Pengertian Metode Pembelajaran
BAB II
EKSISTENSI METODE PEMBELAJARAN
A.
Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode pengajaran terdiri atas dua kata yang
berlainan maknanya. Dalam pengertian yang umum, metode adalah cara-cara
penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Imamnsyah Ali Pane mengemukakan
metode atau metodik adalah cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam
menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan.[1]
Pengertian metode juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi yang menyatakan bahwa metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan
guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.[2]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat
dipahami bahwa metode adalah suatu cara sistematis yang digunakan oleh guru
dalam menyajikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan, yaitu tujuan-tujuan
yang diharapkan tercapai oleh siswa dalam kegiatan belajar. Dengan demikian,
bahwa metode itu merupakan suatu cara yang ditempuh dengan sistematis di mana
dalam fungsinya terletak suatu tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Pengajaran berasal dari kata “mengajar” yang
berarti perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar.[3]
Selanjutnya Darwis A. Sulaiman mengatakan pengajaran adalah merupakan bagian
dari pendidikan, yang satu proses interaksi antara guru dengan murid dalam
mencapai tujuan pendidikan.[4]
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pengajaran
adalah cara mengajar ataupun apa saja yang diajarkan oleh guru kepada anak
didiknya. Dalam suatu hal pengajaran berarti mengorganisir komponen-komponen
yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah
laku yang dituntut dalam proses tersebut, maka pengajaran berarti pemantapan
pengembangan mengorganisir semua komponen dalam situasi belajar mengajar,
sehingga mencapai hasil sesuai dengan yang ditetapkan dalam kurikulum.
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa metode pengajaran adalah suatu cara mengajar yang sistematis
untuk mengorganisir komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian, metode pengajaran itu
merupakan suatu cara atau menciptakan situasi yang merangsang anak didik mampu
menyerap pelajaran demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, justeru itu
metode pengajaran merupakan komponen yang tidak bias dipisahkan dari mengajar,
karena ia berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan.
B.
Macam-Macam
Metode Pembelajaran
Metode pengajaran merupakan salah satu komponen
dalam proses belajar mengajar, baik berlangsung dalam kelas maupun di luar
kelas, tanpa ada metode proses belajar mengajar tidak mungkin berhasil dengan
efektif dan efisien. Penggunaan metode dalam proses belajar tidak dapat
dipisahkan dengan berbagai komponen lain yang terlibat dalam proses tersebut.
Pemakaian metode pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu perlu
dipertimbangkan dalam beberapa komponen yang terlibat dalam proses belajar
mengajar di antaranya adalah tujuan, materi, siswa, situasi kelas dan guru
sebagai operator dalam pemakaian metode mengajar. Pemakaian metode yang tepat
akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan penggunaan metode
yang tidak tepat akan menjadi hambatan yang paling besar dalam proses belajar
mengajar. Adapun metode yang tepat digunakan untuk pelajaran aqidah akhlak
adalah sebagai berikut:
1.
Metode
Hiwar
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti
antara dua pihak atau lebih melalui tanya jawab mengenai suatu topik yang
mengarah kepada satu tujuan, sehingga kedua pihak dapat bertukar pendapat
tentang suatu perkara tertentu.[5] Maka
metode yang memiliki kesamaan dengan metode tersebut adalah metode tanya jawab
dan diskusi.
2.
Metode
Kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi
edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lainnya selain
bahasa. Hal ini disebabkan karena kisah Qur’ani dan Nabawi memiliki beberapa
keistimewaan yang membuat dampak psikologi dan edukatif yang sempurna, rapi dan
jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman.[6] Metode
tersebut hampir sama dengan metode ceramah dan metode demonstrasi.
3.
Metode
Amtsal
Di dalam Al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat dalam
bentuk amtsal (perumpamaan) dalam rangka mendidik umatnya.[7] Demikian
juga dalam proses pelaksanaan pendidikan sangat banyak perumpamaan-perumpamaan
yang harus diberikan oleh seorang guru. Adapun metode yang sama dengan metode
ini adalah metode pemecahan masalah dan metode proyek.
4.
Metode
‘Ibrah dan Mau’idzah
‘Ibrah
adalah suatu metode yang digunakan untuk melakukan pertimbangan dari
kejadian-kejadian yang ada dalam Al-Qur'an. Sedangkan mau’idzah adalah
metode yang penekanannya kepada memperkuat ingatan terhadap kejadian-kejadian
dalam Al-Qur'an.[8]
Metode ini hampir dengan metode drill, resitasi dan eksperimen.
Untuk lebih jelasnya penulis memaparkan
metode-metode pengajaran sebagai berikut:
1.
Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah nsuatu teknik mengajar
yang dapat membantu kekurangan mengajar yang terdapat pada metode ceramah, ini
disebabkan karena guru memperoleh gambaran sejauhmana siswa dapat mengerti dan
dapat mengungkapkannya.[9]
Berdasarkan kutipan di atas, maka penulis memahami
bahwa metode ini juga tidak boleh ditinggalkan dalam setiap mata pelajaran
karena metode termasuk metode yang paling efektif menguji kemampuan siswa di
ruangan belajar. Dengan menggunakan metode ini pula kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran yang diajarkan dapat diketahui oleh guru.
2.
Metode
Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyampaian pelajaran
di mana siswa diharapkan masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang
bersifat problematis untuk dipecahkan bersama.[10] Dari
uraian ini dapat diketahui bahwa metode diskusi sangat cocok untuk diterapkan
terutama untuk melihat kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat di depan
orang banyak khusus sesama kawan mereka sendiri.
3.
Metode
Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi
melalui penerapan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap
sekelompok manusia. Gurulah yang berbicara, mengartikan serta menjelaskan
pokok-pokok pelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum.[11]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat
dipahami bahwa metode ceramah sangat perlu diterapkan, karena metode ini
merupakan pengantar yang paling utama dalam setiap mata pelajaran dan juga
tidak boleh ditinggalkan oleh setiap guru yang mengajarkan mata pelajaran aqidah
akhlak.
4.
Metode
Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang
menggunakan peragaan untuk memperjelas sesuatu pengertian atau memperlihatkan
bagaimana memperlihatkan sesuatu pada anak didik.[12] Metode
demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan mata pelajaran yang telah diberikan gurunya, terutama dalam
mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan metode ini.
5.
Metode
Pemecahan Masalah
Problem Solving
adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran di mana siswa diharapkan dengan
kondisi masalah, dari masalah yang sederhana, menuju ke masalah yang
sulit/muskil.[13]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat
diketahui bahwa metode pemecahan masalah ini bertujuan untuk mengajarkan siswa
agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi mereka sendiri. Artinya metode
khususnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang diangap sulit oleh siswa.
6.
Metode
Proyek
Metode proyek adalah cara mengerjakan dengan jalan
memberikan kegiatan belajar kepada siswa untuk memilih, merancang dan memimpin
pikiran serta perkataannya, anak-anak dilatih agar berencana di dalam
tugas-tugasnya.[14]
Dari keterangan di atas, maka penulis dapat
memahami bahwa metode bersifat kelompok, yaitu metode yang dimaksudkan untuk
mengajarkan keahlian siswa dalam hal mengolah pola piker terutama merancang
perkataan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang mereka hadapi. Artinya, siswa
diajarkan agar mampu berencana dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka.
7.
Metode
Drill
Metode drill adalah melakukan kegiatan tertentu
secara berulang-ulang sebagai latihan, baik yang menyangkut gerak gerik
perbuatan kecakapan tertentu dan juga terpakai untuk kegiatan-kegiatan intelek
atau ingatan, seperti menghafal kali-kali secara mekanis dan lain sebagainya.
Dalam metode ini, aktivitas yang menonjol berada di pihak siswa.[15]
Metode drill merupakan metode yang bertujuan untuk
menguji kemampuan siswa dalam hal melakukan kegiatan intelektual siswa, seperti
dalam menghafal mata pelajaran yang memerlukan hafalan seperti, kegiatan menghafal
doa shalat, surat-surat pendek dan lain sebagainya.
8.
Metode
Resitasi
Metode resitasi adalah suatu cara dalam proses
belajar mengajar manakala guru memberikan tugas tertentu kepada dan siswa mengerjakannnya, kemudian tugas tersebut
dipertanggungjawabkannya.[16]
Berdasarkan keterangan di atas, maka dapat
diketahui bahwa metode ini perlu juga digunakan agar siswa tahu mempertanggung
jawabkan setiap ilmu pengetahuan yang telah diterima dari gurunya. Metode ini
diuji dengan cara memberikan tugas tertentu kepada siswa.
9.
Metode
Eksperimen
Titik berat daripada percobaan adalah melakukan
percobaan-percobaan oleh siswa itu sendiri setelah dalil-dalilnya diketahui dan
dipahami dengan maksud untuk lebih jelas dan kongkrit tentang teori-teori yang diketahuinya. Biasanya metode ini
memerlukan alat-alat tertentu, bahkan laboratorium disebut juga dengan laboratorium
method.[17]
Menurut kutipan yang dikemukakan di atas, penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa metode eksperimen ini bertujuan untuk menguji
kebenaran pengetahuan teoritis yang diajarkan oleh gurunya. Metode ini tentunya
memerlukan bantuan guna alat-alat lain yang dapat mendukung penyelidikan,
sehingga dengan demikian, ditemukan kebenaran ilmiah.
