Dasar dan Tujuan Pendidikan
BAB
II
LANDASAN
TEORITIS
A. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama
1.Dasar
Pendidikan Agama
Setiap
usaha, aktivitas atau perbuatan yang kita lakukan untuk mencapai suatu tujuan
semestinyalah mempunyai landasan tempat berpijak yang kuat, karena landasan
dapat menggambarkan suatu usaha yang benar dan terarah, oleh sebab itu
pendidikan agama yang mengarah dan membentuk manusia menjadi manusia
intelektual mempunyai dasar dan landasan yang kuat sehingga perkembangannya
menjadi suatu hal yang memberikan pemahaman keagamaan bagi setiap manusia. Dasar
pendidikan agama Islam bersumber dari al-Qur’an,
sunnah Rasul dan ijtihad. Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Qur’an
harus didahulukan, sebab apabila suatu ajaran dan penjelasanya tidak ditemukan
dalam al-Qur’an, maka harus di adakan pencarian di dalam sunnah, dan apabila di
dalam sunnah tidak ditemukan, maka barulah di pergunakan sumber yang ketiga
yaitu ijtihad. Sunnah tidak akan bertentangan dengan al-Qur’an dan ijtihad
tidak boleh bertentangan dengan al-Qur’an dan sunnah. Apabila ketiga dasar
pendidikan agama ini saling bertentangan dan saling menafikan, maka akan
terjadi kontradiksi dalil, sedangkan dalil-dalil tersebut bersumber dari Zat yang
maha mengetahui, walaupun sunnah dan ijtihad tidak langsung bersumber dari
Allah akan tetapi kedua dalil ini tidak terlepas dari pengupasan dan penggunaan
yang ada dalam ayat al-Qur’an.
Konsep dasar dari pendidikan agama adalah al-Qur’an, Hadits,
dan Ijtihad. Tanpa dasar ini tidak akan ada pengetahuan agama. Persoalan yang
muncul dalam bentuk apapun atau bagaimanapun dapat diselesaikan dengan ilmu
agama.
Untuk lebih jelas dasar pendidikan agama dapat dilihat sebagai
berikut :
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah Kalam Allah Swt yang diturunkan melalui
malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw dalam bahasa arab yang jelas berguna
untuk menjelaskan jalan hidup yang bermaslahat bagi umat manusia di dunia dan
di akhirat. Terjemahan al-Qur’an dengan bahasa lainnya tafsirannya bukanlah al-Qur’an
dan karenanya bukanlah nash yang qath’i dan sah untuk dijadikan rujukan dalam
menarik kesimpulan ajarannya.[10]
Al-Qur’an menyatakan diri sebagai kitab petunjuk. Allah
menjelaskan hal ini dalam Firman-Nya :
¨bÎ)
#x»yd
tb#uäöà)ø9$#
Ïöku
ÓÉL¯=Ï9
Ïf
ãPuqø%r&
çÅe³u;ãur
tûüÏZÏB÷sßJø9$#
tûïÏ%©!$#
tbqè=yJ÷èt
ÏM»ysÎ=»¢Á9$#
¨br&
öNçlm;
#\ô_r&
#ZÎ6x.
ÇÒÈ
Artinya : Sesungguhnya
al–Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang mukmin yang mengerjakan amal
saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang lebih besar (al-Isra’ : 9).
Ayat-ayat
semacam ini menegaskan bahwa tujuan al-Qur’an memberikan petunjuk bagi umat
manusia. Tujuan ini hanya akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal
manusia dengan akidah-akidah yang benar dan akhlak yang mulia serta mengarahkan
tingkah laku mereka kepada perbuatan yang baik.
Atas dasar ini
sebagaimana dikemukakan oleh Ali Hasballah, setiap Pembahasan yang proposional,
membutuhkan dan berdasarkan pada dalil syar’i. pembahasan yang tidak bertujuan
demikian tidak akan mendapatkan legitimasi dari dalil syar’i.
Petunjuk al-Qur’an sebagaimana yang dinyatakan oleh
Mahmud Syaltut, dapat dikelompokkan menjadi pokok yang disebut sebagai
maksud-maksud al-Qur’an, yaitu :
a. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh
manusia dan tersimpul dalam keimanan
akan ke-Esaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian hari pembalasan.
b.Petunjuk
mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan
susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individu maupun
kolektif.
c. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan
dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan
dan sesamanya.[11]
Ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an
itu terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah
keimanan yang disebut akidah dan yang berhubungan dengan amal yang disebut
syari’ah. Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan
dalam al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan,
ini menunjukkan bahwa amal yang paling banyak dilaksanakan, sebab semua
perbuatan manusia yang banyak berhubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri,
dengan masyarakat dan dengan alam sekitarnya, termasuk ruang lingkup amal
salih.[12]
Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam merupakan suatu
tindakan amalan salih yang termasuk dalam bidang muamalah, karena pendidikan
membentuk manusia yang benar-benar mempunyai kemampuan dalam menyikapi segala
bentuk permasalahan yang akan diselesaikan dengan ilmu agama, pendidikan
menjadi hal yang penting yang harus selalu diperhatikan, pendidikan turut
menentukan bentuk amal dan kehidupan manusia.
Al-Qur’an di sampaikan oleh Rasulullah Saw kepada umat
manusia dengan penuh amanat, tanpa sedikit pun dikurangi dan ditambah.
Selanjutnya manusialah yang hendak berusaha memahami, kemudian mengamalkan.
Sering kali manusia kesulitan dalam memahaminya, dan ini
yang dialami oleh para sahabat sebagai generasi pertama penerima al-Qur’an.
Karenanya mereka meminta penjelasan kepada Rasulullah Saw, yang memang diberi
otoritas untuk itu. Allah Swt, menyatakan otoritas dimaksud dalam firmannya
sebagai berikut :
....... !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍkös9Î) öNßg¯=yès9ur crã©3xÿtGt ÇÍÍÈ
Artinya :…...dan Kami telah
turunkan kepada kamu al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan (an-Nahlu :
44).
2. Sunnah
Sunnah memang berkedudukan sebagai penjelas bagi al-Qur’an.
Namun pengamalan ketaatan kepada Allah sesuai dengan ajaran al-Qur’an sering
kali sulit terlaksana tanpa penjelasannya. Karenanya Allah memerintahkan kepada
manusia untuk mentaati rasul dalam rangka ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya
para ulama memandang sunnah sebagai sumber kedua ajaran Islam setelah al-Qur’an.
