian siswa. Selain itu tujuan pembelajaran yang dirumuskan juga harus
spesifik dan operasional agar dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan
dari prose pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan, menguraikan, dan memberi
latihan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Metode
pembelajaran yang ditetapkan guru memungkinkan siswa untuk belajar proses,
bukan hanya belajar produk. Belajar produk pada umumnya hanya menekankan pada
segi kognitif. Sedangkan belajar proses dapat memungkinkan tercapainya tujuan
belajar baik segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Oleh karena itu, metode pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran
tersebut, yaitu lebih banyak menekankan pembelajaran melalui proses. Dalam hal
ini guru dituntut agar mampu memahami kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Untuk melaksanakan proses pembelajaran perlu dipikirkan metode pembelajaran
yang tepat. Menurut Sumiati
dan Asra “ketepatan penggunaan metode pembelajaran
tergantung pada kesesuaian metode pembelajaran materi pembelajaran, kemampuan
guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi dan kondisi dan waktu.”[8]
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
ketepatan penggunaan metode pembelajaran oleh guru memunkinkan siswa untuk
mencapai tujuan belajar baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Agar metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tepat, guru harus
memperhatikan beberapa faktor, yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
kemampuan guru, kondisi siswa, sumber dan fasilitas, situasi kondisi dan waktu.
Penggunaan metode pembelajaran dengan
memperhatikan beberapa faktor di atas diharapkan proses pembelajaran dapat
berlangsung dengan baik.
4. Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation.
Menurut Mehrens dan Lehmann yang dikutip oleh Ngalim Purwanto,” evaluasi dalam
arti luas adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.”[9]
Untuk dapat melakukan pengukuran dan penilaian secara
efektif diperlukan latihan dan penguasaan teori-teori yang relevan dengan
tujuan dari proses belajar mengajar sebagai bagian yang tidak terlepas dari
kegiatan pendidkan sebagai suatu system sehubungan dengan itu, dalam uraian
berikut akan dibicarakan beberapa prisip penilaian dari berbagai sumber yang
perlu diperhatikan sabagai dasar dalam pelaksanaan penilaian. M. Ngalim Purwanto
merumuskan enam prinsip penilaian, yaitu:
1. Penilaian hendaknya didasarkan atas hasil
pengukuran yang komprehensif. Ini berarti bahwa pengukuran didasarkan atas
sampel prestasi yang cukup banya, baik macamnya maupun jenisnya. Untuk itu
dituntut pelaksanaan penilaian secara sinambung dan penggunaan bermacam-macam
teknik pengukuran. Dngan macam dan jumlah ujian yang lebih banyak, prestasi
siswa dapat diungkapkan secara lebih mantap meskipun harus pula dicatat bahwa
banyaknya macam dan jumlah ujian harus dibarengi dengan kualitas soal-soalnya,
yang sesuai dengan fungsinya sebagai alat ukur.
2. Harus dibedakan antara penskoran (scoring)
dan penilaian (grading). Penskoran berarti proses pengubahan prestasi
menjadi angka-angka, sedangkan dalam penilaian kita memproses angka-angka hasil
kuantifikasi prestasi ini dalam hubungannya dengan“kedudukan” personal siswa
dan yang memperoleh angka-angka tersebut di dalam skala tertentu, misalnya
skala tentang baik-buruk, bisa diterima, dinyatakan lulus-tidak lulus. Dalam
penskoran, perhatian terutama ditujukan kepada kecermatan dan kemantapan (accuracy
dan reliability); sedangkan dalam penilaian, perhatian terutama ditujukan
kepada validitas dan keguanaan (utility).
3. Dalam proses pemberian nilai hendaknya
diperhatikan adanya dua macam orientasi, yaitu penilaian yang norm-referenced
dan yang criterion-referenced. Norm-referenced evaluation adalah
penilaian yang diorientasikan kepada suatu kolompok tertentu,s jadi hasil
evaluasi perseoranagn siswa dibandingkan dengan prestasi kelompoknya. Prestasi
kelompoknya itulah yang dijadikan patokan atau norm dalam menilai siswa
atau mahasiswa secara perseorangan. Penilaian norm-referenced evaluation
ialah penilaian yang diorientasikan kepada suatu standar absolut, tanpa
dihubungkan dengan suatu kelompok tertentu. Misalnya, penilaian prestasi siswa
atau mahasiswa didasarkan atas suatu kriteria pencapaian tujuan instruksional
dan suatu mata pelajaran atau bagian dari mata pelajran yang diharapkan
dikuasai oleh siswa setelah melalui sejumlah pengalaman belajar tertentu.
4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan
bagian integral dari proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa tujuan
penilaian, di samping untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan
belajar serta penguasaannya terhadap bahan pelajaran, juga digunakan sebagai feedback
(umpan balik), baik kepada siswa sendiri maupun bagi guru atau pengajar.
Berdasarkan hasil tes, pengajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan siswa
tertentu sehingga selanjutnya ia dapat melakukan koreksi terhadap kesalahan
yang diperbuatnya dan atau memberi reinforcement bagi yang prestasinya
baik.
Bagi guru atau pengajar meskipun umumnya jarang dilakukan
seharusnya hasil penilaian para siswanya itu dipergunakan untuk “mawas diri”
sehingga ia dapat mengetahui di mana letak kelemahan dan kekurangannya. Mungkin
metode mengajar kurang tepat, atau bahan pelajaran terlalu sukar dan tidak
sistematis cara penyajiannya, atau sikap pengajar yang tidak selalu
menburu-buru setiap tugas yang telah diberikan. Ini semua akan dapat dilakukan
dengan baik jika guru atau pengajar benar-benar ikhlas dan beriktikad baik
untuk meningkatkan profesinya. Ia menyadari bahwa kegagalan siswa,
setidak-tidaknya menyadari bahwa kegiatan belajar-mengajar itu pada hakikatnya
adalah suatu proses komunikasi dua arah, bahwa di dalam proses
belajar-mengajar, baik siswa maupun pengajar sama-sama belajar.
