BAB II
KINERJA GURU DALAM MEMOTIVASI MINAT BELAJAR SISWA
A. Hakikat Kinerja Guru
1. Pengertian
Kinerja Guru
Untuk lebih jelas mengenai pengertian kinerja guru, maka
terlebih dahulu perlu dipahami pengertian “kinerja“ itu sendiri, dimana kinerja
merupakan suatu keinginan yang lahir dalam diri seseorang tanpa adanya suatu
paksaan untuk berbuat sesuatu pekerjaan, sehingga hasil pengukuran serta
penilaian dapat mencapai tujuan.[1]
Sedangkan pengertian guru seperti dikemukakan oleh Mc
Leod sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah adalah “Aperson whose occupation
is teaching others“ artinya guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar
orang lain.[2]
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab IV Pasal 27 ayat 3 yang
dimaksud dengan guru yaitu tenaga pendidik yang pekerjaan utamanya mengajar.[3]
Selanjutnya, kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan berdimensi ranah cipta saja tetapi
kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa. Sebab dalam pandangan psikologi
(ilmu jiwa) pendidikan, mangajar pada prinsipnya berarti proses
perbuatan seseorang (guru) yang membuat orang lain (siswa) belajar, dalam arti
mengubah seluruh dimensi perilakunya. Perilaku ini meliputi tingkah laku yang
bersifat terbuka seperti ketrampilan membaca (ranah karsa), juga yang bersifat
tertutup seperti berfikir (ranah karsa) dan berperasaan ( ranah rasa).[4]
Jadi, guru sebagai pendidik ataupun pengajar merupakan
faktor penentu kesuksesan setiap usaha yang dilakukan oleh siswa sekolah menengah
dalam proses belajar mengajar. Disini, posisi seorang guru memegang peranan
yang sangat penting dalam melakukan berbagai aktivitas dan usaha-usaha untuk
menyukseskan proses pembelajaran di sekolah. Guru tidak hanya dipandang sebagai
seorang yang menuangkan ilmu kedalam otak siswa, tetapi juga melatih
ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah karsa) kepada
mereka.[5]
Setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik
(ciri khas) kepribadian yang ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis
dalam kinerjanya. Hal lain yang juga perlu dimiliki oleh para guru adalah
kompetensi dan profesionalisme keguruan. Karena tanpa hal tersebut,
keberhasilan yang diharapkan oleh seorang pendidik tidak dapat akan tercapai
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Keberhasilan Guru dalam menuangkan ilmu kepada siswa
juga sangat tergantung pada rasa tanggung jawab yang ia miliki dalam membimbing
dan memotivasi siswa-siswanya kearah yang lebih maju. Oleh karena itu,
guru yang memiliki konsep diri yang tinggi umumnya memiliki harga diri yang
tinggi pula. Ia mempunyai keberanian mengajak dan memotivasi (mendorong) para
siswa agar lebih maju. Fenomena keberanian mengajak dan memotivasi (mendorong)
para siswa agar lebih maju didasari oleh keyakinan guru terhadap kualitas
prestasi akademik yang ia miliki.
Menurut Robert Bacal, Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh guru dalam kinerjanya, antara lain:
a.
Seberapa besar
kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik.
b.
Bagaimana guru dan kepala
sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun mengembangkan
kinerja guru yang sudah ada sekarang.
c.
Bagaimana
prestasi kerja akan diukur.
d.
Mengenali
berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya, Robert Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja
guru diantaranya meliputi perencanaan kinerja, komunikasi kinerja yang
berkesinambungan dan evaluasi kinerja.[6]
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa hakikat kinerja guru merupakan satu
hal yang sangat penting, guru dituntut untuk seprofesional mungkin, mempunyai
konsep yang jelas dalam mengajar siswa di sekolah menengah, dan mempunyai rasa
tanggung jawab dalam memotivasi dan menyukseskan proses belajar mengajar siswa
di sekolah menengah
2. Tujuan
dan Manfaat Kinerja Guru
a.
Tujuan kinerja guru
Setiap
kegiatan belajar mengajar, apapun materinya selalu memiliki sasaran (target).
Sasaran, yang lazim disebut dengan tujuan. Tujuan atau sasaran yang dimaksud
dalam pembahasan ini adalah tujuan yang ingin dicapai dalam kinerja guru.
