Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Kinerja Guru Dalam Memotivasi Minat Belajar Siswa


BAB II
KINERJA GURU DALAM MEMOTIVASI MINAT BELAJAR SISWA

A.    Hakikat Kinerja Guru
1.     Pengertian Kinerja Guru
Untuk lebih jelas mengenai pengertian kinerja guru, maka terlebih dahulu perlu dipahami pengertian “kinerja“ itu sendiri, dimana kinerja merupakan suatu keinginan yang lahir dalam diri seseorang tanpa adanya suatu paksaan untuk berbuat sesuatu pekerjaan, sehingga hasil pengukuran serta penilaian dapat mencapai tujuan.[1]
Sedangkan pengertian guru seperti dikemukakan oleh Mc Leod sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah adalah “Aperson whose occupation is teaching others“ artinya guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.[2]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional  Tahun 1989 Bab IV Pasal 27 ayat 3 yang dimaksud dengan guru yaitu tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar.[3] Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab dalam pandangan psikologi (ilmu jiwa) pendidikan, mangajar pada prinsipnya berarti proses perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang bersifat terbuka seperti ketrampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat tertutup seperti berfikir (ranah karsa) dan berperasaan ( ranah rasa).[4]
Jadi, guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan faktor penentu kesuksesan setiap usaha yang dilakukan oleh siswa sekolah menengah dalam proses belajar mengajar. Disini, posisi seorang guru memegang peranan yang sangat penting dalam melakukan berbagai aktivitas dan usaha-usaha untuk menyukseskan proses pembelajaran di sekolah. Guru tidak hanya dipandang sebagai seorang yang menuangkan ilmu kedalam otak siswa, tetapi juga melatih ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah karsa) kepada mereka.[5]
Setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis dalam kinerjanya. Hal lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan. Karena tanpa hal tersebut, keberhasilan yang diharapkan oleh seorang pendidik tidak dapat akan tercapai dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Keberhasilan Guru dalam menuangkan ilmu kepada siswa juga sangat tergantung pada rasa tanggung jawab yang ia miliki dalam membimbing dan memotivasi siswa-siswanya kearah yang lebih maju. Oleh karena itu, guru yang memiliki konsep diri yang tinggi umumnya memiliki harga diri yang tinggi pula. Ia mempunyai keberanian mengajak dan memotivasi (mendorong) para siswa agar lebih maju. Fenomena keberanian mengajak dan memotivasi (mendorong) para siswa agar lebih maju didasari oleh keyakinan guru terhadap kualitas prestasi akademik yang ia miliki.
Menurut Robert Bacal, Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam kinerjanya, antara lain:
a.      Seberapa besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik.
b.     Bagaimana guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
c.      Bagaimana prestasi kerja akan diukur.
d.     Mengenali berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya. Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja guru diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang berkesinambungan dan evaluasi kinerja.[6]
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa hakikat kinerja guru merupakan satu hal yang sangat penting, guru dituntut untuk seprofesional mungkin, mempunyai konsep yang jelas dalam mengajar siswa di sekolah menengah, dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam memotivasi dan menyukseskan proses belajar mengajar siswa di sekolah menengah
2.     Tujuan dan Manfaat Kinerja Guru
a.      Tujuan kinerja guru
Setiap kegiatan belajar mengajar, apapun materinya selalu memiliki sasaran (target). Sasaran, yang lazim disebut dengan tujuan. Tujuan atau sasaran yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah tujuan yang ingin dicapai dalam kinerja guru. Tujuan tersebut  bersifat bertahap dan meliputi beberapa jenjang yang kongkrit dan langsung yaitu:
1.     Tujuan jangka pendek, seperti TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus)
2.     Tujuan jangka menengah, seperti tujuan pendidikan sekolah menengah.
3.     Jangka panjang, tujuan pendidikan nasional.[7]
Pada prisipnya, setiap guru hanya wajib bertanggung jawab atas terselenggaranya proses belajar mengajar atau bidang studi pegangannya. Namun di samping itu, ia pun diharapkan ikut memikul tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan yang lebih jauh seperti tujuan institusional yaitu jenjang lembaga pendidikan tempat ia bertugas, dan tujuan nasional. Karena menyadari akan adanya keterkaitan antara pelaksanaan proses belajar mengajar bidang studi seorang guru dengan pelaksanaan proses belajar mengajar bidang studi lainnya, dan juga keterkaitan antara seluruh kegiatan proses belajar mengajar dengan tujuan yang bersifat konstitusional, maka setiap guru harus ikut memikul tanggung jawab tersebut demi tercapai tujuan bersama yang berskala nasional bahkan universal.