Berdasarkan keterangan di atas, maka menurut
pengamatan penulis, metode pengajaran aqidah akhlak yang paling sering dan
sangat dominan digunakan adalah metode ceramah, Tanya jawab, diskusi,
demonstrasi dan resitasi. Sebab kelima metode tersebut mempunyai relevansi
dengan pengajaran mata pelajaran aqidah akhlak. Tanpa adanya kombinasi kelima
metode tersebut, maka pengajaran aqidah akhlak tidak akan berhasil sebagaimana
yang diharapkan.
C.
Faktor
Yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Metode-metode
yang telah dikemukakan di atas merupakan sebagai contoh dari sekian banyak metode
yang dapat digunakan dalam pendidikan aqidah akhlak. Pendidikan hendaknya tidak
fanatik pada satu metode saja, karena setiap
metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang pendidik cukup
menggunakan satu metode saja dalam menyampaikan satu materi pelajaran, tetapi
juga kadang-kadang perlu memadukan berbagai macam metode.
Pendek
kata, sebelum menggunakan suatu metode, pendidik hendaknya mempertimbangkan
secara matang faktor-faktor yang terkait dengannya seperti tujuan setiap materi
pelajaran, latar belakang individual peserta didik serta situasi dan kondisi
berlangsung pendidikan. Pribadi pendidik memiliki peranan penting dalam memilih
metode pengajaran apapun, sebagaimana dikemukakan oleh Imam Zarkasyi salah
seorang pendidik pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, yang dikutip Herry Noer
Ali menyatakan bahwa metode lebih penting dibandingkan materi; tetapi pribadi
guru lebih penting dibandingkan metode”.[18]
Kenyataannya,
penerapan metode pengajaran di sekolah-sekolah terjadi perkembangan tersendiri
sesuai dengan kemampuan seorang guru dalam mengaplikasikan pada waktu melakukan
proses belajar mengajar. Melakukan pengembangan ini bertujuan untuk lebih
sukses dalam mencapai keberhasilan belajar mengajar.
Pelaksanaan
pendidikan aqidah akhlak metodenya tidak jauh berbeda dengan pendidikan
lainnya. Tetapi metode mengajar tersebut harus dikembangkan sendiri oleh
guru-guru dalam batas kemampuannya sepanjang tidak bertentangan dengan
ajarn-ajaran dan nilai-nilai aqidah Islam.
Metode apapun dapat dipakai dengan ketentuan tidak bertentangan dengan
materi yang diajarkannya.
Metode
pengajaran aqidah akhlak perlu ditinjau kepada sifat materi dan bahan, sehingga
metode tersebut dapat dibagi sebagai berikut:
a.
Materi yang bersifat dogma;
ceramah, diskusi, indoktrinasi, Tanya jawab, karya wisata, dan problematika.
b.
Materi yang bersifat problem;
problematika, diskusi dan Tanya jawab.
c.
Materi yang bersifat
fakta-fakta atau pngetahuan-pengetahuan; ceramah, karya wisata, eksperimen,
proyek, sosio drama dan demonstrasi.[19]
Bukan
hanya mempertimbangkan sifat bahan, tetapi dalam pemilihan atau penggunaan
metode, juga mempedomani tujuan yang ingin dijangkau. Setiap materi atau bahan
pelajaran itu tentunya mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Berhasil tidaknya
seorang guru dalam mengajar, tergantung pada tercapai tidaknya tujuan tersebut.
Karena banyak macam tujuan yang harus dicapai, banyak alat yang dapat
dipergunakan dan banyak metode yang telah dikembangkan oleh tokoh pendidikan
untuk dipilih.
Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan pendidikan timbul bermacam-macam prinsip, antara
lain:
a.
Memakai satu metode untuk satu
tujuan.
b.
Memakai satu metode untuk
bermacam-macam tujuan.
c.
Memakai banyak metode untuk
tujuan tertentu.[20]
Dalam
pelaksanaan pendidikan dapat diakui bahwa sukar dilaksanakan dengan satu metode
yang paling tepat untuk satu materi atau bahan. Namun kebijaksanaan yang tepat
adalah setiap materi dipakai banyak metode yang sesuai dengan materi tersebut,
supaya tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik.
Maka
dalam hal ini pemakaian metode adalah sangat menentukan, salah pilih metode
mungkin hasilnya menyimpang dari tujuan. Dari itu dalam proses mengajar bidang
studi aqidah akhlak, perlu melakukan kombinasi metode yang satu dengan metode
lainnya. Untuk keberhasilan proses pendidikan perlu diajukan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi penggunaan metode, sebagai berikut:
a.