Tujuan tersebut bersifat bertahap dan
meliputi beberapa jenjang yang kongkrit dan langsung yaitu:
1. Tujuan
jangka pendek, seperti TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus)
2. Tujuan
jangka menengah, seperti tujuan pendidikan sekolah menengah.
3. Jangka
panjang, tujuan pendidikan nasional.[7]
Pada
prisipnya, setiap guru hanya wajib bertanggung jawab atas terselenggaranya
proses belajar mengajar atau bidang studi pegangannya. Namun di samping itu, ia
pun diharapkan ikut memikul tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan yang
lebih jauh seperti tujuan institusional yaitu jenjang lembaga pendidikan tempat
ia bertugas, dan tujuan nasional. Karena menyadari akan adanya keterkaitan
antara pelaksanaan proses belajar mengajar bidang studi seorang guru dengan
pelaksanaan proses belajar mengajar bidang studi lainnya, dan juga keterkaitan
antara seluruh kegiatan proses belajar mengajar dengan tujuan yang bersifat
konstitusional, maka setiap guru harus ikut memikul tanggung jawab tersebut
demi tercapai tujuan bersama yang berskala nasional bahkan universal.
Alhasil,
tanggung jawab para guru tidak terbatas pada pencapaian kecakapan-kecakapan
tertentu yang dikuasai para siswa, tetapi lebih jauh lagi yakni mencapai
tujuan-tujuan yang ideal. Tujuan-tujuan ideal itu meliputi :
1. Tujuan pengembangan pribadi para siswa sebagai
individu mandiri.
2. Tujuan
pengembangan pribadi para siswa sebagai warga dunia dan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa.[8]
Dalam
perspektif ilmu psikologi pendidikan, tujuan khas yang menjadi tanggung
jawab kinerja guru di sekolah menengah, adalah tujuan instruksional dan tujuan
kurikuler. Namun, untuk lebih jelasnya tujuan kinerja guru tidak terlepas dari
pada tujuan nasional itu sendiri yaitu :
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman
dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[9]
Pembelajaran yang efektif,
bukan membuat guru itu pusing, akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dan
pendidikan nasional dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan. Dalam hal ini
guru sangat berperan memotivasi anak didiknya. Karena motivasi merupakan
sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motivasi
dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut
Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini
mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu
mengawalinya terjadinya perubahan energi,ditandai dengan adanya feeling,
dan dirangsang karena adanya tujuan.[10]
Namun pada
intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan,
menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan
tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar.
Motivasi ada
dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatuataubelajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukanbelajar.
• Motivasi Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.
• Motivasi Ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatuataubelajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya.Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukanbelajar.
1.
Menjelaskan tujuan belajar
kepeserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan
dicapainya kepada siwa. Makin
jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
2.
Hadiah berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi.
Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di
samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar
siswa yang berprestasi.
3.
Saingan/kompetisi guru berusaha mengadakan persaingan
di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4.
Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk
diberikan penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat membangun.
5.
Hukuman diberikan kepada siswa
yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu
motivasi belajarnya.
6.
Membangkitkan dorongan kepada
anak didik untuk belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik.
7.
Membentuk kebiasaan belajar yang
baik
8.
Membantu kesulitan belajar anak didik secara
individual maupun kelompok
9.
Menggunakan metode yang
bervariasi
10.
Menggunakan media yang baik dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran[11]
b. Manfaat
kinerja guru
Dengan
adanya kinerja guru yang baik diharapkan dapat bermamfaat dan mampu memberikan
input pemikiran-pemikiran baru di sekolah menengah, baik terhadap pengembangan
teori metodologi belajar mengajar di sekolah menengah maupun peningkatan mutu
dan kualitas pendidikan dalam membimbing siswa-siswa di sekolah menengah.
Kinerja guru yang baik dapat memberi mamfaat secara langsung terhadap
siswa-siswa di sekolah menengah meliputi :
1. Siswa
dapat memperoleh pengetahuan secara luas, baik dari dalam ataupun dari luar
jangkauan pendidikan secara umum.
2. Meningkatkan
kualitas keilmuan.
3.
Menghindari
ketertinggalan informasi dunia pendidikan.[12]
Disini, Ada beberapa hal lain yang menjadi sumbangsih
seorang guru dalam kinerjanya terhadap kemajuan dunia pendidikan dan khususnya
dalam proses belajar mengajar di sekolah menengah antara lain:
1.
