Pembelajaran Kepada Anak Ciri-Ciri Orang Yang Bertaqwa (Berinfak, Menahan Amarah, Mengingat Allah) Kajian Surat Ali Imran Ayat 133-134
PEMBELAJARAN KEPADA ANAK CIRI-CIRI ORANG YANG BERTAQWA
(BERINFAK, MENAHAN AMARAH, MENGINGAT ALLAH) KAJIAN SURAT ALI IMRAN AYAT 133-134
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam Islam tidak terlepas dari
sumber pokok ajaran, yaitu alquran (termasuk hadits, ijtihad). Alquran sebagai
tuntunan dan pedoman telah memberikan garis-garis besar, prinsip-prinsip umum
mengenai pendidikan dalam perspektif alquran. Alquran merupakan sebuah kitab
suci berisi kalamullah (firman Allah). Kitab suci yang tampil dengan sifatnya
yang global, ringkas, partikuler, general, universal, prinsip umum, serta
mempunyai elastisitas pemahaman yang menjadi pedoman dan petunjuk bagi orang
bertakwa dan seluruh umat manusia diberbagai tempat dan waktu yang berbeda.
Al-quran sebagai kitab suci umat Islam, harus
ditafsirkan makna-makna yang terkandung di dalamnya agar umat dapat
mengetahuinya serta mengamalkannya. Ajaran-ajaran yang terkandung di dalam
Al-quran tersebut tentunya tidak dapat dicerna dan di amalkan jika tidak di
sampaikan kepada umat. Kandungan Al-quran syarat dengan nilai-nilai ajaran yang
harus di dakwahkan kepada umat. Tujuannya agar dapat di cerna, direnungkan,
serta amalkan. Salah satu ayat Al-quran yang berbicara tentang nilai dakwah
yang berkaitan dengan masalah infaq, menahan amarah, dan
memaafkan kesalahan orang lain sebagaimana yang terdapat dalam surat Ali Imran
ayat 134 sebagai
berikut:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا
السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ,الَّذِينَيُنفِقُونَفِيالسَّرَّاءوَالضَّرَّاءوَالْكَاظِمِينَالْغَيْظَوَالْعَافِينَعَنِالنَّاسِوَاللّهُيُحِبُّالْمُحْسِنِينَ)آلعمران:١٣٣-١٣٤(
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang
yang bertakwa,(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu
lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(Qs. Ali Imran:
133-134).
Quraish
Shihab mengatakan bahwa dalam konteks menghadapikesalahan orang lain, ayat ini
menunjukkan tiga kelas manusia denganjenjang sikapnya sebagai berikut:
Pertama, yang mampu
menahan amarah. Kata al-kazhimnmengandung makna penuh dan menutupnya dengan
rapat, seperti wadahyang penuh air lalu ditutup rapat agar tidak tumpah. Ini
mengisyaratkanbahwa perasaan tidak bersahabat masih memenuhi hati yang
bersangkutan,pikirannya masih menuntut balas, tetapi tidak memeperturutkan
ajakan hatidan pikiran itu, dia menahan amarah. Dia menahan diri sehingga
tidakmencetuskan kata-kata buruk atau perbuatan negatif. Kedua,
yangmemaafkan. Kata al-‘fn ini antara lain berarti menghapus. Seorang
yangmemafkan orang lain adalah yang menhapus bekas luka hatinya akibatkesalahan
yang dilakukan orang lain terhadapnya. Kalau dalam peringkatpertama di atas,
yang bersangkutan baru sampai pada tahap menahanamarah, kendati bekas-bekas
luka itu masih memenuhi hatinya, pada tahapanini yang bersangkutan telah
menghapus bekas-bekas luka itu. Dengandemikian, seakan-akan tidak pernah
terjadi satu kesalahan atau suatu apapun. Namun, karena pada tahap ini
seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu,boleh jadi juga tidak terjalin
hubungan. Ketiga, yang mampu berbuatkebajikan, yakni bukan yang sekedar
menahan amarah atau memaafkan,tetapi justru yang berbuat baik kepada yang
pernah melakukan kesalahan.[1]
Dari ketiga hal di atas,
menginfaqkan harta di waktu lapang dan sempit, menahan amarah, dan memaafkan
orang lain, yang paling sulit untuk dilaksanakan adalah yang ke tiga, kerena
memaafkan orang lain mengandung makna membuat orang lain menjadi senang. Orang
yang telah berbuat kesalahan pada dasarnya apabila dia menyadari kesalahan yang
pernah di perbuatkan kepada orang lain, menjadi penyakit bathin baginya,
artinya dia di kejar-kejar rasa bersalah di dalam dirinya atas
perbuatan-perbuatan yang pernah di perbuatnya pada orang lain. Jika ia datang
kepada orang yang pernah disakitinya tersebut, lalu meminta maaf, lalu orang
yang disakitinya tersebut memaafkannya, maka dia menjadi senang, lepas dari
kejaran rasa bersalah atau berdosa atas perbuatannya pada orang tersebut. Di
sinilah letak perbuatan beratnya memaafkan tersebut. Orang yang dapat memaafkan
kesalahan orang lain, maka sampailah dia kepada darajat yang ketiga yang paling
sulit untuk melakukannya, dia berada pada derajat taqwa sebagaimana yang
dikemukan ayat sebelumnya (Ali Imran 133) yang disiapkan Allah Surga seluas
langit dan bumi bagi orang yang dapat melaksanakan ketiga ciri-ciri orang
bertaqwa pada surat Ali Imran ayat 134 tersebut.
