Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Metode Pendidikan Islam


A.    Metode Pendidikan Islam


Pendidikan Islam mempunyai metode tersendiri. Metode pendidikan Islam dijabarkan dalam al-Qur’an, salah satunya seperti yang tertera dalam surat an-Nahl ayat 125. Materi pendidikan Islam juga bersumber dari al-Qur’an dan hadits, materi ini dikembangkan dan dijabarkan dalam aktivitas pendidikan Islam.
Metode adalah cara tertentu yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Metode merupakan teori dan cara mengajar untuk mempermudah pencapaian pendidikan. Metode juga dapat diartikan sebagai cara untuk menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik yang akhirnya dapat mencapai tujuan pendidikan. Muhammad 'Athiyah al-Abrasy mendefinisikan metode sebagai “Jalan yang kita ikuti untuk memberi faham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran, dalam segala mata pelajaran”.18 Dalam pendidikan agama dikenal beberapa macam metode seperti metode perintah, metode keteladanan dan lain-lain.
Dari definisi tentang metode ini dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada anak didik. Metode adalah aspek yang terpenting dari proses pendidikan dan merupakan komponen yang tak terpisahkan dari aktivitas proses belajar mengajar. Firman Allah SWT :
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والمو عظة الحسنة وجادلهم بالتى هي احسن ان ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو أعلم بالمهتد ين (النحل: 125)

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik, sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahlu: 125).19

            Ayat di atas memberi pedoman bahwa metode yang berlaku baik dalam pendidikan Islam adalah al-hikmah (kebijaksanaan), pengajaran yang baik serta diskusi. Al-hikmah dimaksud adalah kebijaksanaan yang diambil sesuai dengan situasi dan kondisi objek didik. Sedangkan pengajaran yang baik adalah Proses Belajar Mengajar (PBM) secara efektif dan efisien, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal. Selain itu juga dapat dilakukan melalui metode diskusi, bertukar pikiran dan adu argumentasi untuk menambah wawasan serta mengembangkannya.
            Metode yang sering digunakan dalam pendidikan Islam menurut Zuhairini ada beberapa macam metode, yaitu :

  1. Metode Ceramah
  2. Metode Tanya-Jawab
  3. Metode Diskusi
  4. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
  5. Metode Pemberian Tugas
  6. Metode Kerja Kelompok
  7. Metode Sosiodrama
  8. Metode Latihan Siap (drill)
  9. Metode Karya Wisata
  10. Metode Sistem Regu
  11. Metode Problem Solving20
Semua metode yang disebutkan di atas boleh saja dipergunakan untuk pendidikan Islam, asalkan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mendasarinya. Akan tetapi perlu disadari bahwa sulit untuk menyebutkan metode mengajar yang terbaik, paling sesuai, paling efektif dan sebagainya. Sebab satu metode mengajar yang baik untuk suatu bidang studi belum tentu baik untuk bidang studi lainnya. Suatu metode efektif digunakan oleh seorang guru belum tentu efektif bila digunakan oleh guru yang lain.
Abd. Rachman Shaleh mengemukakan enam metode dalam pendidikan Islam, yaitu : metode ceramah, metode tanya-jawab, metode diskusi, metode demonstrasi, metode sosiodrama, dan metode pemberian tugas.21 Metode ceramah yang disebut juga dengan metode tabligh adalah suatu metode yang dilakukan dengan cara penuturan secara lisan oleh guru kepada murid-murid. Sedangkan penggunaan metode tanya-jawab dimaksudkan untuk mengenal apakah murid-murid telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan atau untuk mengikuti tingkat-tingkat pemikiran yang dipakai oleh murid dan boleh juga untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara.
Selain merode ceramah dan tanya jawab, metode pengajaran menurut Islam juga metode diskusi. Metode diskusi merupakan suatu metode mengajar yang dapat memecahkan persoalan-persoalan yang hanya mungkin dipecahkan secara bersama antar anggota kelompok dan peserta diskusi.
Diskusi adalah salah satu metode pendidikan yang efektif diterapkan untuk merangsang kreativitas berpikir para siswa. Penggunaan metode diskusi memberikan semangat bagi siswa atau melatihnya berpikir kritis. Pada sisi lain diskusi kelompok juga dapat melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat secara rasional. Dengan diskusi siswa saling bertukar informasi dan pendapat tentang sebuah topik atau masalah yang ingin dicapai serta penyelesaian yang dilakukannya dari segala kemungkinan. Dalam hal ini, Roestiyah mengemukakan sebagai berikut:
“Di dalam diskusi ini proses interaksi antara dua individu atau lebih, dapat saling tukar informasi dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan pelajaran. Mengajar dengan metode diskusi dapat menimbulkan atau membuka cakrawala berpikir siswa secara aktif.”22
            Kutipan di atas, menjelaskan bahwa metode diskusi dapat digunakan sebagai salah satu metode pendidikan yang dapat memecahkan suatu masalah dengan cara bertukar pikiran.
            Selain diskusi, Islam juga mnenerapkan metode demonstrasi dalam proses belajar mengajar. Metode demonstrasi dimaksudkan untuk memperlihatkan kepada anak didik mengenai pelaksanaan suatu amal perbuatan, seperti cara melaksanakan shalat, berwudhu' dan sebagainya.
            Dalam kegiatan pendidikan, Islam juga mengenal metode sosiodrama. Langkah penggunaan metode ini adalah mendramatisasi suatu masalah kemudian mendiskusikan hasil dramatisasi. Misalnya peristiwa Saidina Umar masuk Islam, guru juga sebagai pelakunya di antara murid-muridnya, kemudian membentuk kesenian drama untuk dipertontonkan. Selain itu dalam pendidikan Islam juga dikenal metode pemberian tugas baik untuk dikerjakan di rumah maupun di sekolah. Misalnya memberikan tugas tertentu mempelajari faedah dan rukun puasa.23
            Muhammad Arifin, mengemukakan beberapa metode pendidikan Islam sebagai berikut :
Metode perintah atau larangan, misalnya Lukman mengajak anaknya, cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa misalnya cerita Sahibul Kahfi dan cerita-cerita yang lain. Peragaan misalnya dengan melihat alam sekitar dalam menyampaikan ilmu tauhid, self education, misalnya Allah menyebutkan sikap munafiq yang merugi. Instruksional yaitu bersifat pengajaran misalnya Allah menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman. Multi education yaitu mengajar dalam kelompok, misalnya Nabi mengajar pada para sahabatnya tentang cara-cara shalat dengan mendemonstrasikannya dihadapan para sahabat. Eksposition, penyajian didahulukan dengan motifasi yaitu dengan menimbulkan minat dengan memberi muqadimah terlebih dahulu baru dimulai dengan pelajaran inti, Tuhan bila menyebutkan sesuatu yang penting seperti ke-Esaannya. Funcition yaitu pelajaran dihidupkan dengan praktek misalnya Nabi mempraktekkannya. Explanation yaitu memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas misalnya Nabi memberi penafsiran tentang ayat al-Qur’an yang mujmal, seperti ayat perintah shalat dan lain-lain.24

            Dari kutipan di atas dapat dipahami adanya metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam. Keberhasilan kegiatan pendidikan tergantung kemampuan pendidik dalam menerapkan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik.




18Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), hal. 52.

19Departemen Agama RI, Al-Qur'an… hal. 421.

20Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal. 83.


21Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 80-86.

22 Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : Bina Aksara,  1986), hal. 66.

23Abd. Rachman Shaleh, Didaktik Pendidikan…, hal. 85-86.

24Muhammad Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Mukmin, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hal. 165.