A. Latar Belakang
Masalah
Agama mengajarkan manusia agar selalu
mendekatkan diri kepada Tuhan. Itulah sebabnya manusia memerlukan pendidikan
agama untuk menuntun ibadahnya. Di sisi lain manusia diberi kemampuan untuk
membina anak didiknya agar menjadi orang baik dan mempunyai kepribadian yang
kuat dan sikap mental yang sehat serta akhlak yang terpuji.
Perkembangan agama sejak usia dini
anak-anak memerlukan dorongan dan rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air
dan pupuk. Minat dan cita-cita anak perlu ditumbuh kembangkan ke arah yang baik
dan terpuji melalui pendidikan. Cara memberikan pendidikan atau pengajaran
agama haruslah sesuai dengan perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena
itu dibutuhkan pendidik yang memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala
gerak-geriknya menjadi teladan dan cermin bagi murid-muridnya.[1]
Tingkat usia kanak-kanak merupakan
kesempatan pertama yang sangat baik bagi pendidik untuk membina kepribadian
anak yang akan menentukan masa depan mereka. Penanaman nila-nilai agama
sebaikya dilaksanakan kepada anak pada usia pra-sekolah, sebelum mereka dapat
berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang abstrak serta belum dapat
membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil sudah terbiasa dengan
nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah Swt.
Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak
masih sangat terbatas kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai
terbentuk dan ia sangat peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya.
Pendidikan agama diperlukan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik misalnya
membaca do’a tiap kali memulai pekerjaan seperti do’a mau makan dan minum, doa
naik kendaraan, doa mau pulang, dan lain-lain yang biasa di terapkan dalam
kehidupannya sehari-hari. Disamping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa
secara sederhana, sesuai dengan kemampuannya[2].
Metode yang digunakan dalam
menyampaikan pendidikan agama pada anak tentu berbeda dengan metode yang
dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai berikut: “Anak-anak bukanlah orang
dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti bagi mereka
hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa yang
dipahaminya dan tidak bersifat dogmatic saja”.[3]
Cerita adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita
kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya
dengan keindahan dan sandaran kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan cerita.[4]
Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas dan
pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang nyata,
mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat memikirkan
soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum. Anak-anak itu
sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh. Berkenaan
dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke dalam jiwa anak,
orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam mendidiknya, sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua juga sebagai pendidik harus
dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di dalam memberikan
pendidikan agama pada anaknya.
Berdasarkan hasil observasi penulis di
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen Salah satu cara yang digunakan
oleh guru Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen untuk merangsang anak
agar tertarik melakukan kegiatan yaitu dengan metode cerita, Oleh sebab itu,
metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman
Kanak-kanak dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan.
Dari latar belakang tersebut di atas,
maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul “Metode
Bercerita Sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Prasekolah Di
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.”
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal
skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan metode bercerita dalam
proses belajar mengajar pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah di
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen?
2. sejauh mana keberhasilan metode bercerita sebagai penanaman
pendidikan agama Islam pada anak usia Prasekolah Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen?
3. Apa sajakah kendala-kendala penanaman pendidikan agama Islam di anak usia prasekolah di Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Bireuen?
C. Penjelasan
Istilah
Adapun istilah
yang terdapat dalam judul proposal skripsi ini yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:
1. Metode Bercerita
Ahmad Tafsir memberikan pengertian metode adalah cara
yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.[5]
Sedangkan menurut Sukanto Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada
pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan
keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan cerita[6].
