A. Hakekat Pendidikan dan Kurikulum Anak Usia Dini
Masa-masa
semenjak kelahiran hingga tahun ketiga merupakan masa yang spesial dalam
kehidupan anak-anak. Masa itu merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan
sekaligus paling penting. Anak-anak memasuki dunia dengan wawasan, kemampuan
motorik yang mengejutkan dan seperangkat kemampuan sosial untuk berinteraksi
dengan orang lain serta kemampuan untuk belajar yang siap digunakan begitu
mereka lahir.
Dengan
melihat fakta di atas, maka pembinaan terhadap anak menjadi sangat penting,
Allah swt berfirman dalam surat An-Nisa ayat 9 berbunyi:
|·÷uΓΈ9ur ΓΊΓ―Γ%©!$#
ΓΆqs9 (#qΓ€.ts?
Γ΄`ΓB Γ³OΓgΓΓΏΓΉ=yz ZpΓhΓ¨
$¸ΓΏ»yΓ¨Γ
Γ (#qèù%s{ ΓΆNΓgΓΈn=tΓ¦ (#qΓ )GuΓΉ=sΓΉ
©!$# (#qΓ€9qΓ )uΓΈ9ur ZwΓΆqs% #´Γy ΓΓΓ
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan kendaknya mereka mengucapkan perkataan yang
benar”.(QS. An-Nisa: 9)
Ada
beberapa komponen dalam melaksanakan pendidikan, yaitu komponen pendidik,
komponen peserta didik, komponen lingkungan di mana kegiatan pendidikan
tersebut berlangsung, komponen materi atau kurikulum pendidikan, komponen lain
seperti hubungan pendekatan dalam proses belajar-mengajar, dan komponen metode
yang diterapkan dalam pembelajaran.
Namun,
sebelum berbicara tentang pendidikannya terlebih dahulu akan dibahas tentang
anak usia dini. Usia dini yaitu usia awal dari perkembangan kehidupan manusia.
Usia dini merupakan usia strategis kehidupan manusia, karena itu tepat atau
tidaknya bimbingan yang diberikan kepada anak pada usia tersebut berpengaruh
besar terhadap baik atau buruknya perkembangan anak di kemudian hari.
Adapun
yang dimaksud dengan anak usia dini adalah kelompok manusia yang berusia 0-6
tahun, atau sekelompok manusia yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik. Siti Rahayu Haditomo dalam Nur Uhbiyati
mengatakan bahwa usia dini itu mencakup usia prenatal, masa bayi, dan masa anak
kecil.[1] Adapun fase-fase
pertumbuhan pedagogis anak menurut Imam Musbikin dalam buku Buku Pintar PAUD
dalam Perspektif Islami adalah sebagai berikut:
1.
Periode pendidikan pertama, yakni
sejak lahir sampai umur enam tahun, anak dijaga dari segala yang dapat
mengotorkan jasmani dan ruhaninya. Dengan kata lain, periode ini adalah masa
pendidikan secara pembiasaan dalam hal-hal yang baik.
2.
Periode pendidikan kedua, yakni
anak didik tentang adab kesusilaan. Pendidikan ini dimulai saat anak berumur
enam tahun.[2]
Di dalam Islam terdapat masa pendidikan
kanak-kanak yang disebut masa hadhanah yaitu bagi anak yang berumur bayi
hingga tujuh tahun. Pada masa ini orang yang berhak menjadi pendidiknya ialah
pihak ibu, karena ibu dinilai lebih memiliki kasih sayang terhadap anak dari
pada ayahnya.[3]
Rasulullah saw bersabda dalam suatu
hadits:
Ψ£ΩΨͺ Ψ£ΨΩّ Ψ¨Ω Ω
Ψ§ ΩΩ
ΨͺΩΩΨΩ
Artinya: Kamu
(ibunya) lebih berhak terhadapnya (pengasuhan anak) selama kamu belum menikah.
(HR. Abu Daud)[4]
Di samping orang tua, ada faktor-faktor
lain yang dapat mempengaruhi pendidikan anak. Menurut Syaikh Musthafa al-Adawy,
faktor-faktor tersbut adalah:
-
Saudara dan kerabat anak anda
-
Teman-teman anak anda, baik
tetangga, di sekolah maupun di tempat-tempat perkumpulan seperti tempat kursus
hafalan Al-Qur’Δn dan lain sebagainya.
