A. Latar Belakang
Masalah
Anak adalah titipan Tuhan Yang Maha
Kuasa, karena itu nasib dan masa depan anak-anak adalah tanggung jawab kita
semua. Tetapi tanggung jawab utama terletak pada orang tua masing-masing. Orang
tualah yang pertama berkewajiban memelihara, mendidik, dan membesarkan
anak-anaknya agar menjadi manusia yang berkemampuan dan berguna. Setelah
seorang anak kepribadiannya terbentuk, peran orangtua selanjutnya adalah
mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak-anaknya.
Allah Swt berfirman dalam
surat Al-kahfi ayat 46 tentang kedudukan anak dalam pandangan Islam
sebagai berikut:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِندَ رَبِّكَ ثَوَاباً
وَخَيْرٌ أَمَلاً)الكهف:٤٦(
Artinya: Harta
dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang
terus menerus adalah lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan’ (Qs. Al Kahfi:46).
Ayat diatas menjelaskan bahwa
anak adalah Perhiasan ( Ziinah) yaitu anak yang berhasil dalam meniti
dunianya saja, anak ini menjadi kebanggan orang tuanya karena ia telah berhasil
dalam meniti karirnya, apakah ia sebagai birokrat, busenismen, atau politikus
yang handal, kemudian ia mempunyai uang yang banyak, mobil yang keren dan rumah
yang bagus, sehingga akan menjadi kebanggaan orang tuanya dan menceritakan
kepada semua orang yang dijumpainya bahwa anaknya telah berhasil, namun sayang
ia bukan sebagai pengamal ajaran agamanya secara baik, ia belum bisa baca
Al-Quran, kadang shalat kadang tidak, bahkan sering melaksanakan ma’shiyat.
Pendidikan sebagai upaya untuk membangun
sumber daya manusia memerlukan wawasan yang sangat luas, karena pendidikan
menyangkut semua aspek kehidupan manusia, baik dalam pemikiran atau
pengalamannya. Oleh karena itu, pembahasan pendidikan tidak cukup berdasarkan
pengalaman saja, melainkan dibutuhkan suatu pemikiran yang sangat luas dan
mendalam. Pengkajian
pendidikan tidak cukup hanya dengan hasil penelitian secara ilmiah, namun
dibutuhkan penkajian yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengkajian
ilmah merupakan suatu keharusan karena akan mengungkapkan fakta - fakta yang
berkaitan denagan pengalaman manusia yang berkaitan dengan pendidikan.
Kedua orang tua
memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh
dalam mendidik anak mereka. Disamping itu Ibrahim Amini mengemukakan bahwa “Islam menganggap
pendidikan sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya
berarti mereka telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka
diminta pertanggung jawabannya”[1].
Seorang anak
juga mempunyai kewajiban terhadap kedua orang tuanya. Sebagaimana Allah Swt
berfirman dalam Alquran Surat Al Isra’ ayat 23-24.
وَقَضَى
رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا
أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً, وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل
رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً) الإسراء: ٢٣-٢٤(
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia, Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.(Qs. Al-Isra: 23-24).
Lebih
lanjut Ibrahim Amini mengemukakan bahwa “seorang anak yang buruk akan
menghancurkan kehormatan ayah dan ibu dan meruntuhkan nama baik moyangnya”[2].
Berdasarkan
keterangan diatas, bahwa menghormati dan berbakti kepada orang tua, berbuat baik dengan sesama, beribadah kepada
Tuhan, menurut tuntunan agama apapun, adalah merupakan kewajiban, tetapi
ternyata tidak semua orang mampu menjalankannya. Banyak orang melupakan orang
tua, berbuat sesuatu yang tidak menyenangkan orang lain, dan selalu enggan beribadah. Mereka berperilaku
seenaknya sendiri tanpa mempedulikan adat istiadat dan tuntunan agamanya.
Artinya, mereka itu tidak bisa mengelola dirinya sendiri.
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan
proposal skripsi ini adalah Konsep Pendidikan Anak Dalam Islam Menurut Ibrahim
Amini.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal
skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana cara mendidik anak berprilaku?
2. Bagaimana cara mendidik anak berfikir?
3. Bagaimana cara mendidik anak berjiwa sehat?
C. Penjelasan
Istilah
Adapun istilah
yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1.