Tiga dasar ajaran agama ini dan herarki penggunaanya ditetapkan dalam hadits
sebagai berikut :
انّ رسول الله صلّى
الله عليه وسلّم بعث معاذا إلى اليمن، فقال "كيف تقضى؟" فقال:أقضى بماكتاب الله. قال: "فإن لم يكن
فى كتاب الله؟" فبسنةِ رسول الله.
قال: فإن لم يكن فى سنة رسول الله صلّى الله عليه وسلّم؟ "قال: أجتهد
رأييز. قال: الحمدالله الذي وقث رسولى الله" (رواه التومذى )
Artinya : Rasulullah Saw mengutus Muadz ke Yaman,
kemudian beliau bertanya, Bagaimana kamu memutuskan (Suatu Masalah)? “ia
menjawab”, saya akan memutuskan dengan apa yang ada dalam kitab Allah, “Beliau
bertanya” Apabila Keputusan ini Tidak terdapat dalam keputusan Allah? “Ia
menjawab “ saya akan memutuskan dengan Sunnah Rasulullah saw, “Beliau bertanya
lagi”, apabila keputusan ini tidak juga terdapat dalam sunnah Rasulullah saw? “Ia
menjawab”, saya berijtihad dengan ra’yu. “Kemudian Beliau bersabda”, segala puji bagi Allah yang telah memberikan
taufik kepada utusan Rasulnya. (H.R Turmudzi)[13]
Dalam lapangan pendidikan,
sebagaimana diterangkan oleh Abdurrahman an-Nahlawi, sunnah mempunyai faedah
sebagai berikut :
Ø
Menjelaskan sistem
pendidikan Islam sebagaimana terdapat dalam al-Qur’an dan menerangkan hal-hal
rincian yang tidak terdapat didalamnya.
Ø
Menggariskan metode-metode
pendidikan yang dipraktekkan.[14]
Sunnah, sebagai penjelasan al-Qur’an, mengambil dua
bentuk nilai kaidah-kaidah normatif serta teknik-teknik praktek historis.
Bentuk pertama bisa dikembangkan dalam penggunaan nilai, sehingga tidak mungkin
ada pertentangan antara nilai pokok dan nilai cabang. Bentuk kedua bisa diubah
sesuai dengan situasi dan kondisi. Ilmu pendidikan agama telah berbuat banyak
terhadap bentuk kedua. Umpamanya dengan menelaah kembali apakah teknik-teknik
pendidikan yang digunakan Rasul masih relevan atau tidak dan apakah cukup
memadai atau belum untuk diterapkan dizaman sekarang.
3. Ijtihad
Masyarakat selalu mengalami perubahan, baik mengenai
nilai-nilai sosial, kaidah-kaidah sosial, pola-pola tingkah laku, organisasi,
susunan-susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,
kekuasaan dan wewenang, maupun interaksi sosial dan lain sebagainya.[15]
Masalah tersebut merupakan perkembangan baru dalam dunia
pendidikan yang tidak akan dijumpai di masa Rasulullah Saw, tetapi memerlukan
jawaban untuk kepentingan pendidikan dimasa sekarang. Untuk itulah diperlukan
ijtihad pada masa sekarang dari para mujtahid muslim.
Ijtihad pada dasarnya merupakan usaha sungguh-sungguh
orang muslim untuk selalu berprilaku berdasarkan ajaran Islam. Untuk itu,
manakala tidak ditemukan petunjuk yang jelas dari al-Qur’an maupun sunnah tentang
suatu prilaku, orang muslim akan mengarahkan segenap kemampuannya untuk
menemukannya dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum al-Qur’an dan sunnah.
Dalam lapangan pendidikan ijtihad perlu mengimbangi
lapangan fiqh (lahir dan bathin), mengingat yang pertama merupakan usaha pemberdayaannya,
sedangkan yang kedua merupakan usaha penggalian isi budaya itu. Ruang
lingkupnya bisa dalam ruang lingkup filsafat pendidikan Islam dan bisa pula
dalam lingkup ilmu pendidikan Islam.
2.Tujuan
Pendidikan Agama
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh
individu atau kelompok manusia mempunyai tujuan yang hendak di capai, demikian
pula dengan pelaksanaan pendidikan agama, baik pada sekolah formal maupun non
formal mempunyai tujuan tersendiri yang sesuai dengan konsep-konsep pendidikan
agama Islam agar kegiatan tersebut dapat terarah dengan baik.
Bila pendidikan kita pandang sebagai suatu proses, maka
proses tersebut akan berakhir dengan tercapainya tujuan pendidikan. Suatu
tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan pada hakikatnya adalah suatu wujud
dan nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam pribadi manusia.[16]
Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau kelompok orang yang melakukan kegiatan. Tujuan pendidikan adalah
tujuan yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan lembaga pendidikan, pada garis
besarnya tujuan pendidikan itu dapat dibedakan kepada dua macam, Yaitu :
a. Tujuan umum
Tujuan umum merupakan tujuan akhir yang akan dicapai
dengan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain.
Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku,
penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan dalam pendidikan adalah untuk
membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan pandangan hidup masyarakat dimana
anak itu dididik. Tujuan atau cita-cita pendidikan harus ditentukan lebih
dahulu sebelum pelaksanaan pendidikan dimulai.
Tujuan umum merupakan tujuan tertinggi dalam pendidikan,
tujuan umum tidak mungkin dapat dicapai sekaligus dan langsung tapi harus
melalui tujuan-tujuan khusus lainnya.
Menurut Drs. Hery Noer Aly, MA dan Drs. H. Munzier, S.MA
menyatakan bahwa : Tujuan pendidikan Islam sejalan dengan tujuan agama Islam yaitu
berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertakwa dan beribadah dengan
baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.[17]
Indonesia sebagai negara berfalsafah pancasila
menetapkan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi sebagai berikut : Meningkatkan
kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
yang maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tanggung
jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani.[18]
Pada sisi lain pendidikan Islam bertujuan mendidik pribadi muslim kearah
kesempurnaan sebagai salah satu upaya mengoptimalkan pengabdian kepada Allah,
pendidikan lebih ditekankan pada pendidikan moral atau akhlak untuk
mengwujudkan pribadi muslim yang sempurna.
Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya seorang hamba Allah yang
bertakwa memiliki multi pendidikan, kemudian merealisasikan segala perintah
Allah serta bertanggung jawab dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya dengan
tujuan untuk tercapainya kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
Tujuan umum dalam pendidikan Islam sesuai dengan
al-Qur’an dan hadits misalnya membentuk insan kamil yang diridhai oleh Allah Swt.
Bentuk insan kamil dengan pola taqwa harus dapat tergambar pada pribadi
seseorang yang sudah dididik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah
sesuai dengan tingkat tersebut.