Memberikan
contoh bagi guru yang lain dalam mengorganisasi pembelajaran berdasarkan jenis
sasaran belajar dengan mengutamakan pada kebutuhan perkembangan peserta didik.
2.
Menunjukkan
komponen-komponen strategi pembelajaran yang paling mengoptimalkan perolehan
belajar peserta didik.
3.
Memfasilitasi
peserta didik agar dapat mengembangkan potensi kecerdasannya secara optimal
4.
Memberikan
solusi bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas dan efektivitas
pembelajaran.[13]
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mamfaat yang diberikan oleh
pendidik (guru) merupakan masukan yang sangat berharga bagi siswa terutama
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Disini guru dianggap
sebagai pembawa perubahan dalam kehidupan siswa baik dari segi pengembangan
motivasi, minat, tingkah laku, dan konsep baru dalam belajar siswa. Guru juga harus memberi contoh yang baik dari segi sopan santun, karena
sopan santun merupakan kunci dari pada ilmu. Seorang guru harus mengajarkan kepada siswa dan siswi
bagaimana bersikap ketika berada di dalam kelas pada saat proses belajar
mengajar berlangsung. Hal inilah yang akan membawa kearah yang positif terutama
dari segi penerapan akhlak hal ini sesuai Firman Allah dalam Al-Qur’an dalam
Surah Al-Mujaadilah Ayat 11 yang berbunyi:
يأيهااالذين أمنوإذا قيل لكم تفصحوفى المجلس فافسحوا يفسح الله لكم و إذا
قيل انشزوفانشزو يرفع الله الذين أمنومنكم والذين أوتوالعلم درجت و الله بما
تعملون خبير.
Aritnya :
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ( Q.S.Al-Mujadalah :
11)
Tanpa adanya peranan guru yang baik dalam proses belajar mengajar, maka
tidak tercipta suatu kondisi yang positif yang dapat memberikan mamfaat bagi
siswa dalam belajar.
Sumbangsih guru dalam
mentransformasi ilmu pengatahuan kepada anak didik disekolah sangatlah banyak
dan bermamfaat baik dalam kehidupan di sekolah maupun kehidupan diluar sekolah
(lingkungan).
3. Pentingnya
Kinerja Guru
Pada dasarnya, kinerja guru dalam proses belajar mengajar di sekolah
menengah sangat penting terutama sebagai “ director of learning”
(direktur belajar). Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai
mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana yang
telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan proses belajar mengajar. Dengan
demikian, semakin jelaslah bahwa peranan guru dalam dunia pendidikan modern
seperti sekarang ini semakin meningkat.
Perluasan tugas dan tanggung jawab guru tersebut membawa konsekuensi
timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjadi bagian integral (menyatu) dalam
kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang oleh para guru. Menurut
Gagne, setiap guru berfungsi sebagai:
1. Designer
of Intruction (perancang pengajaran).
2. Manager
of Intruction (pengelola pengajaran).
a.
Guru sebagai Designer of
Intruction
Guru sebagai Designer of Intruction ( perancang program). Fungsi ini
menghendaki guru untuk senantiasa mampu dan siap merancang kegiatan belajar
mengajar yang berhasil guna dan berdaya guna. Untuk meralisasikan fungsi
tersebut, maka setiap guru memerlukan pengetahuan yang memadai mengenai
prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam menyusun rancangan kegiatan belajar
mengajar. Rancangan tersebut sekurang-kurangnya meliputi hal-hal berikut:
1.
Memilih dan
menentukan bahan pelajaran
2.
Merumuskan
tujuan penyajian bahan pelajaran
3.
Memilih metode
penyajian bahan pelajaran yang tepat
4.
Menyelenggarakan
kegiatan evaluasi prestasi belajar
b. Guru
sebagai manager of intruction (pengelola pengajaran)
Guru sebagai manager of intruction, artinya sebagai pengelola
pengajaran. Fungsi ini menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh
tahapan proses belajar mengajar. Diantara kegiatan-kegiatan pengelolaan proses
belajar mengajar yang terpenting ialah menciptakan kondisi dan situasi
sebaik-baiknya, sehingga siswa memungkinkan para siswa belajar secara berdaya
guna dan berhasil guna. Selain itu, kondisi dan situasi tersebut perlu
diciptakan sedemikian rupa agar proses komunikasi baik dua arah maupun
multiarah antara guru dan dan siswa dalam proses belajar mengajar dapat
berjalan secara demokrati. Baik guru sebagai pengajar maupun siswa sebagai pelajar
dapat memainkan peranan masing-masing
secara integral dalam konteks komunikasi intruksional yang kondusif (yang
membuahkan hasil).
c.