5. Penilaian harus bersifat komparabel.
Artinya setelah tahap pengukuran yang menghasilkan angka-angka itu
dilaksanakan, prestasi-prestasi yang menduduki skor yang sama harus dilakukan
secara adil, jangan sampai terjadi penganakemasan atau penganaktirian.
Penilaian yang tidak adil mudah menimbulkan frustasi pada siswa dan mahasiswa,
dan selanjutnya dapat merusak perkembangan psikis siswa sehingga pembentukan
efektif dirusak karenanya.
6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya
jelas bagi siswa dan pengajar sendiri. “Sumber
ketidakberesan dalam penilaian terutama adalah tidak jelasnya sistem penilaian
itu sendiri bagi para guru atau
pengajar. Apa yang dinilai serta macam skala penilaian yang dipergunakan dan
makna masing-masing skala.”[10]
Berdasarkan pembahasan diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa pada hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai
dengan baik. Prinsip-prinsip penilaian itu antara lain: objektif, transparan, berkesinambungan,
dan menyeluruh.
G.
Metodologi Penelitian
Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian
mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat
membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini
adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau
kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah
penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature
(literature review)”.[11] “Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai
apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang
mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan
metodelogi yang sesuai”.[12]
2.
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. “yakni pendekatan yang lebih
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta
pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah”[13].
3.
Metode Penelitian
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang
meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada,
sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini
akan menjelaskan pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
4.
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah buku Shihab, M. Quraish, Tafsir
al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Alquran Vol. 5, Jakarta: Lentera
Hati. 2002, Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema
Insani, 2004, Hamka. Tafsir
Al-Azhar Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1983, Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nur, Jilid
2. Cetakan Kedua. Edisi
Kedua, Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000.
5.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian
No
|
Ruang Lingkup Penelitian
|
Hasil Yang diharapkan
|
1
|
Tafsir surah Ali Imran ayat 133-135
|
a)
Alqurthubi
b)
Sayyid Qutb
c)
M. Quraisy Shihab
d)
Hamka
e)
Hasbi Al-Shiddiqi
|
2
|
Muqaddimah surah Ali Imran
|
a)
Ashabun Nuzul
b)
Munasabah
c)
Kandungan Surat Ali – Imran
|
3
|
Ciri-ciri orang bertaqwa
|
a)
Berinfaq
b)
Menahan Amarah
c)
Memaafkan Orang Lain
d)
Mengingat Allah
e)
Memohon Ampun
|
6.
Sumber Data
Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Data Primer
Husein Umar
menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama
baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner,
dan observasi”.[14]
Data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[15].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan,
dan Keserasian Alquran Vol. 5, Jakarta: Lentera Hati. 2002, Quthb, Sayyid, Tafsir
Fi Zhilalil Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, Hamka. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta:
Pustaka Panjimas. 1983, Hasbi
Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul majid An-Nur, Jilid 2. Cetakan Kedua.
Edisi Kedua, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000.
b)
Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer
yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data
primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti
untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang
dikeluarkan suatu badan riset”.[16] Data skunder yaitu
sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu
buku Muhammad Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, Bandung:
Mizan, 1998, Khalil, Manna‟ al-Qaththan, Studi Ilmu al-Qur’an,
Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1994, Muhammad (edit), Ahsin Sakho, Ensiklopedi Tematis Al-Qur’ān, Jakarta: PT. Kharisma Ilmu, 2005, Mahali, A. Mudjab. Asbabun
Nuzul Studi Al-Qur’an: al-Fatihah an-Nisa’. Jakarta: Rajawali. 1989. Siti Kusrini, Strategi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: IKIP Malang, 1991, Moh. Shochib, Pola Asuh Orang
Tua Dalam Membantu Anak Mengembang Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
7.
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi
kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian
terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada
relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka
yang berfikir sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep
atau kesimpulan.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan
dengan mempelajari sumber-sumber
informasi milik objek yang ditulis secara langsung tanpa perantara penulis lainnya.
b. Studi kepustakaan, yaitu
studi yang dilakukan dengan mempelajari
literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan
seperti teks book, jurnal ataupun
artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna mendapatkan landasan teoritis.
8.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis
data adalah suatu teknik penelitian
untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai
apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data
juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.[17]
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul,
teknik yang di gunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan
mengambarkan dan memaparkan pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135 kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan
berbagai metode sebagai berikut :
a)
Metode Deduksi
Metode
deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih
kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam
sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu
kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[18]
Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk
memperoleh gambaran detail dari pembelajaran
kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
b)
Metode Induksi
Metode
induksi yaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[19]
Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh
gambaran yang utuh terhadap pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
c)
Metode komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu”.[20]
Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa kajian surah Ali Imran ayat 133-135.
H.
Garis-Garis Besar isi Skripsi
bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian
terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi
skripsi.
Bab dua, berisi
tentang Alquran Bahasa Arab yang meliputi Al Qurthubi, Sayyid Qutb, M. Quraish Shihab, Hamka, Hasbi Al-Shiddieqy.
Bab tiga berisi
tentang muqaddimah surah Ali Imran yang meliputi asbabun nuzul, munasabah, kandungan surah Ali Imran.
Bab empat berisi
tentang orang
bertaqwa yang meliputi berinfak, menahan amarah, memaafkan orang
lain, mengingat allah dan memohon ampun.
Bab lima berisi
tentang penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran.
[15]Winarmo
Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.
[17]Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), hal. 155.
[18]
Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
[19]
Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
[20]
Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari http://.blogspot.co.id.html.