Tujuan Yang Hendak Dicapai
Setiap
mata pelajaran tentunya mempunyai tujuan yang berbeda-beda anata satu dengan
lainnya. Misalnya pada tujuan pengajaran tafsir al-Qur'an dan hadits berbeda
dengan tujuan pelajaran akhlak. Dan pelajaran tauhid berbeda tujuannya dengan
pelajaran fiqh, demikian juga sebaliknya.
Oleh
karena itu tujuan umum maupun tujuan khusus dari masing-masing oelajaran
memiliki perbedaan dan tekanannya masing-masing, maka implikasinya dalam
pemilihan metode guru hendaklah mampu melihat perbedaan-perbedaan tersebut dan
membawanya ke dalam situasi pemilihan riset metode yang dianggap paling tepat
dan serasi untuk diterapkan.[21]
Berdasarkan
keterangan di atas, menandakan bh penerapan metode pengajaran agama Islam harus
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diberikan, karena hanya dengan
cara demikian barulah tujuan yang dikehendaki akan tercapai.
b.
Kemampuan Guru
Efektif
tidaknya suatu metode juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru yang
memakainya, di samping kepribadian guru memang cukup dominant pengaruhnya,
misalnya seorang guru A oleh karena mahir dan cerdik dalam berbicara sehingga
setiap pendengar menjadi terkesan dan terpukau dengan pembicaraannya, maka
metode ceramah menjadi pilihan utama di samping metode lain sebagai
pendukungnya. Akan tetapi metode ceramah tersebut akan menjadi tidak efektif
bagi seorang guru yang pendiam dan tidak menguasai teknik-teknik metode ceramah
yang baik.[22]
Berdasarkan
gambaran di atas, maka dapat dipahami bh kemampuan guru sangat berperan untuk
memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan. Jika metode
yang digunakan tidak sesuai, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil.
Oleh karena itu, kemampuan guru memegang peranan penting dalam menciptakan
keberhasilan belajar mengajar.
c.
Anak Didik
Hal
yang perlu diperhatikan pula dalam penggunaan metode adalah anak didik, karena
guru berhadapan dengan makhluk hidup yang bernama anak didik itu, atau siswa dengan
potensi dan fitrah yang dimilikinya memberi kemungkinan sekaligus harapan untuk
berkembang dengan baik ke arah pribadi yang sempurna.[23]
Pada
fitrahnya memang setiap individu anak didik itu telah diberikan hidayah
kebaikan (berupa ketauhidan dan keimanan) oleh Allah SWT. Akan tetapi iman dan
tauhid itu dapat saja berubah ke arah kelunturan apabila tidak disiram dan
dipupuk dengan pendidikan dan bimbingan ke jalan menuju ke arah keimanan dan
Islam. Guru di samping itu juga berhadapan dengan anak didik yang masing-masing
memiliki perbedaan kemampuan, kecerdasan, karakter, latar belakang sosial
ekonomi dan perbedaan tingkat usia antara satu dengan yang lain selamanya siswa
berbeda dalam kelas. Oleh karena itu untuk mendukung hal tersebut diperlukan
mengajar dengan kearifan sesuai dengan firman Allah dalam surat an-Nahlu ayat 25 sebagai berikut:
ادع إلى
سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن
سبيل وهو أعلم بالمهتدين (النحل: ١٢٥)
Artinya: Serulah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. Q. S.
an-Nahlu: 125)
Dari
gambaran ayat di atas, maka diketahui bahwa usaha untuk mensukseskan belajar
mengajar harus ditempuh dengan cara mendidik anak didik sebijaksana mungkin.
Hal ini merupakan usaha untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar
siswa.
d.
Situasi dan Kondisi di mana
Pengajaran Berlangsung
Situasi
dan kondisi di mana berlangsungnya pengajaran juga harus diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam penggunaan metode mengajar.
Situasi
dan kondisi yang dimaksud, yaitu termasuk kondisi fisik gedung sekolah, apakah
berada di pasar atau di samping bioskop dan sebagainya. Demikian juga keadaan
guru dan murid saat mana waktu akan memberikan pelajaran di kelas apakah guru
atau murid dalam keadaan lelah sehingga penerapan metode pada saat itu perlu dipertimbangkan
dan diganti dengan metode lain yang dianggap lebih tepat seperti sosiodrama,
tanya jawab, diskusi dan sebagainya. Ini berarti guru perlu mempertimbangkan
situasi dan kondisi dalam pemilihan metode jika pengajaran ingin berhasil
secara optimal.[24]
Berdasarkan
gambaran di atas, dapat dipahami bahwa situasi dan kondisi merupakan faktor
utama yang dapat mempengaruhi proses belajar, karena keberhasilan belajar
mengajar sangat bergantung pada situasi dan kondisi. Apabila situasi dan
kondisi tidak dipengaruhi oleh kebisingan atau rasa lelah yang menimpa guru
atau siswa, maka proses belajar mengajar akan berhasil dengan baik.
e.