Guru sebagai Evaluator of Student
Learning
Guru sebagai Evaluator of Student Learning, yakni sebagai penilai
hasil pembelajaran siswa. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa
mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik
siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.
Pada asasnya, kegiatan evaluasi prestasi belajar itu seperti kegiatan belajar
itu sendiri, yakni kegiatan akademik yang memerlukan kesinambungan. Evaluasi,
idealnya berlangsung sepanjang waktu dan fase kegiatan belajar selanjutnya.
Artinya, apabila hasil evaluasi tertentu menunjukkan kekurangan, maka siswa
yang bersangkutan diharapkan merasa terdorong dan termotivasi untuk melakukan
kegiatan pembelajaran perbaikan (relearning). Sebaliknya, bila evaluasi
tertentu menunjukkan hasil yang memuaskan, maka siswa yang bersangkutan
diharapkan termotivasi untuk meningkatkan volume dan motivasi kegiatan
belajarnya agar materi pelajaran lain yang lebih kompleks dapa pula dikuasai.
Selanjutnya, informasi dan data kemajuan akademik yang diperoleh guru
dari kegiatan evaluasi seyogyanya dijadikan feet back (umpan balik)
untuk melakukan penindaklanjutan proses belajar-mengajar. Hasil kegiatan
evaluasi seyogyanya dijadikan pangkal tolak dan bahan pertimbangan dalam
memperbaiki atau meningkatkan penyelenggaraan proses belajar mengajar pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar tidak akan statis,
tetapi terus meningkat hingga mencapai tingkat kinerja guru sebaik-baiknya.
Dalam kinerja guru juga mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam
membentuk kemampuan berpikir siswa dan keterlibatan mereka dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Guru dituntut mampu menguasai materi yang akan diajarkan
di dalam kelas dan mampu mengatur kelas. Di sini guru harus kreatif dalam
memberikan materi. Mereka harus menciptakan suasana yang menarik di dalam kelas
sehingga siswa merasa nyaman dan mereka dengan mudah memahami setiap materi
yang disampaikan oleh guru[15]
Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar
tanpa merasa terbebani dengan materi yang diberikan guru. Seorang guru yang
ramah dan sabar ketika memberikan materi di dalam kelas akan membuat siswa
senang, nyaman dan memotivasi minat belajar mereka untuk belajar.
Ketika seorang siswa melakukan kesalahan dalam menjawab pertanyaan guru,
guru hendaknya tidak memberikan ejekan, hukuman atau memarahinya. Hal ini dapat
membuat siswa membenci atau malas bahkan takut dengan guru atau materi yang
dibawakannya yang pada akhirnya tidak akan terjadi peningkatan keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Sebaiknya guru kadang-kadang
memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang aktif di kelas. Mereka akan
berlomba-lomba untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan peningkatan
keterlibatan siswa akan berhasil. Guru harus memperhatikan apakah semua siswa sudah paham atau belum
pada materi yang dibawakannya.
Sehingga kinerja guru dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar di
sekolah, khususnya disekolah menengah dapat berjalan sebagaimana yang
diharapkan secara akademik.
B. Minat
Belajar Siswa
1. Pengertian
Minat Belajar Siswa
Minat belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa dalam
proses belajar mengajar. Seorang siswa yang ingin mempelajari suatu mata
pelajaran harus didasari rasa ingin tau (minat) yang mendorong siswa tersebut
untuk sungguh-sungguh dalam proses pembelajaran.