Alhasil, tanggung jawab para guru tidak terbatas pada pencapaian kecakapan-kecakapan tertentu yang dikuasai para siswa, tetapi lebih jauh lagi yakni mencapai tujuan-tujuan yang ideal. Tujuan-tujuan ideal itu meliputi :
1.     Tujuan  pengembangan pribadi para siswa sebagai individu mandiri.
2.     Tujuan pengembangan pribadi para siswa sebagai warga dunia dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa.[8]
Dalam perspektif ilmu psikologi pendidikan, tujuan khas yang menjadi tanggung jawab kinerja guru di sekolah menengah, adalah tujuan instruksional dan tujuan kurikuler. Namun, untuk lebih jelasnya tujuan kinerja guru tidak terlepas dari pada tujuan nasional itu sendiri yaitu :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[9]
Pembelajaran yang efektif, bukan membuat guru itu pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dan pendidikan nasional dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. Dalam hal ini guru sangat berperan memotivasi anak didiknya. Karena motivasi merupakan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motivasi dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi,ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.[10]
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatuataubelajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukanbelajar.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa,sebagai berikut:
1.     Menjelaskan tujuan belajar kepeserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.     Hadiah berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3.     Saingan/kompetisi guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.     Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.     Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
6.     Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.     Membentuk kebiasaan belajar yang baik
8.     Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok
9.     Menggunakan metode yang bervariasi
10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran[11]
b.     Manfaat kinerja guru
Dengan adanya kinerja guru yang baik diharapkan dapat bermamfaat dan mampu memberikan input pemikiran-pemikiran baru di sekolah menengah, baik terhadap pengembangan teori metodologi belajar mengajar di sekolah menengah maupun peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dalam membimbing siswa-siswa di sekolah menengah. Kinerja guru yang baik dapat memberi mamfaat secara langsung terhadap siswa-siswa di sekolah menengah meliputi :
1.     Siswa dapat memperoleh pengetahuan secara luas, baik dari dalam ataupun dari luar jangkauan pendidikan secara umum.
2.     Meningkatkan kualitas keilmuan.
3.     Menghindari ketertinggalan informasi dunia pendidikan.[12]
Disini, Ada beberapa hal lain yang menjadi sumbangsih seorang guru dalam kinerjanya terhadap kemajuan dunia pendidikan dan khususnya dalam proses belajar mengajar di sekolah menengah antara lain:
1.     Memberikan contoh bagi guru yang lain dalam mengorganisasi pembelajaran berdasarkan jenis sasaran belajar dengan mengutamakan pada kebutuhan perkembangan peserta didik.
2.     Menunjukkan komponen-komponen strategi pembelajaran yang paling mengoptimalkan perolehan belajar peserta didik.
3.     Memfasilitasi peserta didik agar dapat mengembangkan potensi kecerdasannya secara optimal
4.     Memberikan solusi bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas dan efektivitas pembelajaran.[13]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mamfaat yang diberikan oleh pendidik (guru) merupakan masukan yang sangat berharga bagi siswa terutama dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Disini guru dianggap sebagai pembawa perubahan dalam kehidupan siswa baik dari segi pengembangan motivasi, minat, tingkah laku, dan konsep baru dalam belajar siswa.  Guru juga harus memberi contoh  yang baik dari segi sopan santun, karena sopan santun merupakan kunci dari pada ilmu. Seorang guru  harus mengajarkan kepada siswa dan siswi bagaimana bersikap ketika berada di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Hal inilah yang akan membawa kearah yang positif terutama dari segi penerapan akhlak hal ini sesuai Firman Allah dalam Al-Qur’an dalam Surah Al-Mujaadilah Ayat 11 yang berbunyi:
يأيهااالذين أمنوإذا قيل لكم تفصحوفى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم و إذا قيل انشزوفانشزو يرفع الله الذين أمنومنكم والذين أوتوالعلم درجت و الله بما تعملون خبير. 
Aritnya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( Q.S.Al-Mujadalah : 11)

