Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Persepsi (Perception) yang berarti pengelihatan, keyakinan dapat dilihat atau dimengerti. Persepsi terjadi karena adanya stimulus atau rangsangan dari lingkungan sekitar, sehingga individu dapat memberikan makna atau menafsirkan sesuatu hal. Slameto menjelaskan bahwa “Persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya, hubungan ini dilakukan dengan indera yaitu, pendengaran, peraba dan penciuman”[1]. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pemberian makna yang dilakukan secara sadar berupa tanggapan atau pendapat individu terhadap suatu objek atau peristiwa yang diterima melalui alat indera.

 Slameto, mendefinisikan mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”.[2] Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. Alvin W.Howard Slameto berpendapat bahwa “mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude, ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan) dan knowledge”[3].
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat  siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Keterampilan dasar mengajar diperlukan guru dalam proses pembelajaran, hal ini karena keterampilan dasar mengajar merupakan syarat mutlak agar guru bisa menjalani proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Pembelajaran merupakan suatu proses kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan berbagai keterampilan. Di antaranya adalah keterampilan membelajarkan atau keterampilan mengajar. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Seperti yang dikutip oleh E. Mulyasa, Turney mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.[4] Setiap keterampilan mengajar memiliki komponen dan prinsipprinsip dasar tersendiri.
Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan yang kompleks, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian untuh dari berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak.  Beberapa keterampilan dasar mengajar dalam proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah yang harus dikuasai oleh guru antara lain keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan. Sedangkan untuk mengaplikasikan keterampilan dasar mengajar tersebut maka diperlukan beberapa keterampilan lain yang dianjurkan guru Pendidkan Agama Islam  Madrasah Ibtidaiyah untuk dikuasai dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah di kelas  yaitu keterampilan mengajar cara memahami Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah; mengajarkan sikap, minat dan nilai; dan mengajarkan cara mengajak berpikir siswa-siswi.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran (Suatu Penelitian di MIN 51 Bireuen)”.                                                                 
B.    Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana biografi MIN 51 Bireuen?
2.     Bagaimanakah hakikat guru dalam proses pembelajaran?
3.     Apa sajakah keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran MIN 51 Bireuen?
C.    Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui biografi MIN 51 Bireuen.
2.     Untuk mengetahui hakikat guru dalam proses pembelajaran.
3.     Untuk mengetahui keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran MIN 51 Bireuen.
D.    Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat, baik bersifat teoritis maupun praktis.


1.     Secara teoritis
Hasil penelitihan ini diharapkan menjadi sumbangan yang berharga bagi peneliti sebelumnya. Dan semoga penelitiahan ini bisa dijadikan rujukan atau referensi oleh peneliti-peneliti yang akan datang khususnya tentang keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran (Suatu Penelitian di MIN 51 Bireuen).
2.     Secara praktis
a.      Memberikan sumbangan dan kontribusi yang berharga bagi keberhasilan MIN 51 Bireuen dalam mencetak siswa yang berkualitas dan mempunyai etos kerja yang tinggi.
b.     Memberikan masukan mengenai hal-hal yang berhubungan keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran.
c.     Memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan kreativitas mengajar.
d.     Memberikan motivasi pada guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang profesional.