Pola manusia yang bertakwa dengan sifat-sifat
ketakwaannya sudah tercermin pada diri manusia tersebut sebagaimana firman
Allah dalam al-Qur’an surat al-Furqan ayat 63-74 :
ß$t7Ïãur Ç`»uH÷q§9$# úïÏ%©!$# tbqà±ôJt n?tã ÇÚöF{$# $ZRöqyd #sÎ)ur ãNßgt6sÛ%s{ cqè=Îg»yfø9$# (#qä9$s% $VJ»n=y ÇÏÌÈ z`Ï%©!$#ur cqçGÎ6t óOÎgÎn/tÏ9 #Y¤fß $VJ»uÏ%ur ÇÏÍÈ úïÏ%©!$#ur tbqä9qà)t $uZ/u ô$ÎñÀ$# $¨Ytã z>#xtã tL©èygy_ ( cÎ) $ygt/#xtã tb%x. $·B#txî ÇÏÎÈ $yg¯RÎ) ôNuä!$y #vs)tGó¡ãB $YB$s)ãBur ÇÏÏÈ tûïÏ%©!$#ur !#sÎ) (#qà)xÿRr& öNs9 (#qèùÌó¡ç öNs9ur (#rçäIø)t tb%2ur ú÷üt/ Ï9ºs $YB#uqs% ÇÏÐÈ tûïÏ%©!$#ur w cqããôt yìtB «!$# $·g»s9Î) tyz#uä wur tbqè=çFø)t }§øÿ¨Z9$# ÓÉL©9$# tP§ym ª!$# wÎ) Èd,ysø9$$Î/ wur cqçR÷t 4 `tBur ö@yèøÿt y7Ï9ºs t,ù=t $YB$rOr& ÇÏÑÈ ô#yè»Òã ã&s! Ü>#xyèø9$# tPöqt ÏpyJ»uÉ)ø9$# ô$é#øsur ¾ÏmÏù $ºR$ygãB ÇÏÒÈ wÎ) `tB z>$s? ÆtB#uäur @ÏJtãur WxyJtã $[sÎ=»|¹ Í´¯»s9'ré'sù ãAÏdt6ã ª!$# ôMÎgÏ?$t«Íhy ;M»uZ|¡ym 3 tb%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $VJÏm§ ÇÐÉÈ `tBur z>$s? @ÏJtãur $[sÎ=»|¹ ¼çm¯RÎ*sù ÛUqçGt n<Î) «!$# $\/$tGtB ÇÐÊÈ úïÏ%©!$#ur w crßygô±o ur9$# #sÎ)ur (#rsD Èqøó¯=9$$Î/ (#rsD $YB#tÅ2 ÇÐËÈ úïÏ%©!$#ur #sÎ) (#rãÅe2è ÏM»t$t«Î/ óOÎgÎn/u óOs9 (#rÏs $ygøn=tæ $tJß¹ $ZR$uôJããur ÇÐÌÈ tûïÏ%©!$#ur cqä9qà)t $oY/u ó=yd $oYs9 ô`ÏB $uZÅ_ºurør& $oYÏG»Íhèur no§è% &úãüôãr& $oYù=yèô_$#ur úüÉ)FßJù=Ï9 $·B$tBÎ) ÇÐÍÈ
Artinya :Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan diatas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengatakan kata-kata yang
baik. Dan orang-orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk
Tuhan mereka. Dan orang-orang yang berkata : Ya Tuhan kami, ”jauhkan azab Jahannam
dari kami, sesungguhnya azab itu adalah kebinasaan yang kekal”. Sesungguhnya Jahannam
itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman. Dan orang-orang yang
apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula
kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara demikian. Dan
orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia
mendapat pembalasan dosanya.Yakni akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari
kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal shaleh, maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan.
Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang
bertaubat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada
Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya. Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang
mengerjakan perbuatan- perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan
menjaga kehormatan dirinya. Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan
dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang tuli
dan buta. Dan orang-orang yang berkata :“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami, dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. (al-Furqan :63-74).[19]
Dari ayat-ayat di atas tersimpul
bahwa hamba-hamba Allah yang mendapat kemuliaan dari Allah yaitu hamba-hamba
yang bertaqwa, Allah sudah menganugerahkan kepada mereka sifat–sifat yang mulia
sehingga mereka mencapai ketakwaan kepada Allah, diantara sifat-sifatnya
adalah :
1.Orang yang rendah
hati dan selalu berkata baik
2.
Orang yang melakukan shalat tahajjud
karena Allah Swt
3.
Orang yang senantiasa takut
terhadap azab jahannam
4.
Orang yang sederhana dalam
mengelola harta/kekayaannya
5.
Orang yang tidak menyekutukan
Allah Swt
6.
Orang yang tidak membunuh jiwa
selain yang haq
7.Orang yang
tidak melakukan zina
8.Orang yang
bertaubat dengan taubat nashuha
9.
Orang yang selalu berbuat baik
10. Orang yang tidak memberikan kesaksian palsu
11. Orang yang menjaga kehormatan dirinya
12. Orang yang tidak melecehkan peringatan-peringatan Allah
13. Orang yang berdoa: Ya Allah, anugerahkan kepada kami
isteri-isteri dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah
kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.
Orang yang sudah bertakwa berarti orang yang mulia disisi Allah Swt,
karena mereka mampu melakukan segala perintah Allah dan mampu menjauhi dari
perbuatan maksiat dan perbuatan sia-sia serta menempatkan mereka pada tingkat
yang lebih tinggi dibandingkan manusia yang lain.
Tiap tujuan hidup mengandung cita-cita pendidikan dan tiap cita-cita
pendidikan berurat akar pada suatu tujuan hidup, misalnya cita-cita orang muslim
erat hubungannya dengan pandangan hidup atau filsafat hidup Islam, cita-cita
hidup komunis erat sekali hubungannya dengan pandangan hidup komunis.
Dikatakan umum karena berlaku bagi siapa saja tanpa
dibatasi ruang dan waktu dan menyangkut diri peserta didik secara total.
Tujuan umum ini hanya dapat dicapai setelah melalui
proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, pengahayatan dan keyakinan akan
kebenarannya. Tahapan dalam mencapai tujuan ini pada pendidikan formal (Sekolah/Madrasah)
dirumuskan dalam bentuk tujuan kurikuler yang selanjutnya dikembangkan dalam
tujuan intruksional.