-
Guru dan pengasuh anak anda
-
Media massa, baik cetak maupun
elektronik,
-
Lingkungan tempat tinggal anak,
dengan moralitas, tradisi, etika, pandangan, dan kondisi yang ada di dalamnya.
-
Tempat-tempat di mana anak sering
menghabiskan waktunya, seperti di mesjid, atau tempat-tempat lainnya yang
semuanya dapat memberi pengaruh besar pada anak.
-
Tamu-tamu yang datang ke rumah
anda dan orang-orang yang mengunjungi anak anda
-
Kegiatan-kegiatan
rekreasi dan wisata yang diikuti anak.[5]
Faktor-faktor inilah yang turut
memberikan pengaruh dalam pendidikan anak di samping orang tua. Hal ini harus
diperhatikan, dan para orang tua harus bisa mengarahkan faktor-faktor di atas
agar dapat mendatangkan manfaat bagi anak.
Setelah diketahui makna Anak Usia Dini,
selanjutnya akan dipaparkan tentang Pendidikan Anak Usia Dini. PAUD dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Pertama, Pendidikan
Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh,
dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
keterampilan pada anak. Kedua, Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah
satu bentuk penyelenggaraan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah
pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, dan kecerdasan spiritual),
sosio-emosional (sikap perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi. Ketiga,
sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan PAUD disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.[6]
Dari kutipan di atas dapat dikatakan
bahwa perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya. Keadaannya
(pertumbuhan dan perkembangan) memang saling berkaitan. Bila pertumbuhan
menjelaskan perubahan dalam ukuran, maka perkembangan adalah perubahan dalam
kompleksitas dan fungsinya.
1.
Pembelajaran
Anak Usia Dini
Pada usia dini anak sudah mulai mengenal
interaksi sosial, anak sudah mulai membutuhkan teman untuk bermain, dan anak
mulai membentuk karakter pengalaman sosial. Pada masa pembentukan karakter,
pengalaman sosial awal sangat menentukan kepribadian anak setelah anak menjadi
dewasa. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini adalah membekali
dan menyiapkan anak sejak dini untuk memperoleh kesempatan dan pengalaman yang
dapat membantu perkembangan kehidupan selanjutnya.
2.
Tahapan
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini
Selama dalam pendidikan, anak-anak
memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan berbagai kegiatan. Pada usia
tiga tahun anak mampu melakukan berbagai gerakan yang telah mantap, seperti
berlari dan melempar. Orang tua dan guru perlu memberikan kesempatan berbagai kegiatan
yang aman bagi mereka. Anak-anak yang berusia empat dan lima tahun meskipun
sudah mampu duduk tenang dalam beberapa waktu yang singkat untuk mendengarkan
cerita, mereka tetap masih membutuhkan latihan gerakan sehingga anak-anak pada
usia ini tidak terlalu banyak duduk.
Dengan demikian untuk merancang
pendidikan anak, para orang tua dan guru perlu berpikir agar tidak terlalu
banyak menuntut keterampilan di luar kemampuan anak. Anak usia dini atau
prasekolah belum terampil melakukan kegiatan jasmani yang disertai
aturan-aturan, anak-anak usia ini masih melakukan kegiatan-kegiatan jasmani
yang tidak disertai aturan-aturan. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus
merencanakan kegiatan yang mendorong perkembangan jasmani anak-anak, seperti:
setiap hari anak diberikan kesempatan kepada anak untuk bermain kejar-kejaran
atau bermain lempar tangkap bola di halaman rumah. Bermain dapat pula dilakukan
di dalam ruangan, yaitu permainan-permainan yang merangsang gerakan saraf motorik
halus, seperti menggambar, menempel, bermain puzzle, dan
permainan-permainan lainnya.
3.
Prinsip
Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam program pendidikan anak usia dini
haruslah terjadi pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari kesehatan,
nutrisi, dan stimulasi pendidikan, juga harus dapat memberdayakan lingkungan
masyarakat di mana anak itu tinggal.