E.    Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah keterampilan guru dalam proses belajar mengajar. Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Fadhil Nim: A. 284323/3273 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Strategi Perencanaan Pengembangan Madrasah Menuju Madrasah Unggulan Dalam Perspektif Pendidikan Islam, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:  Pertama, Madrasah sebagai lembaga pendidikan umum  yang beciri khas agama Islam, berfungsi sebagai pengembang dasar-dasar keterampilan multidimensi. Hal ini lantaran pendidikan pada madrasah pada dasarnya merupakan subsistem dari pendidikan umum yang sederajat. Kedua, Pendidikan pada madrasah memiliki fungsi yang sama dengan pendidikan umum lainnya yakni untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Demikian juga halnya dengan tujuan pada pendidikan madrasah. Ia terikat pada tujuan pendidikan nasional yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga, Sejalan dengan semakin terdiversifikasi jenis-jenis keterampilan pembangunan yang diperlukan, maka pengembangan dasar-dasar keilmuan dan penguasaan keterampilan profesional tingkat menengah pun (dalam hal ini pendidikan di madrasah) perlu pengembangan ke segala sektor kehidupan.  Sudah barang tentu hal ini dengan memperhitungkan kondisi daerah, kecenderungan penyediaan sumber daya alam, keterbukaan peluang sektor-sektor profesi kehidupan serta ketersediaan sumber daya manusianya
2.     Nama: Asnidar Nim: A. 2114991/3941 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Fungsi Pengawasan Kepala Madrasah Terhadap Kinerja Guru Pada MTsS Juli. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode file reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Fungsi pengawasan kepala madrasah Tsanawiyah swasta (MTsS) Juli terhadap kinerja guru sangatlah penting sebagai usaha untuk meningkatkan kedisiplinan para guru baik dari segi kedisiplinan mengajar maupun kedisiplinan menyusun administrasi proses belajar mengajar sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah tersebut, akan tetapi pengawasan tersebut belum bisa dilakukan secara continue, dikarenakan lingkungan tempat madrasah tersebut berada di daerah terpencil, tidak sesuainya latar belakang pendidikan guru yang mengajar di Madrasah tersebut, banyaknya guru yang berstatus bakti bahkan masih ada guru yang belum mempunyai ijazah strata satu (S1), sarana-sarana dan prasarana di sekolah belum memadai. Kedua, Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh kepala Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Juli dalam mengawasi kinerja guru adalah Pengalaman memimpin kepala sekolah yang kurang, Sulitnya menjadi kepala sekolah yang ideal, sulitnya membimbing maupun menggerakkan para guru, latar belakang pendidikan guru yang bukan dari keguruan dan rendahnya latar belakang pendidikan guru.


F.     Landasan Teori

1.     Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran (set induction and closure skills)

a.     Pengertian

Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terusat pada apa yang akan dipelajarinya, sehingga usaha tersebut akan membarikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.[5]
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan guru pada awal waktu pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang diberikan selama waktu pelajaran itu. Caranya: 1) mengemukakan tujuan yang akan dicapai, 2) menarik perhatian siswa, 3) memberikan acuan, dan 4) membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai siswa dan bahan yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengahiri kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentan apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses pembelajaran.[6]



2.     Komponen membuka dan menutup pembelajaran

Komponen membuka dan menutup pembelajaran sebagaimana dijelaskan M. Uzer Usman adalah sebagai berikut:[7]
1)     Komponen membuka pembelajaran meliputi:
a)     Menarik perhatian siswa. Gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran atau pola interaksi yang bervariasi. Menimbulkan motivasi, disertai kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest siswa.
b)     Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan beberapa pertanyaan.
c)     Memerikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipalajari merupakan satu-kesatuan yang utuh.

2.     Komponen menutup pembelajaran meliputi:
a)     Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum hasil pembelajaran.
b)     Melakukan evaluasi. Bentuk evaluasiyang dilakukan oleh guru antara lain adalah mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri dan memberikan soal-soal tertulis.

3.     Keterampilan memberi penguatan

1)     Pengertian

Penguatan (Reinforcement) merupakan “respon yang diberikan terhadap suatu prilaku yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya prilaku/perbuatan yang dianggap baik tersebut”[8]. Pendapat lain menyebutkan bahwa, “memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali”[9].
Dalam kehidupan sehari-hari walaupun tidak disadari bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu contoh penerapan penguatan, misalnya ketika seorang ibu menyuruh anaknya membeli sabun mandi kewarung, sekembalinya dari warung ibu tersebut mengucapkan “terima kasih” kepada anaknya. Perbuatan anak membeli sabun kewarung adalah jenis perbuatan baik dan terpuji, sedangkan ucapan terima kasih yang disampaikan oleh ibunya merupakan penguatan atau respon positif terhadap perbuatan yang telah ditunjukkan oleh anaknya.
Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respon positif guru terhadap prilaku/perbuatan siswa positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji prilaku/perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi reespon negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberi penguatan.
Penguatan adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun non verbal. Penguatan ini merupakan bagian dan modivikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan atau koreksi.
4.     Keterampilan mengadakan variasi