Emilia Naland
mengutip pendapat John Holland, ahli yang banyak meneliti mengenai minat
memberi pengertian tentang minat adalah aktivitas atau tugas-tugas yang
membangkitkan perasaan ingin tahu, perhatian, dan memberi kesenangan atau
kenikmatan. Minat dapat menjadi indikator dari kekuatan seseorang di area
tertentu dimana ia akan termotivasi untuk mempelajarinya dan menunjukkan
kinerja yang tinggi.[16]
Minat belajar
siswa menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah suatu yang tumbuh dalam diri siswa
untuk mencapai hasil dalam belajar.[17]
Sedangkan menurut HC. Whiternington tentang minat belajar siswa adalah: “ minat
adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek dan situasi yang mengandung
sangkut paut dengan dirinya”[18]
Sedangkan
minat menurut Rahmat Natawijaya adalah :
Minat belajar siswa dalam arti yang luas
adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, penggunaan, dan penialaian terdapat dalam berbagai bidang dan aspek
kehidupan. Berarti terjadi interaksi pengetahuan dan ketrampilan dalam
hubungannya dengan dunianya sehingga ia dapat berubah.[19]
Berdasarkan
beberapa kutipan pendapat diatas tentang pengertian minat belajar siswa dapat
disimpulkan bahwa minat belajar siswa merupakan suatu proses yang terjadi dalam
diri siswa yang ditandai dengan adanya perubahan baik dari berbagai aspek
terutama dari sisi afektif, kognitif dan psikomotor.
Seorang siswa
akan sulit berkembang dengan baik apabila tidak diawali dengan adanya minat
yang tumbuh dalam dirinya, rasa ingin tahu terhadap sesuatu dan adanya
keyakinan siswa untuk belajar hal-hal yang berkaitan dengan bidang yang ia
ditekuni. Sebagai contoh siswa yang ingin mempelajari matematika disekolah
menengah, siswa tersebut apabila tidak mempunyai minat sedikitpun untuk belajar
ilmu hitung-menghitung, siswa tersebut tidak akan berkembang menjadi seorang
ahli matematika.[20]
Minat belajar
siswa tidak terlepas dari pada kecendrungannya dalam proses pembelajaran. Guru
harus jeli dalam melihat perkembangan siswa ketika proses belajar mengajar
berlangsung, karena diantara sekian banyak siswa tentu tidak akan sama minat
dalam belajar ada siswa yang dapat secara menerima apa yang disampaikan oleh
guru dan ada juga siswa yang tidak dapat menangkap langsung pelajaran yang disajikan gurunya didepan kelas.
Hal inilah yang menjadi tanggung jawab guru untuk berusaha memberikan motivasi
kepada siswa agar mereka termotivasi dalam belajar dan punya keinginan untuk
belajar lebih giat demi mencapai suatu prestasi yang baik.
Ketika terjadi
proses belajar mengajar, guru memberikan inspirasi-inspirasi baru yang bisa
membangkitkan minat dan menumbuhkan keyakinan dalam diri siswa terhahap apa
yang ia pelarajari. Dengan demikian, apabila minat siswa sudah tumbuh dalam
dirinya maka kegitan belajar mengajar yang diiginkan oleh guru akan berlangsung
baik dan akan mencapai standar kompetensi sesuai dengan harapan guru.
2. Tujuan
dan Mamfaat Minat Belajar Siswa
Dalam bidang
kemiliteran, sebelum pasukan menggempur tempat musuh yang akan ditaklukan,
terlebih dahulu para pemimpin tentara mengatur strategi di pusat kemiliteran.
Mereka mengatur siasat bagaimana melakukan pendekatan ke tempat musuh tersebut,
memilih dan menentukan cara dan teknik menaklukannya, serta mempersiapkan
segala fasilitas yang dibutuhkan, dan mengatur strategi agar prosesnya efisien
dan hasilnya efektif.
Begitu juga
dengan belajar, untuk mencapai prestasi yang diinginkan sesuai dengan hasil
belajar yang telah dilakukan dengan mengatur kegiatan belajar baik di
lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolahan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, guru perlu memilih strategi tertentu agar pelaksanaan belajar yang
dilakukan berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Siswa dalam
proses belajar, apabila dilakukan dengan tidak memperhatikan kendala – kendala
yang dihadapi dalam belajar tersebut, maka siswa akan cepat mengalami prustasi
atau kegagalan dalam belajar, akibatnya mempengaruhi hasil belajar. Selain itu
juga akan mempengaruhi pada diri siswa, akan mengalami kemunduran dalam minat
belajar, kepercayaan diri yang menurun untuk memperbaiki kegagalan.
Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di
perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses
belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu
diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh
terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar,
memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang
peling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena
kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain.