Konsep
Menurut Sampurna K “Konsep adalah rancangan atau buram surat-surat dan
sebagainya”.[3]
Bahkan Soerganda Poerwakawatja juga menjelaskan bahwa konsep adalah: “Suatu
yang dikonsepkan, proses mental yang menguatkan suatu mental. Kemampuan menyusun kembali dan memadukan data yang diserap indera.”[4]
Sedangkan pengertian konsep menurut penulis adalah suatu perancangan dasar yang
akan dijadikan proses untuk melakukan suatu pekerjaan dimasa akan datang
ataupun suatu landasan dasar atau kerangka utama dalam menyusun atau membuat
suatu permasalahan.
2.
Pendidikan Anak
Suganda Poerbakawatja menjelaskan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk membawa si anak ke tingkat
kedewasaan dalam arti sadar dalam memikul tanggung jawab segala perbuatan
secara moral.[5] Dalam psikologi pendidikan disebutkan pendidikan adalah:
“Proses pertumbuhan yang berlangsung berkat dilakukannya perbuatan belajar.”[6]
Ibrahim Amini dalam bukunya agar tak
salah mendidik mengatakan bahwa:
Pendidikan adalah memilih tindakan dan
perkataan yang sesuai, menciptakan syarat-syarat dan faktor-faktor yang
diperlukan dan membantu seorang individu yang menjadi objek pendidikan supaya
dapat dengan sempurna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya dan secara
perlahan-lahan bergerak maju menuju tujuan dan kesempurnaan yang diharapkan.[7]
Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru menjelaskan bahwa:
Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang
bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan
perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan
sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan nonformal di
samping secara formal seperti di sekolah, madrasah, dan institusi-institusi
lainnya.[8]
Dengan demikian pendidikan
berarti, segala usaha orang dewasa baik sadar dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan menuju
terciptanya kehidupan yang lebih baik.
Daryanto, SS, dalam
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan, anak adalah “keturunan yang
kedua manusia, kelompok terkecil dari manusia, seseorang yang dilahirkan di
suatu daerah, bagian dari suatu kelompok keluarga”.[9] Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kata anak diartikan
dengan: “Keturunan kedua, manusia yang masih kecil.”[10] Batasan
umur anak kanak-kanak (0-6 tahun), anak
umur sekolah (6-12 tahun), umur remaja (13-16 tahun)”.[11]
Napitupulu mengartikan anak sebagai berikut “anak belum dewasa
perkembangannya menunjuk taraf kedewasaan nyakni, taraf berdiri sendiri,
berfikir dan berubah pada sesama manusia dan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.”[12]
Sedangkan pendidikan anak yang penulis
maksud dalam pembahasan ini adalah suatu upaya pembinaan yang di tunjukan
kepada anak-anak yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantru pertumbuhan dan perklembangan jasmani dan rohani agar anak memliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
3.
Ibrahim Amini
Ibrahim Amini “dilahirkan di Kota Najaf
Abad Ishfahan pada tahun 1925. Beliau menamatkan Pendidikan Dasar di Kota
kelahirannya dan pada tahun 1941 beliau masuk ke hauzah ilmiah Ishfahan untuk
menimba ilmu agama Islam”[13].
Di sanalah beliau belajar tata bahasa arab dan pendidikan tingkat suthuh
seperti logika, ushul fiqh dan fiqh. Pada tahun 1946 Amini muda pergi ke kota
Qom dan melanjutkan studynya di sana. Beliau menyelesaikan pendidikan tingkat
suthuh ilmu fiqh, ushul fiqh, filsafat teologi dan tafsir di Qom di bawah
bimbingan guru-gurunya.
D. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Untuk mengetahui cara mendidik anak berprilaku.
2. Untuk mengetahui cara mendidik anak berfikir.
3. Untuk mengetahui cara mendidik anak berjiwa sehat.
E. Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai Konsep Pendidikan Anak Dalam Islam Menurut Ibrahim Amini. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang study pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan konsep Konsep
Pendidikan Anak Dalam Islam Menurut Ibrahim Amini ini dalam pelaksanaannya. Dengan
demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
F. Landasan Teori
Ibrahim Amini dilahirkan di Kota Najaf
Abad Ishfahan pada tahun 1925. Beliau menamatkan Pendidikan Dasar di Kota
kelahirannya dan pada tahun 1941 beliau masuk ke hauzah ilmiah Ishfahan untuk
menimba ilmu agama Islam. Di sanalah beliau belajar tata bahasa arab dan
pendidikan tingkat suthuh seperti logika, ushul fiqh dan fiqh. Pada tahun 1946
Amini muda pergi ke kota Qom dan melanjutkan studynya di sana. Beliau
menyelesaikan pendidikan tingkat suthuh ilmu fiqh, ushul fiqh, filsafat teologi
dan tafsir di Qom di bawah bimbingan guru-gurunya.
