Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pembinaan Kepribadian Anak Menurut Abdul Mujib


BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan islam merupakan peran yang penting dalam proses pembentuk kepribadian. Pemahaman tentang kepribadian merupakan dasar untuk mengenal diri sendiri yang akan membantu setiap pribadi muslim untuk mengendalikan hawa nafsu, memelihara diri dari perilaku menyimpang, dan mengarahkan hidupnya menuju kepada kebaikan dalam tingkah laku yang benar. Pemahaman ini merupakan landasan untuk hidup sesuai dengan fitrah kejadian dan dapat dijadikan pedoman untuk menuju kehidupan yang damai, dinamis, dan bahagia dunia akhirat.
Kepribadian bukanlah sesuatu yang dapat dikenakan ataupun ditanggalkan
sebagaimana orang mengenakan pakaian ataupun mengikuti gaya mode tertentu.
Kepribadian adalah tentang diri pribadi secara keseluruhan. Kepribadian juga merupakan sesuatu yang unik pada setiap masing-masing individu. Thomae seorang pelopor bigrafik psikologis berpendapat bahwa dalam teori kepribadian ditekankan bahwa setiap pribadi mempunyai ciri-cirinya yang khas. Tidak ada seorangpun yang mempunyai ciri seratus persen sama dengan orang lain. Setiap orang memiliki pribadi yang khusus, selain itu juga ada suatu stabilitas dalam kepribadian seseorang hingga dapat dikatakan ada suatu identitas pribadi.[1]

Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan, dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
Pengembangan berbagai potensi manusia (fitrah) dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui berbagai institusi. Belajar yang dimaksud tidak terfokus melelui pendidikan di sekolah saja, tetapi juga dapat di lakukan di luar sekolah, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lewat institusi sosial keagamaan yang ada. Manurut pendapat para ahli sosiologi, secara sosiologis, institusi-institusi sosial itu dapat dikelompokkan menjadi delapan macam, yaitu keluarga, keagamaan, pengetahuan, ekonomi, politik, kebudayaan, keolahragaan, dan media massa. Setiap institusi ini mempunyai symbol, identitas fisik, dan nilai-nilai hidup yang menjadi pedoman perilaku anggotanya.
Membentuk kepribadian dalam pendidikan islam dibutuhkan beberapa langkah-langkah. Membicarakan kepribadian dalam pendidikan islam, artinya membicarakan cara untuk menjadi seseorang yang memiliki identitas dari keseluruhan tingkah laku yang berbasis agama.  “Secara terminologi kepribadian islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan  bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah”[2].
Berdasarkan studi Qur’ani term ini lebih tepat dijadikan padanan personaliti. Hanya saja term nafs memiliki multi makna. Nafs bisa berarti nyawa , daya konasi yang memiliki sifat ghadhab, syahwat dan kepribadian. Oleh karena multifitas makna ini maka term nafs sedikit dipergunakan dalam diskursus psikologi Islam. Term khuluq (bentuk tunggal dari akhlak). Khuluq mencakup kondisi lahir dan batin. Term ini lebih Islami dan secara khusus diungkap dalam al-Qur’an. Sedangkan syakhsyiyat tidak pernah disebutkan karena alasan ini khazanah klasik dalam Islam lebih tertarik menggunakan term khuluq daripada syakhsyiyat. Namun, pada pertengahan abad XIX merupakan abad kelahiran psikologi keperibadian kontemporer di dunia Barat. Psikologi keperibadian dinobatkan sebagai disiplin ilmu yang mandiri. Saat itu umat Islam lebih memfokuskan ke sains, maka lebih terpesona pada term-term Barat, konsekuensinya adanya diskursus-diskursus keilmuan Islam modern (baik filsafat maupun psikologi) lebih akrab menggunakan istilah syakhsyiyat daripada khuluq.[3]

Kepribadian muslim merupakan identitas yang dimiliki seseorang sebagai ciri khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik ditampilkan secara lahiriah maupun sikap batinnya. Hal itulah yang memunculkan keunikan pada seseorang yang biasa disebut ciri. Ciri dapat berupa sikap, sifat maupun bentuk fisik yang melekat pada pribadi seseorang. “Citra orang yang berkepribadian muslim terdapat pada muslim sejati. Muslim yang meleburkan secara keseluruhan kepribadian dan eksistensinya ke dalam Islam”[4].
Pembentukan kepribadian muslim dilakukan secara berangsur-angsur, membutuhkan sebuah proses. Hal ini dikarenakan merupakan pembentukan kepribadian yang menyeluruh, terarah dan berimbang. Pembentukan ini ditujukan pada pembentukan nilai-nilai keislaman sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia. Apabila prosesnya berlangsung dengan baik akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis dan serasi. Dikatakan harmonis apabila segala aspek-aspeknya seimbang.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil judul dalam penulisan skripsi ini adalah Pembinaan Kepribadian Anak Menurut  Abdul Mujib.
B.    Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam sebuah penelitian adalah hal paling mendasar. Rumusan masalah akan menjadi penentu apa bahasan yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Bagaimana biografi Abdul Mujib?
2.     Bagaimana hakikat kepribadian?
3.     Bagaimana pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib?
C.    Tujuan Penelitian