Paparan di
atas merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam
proses belajar, dan bagaimana strategi motivasi yang diterapkan oleh guru untuk
mencapai tujuan dalam meningkatkan minat belajar siswa dapat di aplikasikan
dalam proses belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar
siswa.
3.
Upaya-Upaya
Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa
Dalam proses pembelajaran, menuntut kemampuan guru
dan tenaga kependidikan lainnya untuk senantiasa kaya akan inisiatif, kreatif,
dan berkolaborasi agar mampu menantang para siswa bebuat (belajar) lebih
optimal. Perbuatan yang optimal akan terjadi apabila guru mampu memfasilitasi
berbagai sumber belajar yang dapat digunakan siswa. Fasilitas yang dilakukan
guru tidak hanya akan meningkatkan optimalisasi perbuatan belajar siswa, tetapi
juga akan membantu meningkatkan minat siswa dalam belajar. Untuk itu diperlukan
berbagai pengembangan sumber belajar agar secara sinergi mampu mengoptimalkan
proses belajar siswa sekaligus meningkatkan minatnya untuk belajar.[21]
Upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, juga harus memperhatikan
tingkat kematangan siswa dalam belajar. Dimana siswa tersebut bisa dikatakan
sebagai masa remaja yang merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa
dewasa. Pada periode ini anak mencapai kematangan fisik dan diharapkan pula
disertai dengan kematangan emosi dan perkembangan sosialnya. Masa ini
berlangsung dari usia sekitar 12/13 tahun sampai 18-20 tahun yaitu usia sekolah
menengah. Karena masa peralihan maka remaja pada umumnya masih ragu-ragu akan
perannya dan menimbulkan krisis identitas. Remaja sedang mencari ”siapakah
saya, apa peran saya?” Dalam usaha menemukan jati diri yakni mengetahui
mengenai kebutuhan-kebutuhan pribadi serta tujuan yang ingin dicapai dalam
hidupnya, maka pengembangan minat dan bakat remaja menjadi isue yang penting.
Dalam mengembangkan kompetensinya remaja tetap membutuhkan bimbingan dari orang
tua dan lingkungan rumah maupun sekolah.[22]
Setiap anak memiliki kelebihan dan talenta yang sebagian sudah bisa tampak
atau ditengarai pada usia dini. Namun tidak jarang pula masih ada kemampuan dan
bakat lain yang baru muncul di usia remaja atau bahkan pada periode
perkembangan lebih lanjut. Usia remaja merupakan periode perkembangan dengan
keinginan tahu yang tinggi, khususnya untuk berbagai area yang berkaitan dengan
kehidupan remaja. Hal-hal apa dan dengan siapa remaja bergaul, aktivitas yang
ada dalam lingkup kesibukannya sehari-hari bisa menjadi awal untuk menelusuri
dan mengembangkan berbagai minat yang mungkin pada usia lebih muda belum nampak
atau belum menjadi fokus perhatiannya. Rasa ingin tahu remaja seringkali
diikuti dengan kebutuhan untuk mencoba atau melakukannya. Oleh karenanya dengan
bimbingan guru yang terarah, masa remaja bisa menjadi masa yang menguntungkan
untuk siswa mengembangkan bakat dan kemampuan tertentu dalam meningkatkan minat
belajar siswa.
Beberapa
hal yang perlu dilakukan oleh guru, orang tua dan lingkungan dekat siswa untuk
mengembangkan minat belajar adalah :
a. Sejak usia dini cermati berbagai kelebihan, keterampilan
dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak.
b. Bantu anak meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya
c. Kembangkan konsep diri positif pada anak.
d. Perkaya anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan serta
pengalaman di berbagai bidang.
e. Usahakan berbagai cara untuk meningkatkan minat anak
untuk belajar dan menekuni bidang keunggulannya serta bidang-bidang lain yang
berkaitan.
f.
Tingkatkan
motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
g. Stimulasi anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu
bakat ke bakat yang lain.
h. Berikan penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang
dilakukan anak
i.
Sediakan dan
fasilitasi sarana bagi pengembangan bakat.
j.
Dukung anak
untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan bakatnya. [23]
k. Jalin hubungan baik serta akrab antara orang tua / guru
dengan anak & remaja.