Fasilitas yang Tersedia
Tersedianya
sarana dan prasarana atau media pengajaran misalnya tersedia gedung sekolah
tempat dan alat praktikum, buku-buku bacaan, alat-alat peraga serta fasilitas
lainnya sangat tergantung terhadap efektif tidaknya penggunaan suatu metode.[25]
Misalnya bagaimana kita ingin memakai metode demonstrasi dan eksperimen
sementara peralatan untuk praktek pelajaran ibadah atau buku-buku bacaan yang
berbobot untuk diteliti tidak ada. Hal ini jelaslah bahwa tersedia atau
tidaknya fasilitas sekolah perlu diperhatikan dalam penentuan metode mengajar
yang baik dan khusus.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fasilitas merupakan faktor
terpenting untuk menyukseskan pendidikan agam, karena tidak mungkin berjalan
proses pengajaran apabila sarana yang tersedia kurang memadai, apalagi tidak
ada sama sekali.
f.
Waktu yang Tersedia
Di
samping hal-hal yang telah disebutkan di atas, masalah waktu yang tersedia juga
perlu diperhatikan, apakah waktunya cukup jika guru menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan eksperimen, sementara acara
pengajaran hanya tersedia 40 menit saja, atau sebaliknya. Apakah tidak
sebaiknya kita memakai metode demonstrasi dan eksperimen di samping metode
lainnya, karena acara pengajaran cukup tersedia. Akan tetapi, bisaanya waktu
tersebut telah ditentukan dalam kurikulum, sehingga diperlukan keahlian guru
untuk memilih metode yang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan itu.[26]
Berdasarkan
keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa usaha untuk menyesuaikan
metode dengan materi sangat bergantung waktu yang disediakan dalam kurikulum,
sebab apabila waktu yang disediakan tidak mencukupi, maka metode yang digunakan
tidak efektif. Namun untuk mencegah hal tersebut, maka seorang guru diwajibkan
memilih metode yang sesuai dengan waktu yang telah disediakan dalam kurikulum.
g.
Sifat Materi
Sifat
materi sangat penting diperhatikan oleh seorang guru, karena ditentukannya
metode yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan sangat tergantung dari
materi yang diajarkan kepada siswa.[27]
Keterangan
di atas mengidentifikasikan bahwa dalam metode pengajaran tersedia banyak
metode pengajaran, yang kesemuanya tentu cocok untuk diterapkan. Akan tetapi
perlu juga diperhatikan, dari kesemua metode tersebut ada yang paling tepat dan
cocok dengan materi yang diajarkan kepada siswa. Dan di sini juga membutuhkan
kemahiran guru dalam menentukannya.
h.
Kelebihan dan Kekurangan Suatu
Metode
Dari
masing-masing metode yang banyak itu, sudah barang tentu memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, akan tetapi kekurangan suatu metode tertentu dapat
dilengkapi oleh keunggulan dalam suatu metode yang lain. Oleh karena itu, guru
perlu menerapkan banyak metode dalam setiap pengajaran, bahkan guru harus
menggunakan satu sampai empat metode secara bervariasi, dan oleh karena itu
guru hendaklah mempertimbangkan sisi kelebihan dan sisi kekurangan suatu metode
dalam mengkombinasikannya dalam satu kesatuan yang harmonis dan kompak.[28]
Berdasarkan
kutipan di atas, maka dapat dipahami bahwa kelebihan dan kekurangan sebuah
metode menjadi perhatian serius dalam usaha mensukseskan kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, sebagai usaha untuk menutupi kekurangan-kekurangan
yang dimiliki oleh sebuah metode, maka seorang guru mengkombinasikan beberapa
metode agar di antara metode tersebut bisa saling menutupi.
D.
Pola
Penerapan Metode Pembelajaran
Dalam menjalankan proses belajar mengajar disuatu
sekolah tentunya seorang guru mempunyai pola
tersendiri dalam mengaplikasikan metode-metode pengajaran tersebut. Pada
umumnya pola-pola yang diterapkan itu berbeda antara guru yang satu dengan guru
lainnya. Perbedaan ini terjadi karena tidak pola khusus yang tersusun secara baku .
Untuk menemukan pola penerapan metode-metode
tersebut penulis akan menguraikan pola penerapannya sesuai dengan metode yang
digunakan. Adapun metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Metode
Ceramah
Metode ceramah sangat penting dalam setiap proses
belajar mengajar, metode ceramah merupakan sarana utama dalam memberikan
penjelasan tersebut materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa. Metode ini
sangat cocok digunakan untuk semua mata pelajaran.[29] Terutama
mata pelajaran yang bersangkutan dengan pemberian fakta dalam waktu yang
singkat, sementara jumlah peserta didik banyak. Di samping metode ceramah ini
juga digunakan untuk materi pelajaran yang menggunakan alat Bantu mengajar
seperti berbentuk denah, alat peraga dan sebagainya. Namun demikian, metode ini
juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Dalam
waktu relative singkat bahan dapat disampaikan sebanyak-banyaknya.