1)     Pengertian

Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi kejenuhan siswa, sehingga dalam situasi belajar mengajar, siswa menunjukkan ketekunan, antusiasme serta penuh partisipasi.[10] Jadi keterampilan menggunakan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan bermacam kemampuan dalam mengajar untuk memberikan rangsangan kepada siswa agar suasana pembelajaran selalu menarik, sehingga siswa bergairah dan antusias dalam menerima pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar dapat  berlangsung secara efektif.
2)     Tujuan mengadakan variasi
Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar yaitu menghilangkan kebosanan dalam mengikuti proses belajar, mempertahankan kondisi optimal belajar, meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik,dan memudahkan pencapaian tujuan pengajaran.
5.     Keterampilan menjelaskan

1)     Pengertian

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lain. Misalnya sebab dan akibat. “Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan aspek yang sangat penting dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan siswa di dalam kelas”[11].
Menjelaskan berarti memberikan penjelasan atau pengertian pada seseorang. Oleh sebab itu seorang guru yang melakukan kegiatan explaining, harus : “mengerti apa yang iya jelaskan, mengerti bagaimana merencanakan suatu penjelasan, mengetahui bagaimana cara menjelaskan kepada murit (pelaksanaan)”[12].
Keterampilan memeberi penjelasan adalah penyajian informasi secara lisan yang dikelola secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu di dengan yang lainya. “Ciri utama keterampilan penjelasan yaitu menyampaikan informasi yang terencana dengan baik, disajikan dengan benar, serta urutan yang cocok”[13].
Ketermpilan menjelaskan merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting dalam proses belajar-mengajar, tidak hanya penting bagi siswa, tetapi juga sangat penting bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Dengan penjelasan guru yang memicu siswa, maka siswa dapat berbalik mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan perasaan yang dimiliki. Selain itu mngembagkan daya piker dan kreativitas siswa dalam belajar.
Menjelaskan merupakan suatu keterampilan yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Menjelaskan adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta memerlukan cara berfikir yang teratur yang diungkapkan dengan cara percakapan, penulisan di papan atau slide, atau praktek dengan media.
6.     Keterampilan bertanya

1)     Pengertian keterampilan bertanya

Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri, sebab pada umumnya guru dalam pengajaran melibatkan/ menggunakan tanya jawab.[14] Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan ucapan atau pertanyaan yang dilontarkan guru sebagai stimulus untuk memunculkan atau menumbuhkan jawaban (respon) dari peserta didik.
Keterampilan bertanya dibedakan atas keterampilan dasar mengajar tingkat dasar dan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut. Keterampilan dasar mengajar tingkat dasar mempunyai komponen dasar yang diterapkan dalam mengajukan pertanyaan. Sedangkan keterampilan dasar mengajar tingkat lanjut merupakan lanjutan dari keterampilan dasar mengajar tingkat dasar dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, meningkatkan partisipasi siswa, dan mendorong siswa agar mengambil inisiatif sendiri[15].

Keterampilan bertanya adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam melakukan tanya jawab supaya berjalan lancar dan kondusif. Keterampilan bertanya harus dilakukan dengan berbagai variasi supaya saat melakukan tanya jawab siswa tidak merasa bosan.


7.     Keterampilan membimbing diskusi

1)     Pengertian

Membimbing secara harfiah dalam istilah asing disebut guide yang berarti  “mengarahkan, memandu, mengelola, dan menyetir”[16]. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia membimbing adalah “memimpin, memberi petunjuk, memberi penjelasan lebih dulu”[17].“Diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu”[18]. Menurut Uzer usman, diskusi kelompok adalah “suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka   yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah”[19]. Menurut Munif Chatief  diskusi adalah “aktivitas pembelajaran dengan komunikasi dan interaksi di antara dua orang atau lebih (berkelompok)”[20].
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses teratur yang melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka yang formal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil dibawah bimbingan guru atau temanya untuk berbagai informasi, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan[21].