Selanjutnya,
terkait akhlak terhadap sesama manusia dan lingkunganyang diterjemahkan dengan
kecerdasan sosial, yaitu nilai-nilai yang harusdikembangkan dalam melakukan
interaksi dengan makhluk Tuhan. Padamanusia, seperti tolong-menolong, empati,
kasih-sayang, kerjasama, salingmendoakan dan memaafkan, hormat-menghormati, dan
sebagainya. Padahewan dan tumbuh-tumbuhan, seperti: keseimbangan,
kepekaan,kepeduliaan, kelestarian, kebersihan, keindahan, dan sebagainya.
Boleh dikatakan agama menjadi hal yang sangat penting dan
mutlak, yang menentukan dalam mengkontruksikan dan mendidik kepribadian sejak
kecil, agama bukan sebagai penyeimbang saja melainkan juga menjadi pokok
persoalan hidup. Karena itu jika anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa tanpa
mengenal agama, maka perilaku moral yang dimilikinya dapat mendorong ke pola laku
dan pola pikir yang kurang atau bahkan tidak baik, oleh karena itu pentingnya
pelaksanaan pendidikan agama betuk-betul memerlukan bimbingan dan pengarahan
demi tercapainya cita-cita tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kusrini menjelaskan
tentang pembentukan kepribadian muslim sebagai berikut:
Pembentukan kepribadian muslim pada hakikatnya ialah
keutuhan, keseluruhan diri manusia dengan unsur rohani dan jasmaninya sebagai
dwitunggal. Rohani memiliki kemampuan cipta, rasa dan karsa, sedangkan jasmani
menampilkan kesehatan dan ketrampilan fisik. Keutuhan juga mencakup keberadaan
diri sendiri sebagai seorang (individu) dengan masyarakat dan kedudukan dirinya
sebagai kepribadian mandiri dengan kedudukan dirinya sebagai makhluk Tuhan.[2]
Sebagai gambaran, arus globalisasi yang masuk
saat ini telah meracuni para generasi muda. Dampak negatif globalisasi ini
telah membuat mereka kehilangan kepribadian. Hal ini dapat diamati dari cara
berpakaian mereka. Mereka berpakaian dan berpenampilan seperti selebriti yang
cenderung ke budaya barat. Seperti memakai pakaian yang minim bahan dan ketat.
Padahal cara berpakaian tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan apalagi dengan
aturan Islam. Banyak para remaja lebih suka meniru tingkah laku dan cara
berpenampilan orang lain dari pada menjadi diri sendiri. Sangat jarang remaja
yang mau melestarikan budaya bangsa sendiri dengan mengenakan pakaian yang
sopan sesuai dengan kepribadian bangsa dan anjuran agama Islam.[3]
Menurut Agus Sujanto
“orang tua secara tidak direncanakan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang
diwarisi dari nenek moyang dan pengaruh-pengaruh yang diterimanya dari
masyarakat”.[4] Si
anak menerima dengan gaya peniruannya, dengan segala senang hati, sekalipun
kadang-kadang ia tidak menyadari benar apa maksud dan tujuan yang ingin dicapai
dengan pendidikan itu.
