JUDUL : Konsep Iq,
Eq, Sq Dalam Proses Pembelajaran
A.
PENGERTIAN IQ, EQ, SQDAN BAGAIMANA PERBEDAANNYA
Kecerdasan
Intelektual (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika, dan
rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan
mengolah informasi menjadi fakta.
Kecerdasan
Spiritual (SQ) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi maknapada
apa yang di hadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki
fleksibilitas dalam menghadapi persoalan dimasyarakat.
Kecerdasan
Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang
lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan
baik pada diri sendiri dan orang lain.
B.
EKSISTENSI / KEBERADAAN IQ, EQ, SQ PADA SETIAP INDIVIDU
Kecerdasan
intelektual memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap individu, karena IQ
merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh otak manusia yang dapat melakukan
beberpa kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,
berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar serta
mengambil keputusan dan menjalankan keputusan tersebut. Orang yang memiliki
tingkat kecerdasan intelektual yang baik, baginya tidak ada informasi yang
sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang dan pada saat
dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.
Sama
seperti halnya IQ, EQ juga memiliki peranan penting dalam kehidupan setiap
individu. Menurut Goleman bahwa EQ memiliki kontribusi penting dalam kesuksesan
seseorang, bahkan melebihi dari IQ. IQ mengangkat fungsi pikiran, sedangkan EQ
mengangkat fungsi perasaan. Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan
berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya, dapat mengusahakan kebahagiaan
dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu
yang positif dan bermanfaat.
Dengan
memiliki kecerdasan emosional yang bagus, setiap individu memiliki kemampuan
untuk mengenal diri sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi
diri, berhubungan dengan orang lain, kesadaran akan emosi orang lain (kemampuan
mendengarkan, merasakan atau mengintuisikan perasaan orang lain dari kata,
bahasa tubuh maupun petunjuk lain, serta kemampuan untuk menggunakan perasaan
yang muncul dari dalam.
Substansi
dari kecerdasan emosionoal adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk
kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik dapat memahami
perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan tersirat, dapat menangkap
bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntun agar
bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan lingkungannya. Kecerdasan
emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas,
ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan. Oleh karena itu, EQ mengajarkan
bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain, dan
kemampuan memahami orang lain yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola
konflik dengan orang lain secara baik.
C.
APLIKASI KONSEP IQ, EQ, SQ DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Penerapan
IQ, EQ dan ESQ adalah perpaduan kunci sukses kita dalam menekuni suatu bidang
ilmu. Coba bayangkan jika orang yang unggul di bidang Intelektual Quetion (IQ)
namun tidak bisa mengontrol Emosional Quetion (EQ) maka berdampak lah pada
kepribadian yang individual dan cendrung mementingkan kepentingan pribadi dari
pada kepentingan bersama. Melakukan segala cara dengan harapan supaya menjadi
yang terbaik. Kata bijak mengatakan bahwa ilmu tanpa agama itu buta dan agama
tanpa ilmu itu pincang.
Sebagai contoh
tokoh yang paling keren di muka bumi adalah Nabi Muhammad SAW. Seorang yang
cerdas dalam pengetahuan sekaligus pandai dalam mengontrol emosi serta memiliki
spiritual yang sangat baik kepada Allah SWT. Nabi Muhammad juga seorang manusia
biasa hal ini bisa kita jadikan panutan dalam proses pembelajaran. Dapat
diketahui bagaimana ESQ berperan dalam kesuksesan Nabi Muhammad baik dalam
berdakwah, berperang maupun dalam proses pendidikan agama kepada umatnya yang
saat ini menjadi umat terbesar di dunia. Seperti yang ditulis dalam buku
Micheal Heart mengenai 100 tokoh yang berpengaruh di dunia menempatkan Nabi
Muhammad menjadi urutan pertama.
ESQ
(Emotional Spiritual Quotient) adalah program pembinaan pembentukan karakter
kepemimpinan, yang menggabungkan kecerdasan emosional, spritual dan quotient.
