Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw


A.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw


Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada orang lain dalam kelompoknya. Dalam teknik ini, siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan bersosialisasi.
Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan kemampuan berkreatif siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu, pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.        
1.     Kelebihan Metode Jigsaw
Ibrahim mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut:
1)     Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif
2)     Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa
3)     Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa
4)     Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru[1]
Sementara itu Ratumanan menyatakan bahwa “interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.[2]
Menurut Wina Sanjaya kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut:
1)     Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok
2)     Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah
3)     Menerapkan bimbingan sesama teman
4)     Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
5)     Memperbaiki kehadiran
6)     Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
7)     Sikap apatis berkurang
8)     Pemahaman materi lebih mendalam
9)     Meningkatkan motivasi belajar
10) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif
11) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
12) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan kelompok lain
13) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.[3]
2.     Kelemahan Metode Jigsaw
Beberapa kelemahan jigsaw antara lain:
1)     Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet.
2)     Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, missal jika ada  anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
3)     Menimbulkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang juga dapat menimbulkan gaduh.[4]
Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dan pembelajaran orang lain karena siswa tidak hanya mempelajari materi yang telah ia dapat, tetapi juga harus memberikan materi kepada orang lain. Model pembelajaran ini terdiri dari kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang atau lebih untuk saling bekerja saling ketergantungan  positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan di sampaikan kepada anggota kelompok lain dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan memahami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan materi yang kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal dan masing-masing diberi tanggung jawab untuk keberhasilan masing-masing individu.
Menurut Wina Sanjaya, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebagai berikut.
1)   Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;
2)   Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet.
3)   Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai
4)   Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.
5)   Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik[5].

Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini dilapangan yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen, adalah:
a)     Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching” pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan didiskusikan bersama dengan siswa lain.
b)     Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.
c)     Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut.
d)     Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.
e)     Aplikasi metode ini  pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit, tapi bisa diatasi dengan model team teaching.[6]

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran kooperatif. Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif ini benar, akan memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran kooperatif terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong


               [1] Ibrahim, dkk, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 34.

               [2] Ratumanan, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 2002), hal. 23.

               [3] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hal. 242.

               [4] Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 17.
               [5] Wina Sanjaya, Strategi...., hal. 243.
               [6] Ibrahim,M, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:University Press, 2000), hal. 35.

0 Comments