A.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Anak
Menurut Lukman al Hakim
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang
disengaja untuk mencapai suatu tujuan mempunyai tujuan landasan tempat berpijak
yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan anak sebagai usaha untuk
membentuk manusia, harus mempunyai dasar ke mana kegiatan dan perumusan tujuan
pendidikan anak itu dihubungkan.
Dasar itu terdiri dari Alquran dan
Sunnah yang dikembangkan dalam bentuk ijtihad.
Di dalam Alquran terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. As-Sunnah ialah perkataan,
perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah Swt. Yang dimaksud dengan pengakuan
ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau
membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan. As-Sunnah merupakan
sumber ajaran kedua sesudah Alquran. Seperti Alquran, As-Sunnah juga berisi
tentang aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi
manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu, Rasul menjadi guru dan
pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah
Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk
mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang
baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia
muslim dan masyarakat Islam.[1]
Oleh karena itu, Sunnah merupakan
landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka
kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya, mengapa ijtihad perlu
ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan dengan
pendidikan.
Adapun tujuan pendidikan anak menurut
Lukman al Hakim adalah sebagai berikut:
1. Membentuk Pribadi Yang Beriman
Tujuan untuk membentuk pribadi Islam diwakili oleh ayat
13-16. Pada ayat 13 Luqman melarang putranya untuk menyekutukan Allah Swt.
Kemudian disusul dalam penghujung ayat 14 yang menjelasakan tentang pasti
adanya hari akhir, seedangkan dalam penghujung ayat 15 menerangkan adanya hari
pembalasan. Meskipun posisi ayat14-15 sebagai ayat penyela, namun menurut Imam
Al-Thabari kandungan kedua ayat ini selaras dengan materi dan tujuan pendidikan
Luqman.
Tujuan membentuk pribadi yang beriman juga tampak dalam
ayat 16 yang menunjukan sifat-sifat Allah Swt. Dari sini sudah jelas bahwa
tujuan Luqman mendidik putranya adalah agar mempunyai keimanan yang kuat dan
kokoh dengan cara mentauhidkan Allah, iman pada hari akhir dan mengetaui
sifat-sifat Allah Swt. serta maha mengetahui dan maha kuasa-Nya.
2. Membentuk Pribadi Yang Islam
Tujuan untuk membentuk pribadi islam diwakili oleh ayat
17, yakni perintah shalat. Dr. Wahba Zuhaili menafsiri ayat ini sebagai
berikut:
Ayat ini adalah perintah untuk melakukan amal shalih yang dapat menetapkan
ketauhidan, yakni shalat yang dilaksanakan secara ikhlas semata-mata karena
Allah Swt; mendirikan shalat dengan menyempurnkan ketentuan, rukan dan
syaratnya karena shalat adalah tiang agama dan bukti keimanan kepada Allah
sebagai lantaran taqarrub kepada-Nya maka shalat tersebut dapat membantu untuk
menjauhi keji dan mungkar serta membersikan hati.[2]
Selain itu, dalam ayat 17 juga Luqman memerintah putranya
untuk melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, karena perintah ini membawa beberapa
konsekuensi, yaitu: menyuruh mengerjakan ma’ruf, mengandung pesan untuk
mengerjakannya. Karena tidak wajar kalau menyuruh tapi dirinya sendiri tidak
mengerjakannya. Demikian juga melarang, menuntun agar yang melarang tersebut
untuk menjauhkan dirinya dari yang mungkar tersebut. Itulah mengapa Luqman tidak
memerintahkan anaknya untuk melaksanakan ma’ruf dan menjauhi yang mungkar, tetapi
memerintahkan amar ma’ruf nahi mungkar. Disisi lain, membiasakan anak
melaksanakan tuntutan ini menimbulkan dalam dirinya jiwa kepemimpinan dan
kepedulian sosial. Dengan demikian perintah amar ma’ruf nahi mungkar ini,
bertujuan menbentuk manusia yang Islam sekaligus ihsan, yaitu pribadi yang
shalih dan berusaha membuat orang shalih.
3. Membentuk Pribadi Ihsan
Tujuan membentuk manusia yang ihsan juga terdapat pada
ayat 17 yaitu memerintahkan untuk bersabar. Kemudian dalam pendidikan Luqman ini,
materi akhlaq yang dibidik adalah syukur, berbakti pada orang tua, muraqabah,
sabar, tawadu’ dan bersikap sederhana. Penerapan akhlak-akhlak terpuji ini
dalam keseharian diharapakan dapat menjadikan golongan muhsinun (orang-orang
baik).
Dari beberapa argument yang kuat bahwa pendidikan Luqman bertujuan
untuk membentuk muslim sejati, yaitu orang muslim yang mempunyai keimanan yang
kokoh, kemudian keimanan tersebut dibuktikan dengan amal shalih dan akhlak
terpuji baik kepada Allah maupun kepada sesama makhluk-Nya.
Sebagai bahan perbandingan, berikut ini penulis sajikan
pendapat tokoh tentang tujuan pendidikan. Menurut Imam Al-Ghazali tujuan
pendidikan akhir ada dua, yaitu “tercapainya kesempurnaan insan yang bermuara
pada pendekatan diri kepada Allah Swt. dan kesempurnaan insan yang bermuara
pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan ini tampak bernuansa religius dan
moral serta tidak mengabaikan masalah duniawi”[3].
0 Comments
Post a Comment