Dengan demikian si anak akan membawa
kemanapun pengaruh keluarga tersebut, sekalipun ia mulai berfikir lebih jauh
lagi. Disamping itu semua, yang sangat penting pula adalah cara mereka
memperlakukan anak-anak mereka terlebih pada usia remaja apakah ada pengertian
dan kasih sayang yang wajar dan sehat, ataukah tanpa pengertian dan jauh dari
kasih saying, serta macam perlakuan yang mereka terima apakah condong kepada
demokrasi atau otoriter (main perintah). Sedangkan upayayang dapat dilakukan
orang tua dalam menciptakan kebersamaan dengan anak-anak dalam merealisasikan
nilai-nilai moral secara esensial menurut Moh. Shochib adalah dengan “menciptakan aturan-aturan bersama
anggota keluarga untuk ditaati bersama”.[5]
Fenomena lain yang muncul di masyarakat saat
ini, sering kali terlihat perilaku anak yang menyimpang dari aturan Islam. Seperti
: berani kepada orang tua, tidak menghormati orang yang lebih tua, mencuri
barang milik teman, kebut-kebutan di jalan, pelanggaran terhadap rambu-rambu
yang sudah terpampang di jalan yang dapat menyebabkan orang lain celaka,
pemerkosaan, mabuk-mabukan, senang bermain togel, judi, dan masih banyak
perbuatan menyimpang lainnya yang kerap dilakukan anak pada saat sekarang ini
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan
proposal skripsi ini adalah Pembelajaran Kepada Anak Ciri-Ciri Orang Yang
Bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat Allah) kajian surat Ali Imran
ayat 133-134.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan proposal
skripsi ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana mendidik anak berinfak?
2. Bagaimana mendidik anak menahan amarah?
3. Bagaimana mendidik anak mengingat Allah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam
penulisan proposal skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui mendidik anak berinfak.
2. Untuk mengetahui mendidik anak menahan amarah.
3. Untuk mengetahui mendidik anak mengingat Allah.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian
dalam penulisan proposal skripsi ini adalah sebagi berikut:
Secara
teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum
dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan
amarah, mengingat Allah) kajian surat Ali Imran ayat 133-134. Selain itu hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan
kajian bidang studi pendidikan.
Secara
praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam
memperbaiki dan mengaplikasikan pembelajaran
kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat
Allah) kajian surat Ali Imran ayat 133-134ini dalam pelaksanaannya. Dengan
demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam
dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E. Landasan Teori
Kata Infaq berasal dari kata anfaqa-yunfiqu , artinya membelanjakan
atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika dikaitkan dengan upaya
realisasi perintah-perintah Allah. Dengan demikian Infaq hanya berkaitan
dengaat atau hanya dalam bentuk materi saja, adapun hukumnya ada yang wajib
(termasuk zakat, nadzar),ada infaq sunnah, mubah bahkan ada yang haram. Dalam
hal ini infaq hanya berkaitan dengan materi. Menurut kamus bahasa Indonesia
Infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat Sedangkan
menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta
atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran
Islam.[6]
Oleh karena itu Infaq berbeda dengan zakat,
infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.
Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun
misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang
sedang dalam perjalanan. Dengan demikian pengertian infaq adalah pengeluaran
suka rela yang di lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan kepada pemiliknya
untuk menentukan
jenis harta, berapa jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia memperoleh
rizki, sebanyak yang ia kehendakinya Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa infaq bisa diberikan kepada siapa saja artinya mengeluarkan harta untuk
kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah
mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam untuk kepentingan
umum dan juga bisa diberikan kepada sahabat terdekat, kedua orang tua, dan
kerabat-kerabat terdekat lainnya.
Marah merupakan suatu
bentuk emosi yang memang lumrah atau alami ada pada setiap manusia, namun
wujudnya berbeda-beda. Secara istilah, اَلْغَضَبُ berarti perubahan emosi oleh kekuatan
untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman dan gemuruh di dada. Marah bisa
membuat seseorang berbuat kekerasan terutama bagi mereka yang tidak memiliki
kontrol emosi yang baik hingga menyebabkan apa yang diartikan sebagai kemarah
yang tak bisa lagi dibendung (amat sangat marah).
Dzikir mengingat Allah
merupakan kegiatan utama yang seharusnya kita lakukan dalam kegiatan kita
sehari hari. Namun banyak diantara kita yang tidak menyadari hal tersebut .