2)
Organisasi
kelas lebih sederhana tidak perlu mengadakan pengelompokan siswa seperti metode
lain.
3)
Guru
dapat menguasai kelas seluruhnya dengan mudah, walaupun jumlah siswa cukup
banyak.
4)
Apabila
penceramah berhasil baik, dapat menimbulkan semangat, kreasi dan konstruktif,
yang merangsang murid-murid untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan.
5)
Metode
ini lebih fleksibel dalam artinyanya jika waktu terbatas bahan dapat
dipersingkat, dengan diambil yang penting-penting saja, dan sebaliknya.
b. Kekurangannya
0)
Guru
sukar mengetahui pemahaman anak terhadap bahan-bahan yang diberikan.
1)
Kadang-kadang
guru sangat mengejar disampaikannya bahan sebanyak-banyaknya,
sehingga dapat menjadi bersifat pemompaan.
2)
Pendengar cenderung menjadi pasif dan malahan ada
kemungkinan kurang tepat dalam mengambil kesimpulan.
3)
Apabila
penceramah tidak memperhatikan segi-segi psikologis dan didaktis dari anak
didik, ceramah dapat bersifat melantur dan membosankan.
2.
Metode
Tanya Jawab
Dalam melaksanakan metode Tanya jawab, pertanyaan
dapat diajukan oleh guru atau murid dan demikian pula jawabannya dapat
diberikan oleh guru atau murid pula. Dengan kata lain, guru bertanya murid
menjawab, murid bertanya guru menjawab atau murid yang satu bertanya murid yang
lain memberikan jawaban.[30] Materi
yang sesuai dengan metode ini adalah yang bersifat teoritis misalnya tentang
ilmu sejarah, terutama dalam bentuk selingan untuk metode ceramah. Di samping
itu metode ini untuk mengarahkan proses berpikir anak didik. Seperti halnya
metode ceramah, metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai
berikut:
a.
Kelebihanya
1)
Situasi
kelas akan lebih hidup, karena anak-anak aktif berpikir dan menyampaikan buah
pikirannya dengan berbicara/menjawab pertanyaan.
2)
Sangat
positif sekali melatih anak agar berani mengemukakan pendapat dengan lisan
secara teratur.
3)
Timbulnya
perbedaan pendapat di antara anak-anak akan membawa kelas pada situasi diskusi.
4)
Mendorong
siswa lebih aktif serta bisa mencurahkan segala perhatiannya dalam mengikuti
mata pelajaran.
5)
Walaupun
agak lambat, tetapi guru mampu mengontrol pemahaman/pengertian murid pada
masalah yang dibicarakan.
a.
Kekurangannya
1)
Apabila
terjadi perbedaan pendapat akan memakan waktu banyak untuk menyelesaikannya;
dan lebih dari itu kadang murid dapat menyalahkan pendapat guru (besar
resikonya).
2)
Kemungkinan
terjadi penyimpangan perhatian anak, terutama apabila terdapat jawaban
kebutulan menarik perhatiannya, padahal bukan sasaran yang dituju (penyimpangan
dari pokok persoalan semula).
3)
Kurang
dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
3.
Metode
Diskusi
Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering
menghadapi masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan hanya dengan satu
jawaban atau satu cara saja, tetapi menggunakan banyak pengetahuan dan berbagai
cara pemecahan dalam rangka mencapai
yang terbaik. Lebih dari itu banyak juga masalah dewasa ini yang memerlukan
pembahasan lebih dari seorang saja, yakni masalah-masalah yang memerlukan
pemikiran bersama dalam musyawarah.[31]
Bilamana musyawarah atau diskusi dapat memecahkan
masalah yang diminta dikerjakan bersama, maka sangat berfaedah bagi orang-orang
yang diharapkan berparstisipasi mengetahui terlebih dahulu masalahnya dan turut
serta membahas pemecahannya.
Dalam metode ini mata pelajaran yang paling sesuai
digunakan adalah materi pelajaran agama yang memerlukan kemampuan daya berpikir,
misalnya tentang masalah tauhid. Akan tetapi metode ini juga mengandung
beberapa kelebihan dan kelemahannya, antara lain:
a.
Kelebihannya
1)
Dapat
mendidik siswa agar mampu membuat karya ilmiah dalam bentuk makalah.
2)
Pemahaman
terhadap mata pelajaran yang diberikan dapat diketahui langsung oleh guru.
b.