2. Pendidikan Agama Islam
Menurut ensiklopedia pendidikan
menyebutkan bahwa pendidikan adalah “usaha manusia untuk membawa anak yang
belum dewasa dalam arti sadar dan mampu memikul tanggung jawab atas segala
perbuatannya secara moral”.[7]
Pendidikan adalah “bimbingan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai
kedewasaannya.”[8] Hal yang hampir senada juga
diungkapkan oleh Henderson ,
bahwa “pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai
hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir”.[9]
Pendidikan
agama merupakan “Segala usaha orang dewasa dalam pergaulan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan”.[10]
Sedangkan menurut D. Marimba mengemukakan Pendidikan Islam itu adalah
“Bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam”.[11]
Pendidikan Agama Islam adalah usaha
membimbing jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam.[12] Sedangkan
pendidikan agama Islam menurut Mahmud Yunus adalah “memberikan hati, mensucikan
jiwa serta mendidik hati nurani dan mencetak anak dengan kelakuan yang baik dan
mendorong mereka untuk berbuat pekerjaan yang mulia”.[13] Kemudian Ramli Maha
mengungkapkan pendidikan agama Islam adalah “segala usaha dan daya upaya untuk
membimbing manusia ke taraf yang mulia di sisi Tuhan”.[14]
Dari
penjelasan di atas, yang penulis maksudkan dengan pendidikan agama Islam adalah suatu usaha atau perbuatan yang
dilakukan oleh pendidik untuk membawa peserta didik kearah yang lebih
dewasa,serta mempunyai kepribadian yang sempurna dan melaksanakan segi
perbuatan sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.
3. Anak Usia Prasekolah
Pengertian anak dalam bahasa Indonesia,
menurut M. Mursal Thaher dkk, adalah
manusia dalam periode perkembangan dan berakhirnya masa bayi hingga menjelang
masa pubertas”.[15] Dessy
Anwar dalam Kamus lengkap Bahasa Indonesia dalam kamus lengkap bahasa Indonesia
menjelaskan bahwa yang di maksud dengan Anak adalah turunan yang kedua, manusia
yang lebih kecil.[16]
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, kata anak diartikan dengan: “Keturunan kedua, manusia yang masih
kecil.”[17]
Batasan umur anak kanak-kanak (0-6
tahun), anak umur sekolah (6-12 tahun), umur remaja (13-16 tahun).[18]
Yang penulis maksudkan dengan anak
disini yaitu manusia yang masih kecil berumur antara 1-6 tahun dan masih berada
dalam masa perkembangan serta pertumbuhan baik jasmani maupun jasmani yang
memerlukan asuhan dan bimbingan agar menjadi dewasa.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
Prasekolah adalah jenjang (tingkat) sekolah sebelum sekolah dasar yang meliputi
Taman Kanak-Kanak, Play Group, dan Tpa.[19] Alsub Sabri menjelaskan bahwa
pendidikan anak pra sekolah adalah masa kanak-kanan awal dan berlangsung dari
umur 2 tahun sampai 6 tahun. Masa ini sering disebut usia sulit karena di dalam
memelihara dan mendidik mereka sangat sulit.[20]
Adapun yang dimaksud dengan “anak usia prasekolah” anak yang berumur di bawah 6 tahun.
D. Tujuan
Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
1.
Untuk mengetahui pelaksanaan metode bercerita dalam proses belajar mengajar pendidikan agama
Islam pada anak usia prasekolah di Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang
Bireuen.
2. Untuk mengetahui keberhasilan metode bercerita sebagai penanaman
pendidikan agama Islam pada anak usia Prasekolah Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen.
3. Untuk mengetahui kendala-kendala penanaman pendidikan agama Islam di anak usia prasekolah di Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Bireuen.
E. Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai metode
bercerita sebagai penanaman pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah di
Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang study pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan metode bercerita sebagai penanaman
pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah di Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Bireuen ini
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi
tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan
Islam.
F. Landasan Teori
Usia prasekolah merupakan masa yang sangat strategis yang dapat dimainkan
orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan, memperkuat akidahnya kepada
Allah Swt. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan terbaik dalam menghadapi
realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan yang menyesatkan. Akidah
tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang, kesalahan dan ketakutan,
memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk berani berorban, lebih
mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.1
Pendidikan yang toleran memang tidak bisa hanya sebatas
diceramahkan, tetapi harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik di tingkat sekolah, keluarga, maupun masyarakat. AlQuran dan Hadist
sebenarnya memberikan pernyataan yang mengarahkan bahwa dalam mendidik orang
lain tidak boleh hanya diceramahkan secara lisan, tetapi lebih banyak melalui
tahapan refleksi dan aksi. Seperti yang diungkapkan dalam Qur'an Surat Ar-rum
ayat: 41- 43:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ, قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ
فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلُ كَانَ أَكْثَرُهُم مُّشْرِكِينَ فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ الْقَيِّمِ مِن
قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لَّا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ يَوْمَئِذٍ يَصَّدَّعُونَ) ,
الروم: ٤١
- ٤٣(
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat maupun di lautan disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari
akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar. Katakanlah
Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu, kebanyakan mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah). Oleh karena itu hadapkanlah wajahmu kepada agama yang
lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak
(kedatangannya) pada hari itu mereka berpisah-pisah. (Qs. Ar-rum: 41- 43).