Bapak Ary Ginanjar selaku pencetus konsep ESQ, mencoba menggabungkan antara
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spritual
(SQ) dalam satu konsep yang saling
terintergasi. Ternyata dalam penggabungkan IQ dan EQ masih ada sesuatu yang kurang. IQ dan EQ
hanya berorientasi pada materi semata, padahal manusia juga memerlukan sisi
spiritualitas di dalam hidupnya. Maka, muncullah istilah SQ. Ketiga hal tersebut tidak bisa berjalan
sendiri-sendiri. Dengan kata lain, ketiga kecerdasan tersebut saling
berkesinambungan satu dengan yang lainnya.
Dalam
penelitian dari VS Ramachandran dan timnya dari California University pada
tahun 1997 ditemukan eksistensi God Spot dalam
otak manusia sebagai pusat spiritual (spiritual center) yang terletak
antara jaringan saraf dan otak. Namun,
penemuan God Spot ini hanya sebatas wadah, seperti hardware di komputer. Oleh
karena itu, dalam bukunya, Bapak Ary
Ginanjar Agustian membuat ESQ Model sebagai software dari God Spot untuk
melakukan spiritual engineering sekaligus sebagai mekanisme penggabungan tiga
kecerdasan manusia, yaitu EQ, IQ, dan SQ, dalam suatu kesatuan yang saling
berkesinambungan.
Dari
sini kita bisa memaknai perpaduan antara IQ,EQ dan ESQ inilah kemudian
melahirkan generasi penerus bangsa yang berkarakter dan cinta tanah air
ndonesia. Seperti konsep bapak pendidikan indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara dimana manusia
memiliki tiga konsep jiwa antara lain
cipta,rasa dan karsa yang nantinya sebagai cerminan pendidikan Indonesia dengan
generasi yang cerdas Intelektual, Emosional dan Spiritual.
D.
HUBUNGAN ANTARA ASPEK KOGNISI , EMOSI DAN KONAGSI DENGAN IQ, EQ, SQ
Semua
orang menginginkan anak-anaknya bisa memiliki kecerdasan yang maksimal guna
menjawab tantangan global yang semakin menuntut kita untuk terus melakukan
proses perubahan menuju yang lebih baik. Hanya orang yang tidak mempunyai
kometmen yang tinggi untuk bisa bersaing di masa depannya sehingga melalaikan
dirinya dan anak-anaknya dengan tidak memberikan arahan pada yang lebih baik.
Guna
menjawab tantangan zaman, banyak hal yang harus di lakukan sejak dini,
diantaranya adalah belajar. Tanpa belajar kita tidak munkin mengetahui hal-hal
yang baru, tanpa belajar pula manusia akan tereliminasi dalam kontes kehidupan
ini. Lalu, bagaimana kita bisa belajar dengan baik? Atau kita sebagai calon
guru. Bagaimana kita bisa merangsang anak didik kita agar bisa menikmati yang
namanya belajar? Sebagai calon guru yang professional harus bisa mengantarkan
anak didik kita ke pintu gerbang kesuksesan.
Belajar
adalah usaha sadar yang dilakukan untuk membuat diri ini lebih baik. Dalam
belajar kita di pengaruhi dua factor besar yaitu eksternal yang meliputi
lingkungan, fasilitas belajar dan lain-lain. Dan factor internal yang meliputi
motivasi, keinginan, kecerdasan (IQ, EQ dan SQ), perasaan (emosi), kehendak
(konasi) dan pengenalan (kognisi). Untuk membuat suasana belajar yang nyaman
dari siswa kita harus mengetahui seberapa besarkah kecerdasan mereka dalam
menagkap pengajaran dari gurunya. Hanya dengan begitu, kita bisa memberikan
pelajaran sesuai dengan kapasitasnya, karena kalau tidak, otak mereka akan
terbuang begitu saja karena memaksakan dirinya untuk paham pada materi yang
tidak sesuai dengan kapsitasnya.
Sebagai calon guru yang baik, kita harus bisa mengetahui
kecenderungan dalam belajar anak didik kita sehingga dalam menyampaikan materi
kita bisa di respon dengan baik oleh mereka. Kita bukanlah seperti guru pada
waktu dulu yang memaksakan kehendanya, tapi kita hanya berfungsi sebagai
fasilitator dengan memberikan stimulus pada peserta didik.
0 Comments
Post a Comment