Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Metode Uswatun Hasanah Dalam pendidikan Islam


BAB I
P E N D A H U L U A N


A. Latar Belakang Masalah
Konsep pembinaan anak shalih merupakan sesuatu upaya yang sangat prinsipil dalam Pendidikan Islam. Pendidikan ini bukan hanya sekedar transfer of knowledge (transfer pengetahuan) semata. Melainkan Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membimbing, membina dan mengarahkan manusia ke arah yang lebih baik.[1]1 Karena itu, untuk mengembangkan kemampuan manusia dalam menerima ilmu pengetahuan, maka diperlukan proses pembelajaran semaksimal mungkin.
Anak merupakan makhluk lemah sebagai titipan dan amanah Allah Swt kepada manusia. Anak masih memerlukan perhatian dan bimbingan dalam pertumbuhan dan perkembangannya demi mewujudkan manusia dewasa yang sempurna. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, Pendidikan Islam memegang peranan penting dalam upaya membimbing dan membina anak tersebut menuju kesempurnaan, baik spiritual maupun intelektualnya.
Pendidikan Islam merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen penting yang saling berhubungan. Diantara komponen yang ada dalam sistem tersebut adalah metode pendidikan. Pengkajian terhadap metode pendidikan memang menjadi bahan diskusi yang tetap aktual dan menarik, sebab hal ini turut menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu metode pendidikan dikembangkan secara dinamis sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman. Dalam sebuah lembaga pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam, proses penyampaian informasi dalam rangka pembentukan insan yang beriman dan bertaqwa agar manusia menyadari kedudukan, tugas dan fungsinya di dunia ini baik sebagai abdi maupun sebagai khalifah yang selalu memelihara diri dengan Allah, manusia dan lingkungannya.[2]
Keberhasilan dalam pendidikan tidak terlepas dari sebuah sistem atau metode yang digunakan. Pemilihan metode yang tepat akan membawa kepada keberhasilan dalam mendidik. Begitu juga sebaliknya. Pandangan ini juga benar benar dipegang oleh Nabi Muhammad Saw. Ada beberapa hal yang dapat kita teladani dari Rasulullah Saw dalam mendidik, yaitu lemah lembut, selalu memberi pujian serta motivasi, bertahap dan memperhatikan kondisi, dan memperpendek kesenjangan antara guru dan murid.
Akhlak al-karimah merupakan sarana untuk mencapai kesuksesan dunia dan akhirat, dengan akhlak pula seseorang akan diridhai oleh Allah SWT, dicintai oleh keluarga dan manusia pada umumnya. Ketentraman dan kerukunan akan diraih manakala setiap individu memiliki akhlak seperti yang dicontohkan Rasulallah SAW.
Dalam Al-Qur’an Allah Swt. berfirman sebagai berikut:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً﴿الأحزاب: ٢١
Artinya:   Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah ( Qs. Al – Ahzab : 21 )

Dalam ayat diatas, Alllah SWT. Telah menghiasi pribadi Rasulullah SAW dengan kepribadian yang mulia yaitu kepribadian yang dapat membawa manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat. Nabi menjadikan sifat lemah lembut sebagai salah satu faktor keberhasilan dalam pendidikan. Sifat lemah lembut lebih diperlukan lagi pada saat terjadi kesalahan yang tidak disengaja. Kadang, ketika seseorang berbuat salah kepada kita, kita merasa kesal sehingga emosi kita tak terkendali, kita tidak bisa bersifat lembut dan cenderung bersifat kasar.
Bila dicermati secara historis  pendidikan  di zaman Rasulullah SAW. dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan  (uswah).[3] Rasulullah SAW. di dalam mendidik lebih banyak memberikan keteladanan kepada umatnya. Karena itulah, keteladanan dikatakan sebagai  metode  yang sangat efektif dalam mencapai keberhasilan pendidikan.   
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul Aulad fil Islam:
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang paling berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual , dan etos sosial anak. Hal ini karena pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak didik, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya disadari atau tidak, akan ditiru anak didiknya.[4]