Prinsip pelaksanaan program pendidikan
anak usia dini harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan keseluruhan proses
pendidikan, seperti yang dikemukakan oleh Damanhuri Rosadi dalam bukunya Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Kerangka Otonomi Daerah, delapan prinsip itu adalah
sebagai berikut:
-
Pengembangan diri, pribadi,
karakter, serta kemampuan belajar anak diselenggarakan secara tepat, terarah,
cepat dan berkesinambungan.
-
Pendidikan dalam arti pembinaan
dan pengembangan anak mencakup upaya meningkatkan sifat mampu mengembangkan
diri dalam anak.
-
Pemantapan tata nilai yang
dihayati oleh anak sesuai sistem tata nilai hidup dalam masyarakat, dan
dilaksanakan dari bawah dengan melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat.
-
Pendidikan anak adalah usaha
sadar, usaha yang menyeluruh, terarah, terpadu, dan dilaksanakan secara bersama
dan saling menguatkan oleh semua pihak yang terpanggil.
-
Pendidikan anak adalah suatu
upaya yang berdasarkan kesepakatan sosial seluruh lapisan dan golongan
masyarakat.
-
Anak mempunyai kedudukan sentral
dalam pembangunan, di mana PAUD memiliki makna strategis dalam investasi
pembangunan sumber daya manusia.
-
Orang tua dengan keteladanan
adalah pelaku utama dan pertama komunikasi dalam PAUD.
-
Program PAUD harus melingkupi
inisiatif berbasis orang tua, masyarakat, dan institusi formal prasekolah.[7]
Setiap anak pada dasarnya memiliki
potensi dan kemampuan untuk berfikir, berkreasi, berkomunikasi dengan orang
lain, sehingga untuk mengembangkan potensi tersebut diperlukan bimbingan dari
orang tua atau pendidik supaya memperoleh hasil maksimal dan positif.
Pengembangan potensi tersebut harus dimulai sejak usia dini, sebab pada usia
tersebut merupakan pembentukan dasar untuk perkembangan berpikir pada masa
berikutnya.
4.
Berbagai Bentuk
Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
Ada berbagai bentuk organisasi kurikulum
yang dikembangkan oleh para ahli dalam pendidikan yakni:
a.
Kurikulum terpisah-pisah
Artinya mata
pelajaran mempunyai kurikulum tersendiri dan satu dengan yang lainnya tidak ada
kaitannya, karena masing-masing mata pelajaran mempunyai organisasi yang
terintegrasikan.
b.
Kurikulum saling berkaitan
Antara
masing-masing mata pelajaran ada keterkaitan, antara dua mata pelajaran masih
ada kaitannya. Dengan demikian anak mendapat kesempatan untuk melihat
keterkaitan antara mata pelajaran, sehingga anak masih dapat belajar
mengintegrasikan walaupun hanya antara dua mata pelajaran saja.
c.
Kurikulum terintegrasikan
Dalam kurikulum
ini anak mendapat pengalaman luas, karena antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lain saling berkaitan. Dengan demikian seluruh mata pelajaran
merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat. Untuk guru sendiri, kurikulum
model ini lebih sulit dirancang. Adapun pokok-pokok pendidikan (kurikulumnya)
yang harus diberikan kepada anak adalah ajaran Islam itu sendiri. Ajaran Islam
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah, ibadah dan
akhlak. Maka pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anakpun
sedikitnya harus meliputi pendidikan akidah, pendidikan ibadah dan pendidikan
akhlak.[8]
Dengan demikian dalam rangka
mengoptimalkan perkembangan anak dan memenuhi karakteristik anak yang merupakan
individu unik, yang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, maka
perlu dilakukan usaha yaitu dengan memberikan rangsangan-rangsangan,
dorongan-dorongan, dan dukungan kepada anak. Agar para pendidik dapat melakukan
dengan optimal maka perlu disiapkan suatu kurikulum yang sistematis.
Acuan Menu Pembelajaran pada Pendidikan
Anak Usia Dini telah mengembangkan program kegiatan belajar anak usia dini.
