Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Pengertian Metode Pembelajaran


BAB II
EKSISTENSI METODE PEMBELAJARAN


A.   Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pengajaran terdiri atas dua kata yang berlainan maknanya. Dalam pengertian yang umum, metode adalah cara-cara penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Imamnsyah Ali Pane mengemukakan metode atau metodik adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan.[1] Pengertian metode juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan bahwa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.[2]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Dengan demikian, bahwa metode itu merupakan suatu cara yang ditempuh dengan sistematis di mana dalam fungsinya terletak suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Pengajaran berasal dari kata “mengajar” yang berarti perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.[3] Selanjutnya Darwis A. Sulaiman mengatakan pengajaran adalah merupakan bagian dari pendidikan, yang satu proses interaksi antara guru dengan murid dalam mencapai tujuan pendidikan.[4]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pengajaran adalah cara mengajar ataupun apa saja yang diajarkan oleh guru kepada anak didiknya. Dalam suatu hal pengajaran berarti mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang dituntut dalam proses tersebut, maka pengajaran berarti pemantapan pengembangan mengorganisir semua komponen dalam situasi belajar mengajar, sehingga mencapai hasil sesuai dengan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa metode pengajaran adalah suatu cara mengajar yang sistematis untuk mengorganisir komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian, metode pengajaran itu merupakan suatu cara atau menciptakan situasi yang merangsang anak didik mampu menyerap pelajaran demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, justeru itu metode pengajaran merupakan komponen yang tidak bias dipisahkan dari mengajar, karena ia berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan.

