JUDUL: Konsep Motivasi Dalam Belajar
A.
DEFINISI MOTIVASI
Motivasi
adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu
untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini adalah
intensitas, arah, dan ketekunan. Berdasarkan teori hierarki kebutuhan Abraham
Maslow, teori X dan Y Douglas McGregor maupun teori motivasi kontemporer, arti
motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh
seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan
orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang
diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Berbeda dengan
motivasi dalam pengertian yang berkembang di masyarakat yang seringkali
disamakan dengan semangat, seperti contoh dalam percakapan "saya ingin
anak saya memiliki motivasi yang tinggi". Statemen ini bisa diartikan
orang tua tersebut menginginkan anaknya memiliki semangat belajar yang tinggi.
Maka, perlu dipahami bahwa ada perbedaan penggunaan istilah motivasi di
masyarakat. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga
yang mengartikan motivasi sama dengan semangat.
Dalam
hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan seberapa
giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan prestasi
kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang
menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan
ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya.
B.
MACAM-MACAM MOTIVASI
Dalam
membicarakan macam-macam motivasi belajar, disini saya hanya akan dibahas dari
dua macam sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam pribadi
seseorang yang biasa disebut ”motivasi intrinsik” dan motivasi yang berasal
dari luar diri seseorang yang biasa disebut ”motivasi ekstrinsik”.
a)
Motivasi
Intrinsik
Menurut
Syaiful Bahri (2002:115) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sejalan dengan
pendapat diatas, dalam artikelnya Siti Sumarni (2005) menyebutkan bahwa
motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri seseorang.
Sedangkan Sobry Sutikno (2007) mengartikan motivasi intrinsik sebagai motivasi
yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang
lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat
disimpulkan, motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dari dalam diri
seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.
ontohnya
: siswa yang belajar, karena memang dia ingin mendapatkan pengetahuan, nilai
ataupun keterampilan agar dapat mengubah tingkah lakunya, bukan untuk tujuan
yang lain. Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and
meet pupil-needs and purpose. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat juga
dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai
dan diteruskan berdasarkan dorongan dari dalam diri dan secara mutlak terkait
dengan aktivitas belajarnya.
b)
Motivasi
Ekstrinsik
Menurut
A.M. Sardiman (2005:90) motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sedangkan Rosjidan, et al
(2001:51) menganggap motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang tujuan-tujuannya
terletak diluar pengetahuan, yakni tidak terkandung didalam perbuatan itu
sendiri. Sobry Sutikno berpendapat bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena ajakan, suruhan
atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau
melakukan sesuatu. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan, motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan berfungsi karena adanya pengaruh
dari luar.
Misalnya,
seseorang belajar karena tahu besok akan ada ulangan dengan harapan mendapatkan
nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh guru, atau temannya atau bisa jadi,
seseorang rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh
orang tuanya. Jadi, tujuan belajar bukan untuk mendapatkan pengetahuan atau
ilmu, tetapi ingin mendapatkan nilai baik, pujian ataupun hadiah dari orang
lain. Ia belajar karena takut hukuman dari guru atau orang tua. Waktu belajar
yang tidak jelas dan tergantung dengan lingkungan sekitar juga bisa menjadi
contoh bahwa seseorang belajar karena adanya motivasi ekstrinsik.
C.
IMPLIKASI DALAM BELAJAR
Dalam
mendukung pendapat Ausubel tersebut,Nevak ( 1985 ) mengajukan penerapan peta
konsep dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan agar lebih bermakna.
1.
Advance
Organizer
Diartikan
sebagai pengatur awal(Dahar,1996) dan mempersiapkan pengetahuan siap (Abin
Syamsudin 1999).Intinya merupakan proses penggalian pengalaman masa lalu yang
sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik yang relevan dengan materi
pembelajaran yang akan disampaikan.
2.
Deferensiasi
Progresif
Cara
mengembangkan konsep tersubsumsi yaitu dengan mengembangkan konsep umum
terdahulu selanjutnya diberikan konsep-konsep yang lebih mendetail dan khusus
sampai pada kecontohnya.Ini yang disebut sebagai deferensiasi sebab suatu kosep
yang diajarkan perlu disusun secara hierarkis.
3.
Belajar
superordinat
Belajar
superordinat terjadi bila konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya dikenal sebagai
unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas,lebih inklusif (Dahar,1996).
4.
Penyesuaian
Integratif
Terkadang
anak dihadapkan kepada permasalahan dwifungsi suatu konsep dan dengan kenyataan
ini mereka mengalami semacam pertentangan kognitif.Misalnya penggunaan kata
bisa yang berarti dapat/ mampu dan arti lainnya racun. Menurut Ausubel untuk
mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti itulah penggunaan
penyesuaian prinsip-prinsip integratif yang sering disebut dengan istilah
rekonsiliasi integratif.
D.
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEBUTUHAN MANUSIA
Teori
motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham
Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki
dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan
fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan
emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi
diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow
memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa
aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan
antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat
atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan
dipenuhi secara eksternal. Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas
di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif. Namun,
penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris
dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan
pendukung yang kuat.
E.
PROSES MOTIVASI DALAM BELAJAR
Dalam
perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Motivasi belajar tersebut ada yang
intrinsik dan ada yang ekstrinsik. Penguatan-penguatan motivasi-motivasi
belajar tersebut berada di tangan pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas memperkuat
motivasi belajar pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat
motivasi belajar sepanjang hayat. Guru bertindak membelajarkan siswa yang
memiliki motivasi intrinsik.
