BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan islam merupakan peran yang penting dalam
proses pembentuk kepribadian. Pemahaman tentang kepribadian merupakan dasar
untuk mengenal diri sendiri yang akan membantu setiap pribadi muslim untuk mengendalikan
hawa nafsu, memelihara diri dari perilaku menyimpang, dan mengarahkan hidupnya
menuju kepada kebaikan dalam tingkah laku yang benar. Pemahaman ini merupakan
landasan untuk hidup sesuai dengan fitrah kejadian dan dapat dijadikan pedoman
untuk menuju kehidupan yang damai, dinamis, dan bahagia dunia akhirat.
Kepribadian bukanlah sesuatu yang
dapat dikenakan ataupun ditanggalkan
sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu. Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu. Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas. Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas pribadi.[1]
sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu. Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu. Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas. Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas pribadi.[1]
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam
meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara
relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni
pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan
tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia
sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi
muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi
yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu
membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai
Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu
mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas
kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik
dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling
berkaitan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat
dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar
yang dimaksud tidak terfokus melelui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga
dapat di lakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lewat
institusi sosial keagamaan yang ada. Manurut pendapat para ahli sosiologi,
secara sosiologis, institusi-institusi sosial itu dapat dikelompokkan menjadi
delapan macam, yaitu keluarga, keagamaan, pengetahuan, ekonomi, politik,
kebudayaan, keolahragaan, dan media massa. Setiap institusi ini mempunyai
symbol, identitas fisik, dan nilai-nilai hidup yang menjadi pedoman perilaku
anggotanya.
Membentuk kepribadian dalam pendidikan islam
dibutuhkan beberapa langkah-langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan
islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki
identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama. “Secara terminologi kepribadian islam memiliki
arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu
maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah”[2].
Berdasarkan studi Qur’ani term ini
lebih tepat dijadikan padanan personaliti. Hanya saja term nafs memiliki multi makna. Nafs bisa berarti nyawa , daya konasi yang
memiliki sifat ghadhab, syahwat dan kepribadian. Oleh karena
multifitas makna ini maka term nafs sedikit dipergunakan dalam diskursus psikologi Islam. Term khuluq (bentuk tunggal dari
akhlak). Khuluq mencakup kondisi lahir dan batin. Term ini
lebih Islami dan secara khusus diungkap dalam al-Qur’an. Sedangkan syakhsyiyat tidak pernah disebutkan karena alasan ini
khazanah klasik dalam Islam lebih tertarik menggunakan term khuluq
daripada syakhsyiyat. Namun, pada pertengahan abad XIX merupakan abad kelahiran psikologi keperibadian kontemporer di dunia
Barat. Psikologi keperibadian dinobatkan sebagai disiplin ilmu yang
mandiri. Saat itu umat Islam lebih memfokuskan ke sains,
maka lebih terpesona pada term-term Barat, konsekuensinya adanya diskursus-diskursus keilmuan Islam modern (baik filsafat maupun psikologi)
lebih akrab menggunakan istilah syakhsyiyat daripada khuluq.[3]
Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki
seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik
ditampilkan secara lahiriah maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan
keunikan pada seseorang yang biasa disebut ciri. Ciri dapat berupa sikap, sifat
maupun bentuk fisik yang melekat pada pribadi seseorang. “Citra orang yang
berkepribadian muslim terdapat pada muslim sejati. Muslim yang meleburkan
secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam Islam”[4].
Pembentukan kepribadian muslim dilakukan secara
berangsur-angsur, membutuhkan sebuah
proses. Hal ini dikarenakan merupakan pembentukan kepribadian yang menyeluruh, terarah dan berimbang.
Pembentukan ini ditujukan pada
pembentukan nilai-nilai keislaman sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai
pengabdi Allah yang setia. Apabila prosesnya berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu
kepribadian yang harmonis dan
serasi. Dikatakan harmonis apabila segala aspek-aspeknya seimbang.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka
penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah Pembinaan
Kepribadian Anak Menurut Abdul Mujib.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam sebuah
penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa
bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana biografi Abdul Mujib?
2. Bagaimana
hakikat kepribadian?
3. Bagaimana pembinaan kepribadian
anak menurut Abdul Mujib?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan terujung suatu penelitian
adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang
mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui biografi Abdul Mujib.
2. Untuk mengetahui hakikat kepribadian.
3. Untuk mengetahui pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
D.
Kegunaan
Penelitian
Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini
adalah sebagi berikut:
Secara teoritis pembahasan ini
bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
Selain itu hasil pembahasan ini dapat di
jadikan bahan kajian bidang studi
pendidikan.
Secara praktis, hasil pembahasan
ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan
mengaplikasikan pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib ini
dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi
tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan
Islam.
E.
Penelitian
Terdahulu
Diantara para peneliti sebelumnya, antara
lain :
1.
