Pengertian Metode Jigsaw
A. Pengertian Metode Jigsaw
Dari sisi etimologi Jigsaw berasal dari
bahasa ingris yaitu “gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah
Fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang menyusun potongan gambar”[1].
“Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini juga mengambil pola cara bekerja
sebuah gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar
dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama”[2].
Metode jigsaw berasal dari bahasa Yunani "Metodos".
Kata ini terdiri dari dua suku kata yaitu "Metha" yang berarti
melalui atau melewati dan "hodos" jalan atau cara. Jadi metode
adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”[3].
Pengertian jigsaw learning adalah
sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknis
"pertukaran dari kelompok ke kolompok lain." (group to group
exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan
sesuatu. Sedangkan menurut Wina Sanjaya model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw merupakan “model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama
saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada
kelompok yang lain”.[4]
Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif jigsaw
adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktifisme
dalam belajar adalah suatu pendekatan di mana sisiwa secara individu menemukan
dan mentranseformasikan imformasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan
aturanyang dan merivisinya bila perlu.
Menurut Nasution Jigsaw adalah tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson's. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan
materi tersebut kepada kelompoknya. Sehingga baik kemampuan secara kognitif
maupun sosial siswa padat berkembang. “Pembelajaran model ini lebih
meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok
belajar yang terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam suatu perencanaan
kegiatan. Dalam pembelajaran ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat
saling bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada dirinya sendiri maupun
pada kelompoknya”.[5]
Pengertian pembelajaran jigsaw adalah
salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar
heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan dalam
bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi
belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa diberi kesempatan
untuk berkolaborasi dengan teman lain dalam bentuk diskusi kelompok memecahkan
suatu permasalahan. Setiap kelompok memiliki kemampuan akademik yang heterogen
sehingga akan terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, dua atau tiga siswa
berkemampuan sedang, dan seorang siswa berkemampuan kurang.
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji cobakan oleh
Ellot Aronson dan kemudian diadaptasi oleh slavin. Dalam penerapan jigsaw,
siswa dibagi berkelompok dengan lima atau enam anggota kelompok belajar
heterogen. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari, menguasai bagian
tertentu bahan yang diberikan kemudian menjelaskan pada anggota kelompoknya.
Dengan demikian terdapat rasa saling membutuhkan dan harus bekerjasama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari kelompok
lain yang bertugas mendapat topik yang sama berkumpul dan berdiskusi tentang
topik tersebut. Kelompok ini disebut kelompok ahli. Kemudian anggota tim ahli
kembali ke kelompok asal dan mengajarkan apa yang telah dipelajarinya dan
didiskusikan didalam kelompok ahlinya untuk diajarkan kepada teman kelompoknya
sendiri.[6]
Tujuan
dari metode jigsaw tersebut adalah untuk mengembangkan kerja tim,
keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang
tidak mungkin diperolah apabila mereka mencoba mempelajari materi sendirian.
[1]Muslimin Ibrahim, et.al., Pembelajaran Kooperatif,
(Surabaya: Universitas Negeri Surabaya, 2000), hal. 6.
[4] Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), hal. 27.
Aksara, 2005),
hal. 39.