Program tersebut dikelompokkan dalam enam kelompok umur, yaitu lahir-1 tahun,
1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, 5-6 tahun.[9]
Masing-masing kelompok umur dibagi dalam enam aspek perkembangan yaitu:
perkembangan moral dan nilai-nilai agama, fisik, bahasa, kognitif, sosial
emosional, seni dan kreativitas. Masing-masing aspek perkembangan tersebut
dijabarkan dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Kompetensi
dasar merupakan pengembangan potensi-potensi perkembangan anak yang diwujudkan
dalam bentuk kemampuan, yang harus dimiliki anak sesuai usianya. Hasil belajar
merupakan cerminan kemampuan anak yang dicapai dari suatu tahapan pengalaman
belajar dalam suatu kompetensi dasar. Adapun indikator merupakan hasil belajar
yang lebih spesifik dan terukur dalam satu kompetensi dasar.
Muatan materi enam aspek perkembangan di
atas dalam prakteknya di lapangan masih perlu dikembangkan lebih lanjut oleh
penyelenggara atau pendidik, apapun nama program pendidikan anak usia dini yang
diselenggarakan. Penyusunan menu pembelajaran menurut kelompok umur anak
diharapkan dapat dilihat sebagai proses yang bersifat kontinu, sehingga tidak
dapat ditafsirkan secara kaku. Artinya bisa terdapat sebuah kegiatan yang
diperuntukkan bagi semua kelompok umur, hanya saja dengan kedalaman dan variasi
yang berbeda.
Indikator-indikator kemampuan yang
diarahkan pada pencapaian hasil belajar pada masing-masing aspek pengembangan,
disusun berdasarkan sembilan kemampuan anak usia dini. Sembilan kemampuan
tersebut seperti yang terdapat dalam buku Acuan Menu Pembelajaran Pada
Pendidikan Anak Usia Dini yang diterbitkan Depdiknas adalah sebagai berikut[10]:
1.
Kecerdasan Linguistik (Linguistic
intelligence)
2.
Kecerdasan Logika-matematika (logico-mathematical
intelligence)
3.
Kecerdasan visual-spasial (visual-spatial
intelligence)
4.
Kecerdasan musikal (musical/
rhythmic intelligence)
5.
Kecerdasan kinestetik (bodily/
kinesthetic intelligence)
6.
Kecerdasan naturalis (naturalist
intelligence)
7.
Kecerdasan interpersonal (interpersonal
intelligence)
8.
Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal
intelligence)
9.
Kecerdasan spiritual (spiritual
intelligence)
Kecerdasan-kecerdasan anak di atas merupakan
dasar perumusan kompetensi dan hasil belajar. Pemakaian sembilan kemampuan
belajar (multiple intelligences) di atas, dimaksudkan agar pemakai atau
pengguna acuan menu pembelajaran ini memperhatikan arah kegiatan pendidikan
anak usia dini dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan demikian
berbagai bentuk kurikulum atau cara menyusun dan menyampaikan bahan pendidikan
kepada anak itu penting sekali digunakan dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
anak usia dini.
[1] Nur uhbiyati, Long Life
Education Pendidikan Anak Sejak Dalam Kandungan Sampai Lansia, (Semarang:
Walisongo Press, 2009), h. 38.
[2] Imam Musbikin, Buku Pintar
PAUD dalam Perspektif Islami, (Yogyakarta: Laksana, 2010), h. 22.
[3] Imam Musbikin, Buku
Pintar..., h. 24.
[4] Muhammad bin Kamal Khamid
As-Suyuthi, Kumpulan Hadits..., h. 272.
[5] Syaikh Musthafa al-‘Adawy, Fikih
Pendidikan Anak, terj. Umar Mujtahid dan Faisal Saleh, (Jakarta: Qisthi
Press), h. 145-146.
[6]
Mansur, Pendidikan..., h. 89.
[7] Damanhuri Rosadi, Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Kerangka Otonomi Daerah, dalam Buletin PAUD,
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Depdiknas, 2002), h. 51-52.
[8] Mansur, Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Islam, cet. II (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.
114-116.
[9] Depdiknas, Acuan Menu
Pembelajaran Pada Pendidikan Usia Dini (Pembelajaran Generik), (Jakarta:
Depdiknas, 2002), h. 21-22.
[10] Depdiknas, Acuan Menu...,
h. 8-10.
0 Comments
Post a Comment