Tujuan akhir adalah cermin kehidupan manusia menjalankan
kehidupan hingga akhir hidupnya.[20]
Tujuan umum atau tujuan akhir atau tujuan tertinggi
hubungannya dengan pandangan hidup masyarakat dimana anak dididik, jadi tujuan
umum adalah menerima, menghayati dan menggembangkan pandangan hidup yang dianut
oleh masyarakat dan pendidikan
b.Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah tujuan yang sifatnya khusus bagi
suatu macam atau tingkat perkembangan jiwa raga anak. Timbulnya tujuan khusus hubungannya
dengan anak didik yaitu tergantung pada kemampuan dan keinginan anak didik,
tergantung pada kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam keluarga dan lingkungan
pendidikan anak, tergantung pada kesanggupan yang ada pada pendidik dan
tergantung pada tugas lembaga pendidikan. Berikut dipaparkan contoh-contoh
tujuan khusus dalam pendidikan antara lain :
1)
Mendidik tenaga profesional dalam
bidang kependidikan untuk menjadi guru yang bertakwa
2)
Mempersiapkan sejarawan, budayawan,
seniman Islam yang tekun dalam mengaplikasikan aturan agama Islam
3)
Mencetak ahli bahasa arab profesional
yang mempunyai jiwa muttaqin
4)
Menyiapkan calon guru kelas pada
Madrasah Ibtidaiyah yang mampu mengasuh semua bidang studi
5)
Membina ahli hukum yang mempunyai
jiwa bijaksana dan adil yang sesuai dengan undang-undang Islam
6)
Mendidik tenaga ahli yang memahami
dan mendalami dalam bidang filsafat, baik filsafat Islam maupun filsafat umum
7)
Mendidik tenaga ahli yang mampu
memahami hukum Islam dan sistem hukum nasional
8)
Membina tenaga ahli komputer yang
mampu mengaplikasikan komputer dengan benar.
Dari contoh-contoh tujuan khusus
diatas akan membawa peserta didik untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam yaitu
menjadi manusia insan kamil, yang dengan keahliannya mampu mengaplikasikan
dalam menjalankan ibadah dalam agama. Pencapaian tujuan umum yaitu menjadi
manusia yang mencapai kebahagian dunia dan akhirat haruslah melalui fase-fase
pencapaian tujuan khusus. Pendidikan agama tidak hanya mengajarkan pengetahuan
agama dan melatih ketrampilan dalam melaksanakan ibadah, akan tetapi jauh lebih
luas dari pada itu, agama Islam bertujuan membentuk kepribadian anak yang
sesuai dengan ajaran agama.
Tujuan khusus
merupakan alat untuk mencapai tujuan umum dan berbeda pada setiap tingkat
perkembangan manusia. Tiap-tiap orang mempunyai kesempatan untuk berkembang dan
mendapat kemajuan sendiri sesuai dengan kemampuan dan keinginannya
masing-masing. Karena manusia itu berbeda-beda dan tidak mempunyai kesamaan
yang merata, maka masing-masing manusia mempunyai tujuan khusus yang
berbeda-beda pula. Misalnya seorang anak yang linglung harus dididik kearah
yang memusatkan perhatiannya untuk lebih terpusat pada suatu permasalahan,
begitu juga dengan seorang anak yang penakut haruslah banyak diberikan
pendidikan kearah percaya pada diri sendiri.
Tujuan khusus merupakan tujuan yang akan dicapai untuk
tercapainya tujuan umum, dimana pencapaian tujuan umum atau tujuan tertinggi
melalui fase-fase tujuan khusus, intinya tanpa tujuan khusus tujuan umum tidak
akan tercapai. Tujuan khusus berbeda pada setiap tingkat umur anak dan tingkat
perkembangan pengetahuan anak, sehingga dalam pencapaian tujuan khusus setiap manusia
mempunyai tingkatan masing-masing.
B. Materi-Materi Pendidikan Agama
Pendidikan agama Islam mempunyai materi-materi tersendiri, materi
dimaksud adalah bahan yang disampaikan kepada siswa menyangkut materi
keislaman.
Materi-materi tersebut meliputi : Aqidah, Ibadah, Akhlak dan Mua’malah.
a. Akidah
Pendidikan akidah merupakan pendidikan langkah awal yang ditanamkan sejak
anak masih kecil, karena akidah merupakan ajaran dasar dalam pendidikan Islam sebagai
dasar untuk menegakkan ajaran Islam, sebagaimana didalam al-Quran Allah
menerangkan cara Luqman mengajarkan anaknya, terutama masalah akidah, firman
Allah Swt.
øÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏèt ¢Óo_ç6»t w õ8Îô³è@ «!$$Î/ ( cÎ) x8÷Åe³9$# íOù=Ýàs9 ÒOÏàtã ÇÊÌÈ
Artinya : Dan ingatlah ketika Luqman berkata
kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai Anakku, janganlah
kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar
kezaliman yang besar”. (Luqman : 13).
Pendidikan pertama dan utama yang harus dilakukan adalah pembentukan keyakinan
kepada Allah. Dengan pendidikan tersebut diharapkan dapat melandasi sikap,
tingkah laku, dan kepribadian anak didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dalam melaksanakan segala hal, ia tidak akan terjerumus kedalam hal-hal yang
dapat menyekutukan Allah.
Keyakinan adanya Tuhan, malaikat, kitab-kitab, hari kiamat, para Rasul,
qadha dan qadar merupakan pembinaan yang harus ditanamkan pada setiap anak,
agar hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada mereka, bahkan mereka tidak
akan tersesat dalam kehidupan dunia dan akhirat.
b.Ibadah
Ibadah secara awam diartikan sesembahan.[21]
Secara luas ibadah dapat diartikan sebagai perbuatan untuk menyatakan bakti
kepada Allah Swt atau menunaikan segala kewajiban yang diperintahkan Allah Swt maupun
yang dianjurkan Nabi Saw. Perintah pertama adalah ta’abut (memperhambakan) diri
kepadaNya. Perintah ini biasa dijalankan oleh hambaNya, dengan melaksanakan
ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Segala hal
kebaikan yang berhubungan dengan manusia juga merupakan salah satu cabang dari
ibadah, yang perlu dilakukan oleh setiap manusia, seperti menyerukan berbuat
baik dan mencegah dari perbuatan-perbuatan yang mungkar serta menanamkan
sifat-sifat yang terpuji dalam dirinya, juga merupakan salah satu kewajiban
manusia sebagai makhluk Allah Swt.
Perlunya pendidikan ini pada setiap anak ialah untuk membina jiwa mereka
menjadi jiwa yang bersih dan terhindar dari perbuatan yang keji, sehingga dapat
menyelamatkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
- Akhlak
Akhlak adalah nilai kepribadian yang tertanam didalam jiwa seseorang
untuk mendorong bertingkah laku yang baik, karena nilai dan kehormatan terletak
pada akhlak yang mulia dan budinya yang tinggi. Akhlak juga merupakan tabiat
dari seseorang yang dapat mempengaruhi
segenap perkataan dan perbuatan dalam menjalani hidup.
