Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pendidikan dengan Adat Kebiasaan


A.    Pendidikan dengan Adat Kebiasaan

Salah satu metode pendidikan yang diisyaratkan Allah di dalam Alquran surah Al-Alaq adalah metode pembiasaan dan pengulangan. Menurut Ngalim Purwanto metode pembiasaan adalah “suatu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang masih kecil”.[1] Menurut Ahmad Tafsir, “pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walau ada kritik untuk menyadari metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukannya. Oleh karena itu, pembiasaan ini harus mengarah pada pembiasaan yang baik. Perlu disadari oleh guru yang mengajar berulang-ulang, sekalipun hanya dilakukan main-main akan mempengaruhi anak didik untuk membiasakan perilaku itu”.[2] Menurut Muhibbin Syah “mengajar dengan metode pembiasaan dengan tujuan agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan – kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu”.[3] Termasuk masalah yang sudah merupakan ketetapan dalam syariat bahwa anak sejak lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar, dan Iman kepada Allah. Sesuai dengan firman Allah:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفاً فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ) الروم: ٣٠(
Artinya: Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahul. (Qs. Ar-Ruum: 30)

Yakni, ia dilahirkan dengan naluri tauhid dan Iman kepada Allah. sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagi bahan dan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang budi pekerti yang mulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus. Tidak ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan Iman yang benar, berhiaskan diri dengan etika Islam, bahkan sampai puncak nilai-nilai spiritual yang tinggi, dan kepribadian yang utama, jika ia hidup dengan dibekali dua faktor pendidikan Islami yang utama dan lingkungan yang baik.[4] Menurut Ibrahim Amini:
Praktik pembiasaan (habituation) tidak begitu memiliki nilai karena dilakukan tanpa kesadaran si pelakunya. Aktivitas yang baik seperti ibadah memiliki nilai kalau dilakukan atas kesadaran. Sementara orang-orang yang sudah terbiasa melakukan sesuatu, dia  melakukannya tanpa kesadaran tapi hanya karena sudah terbiasa saja. Orang-orang sudah keranjinan dengan aktivitas tertentu mirip dengan orang yang kecanduan.[5]

Amalan-amalan agama atau urusan sosial juga jika dibiasakan akan menjadi kebiasaan hingga tidak ada lagi nilainya, sebab (di dalamnya) tidak ada kehendak dan kesadaran untuk mendapatkan pahala. Jika ingin mendidik karakter anak, maka ajarkan kepada mereka ketika mereka sudah matang tentang nilai-nilai yang baik dan buruk dengan logika dan argumentasi. Jika mereka sudah bisa memahaminya barulah mereka ditempa dengan nilai-nilai yang ingin kita kembangkan.
Menurut pendapat penulis, pendidikan dengan metode pengajaran dan pembiasaan ini adalah termasuk prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan metode paling efektif dalam pembentukan akidah dan pelurusan akhlak anak. Sebab, pendidikan ini didasarkan pada perhatian dan pengikutsertaan, didirikan atas dasar targhib dan tarhib serta bertolak dari bimbingan serta pengarahan. Oleh karena itu, betapa kita membutuh-kan para pendidik yang menunaikan tugas risalahnya dengan sesempurna mungkin, mau mencurahkan perhatian sepenuhnya kepada dunia pendidikan Islam dengan tekun, tabah dan penuh kesabaran. Sehingga, dalam waktu dekat mereka dapat menyaksikan buah hati mereka menjadi para da’i penyebar risalah Islam, para reformis moral, pemuda-pemuda dakwah dan tentara-tentara jihad.
Dengan demikian jelas, bahwa “mendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah upaya yang paling terjamin berhasil dan memperoleh buah yang sempurna. Sedangkan mendidik dan melatih setelah anak berusia dewasa, maka jelas di dalamnya terdapat kesulitan-kesulitan bagi orang-orang yang hendak mencari keberhasilan dan kesempurnaan”.[6]
Termasuk metode pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah, anak dan mempersiapkannya baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. Karena nasehat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata kesadaran anak-anak akan hakikat sesuatu, mendorong mereka menuju harkat dan martabat luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, tidak heran kalau kita tahu bahwa Alquran menggunakan metode menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa ayat-Nya, dan dalam sejumlah tempat di mana Dia memberikan arahan dan nasehat-Nya. Di bawah ini adalah contoh Alquran yang berulang-ulang dalam menuturkan nasehat dan peringatan.
Bahasa Alquran dalam berdakwah kepada Allah dan selalu mengingat- Nya, Serta dalam menyampaikan petuah dan nasehat sungguh sangat beragam. Semuanya itu telah dicontohkan melalui ucapan para Nabi a.s. dan secara berulang-ulang dicontohkan oleh para da’i kepada jamaah dan pengikut mereka. Tidak ada seorang pun yang menyangkal, bahwa petuah yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka dengan cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas yang sangat dalam. Alquran menegaskan pengertian ini dalam banyak ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus sebagaimana firman Allah dalam surat Qaaf ayat 37 sebagai berikut:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَن كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ) ق: ٣٧(
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. (QS. Qaaf: 37)