Tujuan terujung suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Tujuan dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut. Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.     Untuk mengetahui biografi Abdul Mujib.
2.     Untuk mengetahui hakikat kepribadian.
3.     Untuk mengetahui pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.

D.    Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagi berikut:
              Secara teoritis pembahasan ini bermanfaat bagi para pelaku pendidikan, secara umum dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib. Selain itu  hasil pembahasan ini dapat di jadikan bahan kajian bidang studi pendidikan.
              Secara praktis, hasil pembahasan ini dapat memberikan arti dan nilai tambah dalam memperbaiki dan mengaplikasikan pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib ini dalam pelaksanaannya. Dengan demikian, pembahasan ini di harapkan dapat menjadi tambahan referensi dalam dunia pendidikan, khususnya dalam dunia pendidikan Islam.
E.    Penelitian Terdahulu

Diantara para peneliti sebelumnya, antara lain :
1.     Nama: Fadhil Nim: A. 284323/3273 (Sekolah Tinggi Agama Islam) Almuslim Matangglumpangdua Bireuen Pada tahun 2011 dengan judul skripsi Kesehatan Jiwa dalam Pendidikan Menurut Zakiah Daradjat, metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama,  Patuh terhadap norma-norma hukum agama adalah mematuhi segala aturan yang yang bersumber dari ajaran agama yang benar, dan mentaatinya dengan segala kemampuan. Kedua, Menghargai orang lain adalah memuliakan orang lain baik dari segi kepribadiannya, karyanya, postur tubuhnya, ekonominya maupun keadaan sosialnya. Ketiga, Berprilaku yang agamis adalah bermoral agama dalam segala aspek kehidupan karena agama sangat mempengaruhi manusia untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
2.     Nama: Asnidar Nim: A. 2114991/3941 Sekolah Tinggi Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2014 dengan judul skripsi Konsep Pendidikan Anak Menurut Zakiah Daradjat. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Cara mendidik anak berprilaku menurut Zakiyah Daradjat adalah terhadap diri sendiri; mendidik anak bertanggung jawab mengembangkan dan menyempurnakan dirinya. Mendidik anak berprilaku terhadap orangtua; menghormati dan berbakti kepada orang tua,  berbuat baik dengan sesama, beribadah kepada Allah Swt.  Mendidik anak berprilaku terhadap orang lain; mendidik anak untuk saling membantu, tolong menolong dalam mengerjakan kabaikan/kebajikan dan ketaqwaan. Kedua, Cara mendidik anak berfikir menurut pandangan Zakiyah Daradjat adalah linguistik verbal; mendidik kemampuan anak untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Matematis; mendidik anak berpikir matematis merupakan kegiatan mental yang dalam prosesnya selalu menggunakan abstraksi atau generalisasi. Interpersonal; mendidik kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Ketiga, Cara mendidik anak berjiwa sehat menurut pandangan Zakiyah Daradjat adalah; jiwa bersih; menyempurnakan akhlaknya berarti mendidik menyempurnakan jiwanya, ketika jiwa sempurna maka akan semakin dekat dengan Allah Swt. Jiwa sosial; mendidik anak agar ia lebih peduli dengan nasib sesamanya. Karena semua sama-sama saling membutuhkan. Jiwa toleransi; mendidik anak agar tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai setiap tindakan yang orang lain lakukan.
3.     Nama: Ainul Mardhiah Nim: A. 2114991/3941 Institut Agama Islam Almuslim Bireuen Provinsi Aceh Pada tahun 2015 dengan judul skripsi Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan Tentang Study Naskah dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode library reserch dengan kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Abdullah Nashih Ulwan adalah tokoh pendidikan Islam yang dilahirkan pada tahun 1928 di Daerah Qadhi Askar yang terletak di Bandar Halb, Syria. Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang berpegang teguh pada agama dan mementingkan akhlak Islam dalam pergaulan dan muamalat sesama manusia. Kedua, Tanggungjawab pendidik dalam mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan berupa tanggung jawab pendidikan keimanan, tanggung jawab pendidikan moral, tanggung jawab pendidikan fisik, tanggung jawab pendidikan rasio (akal), tanggung jawab pendidikan kejiwaan/rohani dan tanggung jawab pendidikan sosial. Ketiga, Metode pendidikan yang influentif dalam  mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah pendidikan dengan keteladanan, pendidikan dengan adat kebiasaan, pendidikan dengan nasehat, pendidikan dengan memberikan perhatian dan pendidikan dengan memberikan hukuman, Keempat, Kaidah-kaidah elementer dalam mendidik anak menurut Abdullah Nashih Ulwan adalah ikhlas, takwa, ilmu pengetahuan, santun/pemaaf dan menyadari tanggungjawab.                                         
Dari penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan dalam segi pembahasan dengan penelitian yang penulis susun. Adapun yang menjadi perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya perbedaannya adalah dalam hal ini yang akan dikaji yaitu pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib. Sehingga hal inilah yang menjadikan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain.     
F.     Landasan Teori

Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya[5]. Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya[6].
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian dalam membentuk kepribadian manusia tersebut.. dengan demikian apakah kepribadian seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan sangat besar penanamannya untuk membentuk kepribadian manusia itu.[7] Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan, khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya.
Seseorang yang islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa “wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk dan patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan adalah membentuk keselarasan dan keterpaduan antara faktor  iman, islam dan ikhsan.
Orang yang dapat dengan benar melaksanakan aktivitas hidupnya seperti mendirikan shalat, menunaikan zakat, orang – orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang – orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan peperangan maka mereka disebut sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan pola takwa sebagai gambaran dari kepribadian yang hendak diwujudkan pada manusia islam. Apakah pola ini dapat “mewujud” atau “mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga Nampak perbedaannya dengan orang lain, karena takwanya, maka; orang itu adalah orang yang dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai “Kepribadian Muslim”.
Secara terminologi kepribadian Islam memiliki arti serangkaian perilaku normatif manusia, baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial yang normanya diturunkan dari ajaran islam dan  bersumber dari Al-Quran dan al-Sunnah[8].
Kemudian ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kebiasaan yang tidak dapat dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan sikap yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama. Selain itu sebagai individu setiap muslim memiliki latar belakang  pembawaan yang berbeda-beda. Perbedaan individu ini diharapkan tidak akan mempengeruhi perbedaan yang akan menjadi kendala dalam pembentukan kebiasaan ciri khas secara umum.[9]

Kepribadian anak dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang dimiliki seseorang  sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua, guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar, ikhlas, tidak sengaja, dan sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin.
G.   Metodologi Penelitian    

Bagian ini akan menguraikan tentang perangkat-perangkat penelitian mulai dari jenis penelitian, metode penelitian, ruang lingkup penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data yang sangat membantu dalam kelangsungan penelitian ini.
1.     Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam dunia pendidikan pendekatan penelitian yang terkenal terbagi menjadi dua penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif. Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana dalam penelitian ini lebih menekankan pada makna dan proses daripada hasil suatu aktivitas. Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilahannya.”[10].  
Jenis Penelitian ini adalah jenis studi yang termasuk kedalam library research atau kepustakaan. “Penelitian kepustakaan merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian yang kita lakukan. Kajian pustaka disebut juga kajian literature (literature review)”.[11] “Sebuah kajian pustaka merupakan sebuah uraian atau deskripsi tentang literature yang relevan dengan bidang atau topik tertentu serta memberikan tinjauan mengenai apa yang telah dibahas oleh peneliti atau penulis, teori dan hipotesis yang mendukung, permasalahan penelitian yang diajukan atau ditanyakan, metoe dan metodelogi yang sesuai”.[12]
Adapun pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif. “yakni pendekatan yang lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif, serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah”[13].
2.     Sumber Data                   

Sumber data dalam penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a)     Data Primer
Husein Umar menjelaskan bahwa data primer adalah “data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara, pengisisan kuesioner, dan observasi”.[14] Berdasarkan referensi tersebut maka disimpulkan bahwa penelitian ini tidak mempunyai sumber data primer, karena peneliti tidak melakukan wawancara dan tidak juga menyebarkan kuisioner kepada pihak lain.
Dalam penelitian ini, kajian yang menjadi sentral sumber primernya adalah buku karangan Abdul Mujib yang berjudul: Abdul Mujib, kepribadian dalam psikologi islam, Jakarta: rajawali press, 2006, Abdul Mujib, fitrah dan kepribadian islam: sebuah pendekatan psikologis, Jakarta: Darul Falah, 1999., Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa.nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2001.
b)     Data Sekunder
Husein Umar menjelaskan bahwa data sekunder adalah “data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder disajikan antara lain dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-digram. Data sekunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih lanjut, misalnya data kinerja perbankan nasional yang dikeluarkan suatu badan riset”.[15] Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan. seperti buku-buku, literatur-literatur, artikel, jurnal, bahan internet dan bahan-bahan lainnya yang ada kaitan dengan penelitian ini. Sebagai sumber yang sekunder penulis menggunakan buku tentang pendidikan Islam:
1)     Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, Jakarta; PT RajaGrafindo Persada, 2006.
2)     Netty Hartati, Islam dan Psikologi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2004.
3)     Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif  Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992.
4)     M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, Cet. VIII, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
5)     Abudddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
6)     Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
7)     Ramayulis dan Samsul Nizar, Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam: Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia, Ciputat: Ciputat Press Group, 2005.
8)     Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, Cet. V, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
9)     M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosda karya, 1994.
10) Ibrahim Amini, Agar tak Salah Mendidik, Cet. I, Jakarta: al-Huda, 2006.  
11) Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam, Jilid. I, terj. Drs. Saifullah Kamlie, dan Hery Noer Ali, Jilid I, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: CV Asy Syifa’, 1993.