Tanpa adanya peranan guru yang baik dalam proses belajar mengajar, maka tidak tercipta suatu kondisi yang positif yang dapat memberikan mamfaat bagi siswa dalam belajar.
            Sumbangsih guru dalam mentransformasi ilmu pengatahuan kepada anak didik disekolah sangatlah banyak dan bermamfaat baik dalam kehidupan di sekolah maupun kehidupan diluar sekolah (lingkungan).

3.     Pentingnya Kinerja Guru
Pada dasarnya, kinerja guru dalam proses belajar mengajar di sekolah menengah sangat penting terutama sebagai “ director of learning” (direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan  belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Dengan demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern seperti sekarang ini semakin meningkat.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut Gagne, setiap guru berfungsi sebagai:
1.     Designer of Intruction (perancang pengajaran).
2.     Manager of Intruction (pengelola pengajaran).
3.     Evalutor of Student Learning (penilai prestasi belajar siswa).[14]
a.      Guru sebagai Designer of Intruction
Guru sebagai Designer of Intruction ( perancang program). Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk meralisasikan fungsi tersebut, maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
1.     Memilih dan menentukan bahan pelajaran
2.     Merumuskan tujuan penyajian bahan pelajaran
3.     Memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat
4.     Menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar
b.     Guru sebagai manager of intruction (pengelola pengajaran)
Guru sebagai manager of intruction, artinya sebagai pengelola pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar mengajar. Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses belajar mengajar yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi sebaik-baiknya, sehingga siswa memungkinkan para siswa belajar secara berdaya guna dan berhasil guna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun multiarah antara guru dan dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat berjalan secara demokrati. Baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar dapat  memainkan peranan masing-masing secara integral dalam konteks komunikasi intruksional yang kondusif (yang membuahkan hasil).
c.      Guru sebagai Evaluator of Student Learning
Guru sebagai Evaluator of Student Learning, yakni sebagai penilai hasil pembelajaran siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi, idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya. Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning). Sebaliknya, bila evaluasi tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume dan motivasi kegiatan belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapa pula dikuasai.
Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru dari kegiatan evaluasi seyogyanya dijadikan feet back (umpan balik) untuk melakukan penindaklanjutan proses belajar-mengajar. Hasil kegiatan evaluasi seyogyanya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa yang akan datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis, tetapi terus meningkat hingga mencapai tingkat kinerja guru sebaik-baiknya.
Dalam kinerja guru juga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam membentuk kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah. Guru dituntut mampu menguasai materi yang akan diajarkan di dalam kelas dan mampu mengatur kelas. Di sini guru harus kreatif dalam memberikan materi. Mereka harus menciptakan suasana yang menarik di dalam kelas sehingga siswa merasa nyaman dan mereka dengan mudah memahami setiap materi yang disampaikan oleh guru[15]
Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar tanpa merasa terbebani dengan materi yang diberikan guru. Seorang guru yang ramah dan sabar ketika memberikan materi di dalam kelas akan membuat siswa senang, nyaman dan memotivasi minat belajar mereka untuk belajar.
Ketika seorang siswa melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan guru, guru hendaknya tidak memberikan ejekan, hukuman atau memarahinya. Hal ini dapat membuat siswa membenci atau malas bahkan takut dengan guru atau materi yang dibawakannya yang pada akhirnya tidak akan terjadi peningkatan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebaiknya guru kadang-kadang memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Mereka akan berlomba-lomba untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan peningkatan keterlibatan siswa akan berhasil. Guru harus memperhatikan  apakah semua siswa sudah paham atau belum pada materi yang dibawakannya.
Sehingga kinerja guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah, khususnya disekolah menengah dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan secara akademik.



