B.
Metodologi
Pembelajaran Anak Usia Dini
Sebagaimana telah dipahami bahwa anak
usia dini memiliki karakter yang khas, baik secara fisik maupun mental. Oleh
karena itu strategi dan metode pengajaran yang ditetapkan untuk anak usia dini
perlu disesuaikan dengan kekhasan yang dimiliki oleh anak. Sebab metode
pengajaran yang diterapkan oleh seorang pendidik akan sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan proses pengajaran. Penggunaan metode pengajaran yang
tepat dan sesuai dengan karakter anak akan dapat memfasilitasi perkembangan
berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan
perilaku positif bagi anak.
Anak usia dini dikenal sebagai manusia
yang unik, kadang-kadang melebihi dari orang dewasa yang sulit diterka, diduga,
baik dari gaya bicara, tingkah laku, maupun pemikirannya. Oleh karena itu,
sebagai seorang pendidik harus paham tentang karakteristik anak usia dini
(prasekolah/ kelompok bermain). Selain menguasai karakterisktik anak, guru juga
harus memahami, menguasai konsep bidang ilmu, dan menguasai cara mengenalkan
bidang ilmu itu pada anak usia dini.
Ketika akan melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran pada anak usia dini,
menurut Isjoni dalam bukunya Model Pembelajaran Anak Usia Dini, ada beberapa
prinsip metode pembelajaran untuk anak usia dini yang harus diperhatikan antara
lain:
a.
Berpusat pada anak
b.
Partisipasi aktif
c.
Bersifat Holistik Dan Integratif
d.
Fleksibel
e.
Perbedaan Individual.[1]
Berdasarkan
prinsip-prinsip dasar metode pembelajaran anak usia dini tersebut, maka dapat
dipahami bahwa metode pembelajaran untuk anak perlu dirancang dan dipersiapkan
dengan baik. Kondisi dan karakter anak yang menjadi sumber pertimbangan utama.
Berkaitan dengan hal tersebut maka strategi pembelajaran yang dikenal untuk
pendidikan anak usia dini adalah belajar sambil bermain dan bermain seraya
belajar.
Ada beberapa metode pembelajaran yang
dapat diterapkan di kelompok PAUD:
a.
Metode bermain
Uraian materi ini disarikan dari
Moeslichatoen (1999) yakni “menurut pendidik dan ahli psikologi, bermain
merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan anak[2]. Bermain merupakan
kegiatan yang memberikan kepuasan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak
memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan yang
memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang lebih
ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.
Kegiatan bermain dilaksanakan secara
fleksibel dan tidak serius. Menurut Dearden dalam Isjoni (2010) mengatakan
bahwa bermain merupakan kegiatan yang nonserius dan segalanya ada dalam
kegiatan itu sendiri yang dapat memberikan kepuasan bagi anak.[3] Bermain
berarti berlatih, mengeksploitasi, merekayasa, mengulang latihan apapun yang
dapat dilakukan untuk mentransformasi secara imajinasi hal-hal yang sama dengan
orang dewasa.
Bermain mempunyai makna penting bagi
pertumbuhan anak. Frank dan Theresa Caplan dalam Isjoni (2010) mengemukakan ada
enam belas nilai bermain bagi anak, yaitu:
a)
Bermain membantu pertumbuhan anak
b)
Bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sukarela
c)
Bermain memberi kebebasan anak
untuk bertindak
d)
Bermain memberikan dunia khayal
yang dapat dikuasai
e)
Bermain mempunyai unsur
berpetualang di dalamnya
f)
Bermain meletakkan dasar
pengembangan bahasa
g)
Bermain mempunyai pengaruh yang
unik dalam dalam hubungan antar pribadi
h)
Bermain memberi kesempatan untuk
menguasai diri secara fisik
i)
Bermain memperluas minat dan
pemusatan perhatian
j)
Bermain merupakan cara anak untuk
menyelidiki sesuatu
k)
Bermain merupakan cara anak
mempelajari peran orang dewasa
l)
Bermain merupakan cara dinamis
untuk belajar
m)
Bermain menjernihkan pertimbangan
anak
n)
Bermain dapat
distruktur secara akademis.[4]
Bermain merupakan sesuatu yang esensial
bagi kelestarian hidup manusia. Oleh karena begitu besar nilai bermain dalam
kehidupan anak, maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan program
kegiatan anak prasekolah merupakan syarat mutlak yang sama sekali tidak bisa
diabaikan.
b.