Kelemahannya
1)
Dapat
menghabiskan waktu dalam tempo yang relatif sangat lama, bahkan dapat
menimbulkan kebosanan dalam kalangan siswa.
2)
Akan
menyebabkan perkelahian di antara siswa di luar kelas yang diakibatkan oleh perbedaan
pendapat saat diksusi.
4.
Metode
Demonstrasi
Memperjelas pengertian dalam prakteknya dapat
dilakukan oleh guru itu sendiri atau langsung oleh anak didik. Untuk bidang
studi aqidah akhlak banyak hal yang dapat dipergunakan metode demonstrasi
terutama dalam hal pelaksanaan ibadah seperti praktek shalat atau berwudhu’.[32] Metode
demonstrasi cocok digunakan untuk materi yang bersikap kecakapan atau
ketrampilan, seperti dalam melakukan praktek shalat.
Di samping itu metode demonstrasi mempunyai
kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.
Kelebihan
1)
Dengan
metode ini anak-anak dapat mengharapkan dengan sepenuh hatinya mengenai
pelajaran yang diberikan.
2)
Memberi
pengalaman praktis yang dapat membentuk perasaan dan kemauan anak.
3)
Perhatian
anak akan berpusat pada yang dipraktekkan atau didemonstrasikan.
b.
Kekurangan
1)
Dalam
pelaksanaan metode demonstrasi biasanya memerlukan waktu yang banyak (panjang)
2)
Apabila
peralatan/sarana kurang memadai atau alat-alat tidak sesuai dengan kebutuhan,
maka metode ini kurang efektif.
5.
Metode
Drill
Metode drill digunakan untuk mengukur pengetahuan
dan kecakapan tertentu dapat menjadi pengetahuan bagi anak didik dan dikuasai
sepenuhnya, sedangkan ulangan hanya untuk sekedar mengukur sejauhmana dia telah
dapat menguasai pelajaran tersebut.[33]
Ungkapa di atas menjelaskan bahwa metode ini
dilakukan untuk menguji kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang telah
diberikan oleh guru yang bersifat ketrampilan. Cara pelaksanaannya secara
mekanis untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran dan kecakapan, sehingga
menimbulkan verbalis pengetahuan siswa. Sebagaimana halnya metode lain, metode
ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Dalam
waktu yang relative singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan ketrampilan yang
diharapkan.
2)
Para siswa akan memiliki pengetahuan siap.
3)
Akan
menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan disiplin.
b.
Kekurangannya
1)
Menghambat
perkembangan dan daya inisiatif murid.
2)
Kurang
dapat memperhatikan penyesuaiannya dengan lingkungan.
3)
Membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang kaku dan otomatis.
4)
Membentuk
pengetahuan yang verbalis dan mekanis.
6.
Metode
Resitasi
Dengan cara demikian diharapkan agar murid belajar
secara bebas tetapi bertanggung jawab dan murid akan berpengalaman mengetahui
kesulitan tersebut.[34] Pusat
kegiatan metode ini berada pada murid-murid dan mereka macam masalah agar
mereka menyelesaikan, menanggapi dan memikirkan masalah itu. Sebagaimana metode
ini, metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Baik
sekali untuk mengisi waktu luang (senggang) dengan hal-hal yang konstruktif.
2)
Memupuk
rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini
anak-anak harus mempertanggung jawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah
dikerjakan.
3)
Memberikan
kebiasaan pada anak didik untuk giat belajar.
4)
Memberikan
tugas anak yang bersifat praktis, umpamanya membuat laporan tentang kegiatan
peribadatan di daerah masing-masing, kegiatan sosial dan sebagainya.
b.
Kekurangannya
1)
Sering
kali tugas di rumah dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu
tentang pekerjaan itu, yang bertujuan untuk pelajaran yang tidak dapat tercapai.
2)
Sulit
untuk memberikan tugas sebab perbedaan individual anak dalam kemampuan dan
minat belajar.
3)
Sering
kali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin hasil
pekerjaan temannya.
4)
Apabila
tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak.
7.
Metode
Pemecahan Masalah
Metode ini berdekatan dengan metode diskusi, di
mana siswa dan guru bersama-sama memikirkan dan mengeluarkan pendapat serta
memperdebatkan untuk memperoleh kesimpulan.[35] Dan
metode ini diberikan dengan cara melatih anak-anak untuk menghadapi masalah
dari yang paling sederhana kepada masalah yang paling sulit. Materi pelajaran
aqidah akhlak yang sesuai dengan metode ini adalah materi yang bersifat
problem, misalnya dalam mata pelajaran ibadah dan akhlak. Namun demikian,
metode ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Situasi
belajar akan aktif, hidup, bermutu dan berdaya guna.
