A.
Pendidikan dengan Nasehat
Metode nasehat
yakni “suatu metode pendidikan dan pengajaran dengan cara pendidik memberi
motivasi. Metode Ibrah atau maui’zhah (nasehat) sangat efektif dalam
pembentukan mana anak didik terhadap hakekat sesuatu,serta memotivasinya untuk
bersikap luhur, berakhlak mulia dan membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam”.[1]
Menurut Alquran, metode nasehat hanya diberikan kepada mereka yang melanggar
peraturan dalam arti ketika suatu kebenaran telah sampai kepadanya, mereka
seolah-olah tidak mau tau kebenaran tersebut terlebih melaksanakannnya.
Pernyataan ini menunjukkan adanya dasar psikologis yang kuat, karena orang pada
umumnya kurang senang dinasehati, terlebih jika ditunjukkan kepada pribadi
tertentu.
Termasuk metode
pendidikan yang cukup berhasil dalam pembentukan akidah, anak dan mempersiapkannya
baik secara moral, emosional maupun sosial, adalah pendidikan anak dengan
petuah dan memberikan kepadanya nasehat-nasehat. “Nasehat dan petuah memiliki
pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata kesadaran anak-anak akan hakikat sesuatu,
mendorong mereka menuju harkat dan martabat luhur, menghiasinya dengan akhlak
yang mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam”[2].
Karenanya, tidak heran kalau kita tahu bahwa Alquran
menggunakan metode menyerukan kepada manusia untuk melakukannya, dan mengulang-ulangnya
dalam beberapa ayat-Nya, dan dalam sejumlah tempat di mana Dia memberikan
arahan dan nasehat-Nya. Di bawah ini adalah contoh Alquran yang berulang-ulang
dalam menuturkan nasehat dan peringatan. Allah Berfirman dalam surat Luqman ayat 12 sampai 19 sebagai berikut:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ
الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن
كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌوَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ,
وَإِن جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ
عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ
مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ, يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِن تَكُ
مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ
فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ ,يَا
بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ
وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ, وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا
تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ, وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ
مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ) لقمان:- ١٢-١٩(
Artinya: Dan sesungguhnya telah
Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: Bersyukurlah kepada Allah. Dan
barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk
dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan
dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah
kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu
dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah
suara keledai. (Q.S. Luqman: 12-19).
Bahasa Alquran
dalam berdakwah kepada Allah dan selalu mengingat- Nya, Serta dalam
menyampaikan petuah dan nasehat sungguh sangat beragam. Semuanya itu telah
dicontohkan melalui ucapan para Nabi a.s. dan secara berulang-ulang dicontohkan
oleh para da’i kepada jamaah dan pengikut mereka. Tidak ada seorang pun yang
menyangkal, bahwa petuah yang tulus dan nasehat yang berpengaruh, jika memasuki
jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang jernih dan berpikir, maka dengan
cepat mendapat respon yang baik dan meninggalkan bekas yang sangat dalam.
Alquran
menegaskan pengertian ini dalam banyak ayatnya, dan berulang kali menyebutkan
manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat
yang tulus. “Alquran penuh dengan ayat-ayat yang menjadikan metode pemberian nasehat
sebagai dasar dakwah, sebagai jalan menuju perbaikan individu dan pemberi
petunjuk bagi masyarakat”[3].
Siapa pun yang mau membuka lembaran-lembaran Alquran, niscaya ia akan
mendapatkan metode pemberian nasehat yang benar-benar tampak dalam sejumlah
ayatnya. Terkadang dengan peringatan untuk bertakwa, dengan mengingatkan untuk
berzikir, dengan mengemukakan kata-kata nasehat, dengan mengikuti jalan
orang-orang yang telah mendapatkan petunjuk, atau dengan membujuk dan merayu,
bahkan dengan menggunakan metode ancaman.
Demikianlah, “metode
pengajaran dan pemberian nasehat yang sangat sesuai dengan lafal Alquran,
termasuk pengertian-pengertiannya dalam berbagai
struktur dan gaya bahasa”.[4]
Semua ini menguatkan pendirian bahwa metode nasehat dalam Alquran mempunyai
andil yang besar dalam upaya pendidikan jiwa pada kebaikan, mengantarkannya
kepada kebenaran, dan membimbingnya pads petunjuk.
Sebagaimana
telah kita kemukakan di atas berdasar bukti-bukti Alquran yang menerangkan
secara tegas dan jelas, bahwa jiwa yang murni, hati yang terbuka, akal yang
jernih dan berpikir, jika dimasuki kata-kata yang membekas, nasehat yang
berpengaruh, peringatan yang tulus, maka dengan cepat akan memberi respon dan
jawaban tanpa ragu, terpengaruh tanpa bimbang, bahkan dengan cepat akan tunduk
kepada kebenaran dan menerima hidayah Allah yang diturunkan. Itu semua adalah
untuk kaum dewasa. Lantas bagaimana dengan anak kecil, yang dilahirkan dalam
keadaan suci, dengan hati yang putih yang tak ada sedikit pun noda, dengan jiwa
yang bening yang belum terpengaruh noda-noda Jahiliyah dan belum tersentuh
tangan-tangan noda dan dosa? Maka sudah barang tentu, ia akan lebih mungkin
menerima nasehat, dan penerimaannya terhadap nasehat ini jelas lebih kuat.
Dengan
demikian, para pendidik hendaknya memahami betul akan hakikat ini, dan menggunakan
metode-metode Alquran dalam upaya memberi-kan nasehat, peringatan dan
bimbingannya, untuk mempersiapkan anak-anak mereka yang masih usia muda, baik
sebelum tamyiz maupun pada usia remaja, dalam hal akidah maupun moral, dalam
pembentukan kepribadian maupun kehidupan sosial, jika mereka memang
mengingin-kan kebaikan, kesempurnaan, kematangan akhlak dan akal anak-anak. Di
samping itu, sudah sepatutnya dalam kesempatan ini kita menyimak metode Alquran
dalam menyajikan nasehat dan pengajaran.[5]
0 Comments
Post a Comment