Keteladanan yang baik adalah salah satu metode  yang digunakan untuk merealisasikan tujuan pendidikan, karena keteladanan memiliki peranan yang signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan, dan juga dapat memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap nilai-nilai pendidikan Islam. Dalam praktek pendidikan dan pengajaran, metode keteladanan ini dilaksanakan dalam dua cara, yaitu; Pertama, secara langsung (direct) maksudnya bahwa pendidik benar-benar menjadikan dirinya sebagai contoh teladan yang baik bagi anak didik. Kedua, secara tidak langsung (indirect) yang maksudnya, pendidik menceritakan riwayat para nabi, kisah-kisah orang besar, pahlawan dan syuhada, yang tujuannya agar anak didik menjadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai suri teladan dalam kehidupan mereka.[5]
Layaknya metode-metode yang lain, metode keteladanan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri. Namun kelemahan dan kelebihan metode keteladanan ini tidak bisa dilihat secara kongrit. Tetapi secara abstrak Armai Arif mengatakan kelebihan dan kekurangan metode ini dapat diinterprestasikan sebagai berikut:
1. Kelebihan
a).   Akan memudahkan anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah.
b).   Akan memudahkan guru dalam mengevaluasi hasil belajarnya.
c).   Agar tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik.
d).   Bila keteladanan di lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat baik, maka akan tercipta situasi yang baik.
e).   Tercipta hubungan harmonis antara guru dan siswa
f).    Secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya.
g).   Mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswanya.

2.      Kekurangan
a).   Jika figur yang mereka contoh tidak baik, maka mereka cenderung mengikuti hal-hal yang tidak baik tersebut pula.
b).   Jika teori tanpa praktek akan menimbulkan verbalisme.[6]

Dengan demikian, apa yang telah diuraikan tersebut di atas, dapatlah menjadi suatu gambaran bahwa keteladanan guru sangatlah berpengaruh pada pendidikan anak, karena metode ini sangat efektif dan meyakinkan akan keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk moral, spiritual dan sosial anak. Untuk itulah pendidik harus menyadari bahwa dirinya merupakan figur yang baik dalam pandangan anak didik, yang mana perkataan dan perbuatannya akan menjadi panutan bagi anak didik. Adapun bentuk keteladanan yang perlu dikedepankan dalam mendidik anak adalah mempraktekkan kehidupan yang Islami. Ada sembilan hal yang perlu dibangun sebagai berikut:
1.     Tertanamnya ihsan/kebaikan dan bergaul dengan ma'ruf.
2.     Saling menyayangi dan mengasihi.
3.     Menghormati hak hidup anak.
4.     Saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga, memberikan pendidikan akhlak yang mulia secara paripurna.
5.     Menjauhkan segenap anggota keluarga dari bencana siksa neraka.
6.     Membiasakan bermusyawarah dalam menyelesaikan urusan.
7.     Berbuat adil dan ihsan.
8.     Memelihara persamaan hak dan kewajiban.
9.     Menyantuni anggota keluarga yang tidak mampu. [7]

Penilaian. Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana yang tercantum dalam KBM setiap mata pelajaran. Disamping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan kompetensi setiap mata pelajaran dimasing- masing kelas dalam kurikulum nasional, penilaian juga dilakukan untuk mengetahui kedudukan atau posisi siswa dalam level kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah, yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai proporsional sesuai dengan sifat atau karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai contoh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, penilaiannya harus menyeluruh pada segenap aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa serta bobot setiap aspek dari setiap kompetensi dan materi. Misalnya pengetahuan (kognitif) meliputi seluruh materi pembelajaran (al-Quran, Keimanan, Akhlak, Ibadah, dan Tarikh). Aspek sikap (afektif) sangat dominan, khususnya pada aspek penanaman nilai-nilai akhlak. Sedangkan aspek keterampilan (psikomotorik) sangat dominan pada pembelajaran al-Quran dan Ibadah.
            Berdasakan latar belakang masalah yang penulis bahas diatas, maka penulis tertarik untuk membuat penelitian skripsi dengan judul “ Metode Uswatun Hasanah Dalam pendidikan Islam”

B. Rumusan Masalah
Adapun  yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan skripsi  ini adalah sebagai berikut : 
1.     Bagaimana bentuk – bentuk metode uswatun dalam PAI?
2.     Bagaimana cara penerapan metode uswatun dalam PAI ?
3.     Bagaimana cara penilaian metode uswatun dalam PAI?