Ayat tersebut menunjukkan bahwa dalam
Pembelajaran tentang Menghormati Lingkungan Hidup yang lebih mengena adalah
mengalami sendiri, tetapi bisa saja melakukan refleksi maupun aksi. Bentuk
refleksinya melalui kegiatan perjalanan di muka bumi (field trip atau
yang sejenis) dan tahapan aksinya berupa perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang dahulu (Metode yang dipakai bisa metode induktif, deduktif
maupun studi kasus). Setelah ada proses refleksi ditutup dengan kesadaran untuk
aksi berupa ketundukan hakiki kepada Islam. Spirit ayat ini menunjukkan bahwa
metode ceramah perlu dikurangi maupun dihindari, karena Allah dalam Al-qur’an surat Ash Shaaf ayat 2-3 Allah
SWT. berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ,
كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ)الصف:٣- ٢ (
Artinya: Hai orang-orang beriman mengapa kamu mengatakan
apa yang tidak kamu lakukan. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu
mengatakan sesuatu tetapi tidak kamu kerjakan. (Qs. Ash Shaaf: 2-3).
Ayat diatas dijelaskan oleh Allah bahwa
Pendidikan Tauhid memerlukan proses panjang dengan tahapan aksi, refleksi,
aksi. Tahapan aksi pada ayat 258 bahwa dalam pembelajaran Tauhid memerlukan
metode dialog, metode pembuktian, dan memerlukan refleksi setelah terjadinya
dialog. Ketika refleksi berlangsung ternyata tidak mentauhidkan Allah, itu
semua sudah merupakan urusan Allah. Disinilah peran guru sebatas fasilitator
bagi peserta didiknya, sehingga guru tidak begitu perlu mengajarkan agama
secara dogmatis tetapi yang memberdayakan siswa.
Pendidikan, terutama pcndidikan agama
harus ditanamkan sejak dini dalam keluarga. Tugas ibu menjadi amat dominan,
mengingat unsur kedckatan secara psikotogis aniara anak dengan ibu menjadi
bahan pertimbangan tersendiri- Dengan kondisi seperti ini dapat dinyatakan,
bahwa tugas ibu bagi suksesnya program pemerintah dalam menyelenggarakan.
Paparan di atas menunjukkan bahwa AlQur'an
lebih mementingkan dialog dalam proses pembelajaran, termasuk pembelajaran
Tauhid dan menghindari model-model doktrin dan materinya dogmatis. Tawaran yang
hampir mirip tetapi lebih mikro dan tepat digunakan di tingkat sekolah
dinyatakan Suparno, dkk bahwa pendidikan nilai dan pengajaran agama tidak harus
disampaikan dengan pengetahuan saja, melainkan harus dengan hati, melalui
pengalaman/ penghayatan nyata melalui program problem solving,
reflective/critical thinking, group dynamic, community building, responsibility
building, picnic, camping study, retreat/week-end moral, dan live-in dalam
kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler. Pendidikan yang semacam ini bisa
mengarahkan siswa pada pemahaman bahwa "sesuatu yang berbeda, tidak harus
dibeda-bedakan", dengan melalui materi pelajaran budi pekerti yang harus
berlangsung di dalam seluruh situasi kependidikan yang nyata di setiap program
sekolah, melalui karya sastra ataupun materi yang lain. Sedangkan pembelajaran
agama lebih menekankan model yang memiliki tujuh tahapan: doa
pembukaan/penutup, narasi/kisah, refleksi, pengembangan religiusitas berdasar
narasi/kisah, rangkuman danpeneguhan, aksi dan pra-aksi dalam masyarakat, dan
terakhir evaluasi: atas materi, aksi, dan pra-aksi untuk tujuan penilaian dan evaluasi
atas proses pembelajaran.2
G. Kajian
Terdahulu
Diantara
para peneliti sebelumnya, antara lain :
Nama: Mentari Nim: A. 2115022/3972
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun
2014 dengan judul skripsi Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Pengembangan
Moral Keagamaan Pada Anak Usia Dini di TK nurul Hilal Pulo Ara Kecamatan Kota
Juang Kabupaten Bireuen metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah
metode Library Reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Materi moral keagamaan anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah kemandirian, bershadaqah dan berinfak, tanggung
jawab, percaya diri dan berani, sabar, antusias ibadah, adil, kreatif, kepedulian,
kerjasama, empati, suka menolong, respek.