Didalam kegiatan pembelajaran, diskusi kelompok kecil juga harus memenuhi keempat syarat diatas. Ini berkaitan bahwa setiap diskusi kelompok kecil harus mempunyai tujuan yang jelas yang ingin dicapai oleh kelompok, diskusi berlangsung secara sistematis, dan setiap siswa yang menjadi anggota kelompok mendapat kesempatan untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapatnya secara bebas, dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi. Penulis menyimpulkan bahwa keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil merupakan keterampilan yang harus dimilki guru. Keterampilan ini merupakan keterampilan guru dalam memimpin dan memfasilitasi jalannya proses diskusi agar diskusi berjalan dengan efektif. 
G.   Metodologi Penelitian    
Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.     Lokasi Penelitian
Sesuai dengan judul yang penulis buat maka penelitian ini akan dilakukan di MIN 51 Bireuen. Adapun alasan memilih lokasi penelitian tersebut, yaitu guru belum mengaktualisasikan keterampilan-keterampilan dalam proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di MIN 51 Bireuen.
2.     Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yaitu, penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.[22] atau diistilahkan dengan penelitian ilmiah yang menekankan pada karakter alamiah sumber data. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Sukmadinata yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.[23]
Jenis penelitian ini adalah Studi Kasus, karena Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan termasuk penelitian studi kasus maka hasil penelitian ini bersifat analisis-deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati terutama terkait dengan bagaimana keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran.
3.     Metode Penelitian          
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif interaktif. Metode kualitatif interaktif yaitu:
Metode kualitatif interaktif merupakan mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Sesuai dengan namanya penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif melalui interaksi dengan sumber data manusia. Melainkan, Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati. Sumber datanya adalah dokumen-dokumen.[24]

4.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian

No
Ruang Lingkup Penelitian
Hasil Yang diharapkan
1
Biografi MIN 51 Bireuen
a)     Latar Belakang Berdiri    
b)     Visi dan Misi                   
c)     Badan Hukum      
d)     Struktur Organisasi                     
e)     Status Kepemilikan                     
2
Landasan teori hakikat guru  dalam proses pembelajaran
a)     Hakikat guru                   
b)     Kompetensi dasar guru   
c)     Tugas dan tanggung jawab guru.     
d)     Peran guru dalam proses belajar mengajar                         
3
Keterampilan- keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen
a)     Keterampilan bertanya dan memberi penguatan                     
b)     Keterampilan mengadakan variasi                                          
c)     Keterampilan mengelola kelas
d)     Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan  
                       
5.     Objek Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, yang menjadi objek penelitian adalah keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen. Penelitian ini akan dilakukan pada di MIN 51 Bireuen yang berada di Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen.
6.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[25] Sumber data primer digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan sejauh mana respon guru MIN 51 Bireuen.
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.      Kepala Madrasah, sebagai informan utama untuk mengetahui perjalanan MIN 51 Bireuen dari masa ke masa dan juga memiliki wewenang serta kebijakan penerapan pembelajaran.
b.     Wakil Kepala Madrasah, sebagai responden dalam penelitian ini untuk mengetahui dan menggali informasi yang berkaitan dengan Keterampilan Guru MIN 51 Bireuen dalam Proses pembelajaran.     
c.      Guru, guru yang dimaksudkan disini yaitu guru MIN 51 Bireuen.      
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[26]
Data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
1.     Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990.
2.     Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
3.     Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013
4.     Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, Padang, The Zaki Press, 2009.
5.     Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
7.   Teknik Pengumpulan Data
      
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut :
a.      Observasi
Observasi (pengamatan) merupakan “sebuah teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, Kepala Sekolah yang sedang memberikan pengarahan”.[27] Adapun observasi yang penulis lakukan adalah mengamati tentang keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen dan mencatat hasil pelaksanaan keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen.
b.     Wawancara
Wawancara atau interviu merupakan “salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”.[28]
Metode ini digunakan untuk menggali data yang berkaitan dengan respon guru PAI terhadap keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran. Wawancara ini digunakan untuk menggali data bagaimana respon guru PAI terhadap keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen. Sedangkan obyek yang diwawancarai adalah guru PAI beserta kepala sekolah.
c.      Dokumentasi
Metode dokumentasi, merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik”[29]. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati. Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen. Adapun dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Kurikulum Fiqih dan Buku Panduan Mengajar PAI.
d.     Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai “teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada”[30]. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber.
8.   Teknik Analisa Data        