Konsep pendidikan anak menurut Ibrahim
Amini adalah mendidik anak tentang tanggung jawab manusia terhadap Tuhan,
tanggung jawab manusia terhadap dirinya, tanggung jawab manusia terhadap
masyarakat, dan tanggung jawab terhadap makhluk Tuhan.
Mendidik anak berprilaku menjadi fokus
seluruh agama-agama samawi terutama agama Islam. prilaku merupakan tema yang
selalu menjadi perhatian besar para ulama Islam dan akan terus demikian
sepanjang hidup. Prilaku yang mulia itu sesuai dengan sifat dasar
malakutiyahnya. Manusia yang senantiasa berusaha menyempurnakan jiwanya; ketika
jiwa sempurna maka akan semakin dekat dengan Allah Swt. sebaiknya akhlak buruk
juga sama sekali tidak sesuai dengan sifat dasar malakutiyahnya;dapat
menjatuhkan ke tahapan paling rendah dan kesengsaraan diakhirat.
Mendidik anak berprilaku terhadap diri
sendiri, manusia memikul tanggung jawab dalam pengembangan dan penyempurnaan
dirinya yaitu dengan jalan usaha dan kesungguhan. Berprilaku terhadap orangtua
dengan berbuat baik kepada keduanya, mengucapkan perkataan yang mulia, bersikap
penuh kasih sayang dan mendoakannya. Berprilaku terhadap orang lain dengan cara
memmberi mamfaat kepada orang lain dan sekaligus mengambil manfaat dari mereka.
Mendidik anak berfikir dengan
mengembangkan potensi akalnya, jika akal dimanfaatkan secara maksimal maka akan
semakin sempurna. Salah satu metode untuk mengoptimalkan akal adalah dengan
sering mempraktikkan kegiatan berfikir, ketika mau melakukan sesuatu cobalah
berfikir tentang segala kemungkinan yang akan terjadi.
Mendidik anak berjiwa sehat dengan
memiliki sifat-sifat yang baik merupakan sesuatu yang didambakan setiap orang.
Sebaliknya betapa menderitanya seseorang yang dikelilingi manusia-manusia yang
memiliki karakter yang buruk. Dari sisi sebagai jasmani manusia mempunyai rupa
dan susunan khusus yang dengannya manusia dapat tumbuh dan berketurunan. Dari
sisi ini pula manusia dapat sehat dan sempurna atau sakit dan tidak sempurna.
Oleh karena itu, pendidikan berpengaruh terhadap kondisi fisik anak, dan
tentunya hal ini harus mendapat perhatian dari para pendidik. Para pendidik
harus memperhatikan perkembangan fisik anak, dan harus berusaha mendidik mereka
menjadi individu yang sehat, kuat dan seimbang.
Anak-anak sejak kecil didik untuk
bekerjasama, saling memberi dan menerima tanggu jawab, ia juga harus diajarkan
memanfaatkan orang lain untuk kebahagian dirinya dan juga diajarkan memberikan
kebahagian pada orang lain. Sebagai seorang anggota dalam sebuah lingkungan
masyarakat maka anak lebih peduli dengan nasib sesamanya karena semua sama-sama
saling membutuhkan jika setiap orang memperhatikan hak orang lain dengan benar
dan menunaikan kewajibannya dengan baik, maka akan terwujud kehidupan yang
harmonis dan menyenangkan.
G. Kajian Terdahulu
Diantara
para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Asnidar Nim: A.
2114991/3941 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim
Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2014
dengan judul dengan judul skripsi Konsep Pendidikan Anak
Menurut Ibrahim Amini metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Cara mendidik anak berprilaku menurut Ibrahim Amini
adalah terhadap diri sendiri; mendidik anak bertanggung jawab
mengembangkan dan menyempurnakan dirinya. Mendidik anak berprilaku terhadap orangtua; menghormati dan berbakti kepada orang tua, berbuat baik dengan sesama, beribadah kepada
Allah Swt. Mendidik anak berprilaku terhadap orang lain;
mendidik anak untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan
kabaikan/kebajikan dan ketaqwaan.
2. Cara mendidik anak berfikir menurut pandangan Ibrahim Amini adalah linguistik verbal; mendidik
kemampuan anak untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu
mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan
membaca. Matematis; mendidik anak berpikir matematis merupakan kegiatan
mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi atau generalisasi. Interpersonal;
mendidik kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan
orang lain.
3. Cara mendidik anak berjiwa sehat menurut
pandangan Ibrahim Amini adalah; jiwa bersih;
menyempurnakan akhlaknya berarti mendidik menyempurnakan jiwanya, ketika jiwa
sempurna maka akan semakin dekat dengan Allah Swt. Jiwa sosial; mendidik anak agar ia lebih peduli dengan nasib
sesamanya. Karena semua sama-sama saling membutuhkan. Jiwa toleransi;
mendidik anak agar tidak menyimpang dari aturan,
dimana seseorang menghargai setiap tindakan yang orang lain lakukan.
