Pendidikan Keimanan
A. Pendidikan Keimanan
Diantara hal yang paling berharga menjadi pelajaran bagi
umat islam dari kisah Nabi ishak seperti semua para nabi yang diutus oleh Allah
adalah pendidikan keimanan. Dengan keteguhan dalam keimanan Nabi ishak mampu untuk menahan berbagai tekanan dan
penyiksaan dari kaumnya yang ingkar kepada tuhan. Keteguhan iman nabi ishak dan
para nabi yang lain. Sehingga mereka semuanya menjadi para hamba Allah yang
mulian dan kita tidak boleh membedakan salah satu diantara mereka. Dan kita
harus meingimani mereka semuanya. Seperti Allah jelaskan didalam Al-qur’an surat Ali-imran
ayat 84:
قل أمنا باالله
وماأنزل عليناوماأنزل على إبراهيم وإسماعيل وإسحاق ويعقوب والأسباط وما أوتي موسى
و عيسى والنبيون من ربهم لا نفرق بين أحدمنهم ونحن له مسلمون )ال عمران : ٨٤(
Artinya: Katakanlah: "Kami beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kami
dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma`il, Ishaq, Ya`qub, dan anak-anaknya,
dan apa yang diberikan kepada Musa, `Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami
tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan hanya kepada-Nya-lah kami
menyerahkan diri.(Qs. Ali Imran: 84)
Keiman
kita kepada mereka tanpa keraguan didalamnya. Apabila itu sudak kita lakukan
kita akan menjadi orang yang diteguhkan keimanan oleh Allah sehingga mendapat
kedudukan didunia dan di akhirat. Orang yang teguh Imannya pasti akan Allah teguhkan
kedudukannya didunia dan di akhirat. Seperti firman Allah didalam Al-qur’an:
يثبت
الله الذين أمنوا بالقول الثابت فى الحياة الدنياوفى الأخرة ويضل الله الضا لمين
ويفعل الله ما يشاء )ابراهيم : ٢٧(
Artinya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan
Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.(Qs. Ibrahim: 27 )
Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang
diriwayatkan oleh seorang sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu
‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang
muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia
akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha
Illallah) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah
(Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: {Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan
di akhirat}.”. (HR. Al Bukhari dan Imam Muslim)[1]
Ayat dan hadits di atas menunjukkan bahwa keteguhan iman dan keistiqamahan
dalam agama hanyalah Allah ta’ala anugerahkan kepada orang beriman
yang memiliki ‘ucapan yang teguh’, yaitu dua kalimat syahadat yang dipahami dan
diamalkan dengan baik dan benar.
Maka berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bagi kita salah satu
keutamaan dan manfaat besar mengikuti manhaj salaf, karena tidak diragukan lagi
hanya manhaj salaf-lah satu-satunya manhaj yang benar-benar memberikan
perhatian besar kepada pemahaman dan pengamalan dua kalimat syahadat dengan
baik dan benar, dengan selalu mengutamakan pembahasan tentang kalimat Tauhid (Laa
Ilaaha Illallah), keutamaannya, kandungannya, syarat-syaratnya,
rukun-rukunnya, hal-hal yang membatalkan dan mengurangi kesempurnaannya,
disertai peringatan keras untuk menjauhi perbuatan syirik dan semua perbuatan
yang bertentangan dengan tauhid.
Demikian pula perhatian besar manhaj salaf terhadap kalimat syahadat (Muhammadur
Rasulullah), dengan selalu mengutamakan pembahasan tentang keindahan dan
kesempurnaan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, disertai
peringatan keras untuk menjauhi perbuatan bid’ah dan semua perbuatan
yang bertentangan dengan Sunnah.
Berkata Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Al Firqatun Naajiyah (golongan
yang selamat dari ancaman azab Allah ta’ala / orang-orang yang
mengikuti manhaj salaf) adalah orang-orang yang (sangat) mengutamakan Tauhid,
yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, seperti berdoa, meminta pertolongan,
memohon keselamatan dalam keadaan susah maupun senang, berkurban, bernazar, dan
ibadah-ibadah lainnya, serta keharusan menjauhi syirik dan fenomena-fenomenanya
yang terlihat nyata di kebanyakan negara Islam… Dan mereka adalah orang-orang
yang selalu menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam ibadah, tingkah laku dan (semua sisi) kehidupan mereka,
sehingga jadilah mereka sebagai orang-orang yang asing di tengah masyarakat,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
menggambarkan keadaan mereka: “Sesungguhnya islam awalnya datang dalam
keadaan asing, dan nantinya pun (di akhir jaman) akan kembali asing, maka
beruntunglah (akan mendapatkan surga) orang-orang yang asing (karena berpegang
teguh dengan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)” (HR. Muslim). Dalam riwayat lain: “… Mereka adalah orang-orang yang
berbuat kebaikan ketika manusia dalam keadaan rusak”. Berkata Syaikh Al
Albani: Hadits ini diriwayatkan oleh Abu ‘Amr Ad Daani dengan sanad yang
shahih.”[2]
Beriman dengan benar sesuai dengan yang di
perintahkan oleh Allah dan rasulnya merupakan sesuatu yang sulit untuk
dijalankan. Akan tetapi apabila dilaksanakan dengan keteguhan yang sesuai
dengan kebenaran maka Allah akan memberikan balasan yang besar kepadanya
seperti dijelaskan dalam firman Allah:
ياأيهاالذين أمنوا
اتقوا الله , وكونوا مع الصاقين ) التوب : ١٩٩ (
Artinya: Hai
sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau
semua bersama-sama dengan orang-orang yang benar.(Qs. at-Taubah: 119)
فلو صدقوا
اللَّه
لكان
خيرا
لهم). محمد :٢١
(
Artinya: Dan andaikata mereka itu bersikap benar
terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik untuk mereka sendiri. (Qs..Muhammad:
21)
Dan hadits dari Rasulullah SAW :
عن
ابن مسعود رضى الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال :إن الصدق يهدي إلى
البروإن البر يهدي إلى الجنة؛ وإن الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا,وإن الكذب
يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى النار؛ وإن الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله
كذابا) مُتَّفّقٌ عَلَيْهِ(.
Artinya: Dari
Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya kebenaran -
baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu
nescaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang
yang ahli melakukan kebenaran. Dan
sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan
kepada neraka dan sesungguhnya
seseorang itu nescaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta. (HR.
Muttafaq 'alaih).26
Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka,
boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya, ertinya:
"Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau
halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu
dalam hatimu." Kata Shidqun yang bererti benar itu, maksudnya tidak
hanya benar dalam pembicaraannya saja, tetapi juga benar dalam amal
perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah yang menurut sabda Nabi s.a.w.
dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan ini yang menunjukkan ke
jalan menuju syurga.
Secara ringkasnya,
seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya sesuai dengan amal
perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala amal
perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap
sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku
beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan
mengucapkan dua kalimat syahadat saja tidak dapat, maka dapatkah orang semacam
itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta yang oleh
Rasulullah s.a.w. disabdakan bahawa kedustaan itu menunjukkan ke jalan kecurangan
dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.