B.    Minat Belajar Siswa
1.     Pengertian Minat Belajar Siswa
Minat belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar mengajar. Seorang siswa yang ingin mempelajari suatu mata pelajaran harus didasari rasa ingin tau (minat) yang mendorong siswa tersebut untuk sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran.
Emilia Naland mengutip pendapat John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat memberi pengertian tentang minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan kinerja yang tinggi.[16]
Minat belajar siswa menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah suatu yang tumbuh dalam diri siswa untuk mencapai hasil dalam belajar.[17] Sedangkan menurut HC. Whiternington tentang minat belajar siswa adalah: “ minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya”[18]
Sedangkan minat menurut Rahmat Natawijaya adalah :
Minat belajar siswa dalam arti yang luas adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penialaian terdapat dalam berbagai bidang dan aspek kehidupan. Berarti terjadi interaksi pengetahuan dan ketrampilan dalam hubungannya dengan dunianya sehingga ia dapat berubah.[19]

Berdasarkan beberapa kutipan pendapat diatas tentang pengertian minat belajar siswa dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri siswa yang ditandai dengan adanya perubahan baik dari berbagai aspek terutama dari sisi afektif, kognitif dan psikomotor.
Seorang siswa akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat yang tumbuh dalam dirinya, rasa ingin tahu terhadap sesuatu dan adanya keyakinan siswa untuk belajar hal-hal yang berkaitan dengan bidang yang ia ditekuni. Sebagai contoh siswa yang ingin mempelajari matematika disekolah menengah, siswa tersebut apabila tidak mempunyai minat sedikitpun untuk belajar ilmu hitung-menghitung, siswa tersebut tidak akan berkembang menjadi seorang ahli matematika.[20]
Minat belajar siswa tidak terlepas dari pada kecendrungannya dalam proses pembelajaran. Guru harus jeli dalam melihat perkembangan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, karena diantara sekian banyak siswa tentu tidak akan sama minat dalam belajar ada siswa yang dapat secara menerima apa yang disampaikan oleh guru dan ada juga siswa yang tidak dapat menangkap langsung  pelajaran yang disajikan gurunya didepan kelas. Hal inilah yang menjadi tanggung jawab guru untuk berusaha memberikan motivasi kepada siswa agar mereka termotivasi dalam belajar dan punya keinginan untuk belajar lebih giat demi mencapai suatu prestasi yang baik.
Ketika terjadi proses belajar mengajar, guru memberikan inspirasi-inspirasi baru yang bisa membangkitkan minat dan menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa terhahap apa yang ia pelarajari. Dengan demikian, apabila minat siswa sudah tumbuh dalam dirinya maka kegitan belajar mengajar yang diiginkan oleh guru akan berlangsung baik dan akan mencapai standar kompetensi sesuai dengan harapan guru.
2.     Tujuan dan Mamfaat Minat Belajar Siswa
Dalam bidang kemiliteran, sebelum pasukan menggempur tempat musuh yang akan ditaklukan, terlebih dahulu para pemimpin tentara mengatur strategi di pusat kemiliteran. Mereka mengatur siasat bagaimana melakukan pendekatan ke tempat musuh tersebut, memilih dan menentukan cara dan teknik menaklukannya, serta mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan, dan mengatur strategi agar prosesnya efisien dan hasilnya efektif.
Begitu juga dengan belajar, untuk mencapai prestasi yang diinginkan sesuai dengan hasil belajar yang telah dilakukan dengan mengatur kegiatan belajar baik di lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu memilih strategi tertentu agar pelaksanaan belajar yang dilakukan berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Siswa dalam proses belajar, apabila dilakukan dengan tidak memperhatikan kendala – kendala yang dihadapi dalam belajar tersebut, maka siswa akan cepat mengalami prustasi atau kegagalan dalam belajar, akibatnya mempengaruhi hasil belajar. Selain itu juga akan mempengaruhi pada diri siswa, akan mengalami kemunduran dalam minat belajar, kepercayaan diri yang menurun untuk memperbaiki kegagalan.
 Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar, memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang peling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain.