H. Metodelogi
Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan
tentang konsep pendidikan
anak dalam islam menurut Ibrahim Amini. Dalam hal ini Sukardi menjelaskan
bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan
pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau
lebih”.[14] Selanjutnya
Sukardi, mengatakan pula bahwa:
Penelitian kuantitatif adalah suatu
metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam menjelaskan hasil
penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya
tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan kesehatan, pandangan, sikap
yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak, pertentangan yang sedang
meruncing dan sebagainya.[15]
Penelitian ini akan menjelaskan konsep pendidikan
anak dalam islam menurut Ibrahim Amini.
2. Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini
adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa
sekarang meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data
yang ada, sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini akan menjelaskan konsep pendidikan anak dalam
islam menurut Ibrahim Amini.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
NO
|
RUANG
LINGKUP
|
HASIL
YANG DIHARAPKAN
|
1
|
Hakikat pendidikan Islam
|
a)
Pengertian
b)
Tujuan
|
2
|
Materi Pendidikan Anak
|
a).
Pendidikan Ketauhidan
b).
Pendidikan Ibadah
c).
Pendidikan Akhlak
d).
Pendidikan Keimanan
|
3
|
Metode pendidikan
anak
|
a)
Keteladanan.
b)
Adat kebiasaan.
c)
Nasihat.
d)
Memberikan perhatian.
e)
Hukuman.
|
4. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1)
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dan segera
diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[16].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah:
a) Ibrahim Amini, Agar
tak Salah Mendidik, Cet. I, Jakarta: al-Huda, 2006.
b) Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam,
diterjemahkan oleh: Drs. Jamaluddin Miri, Lc dengan judul Pendidikan Anak
dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 2002.
2)
Sumber
data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer
tersebut yaitu buku Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis karya M. Ngalim
Purwanto Cet. XVI, yang diterbitkan Remaja Rosdakarya, 2004, Bagaimana
Membimbing, Mendidik dan Mendisiplinkan
Anak Secara Efektif, karya Schaefer, Charles, Terj. R. Turman Sirait, yang
diterbitkan Restu Agung, 1997, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini karya, Slamet Suyanto, yang
diterbitkan Hikayat, 2005.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik Library Research yaitu menelaah
buku-buku, teks dan literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di
atas.[17] Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan
yaitu dengan membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada
kaitannya dengan masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan
fasilitas internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan
skripsi ini.
6. Tehnik Analisa Data
Teknik analisis
data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu
pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran
yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah yakni suatu teknik
penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus
secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif,
sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[18]
I. Garis Besar Isi
Skripsi
Adapun yang menajadi garis besar dalam
penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bab satu terdapat pendahuluan
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan istilah, tujuan
pembahasan, kegunaan pembahasan, Landasan Teori, Kajian
terdahulu, metode penelitian dan garis besar isi
skripsi.
J. Daftar Pustaka
Daryanto, SS, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Apollo, 1998.
H.C.Whtherington, Psikologi pendidikan, Terjemahan Bukhari,
Cet IV, Jakarta: Aksara Baru, 1984.
Ibrahim Amini, Agar tak Salah Mendidik, Cet. I, Jakarta:
al-Huda, 2006.
Kartini, Pengantar Metodologi
Research Sosial, Bandung: Alumni, 1980.
Lexy J., Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002.
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,
Cet. IX, Bandung: Rosda Karya, 2004.
Napitupulu, Dimensi-dimensi
Pendidikan, Jakarta: Tep, 1999.
Sampurna K,
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Cipta Karya, 2003.
Soerganda Poerwakawatja, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 2002.
Suganda Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidkan, Jakarta:
Gunung Agung, 1976.
Sukardi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar
Metodologi Ilmiah, Bandung:
Angkasa, 1987.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
1986.
aalulbayt@aalulbayt.org, diakses tanggal 17
Desember 2013
[6]H.C.Whtherington,
Psikologi pendidikan, Terjemahan Bukhari, Cet IV, (Jakarta: Aksara Baru,
1984), hal. 12.
[8] Muhibin
Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Cet. IX, (Bandung:
Rosda Karya, 2004), hal. 11.
[16]
Winarmo Surachmad,. Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
(Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 163.
[17]Kartini,
Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.
[18] Lexy J., Moleong, Metodologi Penelitian
Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.
0 Comments
Post a Comment