Pendidikan akhlak ini sangat perlu bagi setiap individu, sebab akhlak
merupakan cerminan dari sikap seseorang yang menggambarkan kepribadiannya ketika
berinteraksi dalam keluarga dan masyarakat luas. Sejalan dengan pentingnya
penyampaian materi akhlak ini, Rasulullah Saw juga diutus kedunia ini untuk
menyempunakan akhlak manusia, sebagaimana diterangkan dalam salah satu hadits
Nabi sebagai berikut:
عن
ابى هر يرة رضي الله عنه قال : قال رسول الله صل الله عليه وسلّم : انّما بعثت لإتمم
مكا رم الاخلاق ( رواه البهقى )[22]
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra berkata : Bersabda Rasulullah Saw : Sesungguhnya aku diutus kedunia ini, hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak manusia (H.R. Baihaqi).
Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa tugas Rasulullah Saw, selain mengajak manusia untuk menyembah
Allah, juga diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, berakhlak yang mulia
merupakan modal bagi setiap orang dalam menghadapi pergaulan antara sesamanya.
Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting dalam hidup ini.
Tingkatnya berada setelah keyakinan dan keimanan. Dalam akhlak mengandung juga
nilai ibadah kepada Allah Swt. Apabila beriman kepada Allah dan beribadat
kepadaNya berkaitan erat hubungan antara hamba dan TuhanNya. Maka akhlak
berkaitan erat dengan hubungan muamalah manusia dengan orang-orang lainya, baik
secara individu maupun kolektif, tetapi perlu diingat bahwa akhlak tidak
terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainya, tetapi
mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud kehidupan
ini, malah melampaui itu, yaitu mengatur hubungan antara hamba dengan TuhanNya.[23]
Akhlak tidak hanya mengatur tata cara hubungan antara sesama manusia,
tetapi juga mengatur hubungan sekitar, baik itu terhadap hewan ataupun tumbuhan
dan segala makhluk hidup lainya, dan juga akhlak mengatur hubungan antara
manusia dengan sang pencipta.
- Mu'amalah
Mu’amalah adalah aturan yang mengatur hubungan antara manusia dengan
manusia dalam pergaulan hidup didunia. Hubungan antara sesama manusia dalam
pergaulan dunia senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan
kemajuan dan kehidupan manusia, oleh karena itu aturan Allah yang terdapat
dalam al-Qur’an tidak mungkin menjangkau seluruh pergaulan yang berubah itu.
itulah sebabnya ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hal yang bersifat
prinsip dalam mu’amalah tersaji dalam bentuk umum yang mengatur secara garis
besar, aturan yang lebih khusus datang dari hadits Nabi. Kebanyakan hadist Nabi
yang mengatur persoalan mua’malah ini menyerap dari mua’malah yang berlaku
sebelum Islam datang dengan melalui suatu seleksi menurut prinsip yang telah
ditetapkan dalam al-Qu’ran.[24]
Dalam kehidupan ini, harta merupakan bagian mua’malah yang sangat
penting, oleh sebab itu Islam mengatur cara dalam memperoleh harta dengan baik
yaitu harta yang diperoleh dengan jalan halal dan melarang memperoleh harta
dengan jalan yang batil. Mua’malah dalam bentuk transaksi dalam mencari harta yang
ada dalam agama Islam dengan ketentuan dan aturan yang benar sesuai dengan
petunjuk al-Qur’an dan hadist Nabi. Sebagai contoh, bentuk-bentuk transaksi
dalam Islam diantaranya jual-beli, a’riyah (pinjaman), utang-piutang, agunan,
sewa, waqaf, dan wasiat.
Agama Islam juga mengatur hubungan manusia dengan manusia (Mua’malah)
dalam mencari nafkah dengan jalan kerja sama dalam berusaha untuk mendapatkan
keuntungan atau sesuatu bentuk tolong menolong yang disuruh dalam agama selama
kerja sama itu tidak dalam bentuk dosa dan permusuhan, kerjasama ini dapat
berlaku dalam usaha pertanian, perkebunan, perternakan dan industri, seperti: muzara’ah,
musaqah, mudharabah, syirkat ‘inan, syirkah mufawadhah, syirkat usaha dan serikat
wibawa.
Selain mua’malah dalam bentuk harta Islam juga mengatur
mua’malah-mua’malah dalam bentuk lain seperti hubungan dalam keluarga,
masyarakat, agama dan juga hubungan sosial lain. Hubungan antara sesama manusia
diatur dalam al-Qur’an karena manusia itu mahkluk sosial yang bisa menimbulkan
persengketaan sesamanya dan ketidakstabilan dalam pergaulan hidup antara
sesamanya, sehingga dengan adanya aturan mua’malah dalam Islam dapat dijadikan
mu’amalah yang bernilai ibadah.
Dengan adanya aturan dalam al-Quran dan hadits, maka menjadi pegangan
bagi manusia dalam berhubungan baik antara sesamanya sehingga dapat tercipta
keharmonisan dan kekompakan dalam kehidupan demi mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.
C.
Metode-Metode Pendidikan
Agama
Metode adalah cara tertentu yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan yang telah ditetapkan. Metode merupakan teori cara mengajar untuk
mempermudah pencapaian pendidikan. Metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi
pelajaran kepada anak didik yang akhirnya dapat mencapai tujuan pendidikan.
Dalam pendidikan agama dikenal beberapa macam metode, seperti metode perintah,
metode keteladanan dan lain-lain.
Jalaluddin dan Usman Said mendefinisikan metode sebagai “jalan yang kita
ikuti untuk memberi faham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran.”[25]
Dari definisi tentang metode dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah cara
yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik
Metode adalah aspek yang terpenting dari proses pendidikan dan merupakan
komponen yang tidak terpisahkan dari aktivitas proses belajar mengajar.
Dalam buku karangan Dr. Ahmad Tafsir “Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Islam” menyatakan bahwa metode pendidikan untuk menanamkan rasa iman adalah
sebagai berikut :
1)
Metode Hiwar Qurani dan Nabawi
(Tanya Jawab)
Metode hiwar ini adalah penyampaian pelajaran dengan percakapan silih
berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik
yang mengarah kepada suatu tujuan atau suatu metode dalam pendidikan, dimana
seorang guru bertanya sedang murid menjawab atau sebaliknya. Metode ini
dimaksudkan untuk mengenalkan, mengingatkan pengetahuan yang didapatkan atau untuk
merangsang perhatian peserta didik, sehingga peserta didik dapat berfikir aktif
dan memahami materi yang di ajarkan, cara kerjanya sebenarnya sama dengan
diskusi bebas, namun ada orang yang menggiring pembicaraan kearah tujuan
tertentu. Metode ini sering juga digunakan oleh Rasulullah dalam mengajarkan
kepada para sahabat tentang agama.