Setiap saat hati dan fikiran kita hanya dipenuhi oleh berbagai masalah
kehidupan dunia. Mulai dari masalah pekerjaan, masalah keluarga, wanita atau
pria idaman hati, tekanan dan problem hidup , trauma masa lalu dan lain
sebaginya. Sedikit sekali waktu yang tersisa untuk berdialog dan berdzikir
mengingat Allah, bahkan kadang kala tidak ada tempat sama sekali didalam hati
dan fikiran untuk berdzikir mengingat Allah.
Sebagian besar menusia
tertipu oleh kehidupan dunia.Mereka tertipu oleh kesombongan dirinya, mereka
merasa bangga dan takjub dengan kemampuan dirinya, mereka merasa tidak butuh
pada Allah. Mereka merasa mampu mengatasi segala macam masalah yang ada
dihadapan mereka dengan kekuatan dan kemampuannya sendiri . Mereka merasa tidak
perlu melibatkan Allah dalam urusan mereka. Mereka menganggap menyediakan waktu
untuk berdialog dan berdzikir mengingat Allah hanya merupakan usaha sia- sia
dan membuang waktu percuma.
Sebenarnya tidak
demikian. Justru dzikir mengingat Allah itulah hal yang paling penting dan
utama dalam kehidupan kita. Allah telah memerintahkan kita untuk selalu ingat
kepadaNya dengan sebanyak banyaknya dimanapun kita berada, ketika berdiri,
duduk dan berbaring.
F. Kajian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu
berfungsi sebagai pendukung untukmelakukan penelitian. Penelitian-penelitian
sebelumnya telah mengkaji masalahpembagian kerja dan upah yang masing-masing
berpengaruh terhadap prestasikerja, dan beberapa penelitian lain yang masih
memiliki kaitan dengan variabeldalam penelitian ini.Diantara para peneliti
sebelumnya, antara lain :
1.
Ainol Mardhiah Nim: A. 294474/3424 (Madrasah
Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2012 dengan
judul skripsi,Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung dalam Surat Al-Hujurat
Ayat 11-13dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Nilai akhlak yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 sebagai
berikut: nilai pendidikan menjunjung tinggi kehormatan kaum Muslimin, nilai
pendidikan taubat Nilai pendidikan husnudhan, Nilai pendidikan ta’aruf, Nilai
pendidikan egaliter. Kedua, Nilai moral yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 adalah
menghormati orang lain dan menjunjung kehormatan kaum Muslimin. Ketiga, Nilai prilaku sosial yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 adalah
saling berta’aruf dan bersilaturrahmi antar sesama muslim.
2.
Faiza Nim: A. 294481/3431 Madrasah
Tinggi Agama Islam (STAI) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2013
dengan judul skripsiNilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Lukman Ayat 12-19dengan kesimpulan sebagai
berikut: Pertama, Surat Lukman ayat 12-19 diturunkan karena bani Quraish senantiasa bertanya
kepada Rasulullah SAW. tentang kisah Luqman bersama anaknya dan tentang berbuat
baik kepada kedua orangtua. Ayat 12-19 menceritakan secara khusus tentang
pendidikan yang dilaksanakan oleh Luqman al-Hakim kepada anak-anaknya. Kedua, Adapun isi kandungan
surat Lukman ayat 12-19 adalah Allah memberikan hikmah kepada Lukman, dengan
perintah untuk bersyukur kepada Allah atas semua nikmat yang di curahkan
kepadanya dan melaksanakan ketaatan serta menunaikan yang fardhu. Ketiga, Adapun nilai
pendidikan yang terkandung dalam surat Lukman ayat 12-19 adalah: nilai pendidikan ibadah, nilai pendidikan
aqidah, nilai pendidikan akhlak dan nilai pendidikan muamalah.
G.
Metodologi
Penelitian
Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian
mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu
dalam kelangsungan penelitian ini.
1.
Jenis
dan PendekatanPenelitian
Penelitian ini
adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau
kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah
penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature
review)”.[7]“Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai
apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang
mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan
metodelogi yang sesuai”.[8]
Adapun pendekatan yang digunakan
dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif.“yakni pendekatan yang lebih
menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta
pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan
menggunakan logika ilmiah”[9].
2.
Metode
Penelitian
Metode yang penulis digunakan dalam penulisan ini adalah metode
deskriptif, yaitu suatu metode pemecahan masalah yang ada masa sekarang
meliputi pencatatan, penguraian, penafsiran dan analisa terhadap data yang ada,
sehingga menjadi suatu karya tulis yang rapi dan utuh. Penelitian ini
akan menjelaskan pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat Allah)
kajian surat Ali Imran ayat 133-134.