B.   Macam-Macam Metode Pembelajaran
Metode pengajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, baik berlangsung dalam kelas maupun di luar kelas, tanpa ada metode proses belajar mengajar tidak mungkin berhasil dengan efektif dan efisien. Penggunaan metode dalam proses belajar tidak dapat dipisahkan dengan berbagai komponen lain yang terlibat dalam proses tersebut. Pemakaian metode pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu perlu dipertimbangkan dalam beberapa komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar di antaranya adalah tujuan, materi, siswa, situasi kelas dan guru sebagai operator dalam pemakaian metode mengajar. Pemakaian metode yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi hambatan yang paling besar dalam proses belajar mengajar. Adapun metode yang tepat digunakan untuk pelajaran aqidah akhlak adalah sebagai berikut:
1.      Metode Hiwar
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada satu tujuan, sehingga kedua pihak dapat bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu.[5] Maka metode yang memiliki kesamaan dengan metode tersebut adalah metode tanya jawab dan diskusi.
2.      Metode Kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lainnya selain bahasa. Hal ini disebabkan karena kisah Qur’ani dan Nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang membuat dampak psikologi dan edukatif yang sempurna, rapi dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.[6] Metode tersebut hampir sama dengan metode ceramah dan metode demonstrasi.
3.      Metode Amtsal
Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya.[7] Demikian juga dalam proses pelaksanaan pendidikan sangat banyak perumpamaan-perumpamaan yang harus diberikan oleh seorang guru. Adapun metode yang sama dengan metode ini adalah metode pemecahan masalah dan metode proyek.
4.      Metode ‘Ibrah dan Mau’idzah
‘Ibrah adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan pertimbangan dari kejadian-kejadian yang ada dalam Al-Qur'an. Sedangkan mau’idzah adalah metode yang penekanannya kepada memperkuat ingatan terhadap kejadian-kejadian dalam Al-Qur'an.[8] Metode ini hampir dengan metode drill, resitasi dan eksperimen.
Untuk lebih jelasnya penulis memaparkan metode-metode pengajaran sebagai berikut:
1.     Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah nsuatu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan mengajar yang terdapat pada metode ceramah, ini disebabkan karena guru memperoleh gambaran sejauhmana siswa dapat mengerti dan dapat mengungkapkannya.[9]
Berdasarkan kutipan di atas, maka penulis memahami bahwa metode ini juga tidak boleh ditinggalkan dalam setiap mata pelajaran karena metode termasuk metode yang paling efektif menguji kemampuan siswa di ruangan belajar. Dengan menggunakan metode ini pula kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan dapat diketahui oleh guru.
2.     Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian pelajaran di mana siswa diharapkan masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dipecahkan bersama.[10] Dari uraian ini dapat diketahui bahwa metode diskusi sangat cocok untuk diterapkan terutama untuk melihat kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di depan orang banyak khusus sesama kawan mereka sendiri.
3.     Metode Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi melalui penerapan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap sekelompok manusia. Gurulah yang berbicara, mengartikan serta menjelaskan pokok-pokok pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum.[11]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat dipahami bahwa metode ceramah sangat perlu diterapkan, karena metode ini merupakan pengantar yang paling utama dalam setiap mata pelajaran dan juga tidak boleh ditinggalkan oleh setiap guru yang mengajarkan mata pelajaran aqidah akhlak.
4.     Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas sesuatu pengertian atau memperlihatkan bagaimana memperlihatkan sesuatu pada anak didik.[12] Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam mengaplikasikan mata pelajaran yang telah diberikan gurunya, terutama dalam mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan metode ini.
5.     Metode Pemecahan Masalah
Problem Solving adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana siswa diharapkan dengan kondisi masalah, dari masalah yang sederhana, menuju ke masalah yang sulit/muskil.[13]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengajarkan siswa agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi mereka sendiri. Artinya metode khususnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diangap sulit oleh siswa.
6.     Metode Proyek
Metode proyek adalah cara mengerjakan dengan jalan memberikan kegiatan belajar kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin pikiran serta perkataannya, anak-anak dilatih agar berencana di dalam tugas-tugasnya.[14]
Dari keterangan di atas, maka penulis dapat memahami bahwa metode bersifat kelompok, yaitu metode yang dimaksudkan untuk mengajarkan keahlian siswa dalam hal mengolah pola piker terutama merancang perkataan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang mereka hadapi. Artinya, siswa diajarkan agar mampu berencana dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.
7.     Metode Drill
Metode drill adalah melakukan kegiatan tertentu secara berulang-ulang sebagai latihan, baik yang menyangkut gerak gerik perbuatan kecakapan tertentu dan juga terpakai untuk kegiatan-kegiatan intelek atau ingatan, seperti menghafal kali-kali secara mekanis dan lain sebagainya. Dalam metode ini, aktivitas yang menonjol berada di pihak siswa.[15]
Metode drill merupakan metode yang bertujuan untuk menguji kemampuan siswa dalam hal melakukan kegiatan intelektual siswa, seperti dalam menghafal mata pelajaran yang memerlukan hafalan seperti, kegiatan menghafal doa shalat, surat-surat pendek dan lain sebagainya.
8.     Metode Resitasi
Metode resitasi adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar manakala guru memberikan tugas tertentu kepada dan siswa mengerjakannnya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkannya.[16]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat diketahui bahwa metode ini perlu juga digunakan agar siswa tahu mempertanggung jawabkan setiap ilmu pengetahuan yang telah diterima dari gurunya. Metode ini diuji dengan cara memberikan tugas tertentu kepada siswa.
9.     Metode Eksperimen
Titik berat daripada percobaan adalah melakukan percobaan-percobaan oleh siswa itu sendiri setelah dalil-dalilnya diketahui dan dipahami dengan maksud untuk lebih jelas dan kongkrit tentang teori-teori yang diketahuinya. Biasanya metode ini memerlukan alat-alat tertentu, bahkan laboratorium disebut juga dengan laboratorium method.[17]
Menurut kutipan yang dikemukakan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa metode eksperimen ini bertujuan untuk menguji kebenaran pengetahuan teoritis yang diajarkan oleh gurunya. Metode ini tentunya memerlukan bantuan guna alat-alat lain yang dapat mendukung penyelidikan, sehingga dengan demikian, ditemukan kebenaran ilmiah.
Berdasarkan keterangan di atas, maka menurut pengamatan penulis, metode pengajaran aqidah akhlak yang paling sering dan sangat dominan digunakan adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan resitasi. Sebab kelima metode tersebut mempunyai relevansi dengan pengajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Tanpa adanya kombinasi kelima metode tersebut, maka pengajaran aqidah akhlak tidak akan berhasil sebagaimana yang diharapkan.