Metode hiwar (tanya jawab) ini mempunyai beberapa dampak positif terhadap
anak didik diantaranya :
a)
Tanya jawab itu berlangsung secara
dinamis karena kedua pihak terlibat langsung dalam pembicaraan dan tidak
membosankan. Kedua belah pihak saling memperhatikan, jika tidak memperhatikan
tentunya tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain
b)
Pendengar ingin terus mengikuti
terus tanya jawab karena ingin tahu kesimpulannya
c)
Metode ini dapat membangkitkan
perasaan dan menimbulkan kesan dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang
menemukan sendiri kesimpulannya
d)
Dapat menumbuhkan akhlak tuntunan Islam
dan sikap menghargai pendapat orang lain.
2)
Metode kisah Qurani dan Nabawi (Cerita)
Metode ini merupakan penyampaian materi pendidikan terhadap anak dengan
perenungan terhadap kejadian-kejadian yang pernah terjadi pada masa lampau,
baik dari kisah yang pernah terungkap dalam al-Quran maupun peristiwa lainya
yang dapat dijadikan ‘ibrah (pelajaran) dalam kehidupan anak kelak. Metode ini
adalah mendengarkan kisah-kisah tokoh yang dapat menimbulkan kesan dalam hati
pendengar. Kisah sebagai metode amat penting karena kisah selalu memikat
pembaca atau pendengar untuk selalu mengikuti peristiwanya selanjutnya
merenungkan maknanya, kisah qurani dan nabawi dapat menyentuh hati manusia
karena kisah menampilkan tokoh dalam konteks menyeluruh dan kisah qurani dan
nabawi dapat mendidik perasaan keimanan dengan cara membangkitkan berbagai
perasaan seperti khauf, rida dan cinta.
3)
Metode Amtsal Qurani dan Nabawi
(Perumpamaan)
Metode ini adalah metode perumpamaan yang ada dalam al-Quran, misalkan
perumpaan orang kafir seperti orang yang menyalakan api. Metode ini dapat
digunakan oleh guru dalam mengajar, kebaikan metode ini antara lain :
a)
Mempermudah siswa untuk memahami
konsep yang abstrak
b)
Perumpamaan dapat merangsang kesan
terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan tersebut.
c)
Amtsal Qurani dan Nabawi
memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk berbuat amal baik dan menjauhi
kejahatan.
4)
Metode Dakwah (Ceramah)
Metode ini merupakan cara menyampaikan materi pendidikan agama dengan
jalan penerangan atau penuturan lisan kepada anak didik, dimana seorang guru
memaparkan materinya agar anak didik mampu menyerap apa yang disampaikan oleh
pendidik (guru). Disini guru sangat berperan aktif agar ia mampu membuat anak
didik mengerti apa yang guru sampaikan.
Dalam metode ceramah ini dapat disisipkan kisah-kisah atau cerita-cerita
yang dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi anak didik, metode ceramah
dapat digunakan untuk semua materi seperti akidah, fiqh, akhlak, ushul fiqh dan
lain sebagainya.
5)
Metode keteladanan (Demontrasi)
Metode ini merupakan suatu metode penyampaian sikap secara realitas,
implementasinya yang dilakukan oleh pendidik dengan cara memberikan contoh
teladan yang baik kepada anak didik agar ditiru dan dilaksanakan. Metode
demotrasi yaitu metode pendidikan dengan cara menggunakan alat peraga untuk
memperjelas suatu perbuatan tertentu kepada peserta didik Metode ini adalah
metode bagaimana sikap dan penampilan pendidik dalam memberikan bahan
pelajarannya, murid-murid cenderung mengikuti pendidiknya, ini diakui oleh ahli
pendidikan baik dari barat maupun dari timur.
Suri teladan dalam pendidikan merupakan faktor yang besar pengaruhnya
dalam pendidikan anak, karena anak-anak biasanya gemar meniru apa yang
dilakukan oleh orang dewasa, oleh karena itu pendidikan harus dapat
memposisikan diri sebagai teladan bagi anak didik. Selain guru, orang tua
sangat memegang peranan penting karena keluarga merupakan lingkungan
berinteraksi yang pertama dalam kehidupannya.
Pendidikan dengan metode demontrasi ini akan dapat memberi kesan yang
mendalam kepada anak didik, karena apa yang disampaikan oleh guru langsung
dapat dilihat. Metode demontrasi telah dicontohkan Rasulullah Saw ketika
mendidik para sahabat dalam melakukan ibadah shalat dan ibadah-ibadah lain.
6)
Metode Pembiasaan dan Pengalaman
(Drill atau Latihan)
Metode ini merupakan suatu metode yang dapat menyikapi makna dari suatu peristiwa yang dikaji secara
berulang-ulang supaya ingatan peserta didik lebih kuat dalam mengingat suatu
materi pelajaran yang diberikan. Metode ini juga dapat disebut metode yang
dilakukan oleh guru untuk membuat siswa terbiasa dengan hal-hal yang baik,
sebagai contoh seorang guru membiasakan muridnya untuk selalu memberikan salam
setiap masuk kedalam kelas.
Adapun metode ini merupakan salah satu yang Rasul gunakan dalam mendidik
para sahabat, yaitu ketika mengajarkan shalat, beliau langsung memimpin para sahabat mengikuti dari belakang Beliau.
Dalam istilah lain metode ini disebut juga metode drill atau
latihan, pada dasarnya pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui praktek
dan aplikasi langsung akan memberikan kesan khusus dalam diri anak didik.[26]
7)
Metode ‘Ibrah dan Mau’izah
(Pelajaran dan Nasehat)
‘Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari
sesuatu yang disaksikan, yang dihadapi dengan menggunakan nalar yang
menyebabkan hati mengakuinya. Sedangkan mau’izah ialah nasehat yang lembut yang
diterima oleh hati dengan cara menjelaskan pahala dan ancamannya.