Pesreta
didik adalah pebelajar yang paling berkepentingan dalam menghayati belajar. Ada
peserta didik yang telah berkeinginan memperoleh pengalaman, keterampilan, dan
pengetahuan sejak kecil. Peserta didik tersebut memiliki motivasi intrinsik.
Peserta didik yang lain baru memiliki keinginan, memperoleh pengalaman,
keterampilan dan pengetahuan berkat teman sebayanya. Mereka ini memiliki
motivasi ekstrinsik. Dalam proses belajar mengajar, guru melakukan tindakan
mendidiuk seperti memberi hadiah, memuji, menegur atau memberi nasehat.
Tindakan guru tersebut berarti menguatkan motivasi intrinsik, tindakan tersebut
juga berarti mendorong peserta didik belajar, suatu penguatan motivasi
intrinsik. Peserta didik tertarik belajar karena ingin memperoleh hadiah, atau
menghindari hukuman. Dalam hal ini pesrta didik menghayati motivasi intrinsik
atau ekstrinsik, dan bertambah bersemangat untuk belajar.
F.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI BELAJAR
Yusuf
(2009:23) menyatakan terdapat dua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Diuraikan sebagai berikut :
a)
Faktor
Internal (yang berasal dari diri siswa sendiri)
1)
Faktor
Fisik
Faktor
fisik yang dimaksud meliputi : nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi- fungsi fisik
(terutama panca indera). Kekurangan gizi atau kadar makanan akan mengakibatkan
kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah, dan sebagainya. Kondisi fisik yang
seperti itu sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa di sekolah. Dengan
kekurangan gizi, siswa akan rentan terhadap penyakit, yang menyebabkan
menurunnya kemampuan belajar, berfikir atau berkonsentrasi. Keadaan fungsi-
fungsi jasmani seperti panca indera (mata dan telinga) dipandang sebagai faktor
yang mempengaruhi proses belajar. Panca indera yang baik akan mempermudah siswa
dalam mengiti proses belajar di sekolah.
2)
Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat
aktivitas belajar pada siswa. Faktor yang mendorong aktivitas belajar menurut
Arden N. Frandsen (Farozin, 2011 :48) adalah sebagai berikut :
a)
Rasa
ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia (lingkungan) yang lebih luas,
b)
Sifat
kreatif dan keinginan untuk selalu maju,
c)
Keinginan
untuk mendapat simpati dari orang tua, guru, dan teman- teman,
d)
Keinginan
untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha yang baru,
e)
Keinginan
untuk mendapat rasa aman apabila menguasai pelajaran,
f)
Adanya
ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari proses belajar.
Sedangkan
faktor psikis yang menghambat adalah sebgai berikut :
a)
Tingkat
kecerdasan yang lemah
b)
Gangguan
emosional, seperti : merasa tidak aman, tercekam rasa takut, cemas, dan
gelisah.
c)
Sikap
dan kebiasaan belajar yang buruk, seperti : tidak menyenangi mata pelajaran
tertentu, malas belajar, tidak memiliki waktu belajar yang teratur, dan kurang
terbiasa membaca buku mata pelajaran. Kedua faktor yang telah dipaparkan
merupakan faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar.
b)
Faktor
Eksternal (yang berasal dari lingkungan)
1)
Faktor
Non-Sosial
Faktor
non-sosial yang dimaksud, seperti : keadaan udara (cuaca panas atau dingin),
waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat
belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar. Ketika semua faktor
dapat saling mendukung maka proses belajar akan berjalan dengan baik.
2)
Faktor
Sosial
Faktor
sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir
secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan
berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara yang menyenangkan,
seperti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat dirumah siswa tetap
mendapat perhatian dari orang tua, baik perhatian material dengan menyediakan
sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah siswa belajar di
rumah.
Motivasi
belajar memiliki peranan yang penting dalam mendorong kesuksesan belajar pada
siswa. Pendidik dan konselor perlu melakukan upaya untuk mendorong semangat
siswa dalam belajar. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Tidak semua siswa memiliki motivasi belajar tinggi.
Beberapa
rumusan tentang faktor penyebab motivasi belajar dapat ditemukan dalam berbagai
data jurnal penelitian. Menurut Grolnick dan Ryan, 1989: Rigby et al., 1992
(Farozin, 2011 :48) dukungan pribadi dari orang tua merupakan aspek praktis,
dimana orang tua membantu anak untuk belajar menyelesaikan masalah (problem
solving), membicarakan tentang kepercayaan diri yang mereka miliki tentang
kemampuannya, serta mendorong anak untuk mengembangkan ide dan opini mereka.
Pada
proses pendidikan, motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan adanya :
guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling/konselor, pimpinan sekolah,
dan semua komponen sekolah yang akomodatif, orang tua dan anggota keluarga yang
mendukung kegiatan belajar siswa, metode pembelajaran yang sesuai, materi
pelajaran yang diberikan sesuai dengan seharusnya dipelajari dan dikuasai
siswa, dan penggunaan media pembelajaran.
Konselor
atau Guru BK memiliki tanggung jawab yang sama seperti guru mata pelajaran dan
semua personil sekolah yang terkait dengan peningkatan motivasi belajar siswa.
Konselor dapat dengan rutin mengadakan pertemuan dengan orang tua, guna sharing
mengenai perkembangan anak pada saat di rumah, mengingat motivasi belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu internal dan ekternal, maka orang
tua/keluarga menjadi bagian terkait yang tidak dapat dipisahkan dalam motivasi
belajar siswa di sekolah. Sehingga orang tua memiliki andil yang sama seperti
semua personel sekolah dalam peningkatan motivasi belajar.
0 Comments
Post a Comment