2. Implementasi metode pembiasaan dalam
pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal adalah murid
selalu dibiasakan mengucapkan salam kepada para guru ketika mau pulang serta
membaca doa-doa harian sebelum dan sesudah melakukan sesuatu.
3.
Kendala implementasi metode pembiasaan dalam pengembangan
moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal kurangnya kepedulian
orang tua dalam membimbing anak, pola
asuh orang tua yang terlalu memanjakan anaknya baik dirumah, terpengaruh lingkungan masyarakat dalam hal
ini pergaulan dengan teman-temannya.
Evaluasi terhadap
penerapan metode pembiasaan dalam pengembangan moral keagamaan bagi anak usia dini di TK Nurul Hilal
adalah evaluasi kegiatan regular (Pengenalan huruf hijaiyyah, hafalan juz
‘amma, hafalan do’a-do’a, aqidah-akhlak shirah, pengenalan bahasa Indonesia,
Inggris, pengenalan lingkungan, pengembangan jasmani dan kesehatan, pengenalan matematika
awal).
Selanjutnya adalah Nama: Zaryati Nim: A. 273384/2334 Sekolah Tinggi Agama
Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Pendidikan
Islam Bagi Anak Usia Dini metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah
metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut:
1.
Usia dini merupakan masa yang sangat
strategis yang dapat dimainkan orang tua untuk mendidik anak dengan ketauhidan,
memperkuat akidahnya kepada Allah SWT. Yang bakal ia lihat sebagai pertolongan
terbaik dalam menghadapi realitas yang menyakitkan dan pergulatan kehidupan
yang menyesatkan. Akidah tersebut juga akan menyingkirkan beragam penghalang,
kesalahan dan ketakutan, memperkuat kepribadiannya dan mempersiapkannya untuk
berani berorban, lebih mengutamakan orang lain, dan suka menolong sesama.
2.
Mendidik anak – anak untuk beribadah
kepada Allah SWT. Sebaiknya dimulai dengan teori praktik secara bersamaan. Hal
itu dapat dilakukan langsung dengan memberikan semangat dan dorongan, tanpa
menggunakan cara-cara kekerasan (represif), pemaksaan dan otot. Anak
sebaiknya tidak terburu-buru dihukum ketika tidak menjalankan sebagian ibadah,
karena dia belum terkena perintah untuk menjalankan kewajiban – kewajiban
agama.
3.
Memberikan pembinaan akhlak dan
berusaha untuk menumbuhkan keinginan untuk melakukan kebajikan dalam hidup
seseorang memang diperlukan dalam pendidikan agama, sebab untuk mencapai
nilai-nilai kebajikan itu sendiri adalah bagian yang tidak terpisahkan dengan
pendidikan akhlak yang kedudukannya sangat mulia bagi umat Islam.
4.