Paparan di atas merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam proses belajar, dan bagaimana strategi motivasi yang diterapkan oleh guru untuk mencapai tujuan dalam meningkatkan minat belajar siswa dapat di aplikasikan dalam proses belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar siswa.
3.     Upaya-Upaya Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Dalam proses pembelajaran, menuntut kemampuan guru dan tenaga kependidikan lainnya untuk senantiasa kaya akan inisiatif, kreatif, dan berkolaborasi agar mampu menantang para siswa bebuat (belajar) lebih optimal. Perbuatan yang optimal akan terjadi apabila guru mampu memfasilitasi berbagai sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Fasilitas yang dilakukan guru tidak hanya akan meningkatkan optimalisasi perbuatan belajar siswa, tetapi juga akan membantu meningkatkan minat siswa dalam belajar. Untuk itu diperlukan berbagai pengembangan sumber belajar agar secara sinergi mampu mengoptimalkan proses belajar siswa sekaligus meningkatkan minatnya untuk belajar.[21]
Upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, juga harus memperhatikan tingkat kematangan siswa dalam belajar. Dimana siswa tersebut bisa dikatakan sebagai masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa. Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan pula disertai dengan kematangan emosi dan perkembangan sosialnya. Masa ini berlangsung dari usia sekitar 12/13 tahun sampai 18-20 tahun yaitu usia sekolah menengah. Karena masa peralihan maka remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan perannya dan menimbulkan krisis identitas. Remaja sedang mencari ”siapakah saya, apa peran saya?” Dalam usaha menemukan jati diri yakni mengetahui mengenai kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam hidupnya, maka pengembangan minat dan bakat remaja menjadi isue yang penting. Dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan dari orang tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.[22]
Setiap anak memiliki kelebihan dan talenta yang sebagian sudah bisa tampak atau ditengarai pada usia dini. Namun tidak jarang pula masih ada kemampuan dan bakat lain yang baru muncul di usia remaja atau bahkan pada periode perkembangan lebih lanjut. Usia remaja merupakan periode perkembangan dengan keinginan tahu yang tinggi, khususnya untuk berbagai area yang berkaitan dengan kehidupan remaja. Hal-hal apa dan dengan siapa remaja bergaul, aktivitas yang ada dalam lingkup kesibukannya sehari-hari bisa menjadi awal untuk menelusuri dan mengembangkan berbagai minat yang mungkin pada usia lebih muda belum nampak atau belum menjadi fokus perhatiannya. Rasa ingin tahu remaja seringkali diikuti dengan kebutuhan untuk mencoba atau melakukannya. Oleh karenanya dengan bimbingan guru yang terarah, masa remaja bisa menjadi masa yang menguntungkan untuk siswa mengembangkan bakat dan kemampuan tertentu dalam meningkatkan minat belajar siswa.
            Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh guru, orang tua dan lingkungan dekat siswa untuk mengembangkan minat belajar adalah :
a.  Sejak usia dini cermati berbagai kelebihan, keterampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak.
b.  Bantu anak meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya
c.  Kembangkan konsep diri positif pada anak.
d.  Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan serta pengalaman di berbagai bidang.
e.  Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang keunggulannya serta bidang-bidang lain yang berkaitan.
f.   Tingkatkan motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g.  Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
h.  Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak
i.   Sediakan dan fasilitasi sarana bagi pengembangan bakat.
j.   Dukung anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya. [23]
k.  Jalin hubungan baik serta akrab antara orang tua / guru dengan anak & remaja.
Ada juga hal-hal lain yang perlu dicermati dalam meningkatkan minat belajar siswa yaitu:
a.      Mengikuti minat teman
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja yang kurang memahami siapa dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya. Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang sebenarnya kurang sesuai dengan bakat serta minat pribadinya. Untuk memilih bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi, mencari masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.