Ada juga hal-hal lain yang perlu dicermati dalam meningkatkan minat belajar
siswa yaitu:
a.
Mengikuti minat
teman
Usia remaja adalah masa perkembangan yang ditandai dengan solidaritas
tinggi terhadap teman-teman sebayanya. Remaja yang kurang memahami siapa
dirinya, memiliki kebutuhan yang besar untuk berada dan diakui dalam kelompoknya.
Hal ini seringkali membuat remaja mengikuti minat temannya, memilih bidang yang
sebenarnya kurang sesuai dengan bakat serta minat pribadinya. Untuk memilih
bidang-bidang yang akan dikembangkannya, remaja perlu berdiskusi, mencari
masukan dan bertukar pikiran dengan orang tuanya.
b.
Penelusuran
minat & bakat secara dangkal
Memperhatikan kelebihan dan minat anak membutuhkan usaha yang serius dan
berkesinambungan. Penelusuran dan penjajakan yang dangkal dapat menyesatkan,
misalnya, ”Saya merasa bakat saya di bidang musik karena saya suka sekali
mendengar musik”.”Saya suka traveling dan kelihatannya menyenangkan menjadi
pemandu wisata, bisa jalan-jalan makanya saya akan memilih sekolah pariwisata”,
”Saya senang masak, lulus SMP saya akan memilih Perhotelan”. Alasan-alasan
untuk memilih studi lanjutan sebagaimana pada contoh tersebut tidak cukup kuat,
dan membutuhkan penelusuran yang lebih jauh, baik untuk bidang studi yang akan
dipilih maupun dari kemampuan, minat serta kepribadian remaja.
Dengan mengembangkan minat dan bakat serta memberikan bimbingan karir sejak
dini, remaja akan semakin menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu
lakukan, dan akan menjadi lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang
mungkin akan ditekuninya disertai dengan pemahaman tentang kekuatan dan
kelemahannya, sehingga ia bisa menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan
diri untuk menggapai impiannya.
C.
Hubungan Kinerja
Guru dengan Minat Belajar Siswa
Hubungan kinerja guru dan interaksi dengan siswa dalam proses pembelajaran
di sekolah sangatlah penting. Namun faktanya, hal tersebut dirasa kurang
berhasil. Tidak banyak guru-guru di sekolah menengah yang mampu berinteraksi
ataupun menciptakan kinerja dengan siswanya. Hal tersebut tentunya sangat
disayangkan. Karena agar proses kegiatan belajar mengajar berhasil seharusnya
ada hubungan kinerja guru dengan murid-muridnya sehingga akan tercipta hubungan
yang harmonis. Adanya suatu interaksi antara kinerja guru dengan minat belajar
siswa di sekolah tentunya sangat berbeda dan bervariasi tergantung situasi dan
kondisi lingkungannya. Hubungan yang baik harus dipertahankan dan dikembangkan
semaksimal mungkin dan kualitas yuang buruk harus segera dibenahi atau
diperbaiki agar proses minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar
berhasil. Namun untuk menciptakan interaksi yang baik tentunya tidak semudah
membalikkan tangan. Karena melibatkan banyak pihak ataupun komponen di sekolah
tersebut.
Sebagaimana kita ketahui bahwa hubungan kinerja guru dengan siswa dalam
berinteraksi sangatlah penting pada proses kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila ada hubungan yang baik antara guru
dan muridnya. Guru dan murid adalah komponen utama dalam melakukan interaksi.
Maka dari itu kompetensi guru, pengetahuan
dan intelegensi murid sangat berpengaruh berhasil atau tidaknya dalam usaha
peningkatan minat belajar siswa. Selain itu ada beberapa komponen yang
mempengaruhi minat belajar siswa di dalam kelas yaitu materi ajar,
metode-metode pengajaran, tempat, waktu dan fasilitas-fasilitas pengajaran
seperti : media kits, gambar-gambar yang menarik minat belajar siswa, televisi
(cd, dvd), radio (casset) dan lain-lain. Hal tersebut tentunya akan memperbaiki
kualitas interaksi (hubungan) yang ada.[24]
Interaksi merupakan hal saling melakukan aksi, berhubungan, mempengaruhi
dan antar hubungan. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa seseorang adalah
makhluk sosial yang saling membutuhkan dan berhubungan dengan orang lain.[25]
Pada saat terjadi proses kegiatan belajar mengajar tentu saja ada kinerja
yang baik antara guru dan murid. Guru yang mengajar di kelas dan murid yang
sedang diajar.