Metode
Karyawisata
Karyawisata berarti membawa anak PAUD ke
objek-objek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian pengalaman belajar
yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas, dan juga memberi kesempatan
anak untuk mengobservasi dan mengalami sendiri dari dekat.
Berkaryawisata mempunyai makna penting
bagi perkembangan anak karena dapat membangkitkan minat anak kepada sesuatu
hal, memperluas perolehan informasi. Juga memperkaya lingkup program kegiatan
belajar anak prasekolah yang tidak mungkin dihadirkan di kelas, seperti melihat
berbagai macam hewan, mengamati proses pertumbuhan, tempat-tempat khusus dan
pengelolaannya, bermacam kegiatan transportasi, lembaga sosial dan budaya. Jadi
dengan karyawisata anak dapat belajar dari pengalaman sendiri, dan sekaligus
anak dapat melakukan generalisasi berdasarkan sudut pandang mereka.
c.
Metode
Bercakap-cakap
Gordon dan Brown dalam Isjoni (2010)
mengatakan bercakap-cakap berarti saling mengkomunikasikan pikiran dan perasaan
secara verbal atau mewujudkan kemampuan bahasa reseptif dan bahasa ekspresif.
Bercakap-cakap dapat diartikan sebagai dialog atau sebagai perwujudan bahasa
represif dan bahasa ekspresif dalam suatu situasi.[5]
Bercakap-cakap mempunyai makna penting
bagi perkembangan anak prasekolah karena bercakap-cakap dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi dengan orang lain, meningkatkan keterampilan dalam
melakukan kegiatan bersama. Juga meningkatkan keterampilan menyatakan perasaan,
serta menyatakan gagasan atau pendapat secara verbal. Oleh karena itu,
penggunaan metode bercakap-cakap bagi anak PAUD terutama akan membantu
perkembangan dimensi sosial, emosi, kognitif dan terutama bahasa.
d.
Metode bercerita
Bercerita merupakan cara untuk
meneruskan warisan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga
dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.
Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang
menarik dan hidup. Keterlibatan anak terhadap yang diceritakan akan memberikan
suasana yang segar, menarik dan menjadi pengalaman yang unik bagi anak.
Bercerita mempunyai makna perting bagi
perkembangan anak prasekolah/ Play Group karena melalui bercerita dapat:
a)
Mengkomunikasikan nilai-nilai
budaya
b)
Mengkomunikasikan nilai-nilai
sosial
c)
Mengkomunikasikan nilai-nilai
keagamaan
d)
Menanamkan etos kerja, etos
waktu, dan etos alam
e)
Membantu mengembangkan fantasi
anak
f)
Membantu mengembangkan dimensi
kognitif anak
g)
Membantu mengembangkan dimensi
bahasa anak.[6]
Ada
bermacam teknik bercerita antara lain membaca langsung dari buku cerita,
menggunakan ilustrasi suatu buku sambil meneruskan bercerita, menceritakan
dongeng, bercerita dengan menggunakan papan flanel, bercerita dengan
menggunakan boneka, bercerita melalui permainan peran, bercerita dari majalah
bergambar, bercerita melalui filmstrip, cerita melalui lagu, serta cerita
melalui rekaman audio.
e.
Metode
Demonstrasi
Demonstrasi berarti menunjukkan,
mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi, dalam demonstrasi dapat menunjukkan dan
menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu. Melalui demonstrasi diharapkan anak
dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan. Demonstrasi mempunyai makna penting
bagi anak prasekolah, antara lain:
a)
Dapat memperlihatkan secara
konkret apa yang dilakukan, dilaksanakan, atau diperagakan.
b)
Dapat mengkomunikasikan gagasan,
konsep, prinsip dengan peragaan.
c)
Membantu mengembangkan kemampuan
mengamati secara teliti dan cermat.
d)
Membantu mengembangkan kemampuan
untuk melakukan segala pekerjaan secara teliti, cermat, dan tepat.
e)
Membantu mengembangkan kemampuan
peniruan dan pengenalan secara tepat.[7]
f.