C. Tujuan Pembahasan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi  ini adalah sebagai berikut :
1.     Untuk mengetahui bentuk – bentuk metode uswatun dalam PAI.
2.     Untuk mengetahui cara penerapan metode uswatun dalam PAI.
3.     Untuk mengetahui cara penilaian metode uswatun dalam PAI.

D. Kegunaan Pembahasan
              Adapun yang menjadi kegunaan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah:
Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai metode uswatun hasanah dalam pendidikan islam. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang study pendidikan.
Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan niliai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan metode uswatun hasanah dalam pendidikan islam ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.


E. Penjelasan Istilah
Adanya kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam pemakaian istilah merupakan salah satu hal yang sering terjadi, sehingga mengakibatkan penafsiran yang berbeda. Maka untuk menghindari hal tersebut di atas, penulis merasa perlu mengadakan pembatasan dari istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini.
            Adapun istilah yang penulis anggap perlu dijelaskan adalah: metode, uswatun hasanah dan pendidikan Islam.
1.     Metode
Metode Pendidikan Islam terdiri dari tiga kata yang berbeda maknanya. Istilah metode berasal dari bahasa Yunani yaitu “Methodos” yang artinya cara penyelidikan atau cara melaksanakan sesuatu.[8] Menurut Abu Ahmadi, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah dirumuskan.[9]
Menurut M. Arifin metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui" dan hodos berarti "jalan" atau "cara."[10] Dengan demikian metode dapat berarti cara atau  jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode diartikan juga sebagai sarana untuk menemukan, menguji dan menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin sesuatu.[11] Metode pada  hakikatnya  adalah jalan atau cara untuk mencapai tujuan.[12]
Metode memiliki kaitan erat dengan pendidikan Islam, sehingga mengandung arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama  pada diri seseorang agar menjadi pribadi yang Islami. Karena itu metode dalam pendidikan Islam diartikan sebagai suatu cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam al-Qur'an metode indentik dengan Thariqah[13] yang terdiri dari objek, fungsi, sifat, akibat dan sebagainya. 
Adapun menurut penulis, metode adalah cara yang digunakan untuk tercapainya tujuan.
2.     Uswatun Hasanah
Istilah ini berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari uswatun dan hasanah menyangkut dengan uswatun ini Al-ma’luf mengatakan:
اُسْوَةٌُ- وَلإِْ سْوَةُ ‏ ‏‏, اُسًى واِسىً: مايُتَعزًى بِهِ[14]
Artinya: Uswatun, iswah, jamaknya: Usan dan Isan. Yang artinya tingkah yang dimuliakan dengannya.