Alquran penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode pemberian nasehat sebagai dasar dakwah, sebagai jalan menuju perbaikan individu dan pemberi petunjuk bagi masyarakat. Siapa pun yang mau membuka lembaran-lembaran Alquran, niscaya ia akan mendapatkan metode pemberian nasehat yang benar-benar tampak dalam sejumlah ayatnya. Terkadang dengan peringatan untuk bertakwa, dengan mengingatkan untuk berzikir, dengan mengemukakan kata-kata nasehat, dengan mengikuti jalan orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk, atau dengan membujuk dan merayu, bahkan dengan menggunakan metode ancaman. Demikianlah, pembaca akan mendapatkan metode pengajaran dan pemberian nasehat yang sangat sesuai dengan lafal Alquran, termasuk pengertian-pengertiannya dalam berbagai struktur dan gaya bahasa. Semua ini menguatkan pendirian bahwa metode nasehat dalam Alquran mempunyai andil yang besar dalam upaya pendidikan jiwa pada kebaikan, mengantarkannya kepada kebenaran, dan membimbingnya pada petunjuk.
Sebagaimana telah kita kemukakan di atas berdasarkan bukti-bukti Alquran yang menerangkan secara tegas dan jelas, bahwa jiwa yang murni, hati yang terbuka, akal yang jernih dan berpikir, jika dimasuki kata-kata yang membekas, nasehat yang berpengaruh, peringatan yang tulus, maka dengan cepat akan memberi respon dan jawaban tanpa ragu, terpengaruh tanpa bimbang, bahkan dengan cepat akan tunduk kepada kebenaran dan menerima hidayah Allah yang diturunkan. Itu semua adalah untuk kaum dewasa. Lantas bagaimana dengan anak kecil, yang dilahirkan dalam keadaan suci, dengan hati yang putih yang tak ada sedikit pun noda, dengan jiwa yang bening yang belum terpengaruh noda-noda Jahiliyah dan belum tersentuh tangan-tangan noda dan dosa? Maka sudah barang tentu, ia akan lebih mungkin menerima nasehat, dan penerimaannya terhadap nasehat ini jelas lebih kuat.
Dengan demikian, para pendidik hendaknya memahami betul akan hakikat ini, dan menggunakan metode-metode Alquran dalam upaya memberi-kan nasehat, peringatan dan bimbingannya, untuk mempersiapkan anak-anak mereka yang masih usia muda, baik sebelum tamyiz maupun pada usia remaja, dalam hal akidah maupun moral, dalam pembentukan kepribadian maupun kehidupan sosial, jika mereka memang mengingin-kan kebaikan, kesempurnaan, kematangan akhlak dan akal anak-anak. Di samping itu, sudah sepatutnya dalam kesempatan ini kita menyimak metode Alquran dalam menyajikan nasehat dan pengajaran.[7]        


               [1] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Cet. VIII, (Bandung:  Remaja Rosdakarya, 1995), hal. 177.
               [2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan ..., hal. 144-145.
               [3] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekat Baru, Cet. V, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 124.
               [4] Ulwan, Pedoman Pendidikan., hal. 5.
               [5] Ibrahim Amini, Agar tak Salah, hal. 306.  
               [6] Ibid., hal. 6.
               [7]Ulwan, Pedoman Pendidikan, hal. 8.