b.     Penelusuran minat & bakat secara dangkal
Memperhatikan kelebihan dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan berkesinambungan. Penelusuran dan penjajakan yang dangkal dapat menyesatkan, misalnya, ”Saya merasa bakat saya di bidang musik karena saya suka sekali mendengar musik”.”Saya suka traveling dan kelihatannya menyenangkan menjadi pemandu wisata, bisa jalan-jalan makanya saya akan memilih sekolah pariwisata”, ”Saya senang masak, lulus SMP saya akan memilih Perhotelan”. Alasan-alasan untuk memilih studi lanjutan sebagaimana pada contoh tersebut tidak cukup kuat, dan membutuhkan penelusuran yang lebih jauh, baik untuk bidang studi yang akan dipilih maupun dari kemampuan, minat serta kepribadian remaja.
Dengan mengembangkan minat dan bakat serta memberikan bimbingan karir sejak dini, remaja akan semakin menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu lakukan, dan akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya disertai dengan pemahaman tentang kekuatan dan kelemahannya, sehingga ia bisa menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan diri untuk menggapai impiannya.

C.    Hubungan Kinerja Guru dengan Minat Belajar Siswa
Hubungan kinerja guru dan interaksi dengan siswa dalam proses pembelajaran di sekolah sangatlah penting. Namun faktanya, hal tersebut dirasa kurang berhasil. Tidak banyak guru-guru di sekolah menengah yang mampu berinteraksi ataupun menciptakan kinerja dengan siswanya. Hal tersebut tentunya sangat disayangkan. Karena agar proses kegiatan belajar mengajar berhasil seharusnya ada hubungan kinerja guru dengan murid-muridnya sehingga akan tercipta hubungan yang harmonis. Adanya suatu interaksi antara kinerja guru dengan minat belajar siswa di sekolah tentunya sangat berbeda dan bervariasi tergantung situasi dan kondisi lingkungannya. Hubungan yang baik harus dipertahankan dan dikembangkan semaksimal mungkin dan kualitas yuang buruk harus segera dibenahi atau diperbaiki agar proses minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar berhasil. Namun untuk menciptakan interaksi yang baik tentunya tidak semudah membalikkan tangan. Karena melibatkan banyak pihak ataupun komponen di sekolah tersebut.
Sebagaimana kita ketahui bahwa hubungan kinerja guru dengan siswa dalam berinteraksi sangatlah penting pada proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila ada hubungan yang baik antara guru dan muridnya. Guru dan murid adalah komponen utama dalam melakukan interaksi. Maka dari itu kompetensi  guru, pengetahuan dan intelegensi murid sangat berpengaruh berhasil atau tidaknya dalam usaha peningkatan minat belajar siswa. Selain itu ada beberapa komponen yang mempengaruhi minat belajar siswa di dalam kelas yaitu materi ajar, metode-metode pengajaran, tempat, waktu dan fasilitas-fasilitas pengajaran seperti : media kits, gambar-gambar yang menarik minat belajar siswa, televisi (cd, dvd), radio (casset) dan lain-lain. Hal tersebut tentunya akan memperbaiki kualitas interaksi (hubungan) yang ada.[24]
Interaksi merupakan hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi dan antar hubungan. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa seseorang adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain.[25]
Pada saat terjadi proses kegiatan belajar mengajar tentu saja ada kinerja yang baik antara guru dan murid. Guru yang mengajar di kelas dan murid yang sedang diajar.
Banyak sekali aktivitas di dalam kelas yang menyebabkan guru dan murid berinteraksi. Dan memang di dalam kelas harus ada interaksi yang seimbang yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
Ada contoh-contoh tipe-tipe aktivitas yang menyebabkan terjadi interaksi di dalam kelas dalam upaya peningkatan minat belajar siswa.
a.      Tanya jawab
Hal ini akan memancing murid dan mengetahui sejauh mana pengetahuan dan intelegensi siswanya.