Pendidikan keimanan bagi anak usia
dini adalah sinergi berbagai unsur aktivitas pedagogis: pengaitan anak-anak dengan dasar-dasar keimanan, pengakrabanya dengan
rukun-rukun Islam, dan pembelajarannya
tentang prinsip-prinsip syariat Islam, pendidikan karakter dan insting anak
yang tumbuh kembang, pengarahan prilaku mereka sesuai dengan fondasi nilai,
prinsip-prinsip dan norma-norma etik yang bersumber dari
keimanan yang benar kepada Allah SWT, malaikat-malaikanNya, kitab-kitabNya, Rasul-Rasulnya, hari kiamat, dan qadhaNya
yang baik ataupun yang buruk.
Penelitian tersebut diatas belum
menjelaskan secara rinci tentang strategi mendidik anak usia pra sekoah,
sehingga terlihat belum lengkap dalam sebuah penelitian. Adapun yang membedakan
penelitian ini dengan penelitian diatas adalah, dalam penelitian ini penulis
mendiskripsikan cara atau metode yang digunakan sehingga lebih baik dalam
proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak usia pra sekolah.
H. Metodologi
Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen, Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen terletak di Jalan Banda Aceh-Medan Simpang Pulo
Ara Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen Provinsi Aceh. Penulis mengambil Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen sebagai tempat penelitian karena belum ada mahasiswa yang
membuat penelitian tentang judul yang penulis teliti.
2. Jenis penelitian
Adapun jenis
penelitian ini adalah Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu
penelitian dilakukan dengan cara penulis terjun langsung ke lokasi (objek) penelitian yaitu Raudhatul
Athfal Nurul Hilal Kota Juang Bireuen untuk mendapatkan data yang penulis
perlukan yaitu data tentang metode bercerita sebagai penanaman pendidikan agama
islam pada anak usia prasekolah.
3. Metode Penelitian
Adapun metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini
adalah penelitian lapangan (field research)
yang bersifat kualitatif serta menggunakan pendekatan deskriptif.
Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang diarahkan
dalam memahami fenomena sosial dari perpektif partisipan, serta menggunakan
strategi multi metode, dengan metode utama interview, observasi, dan
studi dokumenter, dalam pelaksanaan penelitian peneliti menyatu dengan situasi
yang di teliti.[21] Penelitan kualitatif berlangsung
secara natural, data yang di kumpulkan dari orang-orang yang terlibat dalam
tingkah laku alamiah, hasil penelitian kulitatif berupa deskripsi
analisis.
4. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian adalah pembahasan
mengenai kerangka penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa: “Ruang Lingkup
Penelitian adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan
atau argumentasi bagi rumusan masalah”[22] Adapun yang menjadi sumber data
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
NO
|
Ruang Lingkup Penelitian
|
Hasil Yang diharapkan
|
1
|
Pelaksanaan metode bercerita dalam proses belajar mengajar
pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah di Raudhatul Athfal Nurul
Hilal Kota Juang Bireuen
|
a). Cerita islami
b). Cerita Dongeng
|
2
|
Keberhasilan metode bercerita sebagai penanaman pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah Raudhatul Athfal Nurul Hilal Kota
Juang Bireuen
|
a). Dalam pelajaran
b). Dalam pengetahuan
|
3
|
Kendala-kendala penanaman pendidikan agama Islam pada anak usia prasekolah Raudhatul Athfal Nurul Hilai Kota Juang Bireuen
|
a). Guru
b). Siswa
c). Media pembelajaran
|
5. Objek Penelitian
Menurut
Sugiyono pengertian “Objek penelitian adalah sarana ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaa tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid,
dan reliable tentang suatu hal.”[23]
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan
kegunaan tertentu untuk mendapatkan data
tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda.
Adapun yang
menjadi objek dalam
penelitian ini adalah kepala Sekolah, wakil kepala
sekolah dan guru Raudhatul Athfal Nurul Hilai Kota Juang
Bireuen.
6. Sumber Data
1) Data primer
adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan
penyelidik untuk tujuan penelitian.[24].
Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah
a)
Kepala Raudhatul Athfal Nurul Hilai Kota Juang Bireuen
b)
Guru
2) Data skunder yaitu sumber data yang
mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku:
a)
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, Cet ke -23, Jakarta: Toko
Gunung Agung, 2001
b)
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Cet. Ke-16, Jakarta:
Bulan Bintang, 1996
c)
Soekanto, Seni Cerita Islami, Cet. ke-2, Jakarta: Bumi Mitra
Press, 2001
d)
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet ke-7,
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003
e)
Rayamulis, Ilmu Pendidikan
Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994
f)
Arifin, Hubungan Timbal
BalikPendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta,
departemen P dan K : 1973
g)
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang,
1986
h)
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi
Perkembangan, terj. Istiwidayanti, Jakarta: Erlangga, 1992.
7. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nazir pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.[25]
Karena penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu langsung terjun ke
lokasi penelitian, sesuai dengan pendapat tersebut untuk mendapatkan data dan
informasi yang akurat demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini, dilakukan
pengumpulan data dengan menggunakan teknik, yaitu Field Research (penelitian lapangan) merupakan suatu metode
pengumpulan data dengan menggunakan penelitian langsung ke lapangan untuk
memperoleh informasi dan data-data dari objek penelitian, melalui penelitian
ini akan dilaksanakan sebaik mungkin untuk memperoleh data yang valid.
Dalam pelaksanaan penelitian ini juga
dikumpulkan data dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dan melihat atau mengamati
individu atau kelompok secara langsung.[26] Metode
observasi menggunakan lembar pengamatan ketrampilan proses peserta didik untuk
mengamati kegiatan peserta didik yang diharapkan muncul dalam pembelajaran.
Observasi digunakan untuk menilai. Observasi digunakan untuk menilai
masing-masing individu meliputi persiapan, kerjasama, prakarsa atau ide dan
hasil pembelajaran. Metode pengamatan (observasi), cara pengumpulan datanya
terjun langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti.[27]
Observasi dilakukan saat proses pembelajaran berlangsung pada masing-masing
siklus. Adapun yang menjadi obyek observasi adalah guru sebagai pelaksana
rancangan pembelajaran dan peserta didik sebagai sasaran yang dituju pada pelaksanaan
penelitian. Sehingga terdapat dua lembar observasi yaitu lembar observasi
aktifitas peserta didik dan lembar observasi aktifitas guru (terlampir).
Adapun yang penulis observasi adalah kegiatan
pembelajaran di Raudhatul Athfal
Nurul Hilal Kota Juang Bireuen Kabupaten Bireuen.
b. Interview
(wawancara)
Wawancara adalah mengajukan berbagai pertanyaan kepada siswa dengan
berbagai cara, lalu pertanyaan yang diajaukan dijawab oleh siswa secara lisan.
Wawancara bisa kontak langsung sehingga dapat mengungkapkan jawaban secara
bebas dan mendalam.[28]
Adapun yang penulis wawancarai adalah kepala sekolah,
wakil kepala dan guru Raudhatul Athfal
Nurul Hilal Kota Juang Bireuen Kabupaten Bireuen.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung
ditujukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen, untuk melengkapi data
yang akan diperlukan melalui observasi, dan wawancara. Dokumen merupakan
kesimpulan variabel yang berbentuk tulisan maupun foto dan sebagainya.[29]
Sumber dokumentasi pada dasarnya merupakan segala bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen, baik resmi maupun yang tidak resmi, seperti untuk mengetahui
data nama, foto selama pembelajaran dan nilai hasil ulangan.
Adapun dokumentasi yang penulis ambil adalah dokumen data
guru, dokumen data siswa dan dokumen sarana dan prasaranan sekolah.
8. Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis data dan menginterpretasikan data
tersebut menurut Nasution dapat dilakukan 3 tahapan yaitu:
1. Tahap Reduksi
Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan
perha- tian, meyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data
yang muncul dari catatan-catatan lapangan[30].
Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan
pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak
perlu.
Pada tahap ini hal yang dilakukan adalah menelaah seluruh
data yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok
dari objek yang diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulka data atau
informasi dari catatan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi untuk
mencari nilai inti atau pokok-pokok yang dianggap penting dari setiap aspek
yang diteliti.