Banyak sekali aktivitas di dalam kelas yang menyebabkan
guru dan murid berinteraksi. Dan memang di dalam kelas harus ada interaksi yang
seimbang yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa.
Ada contoh-contoh tipe-tipe aktivitas yang menyebabkan
terjadi interaksi di dalam kelas dalam upaya peningkatan minat belajar siswa.
a.
Tanya jawab
Hal ini akan memancing murid dan mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
intelegensi siswanya.
b. Gambar
Hal ini akan membuat proses belajar KBM menjadi menyenangkan karena
gambar biasanya menarik minat dari siswanya.
c.
Lagu
Pada dasarnya semua orang pasti suka menyanyi. Untuk itu dengan melatih
anak mendengarkan lagu yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diberikan.
d. Puzzles
Banyak sekali tipe-tipe puzzles dan masalahnya itu akan dapat
mengembangkan imaginasinya, pengalaman dan pengetahuan umum dalam meningkatkan
kemampuannya.
e.
Diskusi
Hal ini
tentunya siswa dapat berbagi informasi.[26]
Rivers beropini bahwa sangat penting untuk proses pembelajaran di
sekolah. Untuk meningkatkan kinerja guru yang baik dalam memotivasi minat
belajar siswa diperlukan kerjasama dari semua komponen. Baik dan buruknya suatu
kinerja (hubungan) guru dengan siswa tentunya dipengaruhi oleh semua komponen.
Setiap komponen harus memperbaiki kualitas kinerja masing-masing’ supaya
interaksi antara kinerja guru dan minat belajar siswa di dalam kelas menjadi
meningkat.[27]
[1]Sutartinah Tirto Negoro, Anak Super
Normal dan Program Pendidikannya, (jakarta: Bina Aksara, 1998),hal.43
[2]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan
”Dengan Pendekatan Baru”, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), Cet. 8, hal.
222
[5] Muhibbin Syah, Psikologi……., hal.
252
[6]Robert Bacal,” Performance Management:
Terj.Surya Darma dan Yanuar Irawan”, Portal Dunia Guru, 20 September
2007, hal. 1
[7]Muhibbin Syah, Psikologi……., hal.
238
[8]Muhibbin Syah, Psikologi……., hal.
239
[10] M. Sobry Sutikno,”Peran
Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, (YNTP for research and
Development Kabupaten Sumbawa Barat – NTB).hal.1
[11] M. Sobry Sutikno,”Peran
Guru.......hal.2
[12] Thopan
Jauhari, ” Pendidikan Indonesia Berbasis Teknologi”,(Bandung: SMK
Ma’arif Icalengka, 2007), hal.5
[14] Muhibbin Syah, Psikologi…….,
hal.251
[15]Emilya Tyas Wahyu Ningsih, “Upaya-upaya
meningkatkan interaksi siswa Dalam pembelajaran bahasa inggris “, t.t.
[16]Emilia Naland, M.Si, ”
Mengembangkan Minat dan Bakat Remaja” National Counseling Workshop LK3, Jakarta, 15 November 2007, hal. 2.
[17]W.J.S. Poerwadarminta, Ensiklopedi
Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1998), hal.768
[18]HC. Whiternington, Psikologi
Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 2000), hal. 122
[19]Rahmat Natawidjaya, Alat Peraga
dan Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Depdikbud Proyek Pengadaan Buku SPG,
1999), hal.1-2
[21]H. Ase S.
Muchyidin,”Pengembangan
Sumber Belajar dan Upaya-upaya Peningkatan Minat Belajar Siswa”,t.t.
[22] Dryen, Gordon. dan Vos, Jeannette, Revolusi
Cara Belajar (The Learning Revolution) Belajar akan Efektif Kalau dalam Keadaan
“Fun”. Bagian II:
sekolah masa depan.(Bandung:
Kifa PT. Mizan Pustaka, 1999),hal 3
[24] Ika Putri Dian Asriyanti, ”Upaya-Upaya
Meningkatkan Interaksi Siswa Dalam pembelajaran”, Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas
Bahasa Dan Sastra Universitas Negeri Yogyakarta, 2007, hal.2
[27] Ibid, hal. 5
0 Comments
Post a Comment