C.   Faktor Yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Metode-metode yang telah dikemukakan di atas merupakan sebagai contoh dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam pendidikan aqidah akhlak. Pendidikan hendaknya tidak fanatik pada satu metode saja, karena setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang pendidik cukup menggunakan satu metode saja dalam menyampaikan satu materi pelajaran, tetapi juga kadang-kadang perlu memadukan berbagai macam metode.
Pendek kata, sebelum menggunakan suatu metode, pendidik hendaknya mempertimbangkan secara matang faktor-faktor yang terkait dengannya seperti tujuan setiap materi pelajaran, latar belakang individual peserta didik serta situasi dan kondisi berlangsung pendidikan. Pribadi pendidik memiliki peranan penting dalam memilih metode pengajaran apapun, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Zarkasyi salah seorang pendidik pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, yang dikutip Herry Noer Ali menyatakan bahwa metode lebih penting dibandingkan materi; tetapi pribadi guru lebih penting dibandingkan metode”.[18]
Kenyataannya, penerapan metode pengajaran di sekolah-sekolah terjadi perkembangan tersendiri sesuai dengan kemampuan seorang guru dalam mengaplikasikan pada waktu melakukan proses belajar mengajar. Melakukan pengembangan ini bertujuan untuk lebih sukses dalam mencapai keberhasilan belajar mengajar.
Pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak metodenya tidak jauh berbeda dengan pendidikan lainnya. Tetapi metode mengajar tersebut harus dikembangkan sendiri oleh guru-guru dalam batas kemampuannya sepanjang tidak bertentangan dengan ajarn-ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam. Metode apapun dapat dipakai dengan ketentuan tidak bertentangan dengan materi yang diajarkannya.
Metode pengajaran aqidah akhlak perlu ditinjau kepada sifat materi dan bahan, sehingga metode tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
a.     Materi yang bersifat dogma; ceramah, diskusi, indoktrinasi, Tanya jawab, karya wisata, dan problematika.
b.     Materi yang bersifat problem; problematika, diskusi dan Tanya jawab.
c.     Materi yang bersifat fakta-fakta atau pngetahuan-pengetahuan; ceramah, karya wisata, eksperimen, proyek, sosio drama dan demonstrasi.[19]