2. Tahap Display
Tahap ini dilakukan adalah untuk merangkul data temuan
data temuan dalam penelitian ini yang di susun secara sistematis untuk
mengetahui tentang hal yang diteliti di lapangan, sehingga melalui display
data dapat memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data
yang terkumpul.
3. Tahap Verifikasi
Nasution mengemukakan: “tahap ini dilakukan untuk
mengadakan pengkajian terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan data
perbandingan dari teori yang relevan. Pengujian ini dimaksudkan untuk melihat
kebenaran hasil analisa, sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya”[31].
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan: “Penelitian dapat
diverifikasi, dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan diulang dengan cara yang
sama atau berbeda. Verifikasi dalam penelitian kualitatif berbeda dengan
kuantitatif”[32]. Penelitian kualitatif memberikan interpretasi deskriptif ,
verifikasi berupa perluasan, pengembangan tetapi bukan pengulangan. Verifikasi
juga bermakna memberikan sumbangan kepada ilmu atau studi lain. Semua data yang
terkumpul dari responden diolah dalam bentuk uraian-uraian tentang apa yang
didapatkan di lokasi penelitian.
Adapun tehnik penulisan dalam skripsi ini penulis
berpedoman pada Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan
oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Bireuen Aceh tahun 2014.
Mengenai terjemahan ayat Al-Qur’an, penulis mengambil Buku Lajnah Pentashihan
Mushaf Al- Qur’an Kementrian agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya Perkata,
penerbit CV. Kalim, Jakarta Tahun 2010.
I. Garis Besar Isi
Proposal Skripsi
Adapun yang menajadi garis besar dalam
penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai berikut :
Pada bab satu terdapat pendahuluan
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, penjelasan istilah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Landasan
Teori, Kajian terdahulu, metode penelitian dan garis besar isi
proposal skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman An-Nahlawi,Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, Bandung: CV.
Dipenogoro, 1989.
Ahmad Tafsir, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Cet ke-7, Bandung: PT. RemajaRosdakarya, 2003.
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: Al-Ma’rifat 1974.
Arifin,
Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan
Keluarga, Jakarta, departemen P dan K :
1973.
Dessy Anwar, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, Cet. I, Surabaya: Karya Abditama, 2001.
Elizabeth
B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, terj. Istiwidayanti, Jakarta:
Erlangga, 1992.
Hamid Patilima, Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung:
Alfabeta, 2005.
Lexy J. .Moleong, Metodelogi
Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2005.
M.
Mursal Thaher dkk, Kamus Umum Ilmu Jiwa
Pendidikan, Bandung, Al-Ma’aruf : 1976.
Nasution, Teknologi Pendidikan,
Cet. III, Bandung: Jemmars, 2000.
Nana Syoadih Sukmadita, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
Nazir, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1999.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan
Anak Prasekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000.
Rayamulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994.
Soekanto, Seni Cerita Islami,
Cet. ke-2, Jakarta : Bumi Mitra Press, 2001.
Soeganda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta:
Gunung Agung, 1999.
Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung: Alfa Beta, 2003.
Winarmo Surachmad,. Dasar dan
Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung:
Angkasa, 1987.
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental,
Cet ke -23, Jakarta: Toko Gunung
Agung, 2001.
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,
Cet. Ke-16, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.
Rosdakarya,
2003), hal. 9.
[13]
Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, Cet. IV, (Jakarta: Hidayah, 1968), hal. 19.
[14]
Ramli Maha, Pendidikan Agama dan Pembangunan Nasional, (Sinar
Darussalam, No. 62: 1975), hal. 47.
[20]Alisub
Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu, 1995), hal. 13.
1Abdurrahman An-Nahlawi,Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam Keluarga di Sekolah dan Masyarakat, Terj. Herry Noer Ali, (Bandung: CV.
Dipenogoro, 1989), hal.18.
[24]
Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,
(Bandung:
Angkasa, 1987), hal. 163.
[25]
Nazir, Metode Penelitian Sosial,
(Jakarta: Rajawali Press, 1999), hal. 127.
[32]Nana
Syoadih Sukmadita, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 8.
0 Comments
Post a Comment