-->
Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dampak Negatif Dendam


A.    Dampak Negatif Dendam

Setiap keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang di atas permukaan bumi ini, akan menimbulkan dampak buruk bagi pelakunya sendiri maupun orang lain. Demikian pula  bagi orang yang mempunyai penyakit dendam, maka ia juga pasti akan merasakan dampak negatif dari penyakit dendamnya itu.
Dendam merupakan suatu penyakit hati yang sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya, karena dendam dapat membawa kerugian bagi pelaku dendam itu sendiri maupun orang lain. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan dari penyakit dendam adalah sebagai berikut:
1.   Timbulnya kegoncangan jiwa bagi pelaku dendam
Salah satu dampak negatif bagi orang yang bersifat dendam adalah timbulnya kegoncangan jiwa dalam hati orang yang dendam.
Sayed Ahmad Semait dalam bukunya “Induk Penyucian Jiwa” mengatakan bahwa:
“Kegoncangan jiwa timbul karena orang yang mempunyai penyakit dan perasan dendam ia tidak pernah merasakan ketenangan dalam hidupnya. Hatinya selalu memikirkan tentang bagaimana yang harus dilakukan untuk membalas dendamnya kepada orang lain. Ia juga merasa benci kepada orang yang memperoleh nikmat dan kebaikan. Sehingga apabila orang lain memperoleh nikmat ia akan berusaha untuk menghilangkan nikmat yang dimiliki oleh orang lain”.[1]

Demikian pula apabila orang lain mendapatkan musibah dan bencana, maka ia akan merasa gembira dan senang. Hal seperti ini dapat menimbulkan kegoncangan jiwa dalam hati orang yang mempunyai sifat dendam itu sendiri. Sebagaimana kisah dalam Al-quran tentang sekelompok orang munafik yang tidak punya pekerjaan lain, selain menaruh dendam kepada orang-orang mukmin. Kisah ini terdapat dalam surat surat Ali Imran ayat 120 yang berbunyi:
bÎ) öNä3ó¡|¡øÿsC ×puZ|¡ym öNèd÷sÝ¡s? bÎ)ur öNä3ö7ÅÁè? ×pt¤ÍhŠy (#qãmtøÿtƒ $ygÎ/ ( bÎ)ur (#rçŽÉ9óÁs? (#qà)­Gs?ur Ÿw öNà2ŽÛØtƒ öNèdßøx. $º«øx© 3 ¨bÎ) ©!$# $yJÎ/ šcqè=yJ÷ètƒ ÔÝŠÏtèC  (آل عمران: 120)
Artinya : “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemuzaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan”. (Ali-Imran: 120)
2.   Timbulnya penyakit iri dan dengki kepada orang lain.
Salah satu dampak yang akan timbul dari orang yang bersifat dendam adalah, dengki dan iri hati kepada orang lain.
Abu Abdurrahman Adil Syusyah dalam bukunya “Agar Terhindar dari Penyakit ‘Ain” mengatakan bahwa “Sifat dengki dan iri hati timbul, karena ia tidak senang melihat orang lain memperoleh nikmat yang telah diberikan oleh Allah, maka ia senantiasa akan berusaha untuk melenyapkan nikmat tersebut dari orang lain”.[2]
Jadi, orang yang mempunyai sifat iri  dan dengki tentu ia akan bersedih hati, apabila lawannya memperoleh kenikmatan sedangkan ia sendiri tidak memilikinya. Demikian pula sebaliknya manakala lawannya itu memperoleh musibah, ia menjadi gembira dan senangnya luar biasa. Sikap iri dan dengki ini juga sangat dibenci dan dilarang oleh Allah SWT., sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisaa ayat 32 yang berbunyi:
Ÿwur (#öq¨YyJtGs? $tB Ÿ@žÒsù ª!$# ¾ÏmÎ/ öNä3ŸÒ÷èt/ 4n?tã <Ù÷èt/ 4 ÉA%y`Ìh=Ïj9 Ò=ŠÅÁtR $£JÏiB (#qç6|¡oKò2$# ( Ïä!$|¡ÏiY=Ï9ur Ò=ŠÅÁtR $®ÿÊeE tû÷ù|¡tGø.$# 4 (#qè=t«óur ©!$# `ÏB ÿ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ¨bÎ) ©!$# šc%Ÿ2 Èe@ä3Î/ >äó_x« $VJŠÎ=tã (النساء: ۳۲)
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (Q.S. An-Nisaa: 32).