Bukan hanya mempertimbangkan sifat bahan, tetapi dalam pemilihan atau penggunaan metode, juga mempedomani tujuan yang ingin dijangkau. Setiap materi atau bahan pelajaran itu tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Berhasil tidaknya seorang guru dalam mengajar, tergantung pada tercapai tidaknya tujuan tersebut. Karena banyak macam tujuan yang harus dicapai, banyak alat yang dapat dipergunakan dan banyak metode yang telah dikembangkan oleh tokoh pendidikan untuk dipilih.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan timbul bermacam-macam prinsip, antara lain:
a.     Memakai satu metode untuk satu tujuan.
b.     Memakai satu metode untuk bermacam-macam tujuan.
c.     Memakai banyak metode untuk tujuan tertentu.[20]
Dalam pelaksanaan pendidikan dapat diakui bahwa sukar dilaksanakan dengan satu metode yang paling tepat untuk satu materi atau bahan. Namun kebijaksanaan yang tepat adalah setiap materi dipakai banyak metode yang sesuai dengan materi tersebut, supaya tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.
Maka dalam hal ini pemakaian metode adalah sangat menentukan, salah pilih metode mungkin hasilnya menyimpang dari tujuan. Dari itu dalam proses mengajar bidang studi aqidah akhlak, perlu melakukan kombinasi metode yang satu dengan metode lainnya. Untuk keberhasilan proses pendidikan perlu diajukan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan metode, sebagai berikut:
a.      Tujuan Yang Hendak Dicapai
Setiap mata pelajaran tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda anata satu dengan lainnya. Misalnya pada tujuan pengajaran tafsir al-Qur'an dan hadits berbeda dengan tujuan pelajaran akhlak. Dan pelajaran tauhid berbeda tujuannya dengan pelajaran fiqh, demikian juga sebaliknya.
Oleh karena itu tujuan umum maupun tujuan khusus dari masing-masing oelajaran memiliki perbedaan dan tekanannya masing-masing, maka implikasinya dalam pemilihan metode guru hendaklah mampu melihat perbedaan-perbedaan tersebut dan membawanya ke dalam situasi pemilihan riset metode yang dianggap paling tepat dan serasi untuk diterapkan.[21]
Berdasarkan keterangan di atas, menandakan bh penerapan metode pengajaran agama Islam harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, karena hanya dengan cara demikian barulah tujuan yang dikehendaki akan tercapai.
b.      Kemampuan Guru
Efektif tidaknya suatu metode juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang memakainya, di samping kepribadian guru memang cukup dominant pengaruhnya, misalnya seorang guru A oleh karena mahir dan cerdik dalam berbicara sehingga setiap pendengar menjadi terkesan dan terpukau dengan pembicaraannya, maka metode ceramah menjadi pilihan utama di samping metode lain sebagai pendukungnya. Akan tetapi metode ceramah tersebut akan menjadi tidak efektif bagi seorang guru yang pendiam dan tidak menguasai teknik-teknik metode ceramah yang baik.[22]
Berdasarkan gambaran di atas, maka dapat dipahami bh kemampuan guru sangat berperan untuk memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Jika metode yang digunakan tidak sesuai, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Oleh karena itu, kemampuan guru memegang peranan penting dalam menciptakan keberhasilan belajar mengajar.
c.      Anak Didik
Hal yang perlu diperhatikan pula dalam penggunaan metode adalah anak didik, karena guru berhadapan dengan makhluk hidup yang bernama anak didik itu, atau siswa dengan potensi dan fitrah yang dimilikinya memberi kemungkinan sekaligus harapan untuk berkembang dengan baik ke arah pribadi yang sempurna.[23]
Pada fitrahnya memang setiap individu anak didik itu telah diberikan hidayah kebaikan (berupa ketauhidan dan keimanan) oleh Allah SWT. Akan tetapi iman dan tauhid itu dapat saja berubah ke arah kelunturan apabila tidak disiram dan dipupuk dengan pendidikan dan bimbingan ke jalan menuju ke arah keimanan dan Islam. Guru di samping itu juga berhadapan dengan anak didik yang masing-masing memiliki perbedaan kemampuan, kecerdasan, karakter, latar belakang sosial ekonomi dan perbedaan tingkat usia antara satu dengan yang lain selamanya siswa berbeda dalam kelas. Oleh karena itu untuk mendukung hal tersebut diperlukan mengajar dengan kearifan sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nahlu ayat 25 sebagai berikut:
ادع  Ø¥Ù„Ù‰ سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيل وهو أعلم بالمهتدين (النحل: ١٢٥)
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Q. S. an-Nahlu: 125)