3.   Teknik Pengumpulan Data          

Sumber data yang digunakan dalam skripsi ini adalah berupa studi kepustakaan, maka teknik pengumpulan data yang diterapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan pustaka yang telah disiapkan berdasarkan sub bab yang ada relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis kembali dalam kerangka yang berfikir sistematis, selanjutnya peneliti tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
4.   Teknik Analisa Data        

Teknik analisis data adalah suatu teknik penelitian untuk merangkum apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut berbasis kenyataan, teliti, jeli dan benar. Analisis data juga diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.[16]        
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul, teknik yang di gunakan adalah “deskriptif analitik” yaitu dengan mengambarkan dan memaparkan pembinaan kepribadian muslim menurut Abdul Mujib kemudian dianalisa secara cermat dengan mengunakan berbagai metode sebagai berikut :
a)     Metode Deduksi
Metode deduksi adalah “metode yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduksi yang kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduksi sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus”.[17] Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini, metode deduksi digunakan untuk memperoleh gambaran detail dari pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
b)     Metode Induksi
Metode induksi yaitu “menekankan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum”.[18] Dalam kaitanya dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.
c)     Metode komparasi
Metode komparasi yaitu “penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu”.[19] Dalam penelitian ini metode komparasi ini digunakan unuk membandingkan pembinaan kepribadian anak menurut Abdul Mujib.           
H.    Garis-Garis Besar isi Skripsi
                                                           
Garis-garis besar isi skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu masing-masing bab terdiri dari beberapa sub bab yaitu: Bab satu, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, landasan teori, metodologi penelitian dan garis-garis besar isi skripsi.
Bab dua berisi tentang, Biografi Abdul Mujib yang meliputi Latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan, karir yang dicapai, karya yang dihasilkan, kondisi pendidikan, kondisi sosial politik, kondisi sosial intelektual.         
Bab tiga berisi tentang, kajian teoritis tentang hakikat kepribadian muslim yang meliputi pengertian kepribadian, tujuan pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam, aspek-aspek pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam, langkah-langkah pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam.                       
Bab empat berisi tentang, pembinaan kepribadian anak menurut  Abdul Mujib yang meliputi kepribadian syahadataini, kepribadian mushalli, kepribadian shaim, kepribadian muzakki dan kepribadian haji.          
Bab lima  berisi tentang, penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.     


               [1] Rafi Sapuri, Psikologi Islam:Tuntunan Jiwa Manusia Modern, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hal.109.
               [2]Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 21.
               [3]Abdul Mujib, Fitrah dan Kepribadian Islam (Sebuah Pendekatan Psikologis), (Jakarta: Darul Falah, 1999), hal. 127-132.
               [4]Abul A’la Maududi, Menjadi Muslim Sejati, terj. Ahmad Baidhawi, (Yogyakarta: Mitra
Pustaka, 2000), hal. 140.
               [5] Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995), hal. 31.
               [6] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grasindo Persada, 2001), hal. 42.
               [7] Zuhairini et,al, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 186
               [8]Abdul Mujib, Kepribadian dalam psikologi islam, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 35.
               [9]Jalaluddin dan Usaman Said, Filsafat Pendidikan Agama Islam (Konsep dan Perkembangan Pemikirannya).(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994) hal.  92.
               [10] Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 62.
               [11] Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Jilid 1, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 72.
               [12] Ibid., hal. 72.
               [13] Ibid., hal. 5.
               [14] Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 42.
               [15]Ibid.,
[16]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 155.
               [17]Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com
               [18]Budiyanto, Metode Deduksi dan Induksi. Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2015 dari https://Ibud.Wordpress.Com.
               [19]Raden Sanopaputra, Analisis Komparatif, Artikel diakses tanggal 20 Oktober 2017 dari http://.blogspot.co.id.html.