3.
Ruang
Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Ruang Lingkup Penelitian
No
|
Ruang Lingkup Penelitian
|
Hasil Yang diharapkan
|
1
|
Mendidik anak berinfak
|
a)
Pengertian
infak
b)
Tafsir ayat
tentang infak
c)
Macam-macam
infak
|
2
|
Mendidik anak menahan amarah
|
a)
Pengertian
menahan amaran
b)
Tafsir ayat
tentang menahan amarah
c)
Pandangan
ulama tentang amarah
|
3
|
Mendidik anak mengingat Allah
|
a)
Pengertian
zikir
b)
Tafsir ayat
tentang zikir
c)
Pandangan
Ulama tentang zikir
|
4.
Sumber
Data
Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)
Data
Primer
Husein Umar menjelaskan bahwadata primer adalah “data yang didapat
dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil
wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[10]Berdasarkan
referensi tersebut maka disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mempunyai sumber
data primer, karena peneliti tidak melakukan wawancara dan tidak juga
menyebarkan kuisioner kepada pihak lain.
b)
Data
Sekunder
Husein Umarmenjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk
tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti
untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang
dikeluarkan suatu badan riset”.[11]
Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa
bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak
secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang
ia deskripsikan. seperti buku-buku, literatur-literatur, artikel, jurnal, bahan
internet dan bahan-bahan lainnya yang ada kaitan dengan penelitian ini.
5.
Teknik
Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi
kepustakaan,maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalahmembaca bagian-bagian
terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkanberdasarkan sub bab yang ada
relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka
yang berfikir sistematis, selanjutnya penelitituangkan dalam bentuk konsep atau
kesimpulan.
6.
Teknik
Analisa Data
Teknik analisis
data adalah suatu teknik penelitian
untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai
apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data
juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.[12]
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul,
teknik yangdi gunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan
mengambarkan dan memaparkan pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat Allah)
kajian surat Ali Imran ayat 133-134kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan
berbagai metode sebagaiberikut :
a)
Metode
Deduksi
Metode
deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih
kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan.
Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu
kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan
dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[13]
Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk
memperoleh gambaran detail dari pembelajaran
kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat
Allah) kajian surat Ali Imran ayat 133-134.
b)
Metode
Induksi
Metode
induksiyaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan
berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah
pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[14]
Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh
gambaran yang utuh terhadap pembelajaran kepada anak
ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan amarah, mengingat Allah)
kajian surat Ali Imran ayat 133-134.
c)
Metode
komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan.
Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau
lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka
pemikiran tertentu”.[15]
Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembelajaran kepada anak ciri-ciri orang yang bertaqwa (berinfak, menahan
amarah, mengingat Allah) kajian surat Ali Imran ayat 133-134.
H.
Garis-Garis
Besar isi Skripsi
Garis-garis besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu
masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu:Bab satu,berisi tentang pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi
penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
Agus
Sujanto, dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Aksara Baru, 1986.
Husein
Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
Majalah
OASE Desember 2012
Moh.
Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu AnakMengembangPola AsuhOrang Tua
Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: Rineka Cipta, 1998.
Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012.
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan,
Kesan dan Keserasian alQur’an,vol.
XIV, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Siti
Kusrini, Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Malang: IKIP
Malang,1991.
Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.
Wikipedia,
Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif, dikutip pada tanggal 18 oktober 2015
dari https://id.wikipedia.org./wiki/penelitian
kualitataif.html
Yugidwianggoro, Pengaruh-GlobalisasiterhadapNilaiNasionalismeDi-KalanganAnakMuda, dari http://yugidwianggoro.wordpress.comdiakses pada tanggal 20
Juni 2017.
[2] Siti Kusrini, Strategi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Malang: IKIP Malang,1991), hal. 46.
[3]Yugidwianggoro, Pengaruh-GlobalisasiterhadapNilaiNasionalismeDi-KalanganAnakMuda, dari http://yugidwianggoro.wordpress.comdiakses pada tanggal 20 Juni 2017.
Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri,(Jakarta: Rineka Cipta, 1998),
hal. 127
[7]
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid
1, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 72.
[10]
Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.
[12]Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), hal. 155.
[13]
Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
[14]
Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
[15]
Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20
Oktober 2015 dari http://.blogspot.co.id.html.
0 Comments
Post a Comment