Dari gambaran ayat di atas, maka diketahui bahwa usaha untuk mensukseskan belajar mengajar harus ditempuh dengan cara mendidik anak didik sebijaksana mungkin. Hal ini merupakan usaha untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar siswa.
d.     Situasi dan Kondisi di mana Pengajaran Berlangsung
Situasi dan kondisi di mana berlangsungnya pengajaran juga harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam penggunaan metode mengajar.
Situasi dan kondisi yang dimaksud, yaitu termasuk kondisi fisik gedung sekolah, apakah berada di pasar atau di samping bioskop dan sebagainya. Demikian juga keadaan guru dan murid saat mana waktu akan memberikan pelajaran di kelas apakah guru atau murid dalam keadaan lelah sehingga penerapan metode pada saat itu perlu dipertimbangkan dan diganti dengan metode lain yang dianggap lebih tepat seperti sosiodrama, tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Ini berarti guru perlu mempertimbangkan situasi dan kondisi dalam pemilihan metode jika pengajaran ingin berhasil secara optimal.[24]
Berdasarkan gambaran di atas, dapat dipahami bahwa situasi dan kondisi merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi proses belajar, karena keberhasilan belajar mengajar sangat bergantung pada situasi dan kondisi. Apabila situasi dan kondisi tidak dipengaruhi oleh kebisingan atau rasa lelah yang menimpa guru atau siswa, maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik.
e.      Fasilitas yang Tersedia
Tersedianya sarana dan prasarana atau media pengajaran misalnya tersedia gedung sekolah tempat dan alat praktikum, buku-buku bacaan, alat-alat peraga serta fasilitas lainnya sangat tergantung terhadap efektif tidaknya penggunaan suatu metode.[25] Misalnya bagaimana kita ingin memakai metode demonstrasi dan eksperimen sementara peralatan untuk praktek pelajaran ibadah atau buku-buku bacaan yang berbobot untuk diteliti tidak ada. Hal ini jelaslah bahwa tersedia atau tidaknya fasilitas sekolah perlu diperhatikan dalam penentuan metode mengajar yang baik dan khusus.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan faktor terpenting untuk menyukseskan pendidikan agam, karena tidak mungkin berjalan proses pengajaran apabila sarana yang tersedia kurang memadai, apalagi tidak ada sama sekali.
f.       Waktu yang Tersedia
Di samping hal-hal yang telah disebutkan di atas, masalah waktu yang tersedia juga perlu diperhatikan, apakah waktunya cukup jika guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan eksperimen, sementara acara pengajaran hanya tersedia 40 menit saja, atau sebaliknya. Apakah tidak sebaiknya kita memakai metode demonstrasi dan eksperimen di samping metode lainnya, karena acara pengajaran cukup tersedia. Akan tetapi, bisaanya waktu tersebut telah ditentukan dalam kurikulum, sehingga diperlukan keahlian guru untuk memilih metode yang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan itu.[26]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa usaha untuk menyesuaikan metode dengan materi sangat bergantung waktu yang disediakan dalam kurikulum, sebab apabila waktu yang disediakan tidak mencukupi, maka metode yang digunakan tidak efektif. Namun untuk mencegah hal tersebut, maka seorang guru diwajibkan memilih metode yang sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam kurikulum.
g.      Sifat Materi
Sifat materi sangat penting diperhatikan oleh seorang guru, karena ditentukannya metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan sangat tergantung dari materi yang diajarkan kepada siswa.[27]
Keterangan di atas mengidentifikasikan bahwa dalam metode pengajaran tersedia banyak metode pengajaran, yang kesemuanya tentu cocok untuk diterapkan. Akan tetapi perlu juga diperhatikan, dari kesemua metode tersebut ada yang paling tepat dan cocok dengan materi yang diajarkan kepada siswa. Dan di sini juga membutuhkan kemahiran guru dalam menentukannya.
h.     Kelebihan dan Kekurangan Suatu Metode
Dari masing-masing metode yang banyak itu, sudah barang tentu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, akan tetapi kekurangan suatu metode tertentu dapat dilengkapi oleh keunggulan dalam suatu metode yang lain. Oleh karena itu, guru perlu menerapkan banyak metode dalam setiap pengajaran, bahkan guru harus menggunakan satu sampai empat metode secara bervariasi, dan oleh karena itu guru hendaklah mempertimbangkan sisi kelebihan dan sisi kekurangan suatu metode dalam mengkombinasikannya dalam satu kesatuan yang harmonis dan kompak.[28]
Berdasarkan kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa kelebihan dan kekurangan sebuah metode menjadi perhatian serius dalam usaha mensukseskan kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, sebagai usaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh sebuah metode, maka seorang guru mengkombinasikan beberapa metode agar di antara metode tersebut bisa saling menutupi.