Adapun teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.      Sebelum di Lapangan
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.[31] Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Oleh sebab itu peneliti dalam membuat penelitiannya terfokus pada ingin menemukan keterampilan-keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen.
b.     Selama di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel.
Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification model Mile and huberman sebagai berikut:
1.     Data Reduksi
Reduksi data adalah “merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya”[32]. Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih spesisifik dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya mencari data tambahan jika diperlukan. Semakin lama peneliti berada di lapangan, jumlah data akan semakin banyak, semakin kompleks dan rumit. Untuk itulah diperlukan reduksi data sehingga data tidak bertumpuk dan mempersulit analisis selanjutnya.
Tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
2.     Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya.[33] Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan jelas alur pikirnya merupakan hal yang sangat diharapakan oleh setiap peneliti.
3.     Data Verifikasi
Tahap ini dilakukan untuk penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang akan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.”[34].
“Penelitian dapat diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif”[35]. Penelitian kualitatif  memberikan interpretasi deskriptif, verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang didapatkan di lokasi penelitian.      
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                   
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:
Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan gars-garis besar isi skripsi.
Bab dua, berisi tentang profil MIN 51 Bireuen yang meliputi latar belakang berdiri, visi dan misi, badan hukum, struktur organisasi, status kepemilikan.
 Bab tiga, berisi tentang landasan teori hakikat guru  dalam proses pembelajaran yang meliputi hakikat guru, kompetensi dasar guru, tugas dan tanggung jawab guru, peran guru dalam proses belajar mengajar                         
Bab empat, berisi tentang keterampilan- keterampilan guru dalam proses pembelajaran di MIN 51 Bireuen yang meliputi keterampilan bertanya dan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan                            
Bab lima, berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.



               [1] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 102.
               [2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor ..., hal. 30.
               [3] Ibid., hal. 32.
               [4] E. Mulyasa,Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 69.
               [5] Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 2hal. 85
               [6] Ramayulis, Dasar-Dasar Kependidikan, (Padang, The Zaki Press, 2009), hal. 175
               [7] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hal. 65
               [8]Risky, Ika. 2009. Keterampilan Memberi Penguatan, (Online), (http://manggamudaku.blogspot.com, diakses tanggal 05 Juli 2018)
               [9] Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 35-36.
               [10] Ramayulis, Profesi & Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), 2hal. 82
               [11] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionallisme Guru,  (Jakarta, Rajawali pres, 2011), hal. 86-87.
               [12] Buchari Alma, Guru Profesional  Menguasai  Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 35-36.
               [13] Zainal asril, Microteaching , (Jakarta: Rajawali pers  PT  Raja Grafindo Persada), hal. 84
               [14] Ibid, hal. 85.
               [15] Udin Saud, Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 62.
               [16] Djam’an Satori, Profesi Keguruan I, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), hal. 5.3
               [17] W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1984), hal. 141
               [18] Martinur Yamin, Profesionalisme Guru Dan Implementasi KTSP,  (Jakarta: Tim Gaung Persada Pres, 2007),  hal. 144
               [19] Uzer Usman, Menjadi Guru Professional,  (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 94-96.
               [20] Munif Chatief, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak Juara, (Bandung: Kaifa, 2014), hal. 143.
               [21] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Professional Guru, (Bandung: Rajawali Pers 2013), hal. 89.
               [22] Lexy J, Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal. 2.
               [23] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 60.
[24] Wikipedia, Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif, dikutip pada tanggal 04 Juli 2018 dari https://id.wikipedia.org./wiki/penelitian kualitataif.html
               [25] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.
               [26]Ibid., hal. 42.
               [27] Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 220.
               [28] Ibid, hal. 216.
               [29] Ibid, hal. 216.
               [30] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 330.
               [31] Ibid., hal. 336.
               [32] Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), hal. 92.
               [33] Ibid., hal. 95.

               [34] Ibid., hal. 99.
[35]Nana Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.