3.   Timbulnya permusuhan
Permusuhan sering timbul apabila seseorang menyimpan perasan dendam dalam hatinya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Abu Abdurrahman Adil Syusyah bahwa “Orang yang mempunyai perasaan dendam, ia suka memalingkan mukanya dan menjauhkan diri serta memutuskan hubungan dengan orang lain. Sekalipun orang lain meminta maaf kepadanya, tetapi ia sulit memaafkan orang lain tersebut”.[3]  
Perbuatan seperti ini dapat menambah permusuhan antar sesamanya dan  juga tidak sesuai dengan prilaku Rasulullah SAW. Karena Rasulullah adalah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain. sebagaimana peristiwa yang menimpa Rasulullah pada waktu menyiarkan Islam ke negeri Thaif, di dana beliau dilempar dengan anak batu hingga tumit beliau berdarah. Akan tetapi hal ini tidak membuat Rasulullah dendam, bahkan beliau memaafkan kesalahan orang thaif tersebut.
4.   Hilangnya sifat saling menghargai dan menghormati
Sifat saling menghargai dan menghormati yang sangat dianjurkan dalam agama Islam akan hilang dalam hati orang yang menyimpan perasaan dendam. Hal ini sesuai dengan ungkapan  Sayed Ahmad Semait, “Induk Penyucian Jiwa” bahwa “Hati orang yang menyimpan perasaan dendam sudah tertutup dengan perasan dendamnya, sehingga ia tidak lagi menghargai dan menghormati orang yang sudah dianggap musuhnya. Ia juga suka menghina dan mengejek orang yang berada di bawahnya”.[4]
Hal ini dapat berdampak pada permusuhan antara kedua pihak yang akhirnya menimbulkan permusuhan.
5.   Timbulnya perkataan dusta dan bohong
Menurut Sayed Ahmad Semait dalam bukunya “Induk Penyucian Jiwa” mengatakan bahwa “Perkataan dusta dan sombong sering timbul dari orang yang mempunyai perasan dendam, karena ia senang sekali menyebarluaskan perkataan dusta dan bohong”.[5]
Selain itu, orang yang dendam juga suka berbicara mengenai orang yang dianggapnya  musuh dengan kata-kata yang tidak di halalkan dalam agama Islam. seperti berdusta, mengupat lawannya, atau suka menyebarluaskan rahasia atau melanggar kehormatan lawannya. Semua itu dihadapkan kepada saingannya yang amat di benci olehnya.
6.   Putusnya tali silaturrahmi
Salah satu dampak negatif yang akan timbul dari penyakit dendam adalah putusnya tali silaturrahmi. Hal ini terjadi karena  orang yang dendam ia senang dan suka memutuskan tali silaturrahmi. Ia tidak pernah menyadari bahwa memutuskan tali silaturrahmi sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya.
7.   Hilangnya hak-hak orang lain
“Di antara dampak negatif yang akan timbul dari penyakit dendam adalah hilangnya hak-hak orang lain”. [6]  
Hal ini terjadi karena orang yang dendam, kalau ia mempunyai hutang kepada orang lain, maka ia enggan mengembalikan hutangnya tersebut. Sehingga orang yang menggadai hutang akan marah kepadanya.
Dengan demikian akan timbul rasa saling bermusuhan antar sesamanya. Hal ini sungguh bertentangan dengan ajaran Islam, karena dalam Islam manusia disuruh untuk membayar hutangnya kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah sebagai berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: من أخذ أموال الناس يريد أداءها أدّى الله عنه، ومن أخذ يريد إتلافها أتلفها (رواه بخاري)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW., pernah bersabda, “Siapapun yang mengambil uang orang lain dengan niat membayarnya kembali, Allah akan membayarnya dengan namanya. Dan siapapun yang mengambil uang orang lain dengan niat merusaknya. Allah akan merusaknya” (H.R. Bukhari).[7]
Hadits di atas, dapat dipahami bahwa Allah akan merusak orang-orang yang berutang dengan niat untuk merusak dan tidak mengembalikannya. Karena hal ini dapat dikatakan bahwa suatu penganiayaan yang terang-terangan terhadap pemilik tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa dampak-dampak negatif yang timbul dari penyakit dendam adalah: timbulnya kegoncangan jiwa bagi pelaku dendam, timbulnya penyakit dengki dan iri hati kepada orang lain, hilangnya sifat saling menghargai dan menghormati, timbulnya perkataan dusta dan bohong, putusnya tali silaturrahmi dan hilangnya hak-hak orang lain.



               [1] Sayed Ahmad Semait, Induk Penyucian Jiwa, (Jakarta: Pustaka Nasional, 2002), hal. 781.
[2] Abu Abdurrahman Adil Syusyah, Agar Terhindar dari Penyakit ‘Ain, (Solo: Abyan Solo, 2008), hal. 79.

               [3] Ibid., hal. 80.
               [4] Sayed Ahmad Semait, Induk Penyucian Jiwa…, hal. 782.
              
               [5] Ibid., hal. 784.

               [6] Ibid., hal. 785.

               [7] Imam Bukhari, Shahih Al-Bukhari, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), hal. 440.


Post a Comment for "Dampak Negatif Dendam"