b.     Gambar
Hal ini akan membuat proses belajar KBM menjadi menyenangkan karena gambar biasanya menarik minat dari siswanya.
c.      Lagu
Pada dasarnya semua orang pasti suka menyanyi. Untuk itu dengan melatih anak mendengarkan lagu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diberikan.
d.     Puzzles
Banyak sekali tipe-tipe puzzles dan masalahnya itu akan dapat mengembangkan imaginasinya, pengalaman dan pengetahuan umum dalam meningkatkan kemampuannya.
e.      Diskusi
Hal ini tentunya siswa dapat berbagi informasi.[26]
Rivers beropini bahwa sangat penting untuk proses pembelajaran di sekolah. Untuk meningkatkan kinerja guru yang baik dalam memotivasi minat belajar siswa diperlukan kerjasama dari semua komponen. Baik dan buruknya suatu kinerja (hubungan) guru dengan siswa tentunya dipengaruhi oleh semua komponen. Setiap komponen harus memperbaiki kualitas kinerja masing-masing’ supaya interaksi antara kinerja guru dan minat belajar siswa di dalam kelas menjadi meningkat.[27]




[1]Sutartinah Tirto Negoro, Anak Super Normal dan Program Pendidikannya, (jakarta: Bina Aksara, 1998),hal.43

[2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ”Dengan Pendekatan Baru”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 8, hal. 222

[3]Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional,Tahun 1989, Bab IV, Pasal 27, ayat 3.
[4] Ibid, hal. 223

[5] Muhibbin Syah, Psikologi……., hal. 252

[6]Robert Bacal,” Performance Management: Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan”, Portal Dunia Guru, 20 September 2007, hal. 1

[7]Muhibbin Syah, Psikologi……., hal. 238
[8]Muhibbin Syah, Psikologi……., hal. 239

[9]Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional,  Bab II Pasal 4 Tahun 1989  
[10] M. Sobry Sutikno,”Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, (YNTP for research and Development Kabupaten Sumbawa Barat – NTB).hal.1
[11] M. Sobry Sutikno,”Peran Guru.......hal.2
[12] Thopan Jauhari, ” Pendidikan Indonesia Berbasis Teknologi”,(Bandung: SMK Ma’arif Icalengka, 2007), hal.5

[13] Ibid, hal.18
[14] Muhibbin Syah, Psikologi……., hal.251
[15]Emilya Tyas Wahyu Ningsih, “Upaya-upaya meningkatkan interaksi siswa Dalam pembelajaran bahasa inggris “, t.t.

[16]Emilia Naland, M.Si, ” Mengembangkan Minat dan Bakat Remaja” National Counseling Workshop LK3, Jakarta, 15 November 2007, hal. 2.

[17]W.J.S. Poerwadarminta, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), hal.768

[18]HC. Whiternington, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hal. 122

[19]Rahmat Natawidjaya, Alat Peraga dan Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud Proyek Pengadaan Buku SPG, 1999), hal.1-2

[20]Ibid, hal. 3
[21]H. Ase S. Muchyidin,”Pengembangan Sumber Belajar dan Upaya-upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa”,t.t.

[22] Dryen, Gordon. dan Vos, Jeannette, Revolusi Cara Belajar (The Learning Revolution) Belajar akan Efektif Kalau dalam Keadaan “Fun”. Bagian II: sekolah masa depan.(Bandung: Kifa PT. Mizan Pustaka, 1999),hal 3


[23] Emilia Naland, M.Si, ” Mengembangkan Minat .......... hal. 3
[24] Ika Putri Dian Asriyanti, ”Upaya-Upaya Meningkatkan Interaksi Siswa Dalam pembelajaran”, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Bahasa Dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta, 2007, hal.2

[25] Ika Putri Dian Asriyanti, ”Upaya-Upaya........hal.3
[26] Ika Putri Dian Asriyanti, ”Upaya-Upaya.......hal.4

[27] Ibid, hal. 5