D.   Pola Penerapan Metode Pembelajaran
Dalam menjalankan proses belajar mengajar disuatu sekolah tentunya seorang guru mempunyai pola tersendiri dalam mengaplikasikan metode-metode pengajaran tersebut. Pada umumnya pola-pola yang diterapkan itu berbeda antara guru yang satu dengan guru lainnya. Perbedaan ini terjadi karena tidak pola khusus yang tersusun secara baku.
Untuk menemukan pola penerapan metode-metode tersebut penulis akan menguraikan pola penerapannya sesuai dengan metode yang digunakan. Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Metode Ceramah
Metode ceramah sangat penting dalam setiap proses belajar mengajar, metode ceramah merupakan sarana utama dalam memberikan penjelasan tersebut materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa. Metode ini sangat cocok digunakan untuk semua mata pelajaran.[29] Terutama mata pelajaran yang bersangkutan dengan pemberian fakta dalam waktu yang singkat, sementara jumlah peserta didik banyak. Di samping metode ceramah ini juga digunakan untuk materi pelajaran yang menggunakan alat Bantu mengajar seperti berbentuk denah, alat peraga dan sebagainya. Namun demikian, metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Dalam waktu relative singkat bahan dapat disampaikan sebanyak-banyaknya.
2)    Organisasi kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan siswa seperti metode lain.
3)    Guru dapat menguasai kelas seluruhnya dengan mudah, walaupun jumlah siswa cukup banyak.
4)    Apabila penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi dan konstruktif, yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.
5)    Metode ini lebih fleksibel dalam artinyanya jika waktu terbatas bahan dapat dipersingkat, dengan diambil yang penting-penting saja, dan sebaliknya.
b.   Kekurangannya
0)    Guru sukar mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan.
1)    Kadang-kadang guru sangat mengejar disampaikannya bahan sebanyak-banyaknya, sehingga dapat menjadi bersifat pemompaan.
2)    Pendengar cenderung menjadi pasif dan malahan ada kemungkinan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
3)    Apabila penceramah tidak memperhatikan segi-segi psikologis dan didaktis dari anak didik, ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan.
2.     Metode Tanya Jawab
Dalam melaksanakan metode Tanya jawab, pertanyaan dapat diajukan oleh guru atau murid dan demikian pula jawabannya dapat diberikan oleh guru atau murid pula. Dengan kata lain, guru bertanya murid menjawab, murid bertanya guru menjawab atau murid yang satu bertanya murid yang lain memberikan jawaban.[30] Materi yang sesuai dengan metode ini adalah yang bersifat teoritis misalnya tentang ilmu sejarah, terutama dalam bentuk selingan untuk metode ceramah. Di samping itu metode ini untuk mengarahkan proses berpikir anak didik. Seperti halnya metode ceramah, metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihanya
1)    Situasi kelas akan lebih hidup, karena anak-anak aktif berpikir dan menyampaikan buah pikirannya dengan berbicara/menjawab pertanyaan.
2)    Sangat positif sekali melatih anak agar berani mengemukakan pendapat dengan lisan secara teratur.
3)    Timbulnya perbedaan pendapat di antara anak-anak akan membawa kelas pada situasi diskusi.
4)    Mendorong siswa lebih aktif serta bisa mencurahkan segala perhatiannya dalam mengikuti mata pelajaran.
5)    Walaupun agak lambat, tetapi guru mampu mengontrol pemahaman/pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.
a.     Kekurangannya
1)    Apabila terjadi perbedaan pendapat akan memakan waktu banyak untuk menyelesaikannya; dan lebih dari itu kadang murid dapat menyalahkan pendapat guru (besar resikonya).
2)    Kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama apabila terdapat jawaban kebutulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran yang dituju (penyimpangan dari pokok persoalan semula).
3)    Kurang dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
3.     Metode Diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu jawaban atau satu cara saja, tetapi menggunakan banyak pengetahuan dan berbagai cara pemecahan dalam rangka  mencapai yang terbaik. Lebih dari itu banyak juga masalah dewasa ini yang memerlukan pembahasan lebih dari seorang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan pemikiran bersama dalam musyawarah.[31]
Bilamana musyawarah atau diskusi dapat memecahkan masalah yang diminta dikerjakan bersama, maka sangat berfaedah bagi orang-orang yang diharapkan berparstisipasi mengetahui terlebih dahulu masalahnya dan turut serta membahas pemecahannya.
Dalam metode ini mata pelajaran yang paling sesuai digunakan adalah materi pelajaran agama yang memerlukan kemampuan daya berpikir, misalnya tentang masalah tauhid. Akan tetapi metode ini juga mengandung beberapa kelebihan dan kelemahannya, antara lain:
a.     Kelebihannya
1)    Dapat mendidik siswa agar mampu membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah.
2)    Pemahaman terhadap mata pelajaran yang diberikan dapat diketahui langsung oleh guru.
b.     Kelemahannya
1)    Dapat menghabiskan waktu dalam tempo yang relatif sangat lama, bahkan dapat menimbulkan kebosanan dalam kalangan siswa.
2)    Akan menyebabkan perkelahian di antara siswa di luar kelas yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat saat diksusi.
4.     Metode Demonstrasi
Memperjelas pengertian dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik. Untuk bidang studi aqidah akhlak banyak hal yang dapat dipergunakan metode demonstrasi terutama dalam hal pelaksanaan ibadah seperti praktek shalat atau berwudhu’.[32] Metode demonstrasi cocok digunakan untuk materi yang bersikap kecakapan atau ketrampilan, seperti dalam melakukan praktek shalat.
Di samping itu metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihan
1)    Dengan metode ini anak-anak dapat mengharapkan dengan sepenuh hatinya mengenai pelajaran yang diberikan.
2)    Memberi pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.