Nama: Fadhil Nim: A. 284323/3273 (Sekolah
Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan
judul skripsi Kesehatan Jiwa dalam Pendidikan Menurut Zakiah Daradjat, metode yang digunakan dalam penelitiannya
adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Patuh
terhadap norma-norma hukum agama adalah mematuhi segala aturan yang yang
bersumber dari ajaran agama yang benar, dan mentaatinya dengan segala
kemampuan. Kedua,
Menghargai orang lain adalah memuliakan orang lain baik dari segi
kepribadiannya, karyanya, postur tubuhnya, ekonominya maupun keadaan sosialnya.
Ketiga, Berprilaku yang agamis adalah bermoral agama
dalam segala aspek kehidupan karena agama sangat mempengaruhi manusia untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
2.
Nama: Asnidar Nim: A. 2114991/3941 Sekolah
Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2014 dengan judul
skripsi Konsep Pendidikan Anak Menurut Zakiah Daradjat. Metode yang digunakan dalam penelitiannya
adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Cara mendidik anak berprilaku menurut Zakiyah
Daradjat adalah
terhadap diri sendiri; mendidik anak bertanggung jawab mengembangkan dan
menyempurnakan dirinya. Mendidik anak berprilaku terhadap orangtua; menghormati dan berbakti
kepada orang tua, berbuat baik dengan
sesama, beribadah kepada Allah Swt. Mendidik anak berprilaku terhadap orang lain; mendidik anak untuk
saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan
ketaqwaan. Kedua, Cara mendidik anak berfikir menurut pandangan
Zakiyah Daradjat adalah linguistik verbal; mendidik kemampuan anak untuk menyusun
pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk
kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Matematis; mendidik anak berpikir matematis merupakan kegiatan
mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi atau generalisasi. Interpersonal; mendidik kemampuan
untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Ketiga, Cara mendidik anak berjiwa sehat menurut
pandangan Zakiyah Daradjat adalah; jiwa bersih; menyempurnakan akhlaknya berarti mendidik
menyempurnakan jiwanya, ketika jiwa sempurna maka akan semakin dekat dengan
Allah Swt. Jiwa sosial; mendidik
anak agar ia lebih peduli dengan nasib sesamanya. Karena semua sama-sama saling
membutuhkan. Jiwa toleransi;
mendidik anak agar tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai
setiap tindakan yang orang lain lakukan.
3.
Nama: Ainul Mardhiah Nim: A. 2114991/3941 Institut Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh
Pada tahun 2015 dengan
judul skripsi Pemikiran
Abdullah Nashih Ulwan Tentang Study Naskah dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil
Islam. Metode yang digunakan dalam penelitiannya
adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Abdullah
Nashih Ulwan adalah tokoh pendidikan Islam yang dilahirkan pada tahun 1928 di
Daerah Qadhi Askar yang terletak di Bandar Halb, Syria. Beliau dibesarkan di
dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak Islam
dalam pergaulan dan muamalat sesama manusia. Kedua, Tanggungjawab
pendidik dalam mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan berupa tanggung
jawab pendidikan keimanan, tanggung jawab pendidikan moral, tanggung jawab
pendidikan fisik, tanggung jawab pendidikan rasio (akal), tanggung jawab
pendidikan kejiwaan/rohani dan tanggung jawab pendidikan sosial. Ketiga,
Metode pendidikan yang influentif dalam
mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah pendidikan dengan
keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasehat,
pendidikan dengan memberikan perhatian dan pendidikan dengan memberikan
hukuman, Keempat, Kaidah-kaidah elementer dalam mendidik anak menurut
Abdullah Nashih Ulwan adalah ikhlas, takwa, ilmu pengetahuan, santun/pemaaf dan
menyadari tanggungjawab.
Dari penelitian tersebut
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan dalam segi pembahasan dengan penelitian
yang penulis susun. Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya perbedaannya adalah dalam hal ini yang akan dikaji yaitu pembinaan kepribadian anak
menurut Abdul Mujib. Sehingga hal inilah yang menjadikan penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang lain.
F.
Landasan
Teori
Menurut
Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya[5]. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa
kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang
dalam kehidupannya[6].
Pada dasarnya kepribadian bukan
terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang
panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk
kepribadian manusia tersebut.. dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu
baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor
yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini
pendidikan sangat besar penanamannya untuk membentuk kepribadian manusia itu.[7]
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian
ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan
akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “ Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya.
Seseorang yang islam disebut
muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara
sungguh – sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi
muslim” itu adalah manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan
patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola
sesorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan
adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman,
islam dan ikhsan.
Orang yang
dapat dengan benar melaksanakan aktivitas hidupnya seperti mendirikan shalat,
menunaikan zakat, orang – orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan
orang – orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan peperangan maka
mereka disebut sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan sebagai orang yang
benar. Hal ini merupakan pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian yang hendak
diwujudkan pada manusia islam. Apakah pola ini dapat “mewujud” atau
“mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga Nampak perbedaannya dengan orang
lain, karena takwanya, maka; orang itu adalah orang yang dikatakan sebagain
seseorang yang mempunyai “Kepribadian Muslim”.
Secara
terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku
normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang
normanya diturunkan dari ajaran islam dan bersumber dari Al-Quran dan
al-Sunnah[8].