Sedangkan حسنة  diambil dari kata:  حسن yang artinya bagus atau baik. Al-Ma’luf mengatakan:
حسن وحسن – حُسْنًا:كان جميلا فهو حسن حسانً وحسانَ , حسانون وحاسن وحسين م حسنة[15]
Maksudnya:
حسن dan حُسَنَ jamaknya: حُسَنًا artinya adalah ia cantik, dan dia bagus. حَسَانَ dan حُسَان jamaknya: حسانون _ حاسن _ حسنة .
Jadi uswatun hasanah yang penulis maksudkan dalam judul proposal skripsi ini adalah suatu tingkah laku yang baik lagi mulia dan terpuji yang harus dicontohteladani.
3.     Pendidikan Islam.
Pendidikan dari segi bahasa bermakna perbuatan (hal, cara dan sebagainya) mendidik dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau pemeliharaan (latihan-latihan dan sebagainya) badan, batin dan sebagainya.[16] Dalam bahasa Inggris pendidikan identik dengan education atau educ berarti pendidik.[17] Educ berarti menghasilkan dan mengembangkan, mengacu kepada segala sesuatu yang bersifat fisik dan material, yang meliputi spesies hewan dan tidak terbatas pada hewan yang berakal atau manusia.[18]
Istilah pendidikan dalam pendidikan Islam disebut al-Ta’lim. Al-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pengajaran. Pendidikan juga disebut dengan      al-Ta’dib. Al-Ta’dib secara etimologi diterjemahkan dengan perjamuan makan atau pendidikan sopan santun.[19] Sedangkan Al-Ghazali menyebutkan pendidikan dengan sebutan al-Riyadhat. Al-Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga atau pelatihan.[20] Sementara itu Islam berasal dari bahasa Arab yang artinya menyerahkan diri, yaitu menyerahkan diri kepada Tuhan dengan tunduk dan patuh kepada segala peraturan.[21] Sedangkan Muhammad Abduh Memberikan definisi Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan terpelihara dan difahamkan dengan rapi dan teliti sekali oleh para sahabat beliau dengan orang-orang yang hidup pada zaman sahabat itu.[22]
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itui sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.[23]
Adapun pendidikan islam yang penulis maksud dalam judul adalah pendidikan yang bersumber dari al-qur’an dan Assunnah.

F. Metode Pembahasan
            Adapun metodelogi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif: suatu penelitian yang menggambarkan tentang metode uswatun hasanah dalam pendidikan islam. dalam hal ini Sukardi menjelaskan bahwa: metode kuantitatif merupakan suatu metode yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah pengaruh tingkat satu variabel atau lebih”.[24] Selanjutnya Sukardi, mengatakan pula bahwa:
Penelitian kuantitatif adalah suatu metode penelitian yang menggunakan angka-angka dalam menjelaskan hasil penelitian atau metode yang menunjukkan dan menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi yang diambil suatu hubungan dengan kesehatan, pandangan, sikap yang nampak atau kecenderungan yang sedang nampak, pertentangan yang sedang meruncing dan sebagainya.[25]

Pembahasan ini akan menjelaskan metode uswatun hasanah dalam pendidikan Islam.
2.     Ruang lingkup pembahasan
Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah :
Tabel 1. 1 Ruang Lingkup Pembahasan

No
Ruang Lingkup
Hasil Yang Diharapkan
1
Bentuk-bentuk metode uswatun dalam PAI

a)     Metode yang berpengaruh terhadap akal
b)     Metode yang berpengaruh terhadap kejiwaan
2
Penerapan metode uswatun dalam PAI
a)     Pengertian
b)     Tujuan
3
Penilaian metode uswatun dalam PAI

a)     Kognitif (pengetahuan )
b)      Afektif (sikap )
c)     Psikomotorik (keterampilan)