3)    Perhatian anak akan berpusat pada yang dipraktekkan atau didemonstrasikan.
b.     Kekurangan
1)    Dalam pelaksanaan metode demonstrasi biasanya memerlukan waktu yang banyak (panjang)
2)    Apabila peralatan/sarana kurang memadai atau alat-alat tidak sesuai dengan kebutuhan, maka metode ini kurang efektif.
5.     Metode Drill
Metode drill digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi pengetahuan bagi anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanya untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah dapat menguasai pelajaran tersebut.[33]
Ungkapa di atas menjelaskan bahwa metode ini dilakukan untuk menguji kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan oleh guru yang bersifat ketrampilan. Cara pelaksanaannya secara mekanis untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran dan kecakapan, sehingga menimbulkan verbalis pengetahuan siswa. Sebagaimana halnya metode lain, metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Dalam waktu yang relative singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan ketrampilan yang diharapkan.
2)    Para siswa akan memiliki pengetahuan siap.
3)    Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
b.     Kekurangannya
1)    Menghambat perkembangan dan daya inisiatif murid.
2)    Kurang dapat memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan.
3)    Membentuk kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan otomatis.
4)    Membentuk pengetahuan yang verbalis dan mekanis.
6.     Metode Resitasi
Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas tetapi bertanggung jawab dan murid akan berpengalaman mengetahui kesulitan tersebut.[34] Pusat kegiatan metode ini berada pada murid-murid dan mereka macam masalah agar mereka menyelesaikan, menanggapi dan memikirkan masalah itu. Sebagaimana metode ini, metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Baik sekali untuk mengisi waktu luang (senggang) dengan hal-hal yang konstruktif.
2)    Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak-anak harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan.
3)    Memberikan kebiasaan pada anak didik untuk giat belajar.
4)    Memberikan tugas anak yang bersifat praktis, umpamanya membuat laporan tentang kegiatan peribadatan di daerah masing-masing, kegiatan sosial dan sebagainya.
b.     Kekurangannya
1)    Sering kali tugas di rumah dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, yang bertujuan untuk pelajaran yang tidak dapat tercapai.
2)    Sulit untuk memberikan tugas sebab perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar.
3)    Sering kali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin hasil pekerjaan temannya.
4)    Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak.
7.     Metode Pemecahan Masalah
Metode ini berdekatan dengan metode diskusi, di mana siswa dan guru bersama-sama memikirkan dan mengeluarkan pendapat serta memperdebatkan untuk memperoleh kesimpulan.[35] Dan metode ini diberikan dengan cara melatih anak-anak untuk menghadapi masalah dari yang paling sederhana kepada masalah yang paling sulit. Materi pelajaran aqidah akhlak yang sesuai dengan metode ini adalah materi yang bersifat problem, misalnya dalam mata pelajaran ibadah dan akhlak. Namun demikian, metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Situasi belajar akan aktif, hidup, bermutu dan berdaya guna.
2)    Di samping penguasaan bahan pelajaran sekaligus merupakan latihanberpikir kritis dan analitis dalam menghadapi masalah-masalah.
3)    Latihan bagi anak untuk berani menghadapi masalah-masalah kehidupan kelak.
4)    Latihan keberanian dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
b.     Kekurangannya
1)    Kesulitan mencari/memilih masalah yang tepat, berguna, sesuai dengan kemampuan anak, untuk memecahkannya.
2)    Banyak menimbulkan resiko, terutama bagi murid yang kurang mampu akan menyebabkan prustasi (putus asa).
3)    Guru akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat proses pemecahan masalah yang ditempuh anak.
8.     Metode Proyek
Metode ini merupakan metode yang dititikberatkan kepada kegiatan siswa dalam memilih dan merancang serta memikirkan bagaimana menyelesaikan permasalahn yang dihadapiya.[36] Materi yang sesuai dengan metode ini adalah yang bersifat kecakapan dan ketrampilan. Misalnya dalam menjawab persoalan mengapa puasa diwajibkan kepada umat Islam. Akan tetapi metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Dengan metode proyek berarti beberapa metode mencakup dalam unit (proyek).
2)    Unit sesuai dengan pendapat baru cara mengajar.
3)    Mempererat hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
4)    Melatih sikap demokratis dari anak.
5)    Apabila anak sudah tamat belajar, mereka tidak akan canggung dan merasa terisolir dari kehidupan masyarakat yang nyata.
b.     Kelemahannya
1)    Bahan pelajaran tidak mempunyai urutan yang logis dan sistematis.
2)    Banyak memerlukan waktu dan alat pelajaran.
3)    Membutuhkan ketekunan dari guru, karena setiap tahun diperlukan guru menyusun bahan baru.
9.     Metode Eksperimen
Metode ini  digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada mereka. Materi pelajaran yang cocok dengan metode ini adalah yang bersifat kecakapan dan ketrampilan misalnya dalam kemampuan melakukan kerajinan tangan dan sebagainya.[37] Metode eksperimen merupakan metode yang bekerja antara guru dengan murid dalam mengerjakan latihan-latihan praktid misalnya dalam hal penyelenggaraan jenazah. Akan tetapi metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya sebagai berikut:
a.     Kelebihannya
1)    Dengan metode ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang timbul di hati anak-anak dapat langsng terjawab.
2)    Akan mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung terhadap suatu proses.
b.     Kelemahannya
1)    Metode ini agak sukar dilakukan apabila anak belum matang untuk melaksanakan eksperimen.
2)    Banyak hal-hal yang tidak dapat dieksperimenkan di dalam kelas.