Pendidikan Islam memberikan perhatian khusus kepada metode 'ibrah agar
pelajar dapat mengambilnya dari kisah-kisah dalam al-Qur'an, sebab kisah-kisah
itu bukan sekedar sejarah, melainkan sengaja diceritakan Tuhan karena ada pelajaran yang penting didalamnya. Sedangkan
nasehat yaitu sajian bahasan tentang kebenaran dengan maksud mengajak orang
dinasehati untuk mengamalkannya, nasehat yang baik itu harus bersumber pada
yang Maha baik yaitu Allah. Yang menasehati harus lepas dari kepentingan-kepentingan
dirinya secara bendawi dan duniawi, ia harus ikhlas karena semata-mata
menjalankan perintah Allah.
8)
Metode Targib dan Tarhib (Ganjaran
dan Hukuman)
Targib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai
bujukan. Tarhib
ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targib dan Tarhib bertujuan agar
orang mematuhi aturan Allah. akan tetapi tekanan Targib agar melakukan kebaikan,
sedangkan Tarhib agar menjauhi larangannya.[27]
Ganjaran merupakan cara pendidikan anak untuk dapat memotivasi mereka
dalam berkreasi, meningkatkan prestasi yang telah dicapai dengan memberikan
suatu yang bersifat penghargaan, disini fungsi ganjaran tidak boleh bersifat
upah.[28]
Sedangkan hukuman dalam pendidikan diterapkan untuk memperbaiki
kesalahan, dalam bentuk hukumannya tidak berbentuk penyiksaan yang dapat
mencederai fisik dan psikis anak didik.[29]
Metode-metode diatas merupakan pendidikan keimanan yang juga merupakan
inti dalam pendidikan Islam.
Dari metode-metode yang telah dipaparkan dapat dipahami adanya metode
perintah dan larangan untuk mendidik objek didik agar menuruti apa-apa yang
diperintahkan dan apa-apa yang dilarang. Sumber-sumber mengajar dan mendidik
budi pekerti, banyak terdapat dalam ajaran Islam itu sendiri, karena Allah dan
Nabi sendiri adalah sebagai pendidik manusia. Allah yang mendidik dan
memelihara alam semesta (Rab al-A’lamin), sedangkan Nabi Muhammad dididik oleh
Allah untuk menjadi pendidik utama dan
uswatun hasanah.
Seorang pendidik harus memikirkan metode yang tepat dalam pendidikan Islam,
penggunaan metode harus disesuaikan dengan situasi pengajaran, sebab tidak
semua metode dapat digunakan dengan baik apabila sesuai dengan materi pelajaran
dan kondisi lingkungan pendidikan
Metode pendidikan, khusus bagi orang dewasa sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam pelaksanaan pendidikan, metode yang diberikan terhadap orang dewasa
berbeda dengan metode terhadap anak-anak, misalnya metode terhadap anak-anak
bisa dilakukan metode hukuman, perintah atau adat kebiasaan, karena prilaku
pada usia dini masih mudah dibentuk dengan kebiasaan dan masih takut terhadap
hukuman. Sedangkan bagi orang dewasa dapat dilakukan dengan metode keteladanan,
dalam arti memberi contoh teladan yang baik agar pendidikan menjadi media
percontohan bagi subjek didik karena orang dewasa sudah dapat berfikir secara
logis.
Sehubungan dengan ini Zakiah Daradjat mengemukakan metode pendidikan
agama sebagai berikut :
1.Tunjukkan bahwa
kita memahami mereka. Seorang Pembina harus dapat memahami orang yang dibina, pembina
harus segera mengetahui ciri, sifat, dan problema yang mereka hadapi.
2.Pembinaan
secara konsultasi. Pembina harus menampung dan mendengar ungkapan perasaan yang
dialami oleh masing-masing anak, terkadang perlu disediakan waktu untuk
mendengar keluhan mereka.
3.Melalui pendekatan
agama, hal ini dilakukan dengan cara menggerakkan hati mereka untuk secara
otomatis terdorong mematuhi hukum-hukum dan ketentuan agama.[30]
Pendapat diatas mengemukakan cara-cara melaksanakan
pendidikan terhadap siswa, metode ini dapat digunakan dalam pelaksanaan
pendidikan khususnya pendidikan akhlak, akidah dan ibadah, karena pendidikan
menurut pendapat diatas dilakukan melalui pendekatan agama untuk mendekatkan
pemahaman dan penghayatan nilai-nilai agama Islam pada siswa termasuk didalam
akidah dan ibadah. Mendidik bukan suatu pekerjaan yang mudah, meskipun pendidik
telah dibekali ilmu pengetahuan, namun demikian yang dihadapi guru berbagai
macam kondisi mental spiritual yang berbeda, disini perlu metode dalam
mendidik, para pendidik yang tidak memperhatikan metode mengajar, maka ilmu
yang dimiliki sulit diterima dan pada akhirnya mengalami kegagalan.
D.
Tsunami Dan Kaitannya
Dengan Kehidupan Manusia
Tsunami merupakan semacam bencana yang telah menimpa
masayarakat Aceh, banyak pendapat yang dikemukakan pada saat tsunami telah menghancurkan
bumi Aceh dan Nias, sebagian orang mengatakan bahwa tsunami tersebut adalah
suatu bencana karena terjadi pergeseran kulit bumi, hal ini juga disebabkan
oleh ulah tangan manusia, ada juga yang mengatakan bahwa tsunami merupakan
teguran ataupun cobaan terhadap manusia, lalu ada juga yang mengatakan bahwa
tsunami merupakan bala yang menimpa manusia karena telah banyak sekali berbuat
kemaksiatan dimuka bumi ini. Namun dari semua pendapat tersebut kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa tsunami sangat erat hubungannya dengan kehidupan
umat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, namun dibalik kesempurnaan
tersebut manusia juga disebut makhluk pelupa, oleh sebab itu manusia tersebut
membuat berbagai kesalahan dan maksiat yang berpengaruh terhadap kehidupan
manusia itu sendiri, banyak sekali manusia yang berbuat dosa, sehingga
pantaslah kalau Allah menurunkan bala sebagai peringatan, karena manusia telah
lalai dalam kewajiban sebagai makhluk Allah yang harus tunduk serta taat kepada Zat yang telah menciptakan
manusia tersebut.
Gempa bumi tektonik yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 pasti
sungguh dahsyat, disertai gelombang pasang (tsunami) yang menelan korban jiwa
manusia dan harta benda.[31]
Sebagai seorang muslim, dalam mengalami musibah dilarang untuk
berperasangka buruk kepada Allah yang mengatur bumi dan alam semesta ini, sebagai
muslim, kita melihat bahwa semua peristiwa baik kenikmatan maupun bencana yang
ada didunia merupakan takdir Allah. Firman Allah :
!$tB
z>$|¹r&
`ÏB
7pt6ÅÁB
Îû
ÇÚöF{$#
wur
þÎû
öNä3Å¡àÿRr&
wÎ)
Îû
5=»tGÅ2
`ÏiB
È@ö6s%
br&
!$ydr&uö9¯R
4
¨bÎ)
Ï9ºs
n?tã
«!$#
×Å¡o
ÇËËÈ
Artinya : Tiada suatu bencana pun yang menimpa dibumi
dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh
Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya, Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudah bagi Allah. (al-Hadid : 22).
