Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Langkah-Langkah Metode Jigsaw


A.    Langkah-Langkah Metode Jigsaw


Menurut Rusman pembelajaran model jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli. Karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Namun, permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, kita sebut sebagai team ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya, hasil pembahasan itu di bawah kekelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya. Kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:
1.     Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk di baca sehingga mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2.     diskusi kelompok ahli siswa yang telah mendapatka topik permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik permasalahan tersebut.
3.     Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4.     Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang dibicarakan tadi
5.     Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan kelompok.[1]
Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp yang dikutip Rusman, mengemukakan langkah-langkah kooperatif model jigsaw sebagai berikut:
1.     Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang sisiwa.
2.     Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3.     Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4.     Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5.     Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu tem mereka tentang subbab yang mereka kusai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan seksama,
6.     Tiap tem ahli mempresentasikan hasil diskusi
7.     Guru memberi evaluasi
8.     Penutup[2]                    
Dari langkah-langkah yang telah diuraikan diatas maka sering akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya "mendompleng" keberhasilan "pemborong". Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelolah konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui onservasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.                 



               [1] Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 205.

               [2] Ibid., hal. 205.