Metode Proyek
Metode proyek adalah salah satu metode
yang digunakan untuk melatih kemampuan anak memecahkan masalah yang dialami
anak dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini juga dapat menggerakkan anak untuk
melakukan kerja sama sepenuh hati. Kerja sama dilaksanakan secara terpadu untuk
mencapai tujuan bersama. Kegiatan proyek mempunyai makna penting bagi anak
prasekolah yaitu:
a)
Berkaitan dengan kehidupan anak
sehari-hari yang dapat dihubungkan satu dengan yang lain dan dipadukan menjadi
suatu hal yang menarik bagi anak, selain juga bersifat fleksibel.
b)
Di dalam kegiatan bersama, anak
belajar mengatur diri sendiri untuk bekerja sama dengan teman dalam memecahkan
suatu masalah.
c)
Dalam kegiatan proyek, pengalaman
akan sangat bermakna bagi anak. Misalnya pengalaman siswa dalam melipat kertas
akan menjadi sangat bermakna untuk membuat hiasan dinding dalam rangka
menyiapkan ruangan untuk suatu pesta.
d)
Kegiatan proyek punya dampak
dalam etos kerja, etos waktu dan etos lingkungan.
e)
Berlatih untuk berprakarsa dan
bertanggung jawab
f)
Berlatih menyelesaikan tugas yang
harus diselesaikan secara bebas dan kreatif.[8]
Oleh karena itu, metode proyek merupakan
salah satu bentuk kegiatan dalam pemecahan masalah bersama yang mempunyai nilai
praktis yang sangat penting dalam pengembangan pribadi anak, serta
mengembangkan keterampilan menjalani kehidupan sehari-hari. Metode proyek
merupakan salah satu metode yang cocok bagi pengembangan terutama dimensi
kognitif, sosial, motorik, kreatif, dan emosional anak.
g.
Metode Pemberian
Tugas
Pemberian tugas merupakan pekerjaan
tertentu yang dengan sengaja harus dikerjakan oleh anak yang mendapat tugas. Di
PAUD tugas diberikan dalam bentuk kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan petunjuk langsung guru. Dengan pemberian tugas, anak dapat melaksanakan
kegiatan secara nyata dan menyelesaikan sampai tuntas. Tugas dapat diberikan
secara kelompok atau perorangan.
Pemberian tugas mempunyai makna penting
bagi anak usia dini, antara lain karena:
a)
Pemberian tugas secara lisan akan
memberi kesempatan pada anak untuk melatih persepsi pendengaran mereka. Jadi
meningkatkan kemampuan bahasa yang represif.
b)
Pemberian tugas melatih anak
untuk memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu.
c)
Pemberian tugas
dapat membangun motivasi anak.[9]
Pemberian
tugas merupakan salah satu metode pengajaran yang memungkinkan anak untuk
mengembangkan kemampuan bahasa reseptif, kemampuan mendengar dan menangkap
hati, mengembangkan kemampuan bahasa kognitif, memperhatikan, kemampuan
bekerjasama sampai tuntas.
[1]Isjoni, Model Pembelajaran
Anak Usia Dini, Cet.II, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 84-86.
[2]Moeslichatoen R, Metode
Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Rineka Cipta, 1999), h. 24.
[3] Dearden dalam Isjoni, Model...,
h. 87.
[4] Frank dan Theresa Caplan dalam Isjoni,
Model..., h. 88.
[5]Gordon dan Brown dalam Isjoni, Model...,
h. 89.
[6] Isjoni, Model...h. 90.
[7] Isjoni, Model.., h. 91-92.
[8] Isjoni, Model..., hlm 93
[9]Isjoni, Model..., h. 93-94.
0 Comments
Post a Comment