Kemudian
ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang
tidak dapat dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan
dengan sikap yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk
sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama. Selain itu sebagai individu setiap
muslim memiliki latar belakang pembawaan yang berbeda-beda. Perbedaan
individu ini diharapkan tidak akan mempengeruhi perbedaan yang akan menjadi
kendala dalam pembentukan kebiasaan ciri khas secara umum.[9]
Kepribadian anak
dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki
seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim,
baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap
batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum,
berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya.
Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak sengaja, dan sikap
terpuji yang timbul dari dorongan batin.
G. Metodologi Penelitian
Bagian ini akan menguraikan
tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode
penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan
teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam dunia pendidikan pendekatan
penelitian yang terkenal terbagi menjadi dua penelitian yaitu kualitatif dan
kuantitatif. Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses
daripada hasil suatu aktivitas. Kirk
dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi
tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.”[10].
Jenis Penelitian ini
adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau
kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah
penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature
review)”.[11] “Sebuah
kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang
relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai
apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang
mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan
metodelogi yang sesuai”.[12]
Adapun
pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. “yakni pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada
proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta pada analisis terhadap dinamika
hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”[13].
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data
primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[14]
Berdasarkan referensi tersebut maka disimpulkan bahwa penelitian ini tidak
mempunyai sumber data primer, karena peneliti tidak melakukan wawancara dan
tidak juga menyebarkan kuisioner kepada pihak lain.
Dalam penelitian ini,
kajian yang menjadi sentral sumber primernya adalah buku karangan Abdul Mujib
yang berjudul: Abdul Mujib,
kepribadian dalam psikologi islam, Jakarta: rajawali press, 2006, Abdul Mujib, fitrah dan kepribadian islam: sebuah
pendekatan psikologis, Jakarta:
Darul Falah, 1999., Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa.nuansa Psikologi Islam,
Jakarta: Rajawali Press, 2001.
b) Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data
sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik
oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan
antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini
digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja
perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[15]
Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa bahan pustaka yang ditulis dan
dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan
pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. seperti
buku-buku, literatur-literatur, artikel, jurnal, bahan internet dan bahan-bahan
lainnya yang ada kaitan dengan penelitian ini. Sebagai sumber yang sekunder
penulis menggunakan buku tentang pendidikan Islam:
1) Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam,
Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2006.
2) Netty Hartati, Islam dan Psikologi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004.
3) Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
4) M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan
Praktis, Cet. VIII, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
5) Abudddin Nata, Tokoh-tokoh
Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.
6) Zakiah Daradjat, Metodik
Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
7) Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh
Pendidikan Islam: Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia,
Ciputat: Ciputat Press Group, 2005.
8) Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat
Baru, Cet. V, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
9) M. Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda karya, 1994.
10) Ibrahim Amini, Agar tak Salah Mendidik, Cet. I,
Jakarta: al-Huda, 2006.
11) Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi
al-Islam, Jilid. I, terj. Drs. Saifullah Kamlie, dan Hery Noer
Ali, Jilid I, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa’, 1993.
3. Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam
skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang
diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan pustaka yang
telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya dengan pembahasan,
kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir sistematis,
selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
4. Teknik Analisa Data
Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data
tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data juga
diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan.[16]
Untuk menganalisis
terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan adalah “deskriptif
analitik” yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan pembinaan kepribadian muslim menurut
Abdul Mujib kemudian dianalisa secara cermat
dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut :
a) Metode Deduksi
Metode deduksi adalah “metode yang
menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke
sesuatu yang khusus”.[17]
Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk
memperoleh gambaran detail dari pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
b) Metode Induksi
Metode induksi yaitu “menekankan pada
pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut.
Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari
khusus menjadi umum”.[18]
Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh
gambaran yang utuh terhadap pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
c) Metode komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang
bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan
perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti
berdasarkan kerangka pemikiran tertentu”.[19]
Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembinaan kepribadian anak
menurut Abdul Mujib.
H. Garis-Garis Besar isi Skripsi
Garis-garis besar isi skripsi ini
terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab
yaitu: Bab satu, berisi tentang
pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori,
metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab dua berisi tentang,
Biografi Abdul
Mujib yang
meliputi Latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, karir yang dicapai,
karya yang dihasilkan, kondisi pendidikan, kondisi sosial politik, kondisi
sosial intelektual.
Bab tiga berisi tentang, kajian
teoritis tentang hakikat kepribadian muslim yang meliputi
pengertian kepribadian, tujuan pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam, aspek-aspek
pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam, langkah-langkah pembentuk
kepribadian dalam pendidikan islam.
Bab empat berisi
tentang, pembinaan kepribadian anak menurut
Abdul Mujib yang meliputi kepribadian
syahadataini, kepribadian mushalli, kepribadian shaim, kepribadian muzakki dan
kepribadian haji.
Bab lima berisi tentang, penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran-saran.
Pustaka, 2000),
hal. 140.
[16]Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), hal. 155.
[17]Budiyanto,
Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari
https://Ibud.Wordpress.Com
[18]Budiyanto,
Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari
https://Ibud.Wordpress.Com.
[19]Raden
Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2017 dari http://.blogspot.co.id.html.
0 Comments
Post a Comment