[1]Imansyah Ali Pane, Didakdik Metodik Pendidikan Umum, Cet. III, (Surabaya: Usaha Nasional, 1999), hal. 71

[2]Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992), hal. 180
[3]Ramli Maha, Perancang Pembelajaran Sistem PAI, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2000), hal. 2

[4]Darwis A. Sulaiman, Pengantar Kepada Teori dan Praktek Mengajar, (Semarang: IKIP, 1979), hal. 16
[5]Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Cet. II, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 113

[6]Ibid., hal. 119
[7]Ibid., hal. 121

[8]Ibid., hal. 124
[9]Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 20

[10]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 99
[11]Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993), hal. 71

[12]Indrakusuma, dkk., Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hal. 236
[13]Ibid., hal. 237

[14]Tayar Yusuf dan Syaiful Bahri Djamarah, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 95
[15]Sutari Imam Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yokyakarta: Andi Offset, 1993), hal. 89

[16]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam¸ (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), hal. 237
[17]Sudjono Trimo, Pengembangan Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosada Karya, 1986), hal. 95
[18]Herry Noer Ali,  Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logis Wacana Ilmu, 1999), hal. 207

[19]Ramli Maha, Metode Khusus Agama Islam, (Darussalam Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry, 1993), hal. 18

[20]Abdurrahman Saleh, Didaktik Pendidikan Agama, Cet. VII, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 20
[21]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama …, hal. 7

[22]Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran …, hal. 33
[23]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 39
[24]Amir Yusuf Faisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 43

[25]Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hal. 53
[26]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran …, hal. 10
[27]M. Jafar, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 133

[28]Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 145
[29]M. Ngalin Poerwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Bina Aksara, 1999), hal. 123
[30]Zuhairini, dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (
[31]Ashraf Ali, Horison Baru…, hal. 178
[32]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…, hal. 49
[33]Zakiah Daradjat, dkk,, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 79
[34]Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…, hal. 67
[35]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan…, hal. 83
[36]Imam Sutari, Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan…, hal. 92
[37]Indra Kusuma, Pengantar Ilmu …, hal. 238