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa segala yang menimpa
manusia baik itu sifatnya suka cita maupun duka cita merupakan ketentuan Allah.
Tinggal bagaimana cara kita menyikapi kejadian itu dalam rangka menjadikannya
sebagai ujian dari Tuhan untuk menguji kepatuhan dan keimanan kita kepada Allah
Swt.
Musibah bagian dari hidup manusia. Allah akan mendatangkan musibah baik
ringan maupun berat, kecil ataupun besar dalam kehidupan kita. Dimanapun
musibah datang mengadung tiga kemungkinan pesan didalamnya, musibah datang
mungkin sebagai cobaan, pembawa peringatan dan hukuman.[32]
Kita tahu betapa banyaknya kemaksiatan dan dosa yang telah berkembang di
masyarakat dan dengan selamatnya beberapa mesjid menunjukkan kepada kita bahwa
pembangunan mesjid-mesjid adalah didasarkan pada ketakwaan kepada Allah dan
para pembangunnya telah bersatu padu dan saling membantu diantara sesama.[33]
Fenomena dengan selamatnya beberapa mesjid, membuat kita terdiam, seakan
tidak lain isyarat, bahwa tempat berlindung umat Islam yaitu Rumah Allah
(Mesjid). Bagaimana tidak, selama ini manusia telah jauh dari mesjid, Allah
memberi petunjuk bahwa tempat yang paling baik untuk ibadah adalah mesjid,
makanya kita dapat mengambil suatu intisari, bahwa dengan selamatnya beberapa
mesjid dapat menambah keimanan kita kepada Allah Swt, dan juga menambah
pengamalan ibadah, sehingga mencapai tingkat ketakwaan.
Bencana dapat menjadi tatanan untuk membersihkan diri kaum muslimin
terutama yang sabar dan jujur dari segala noda dan dosa, diberkati dan dikasihi
Allah, serta dilipat gandakan pahala bagi mereka. Musibah besar seperti bencana
alam dan sebagainya, Allah Swt telah menjanjikan keberkatan yang sempurna,
petunjuk dan rahmat, demikian juga dengan penderitaan yang sedikitpun ada juga
pahalanya dan dapat membersihkan jiwa manusia dari dosa.
Rasulullah Bersabda :
حد يث أبي سعيد الخدري وأبي هريرة عن النّبي صلّ
الله عليه وسلّم قال: ما يصيب المسلم نصب، ولاوصب، ولاهم، ولاحزن، ولاأذى، ولاغمّ،
حتى الشوكة يشاكها إلا كفرالله بها من خطايات (رواه البخارى ومسلم)
Artinya : Hadits Abu
Said Al-Khudri dan Abu Hurairah Ra, keduanya Berkata : Nabi Saw bersabda :
Tiada sesuatupun yang menimpa pada seseorang muslim berupa
lelah atau penyakit, atau kerisauan, kesedihan atau gangguan sampaipun duri
yang mengenainya, melainkan Allah akan menjadikan semua itu sebagai penebus
dosanya. (H.R. Bukhari Muslim)[34]
[10] Ali
Hasballah, Usbul al-Tasyri’ al-Islami, (Cairo: Dar al-Ma’arif, 1971),
hal. 17.
[11]Mahmud
Syaltut, Ila’ al -Qur’an al-Karim, (Cairo: Mathba’ah al-azhar,1962),
hal. 1-2.
[12]M.
Nasir Budiman, Pendidikan Dalam Persperktif Al-Qur’an, (Jakarta: Madani
Press, 2001), hal. 8.
[13]Muhammad
Abdurahim al-Mubarrakfuri, Tubfat al-akhwadzi bi Syarb Jami’al-Turmudz, Jil.IV,
(Madinah: Dar al-ittihad al-‘Arabi li al-Thiba’ah, 1965) [13]
[14]Abdurrahman
an-Nahlawi, Usbul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Assalihuba fi al-Bayt wa
al-Madrasah wa al-Mujtama’, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1979), hal. 23.
[15]Soerjono
Soekanto, Sosiolog Hukum, (Jakarta: Rajawali Press, 1988), hal. 88.
[16]M.
Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994). hal.
119.
[17]Hery
Noer Aly dan Munzier, Watak Pendidikan Islam, Cet.I, (Jakarta : Friska
Agung Insani, 2000), hal. 142.
[18]Departemen
Agama RI, Petunjuk pelaksana Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Sekolah
Menengah Umum, (Jakarta : Dirjen Bimbingan Islam, 1955/1956), hal. 1.
[19]Yayasan
Penerjemahan al-Qu’ran, Al-Qu’ran dan Terjemahannya, (Medinah: Mujamma’
Al-Malik Fahd, 2006), hal. 558.
[20]Zakiah
Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 31.
[21]Zuhairini,
Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1992), hal. 158.
[22]al-Baihaqy,
Sunan Kubra, Jilid.10, (Beirut: Darul Fikri), hal. 192.
[23]Zuhairini,
Dkk, Filsafat…………,hal. 156.
[24]Prof.
Dr. Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Pranada
Media,2003), hal. 176.
[25]Jalaluddin
dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996), hal. 37.
[26]An-Nahlawi,
Pendidikan Islam dirumah, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Shihabuddin,
Cet.I, ( Jakarta : Gema Insani Press,1995), hal.239.
[27]Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Pespektif Islam Cet. IV, (Bandung :
al-Ma’arif, 1971), hal. 135-147.
[28]M.Ngalim
Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Cet.II, (Bandung :
PT.Remaja Rosdakarya,2004), hal.182.
[29]Ibid,
hal. 183.
[30]Zakiah
Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976). hal. 152.
[31]Abdurrahman Al-Bagdady, Tsunami Tanda Kekuasaan Allah, Cet.I,
(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2005), hal. 73.
[32]Ainul
Haris Umar Thayib, Jhon Hariyadi, Nasehat Dari Indonesia Menangis, Cet.I
(Surabaya: La Raiba Bima Ainanka, 2005), hal. 70.
[33]Ibid,
hal. 204.
[34]Salim
Bahresy, al-Lu’Lu’ Wa Marjan, Cet.III ,
(Surabaya: Bima Ilmu, 1996), hal. 989.