3.     Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)    Sumber data primer adalah sumber data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian.[26]. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam karya Abdullah Nashih Ulwan yang diterbitkan Bairut : Dar al-Salam, tth., Jilid 2.
2)    Sumber data skunder yaitu sumber data yang mendukung dan melengkapi sumber data primer tersebut yaitu buku “Tafsir fi Zhilalil Qur’an di bawah Naungan Al-Qur’an” karya Sayyid Quthb, yang diterbitkan Gema Insani Press, 2004, “Metode Pendidikan Qur’ani ; Teori dan Aplikasi,”, karya Syahidin yang diterbitkan Misaka Galiza, 1999. Tafsir al-Azhar, karya Hamka, yang diterbitkan Pustaka Panji Mas, 1988. Cahaya al-Qur-an karya M. Ali Ash-Shabuny yang diterbitkan Pustaka al-Kautsar, 2002. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat karya Abdurrahman An Nahlawi yang diterbitkan Gema Insani Press. 1996., Ilmu Pendidikan II karya M. Nasir Budiman yang diterbitkan Fakultas Tarbiyah, Banda Aceh, 2000.
4.     Tehnik Pengumpulan Data
Adapun tehnik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah teknik Library Research yaitu menelaah buku-buku, teks dan literature-literature yang berkaitan dengan permasalahan di atas.[27] Suatu metode pengumpulan data atau bahan melalui perpustakaan yaitu dengan membaca dan menganalisa buku-buku, majalah-majalah yang ada kaitannya dengan masalah yang penulis teliti. Selain itu juga akan memanfaatkan fasilitas internet untuk memperoleh literatur-literatur yang berhubungan dengan skripsi ini.
5.     Tehnik Analisa Data
Teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Menurut Lexy J. Moleong, analisis data adalah yakni suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasi karakter khusus secara obyektif dan sistematik yang menghasilkan deskripsi yang obyektif, sistematik mengenai isi yang terungkap dalam komunikasi.[28]
G. Sistematika Penulisan
            Adapun sistematika dalam penulisan dalam pembahasan skripsi  ini adalah sebagai berikut : Bab satu, pendahuluan meliputi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan pembahasan, kegunaan pembahasan, penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab dua, perspektif teoritis tentang uswatun hasanah dalam pendidikan Islam meliputi : konsep dasar uswatun hasanah, usawtun hasanah sebagai metode pendidikan Islam, penerapan uswatun hasanah dan uswatun hasanah dalam pendidikan
Bab tiga, metode uswatun hasanah dalam pendidikan islam meliputi : bentuk-bentuk metode uswatun hasanah dalam PAI, penerapan uswatun hasanah dalam PAI dan penilaian usawatun hasanah dalam PAI.
Bab empat, penutup meliputi : kesimpulan dan saran-saran
            Sedangkan dalam penulisan skripsi ini untuk adanya keseragaman dan kesamaan dalam penulisan pengetikan penulis berpedoman pada buku ” Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Almuslim Peusangan Kabupaten Bireuen tahun 2009.




1  Abu Ahmadi, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 96.
[2] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 181.

[3] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal.116.

[4] Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad Fi al-Islam, (Bairut: Dar al-Salam, tth.), Jilid 2, hal. 633

[5] Asnelly Ilyas, Mendambakan Anak Shaleh; Prinsip-prinsip Pendidikan Anak dalam Islam, (Bandung: al-Bayan, 1998), hal. 39. 
[6] Armai Arief, Pengantar...., hal.122-123.

[7] Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 9.
[8]Hasan Shadili, Ensiklopedi Indonesia, Jil. IV, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1983), hal. 2230.

[9]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1982), hal. 180.

[10]H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan  Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan interdesipliner, (Jakarta: Bumi Akasara, 1991), hal. 61.

[11]Imam  Bernadib, Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan IKIP Yogyakarta, 1990), hal.  85. 

[12] Hasan Langgulung, Beberapa  Pemikiran  Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-ma'arif, 1991), hal. 183.

[13]Dalam bahasa Arab kata  metode  diungkapkan  dalam berbagai kata, seperti  al-thariqah, manhaj dan al-wasilah. Al-tariqah berartu jalan, manhaj  dan al-wasilah  berarti  perantara atau  mediator.
   
[14] Al-Ma’luf, Al-Munjid, Cet.XXVI, (Bairut Libanon: Darul Masyruq, 1983), hal. 11.

[15] Ibid, hal. 134.

[16]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hal 250.

[17]John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggeris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 207.

[18]Syeh Muhammad al-Nuquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam: Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam, Terj. Haidar Bagir, (Bandung: Mizan, 1994), hal. 65.

[19]Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: YP3A, 1973), hal. 149.

[20]Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kadar Jaya, 2002), hal. 2.

[21]Aboebakar Atjeh, Filsafat Akhlak dalam Islam, Cet. I, (Semarang: Ramadhani, 1971), hal. 21.

[22]Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Terj. Firdaus AN, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 193.

               [23]Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Cet ke-4, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 86.

[24] Sukardi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2003), hal. 167.

[25] Sukardi, Metodologi..., hal. 160.
[26] Winarmo Surachmad, Dasar dan Teknik Research Pengantar Metodologi Ilmiah,           (Bandung: Angkasa, 1987), hal. 163.

[27]Kartini, Pengantar Metodologi Research Sosial, (Bandung: Alumni, 1980), hal. 28.
[28] Lexy J., Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 44.