2)
Di
samping penguasaan bahan pelajaran sekaligus merupakan latihanberpikir kritis
dan analitis dalam menghadapi masalah-masalah.
3)
Latihan
bagi anak untuk berani menghadapi masalah-masalah kehidupan kelak.
4)
Latihan
keberanian dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
b.
Kekurangannya
1)
Kesulitan
mencari/memilih masalah yang tepat, berguna, sesuai dengan kemampuan anak,
untuk memecahkannya.
2)
Banyak
menimbulkan resiko, terutama bagi murid yang kurang mampu akan menyebabkan prustasi
(putus asa).
3)
Guru
akan mengalami kesulitan dalam mengevaluasi secara tepat proses pemecahan
masalah yang ditempuh anak.
8.
Metode
Proyek
Metode ini merupakan metode
yang dititikberatkan kepada kegiatan siswa dalam memilih
dan merancang serta memikirkan bagaimana menyelesaikan permasalahn yang
dihadapiya.[36]
Materi yang sesuai dengan metode ini adalah yang bersifat kecakapan dan
ketrampilan. Misalnya dalam menjawab persoalan mengapa puasa diwajibkan kepada
umat Islam. Akan tetapi metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya sebagai
berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Dengan
metode proyek berarti beberapa metode mencakup dalam unit (proyek).
2)
Unit
sesuai dengan pendapat baru cara mengajar.
3)
Mempererat
hubungan antara sekolah dengan masyarakat.
4)
Melatih
sikap demokratis dari anak.
5)
Apabila
anak sudah tamat belajar, mereka tidak akan canggung dan merasa terisolir dari
kehidupan masyarakat yang nyata.
b.
Kelemahannya
1)
Bahan
pelajaran tidak mempunyai urutan yang logis dan sistematis.
2)
Banyak
memerlukan waktu dan alat pelajaran.
3)
Membutuhkan
ketekunan dari guru, karena setiap tahun diperlukan guru menyusun bahan baru.
9.
Metode
Eksperimen
Metode ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan
siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada mereka. Materi
pelajaran yang cocok dengan metode ini adalah yang bersifat kecakapan dan
ketrampilan misalnya dalam kemampuan melakukan kerajinan tangan dan sebagainya.[37]
Metode eksperimen merupakan metode yang bekerja antara guru dengan murid dalam
mengerjakan latihan-latihan praktid misalnya dalam hal penyelenggaraan jenazah.
Akan tetapi metode ini mempunyai kelebihan dan kelemahannya sebagai berikut:
a.
Kelebihannya
1)
Dengan
metode ini diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah yang timbul di hati
anak-anak dapat langsng terjawab.
2)
Akan
mengurangi kesalahan dalam mengambil kesimpulan, karena anak mengamati langsung
terhadap suatu proses.
b.
Kelemahannya
1)
Metode
ini agak sukar dilakukan apabila anak belum matang untuk melaksanakan
eksperimen.
2)
Banyak
hal-hal yang tidak dapat dieksperimenkan di dalam kelas.
[1]Imansyah Ali Pane, Didakdik
Metodik Pendidikan Umum, Cet. III, (Surabaya: Usaha Nasional, 1999), hal.
71
[2]Abu Ahmadi, Sosiologi
Pendidikan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1992), hal. 180
[3]Ramli Maha, Perancang
Pembelajaran Sistem PAI, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2000), hal. 2
[4]Darwis A. Sulaiman,
Pengantar Kepada Teori dan Praktek Mengajar, (Semarang: IKIP, 1979),
hal. 16
[5]Ramayulis, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Cet. II, (Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 113
[9]Zakiah Daradjat,
dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. III, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), hal. 20
[10]Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), hal. 99
[11]Ali Ashraf, Horison
Baru Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993), hal. 71
[12]Indrakusuma, dkk., Pengantar
Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), hal. 236
[14]Tayar Yusuf dan
Syaiful Bahri Djamarah, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 95
[15]Sutari Imam
Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, (Yokyakarta: Andi
Offset, 1993), hal. 89
[16]Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam¸ (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993),
hal. 237
[17]Sudjono Trimo, Pengembangan
Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosada Karya, 1986), hal. 95
[18]Herry Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logis
Wacana Ilmu, 1999), hal. 207
[19]Ramli Maha, Metode
Khusus Agama Islam, (Darussalam Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah IAIN
Ar-Raniry, 1993), hal. 18
[20]Abdurrahman Saleh, Didaktik
Pendidikan Agama, Cet. VII, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), hal. 20
[21]Tayar Yusuf dan
Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama …, hal. 7
[22]Ahmad Tafsir, Metodologi
Pengajaran …, hal. 33
[23]Zakiah Daradjat, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 39
[24]Amir Yusuf Faisal, Reorientasi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hal. 43
[25]Jalaluddin dan
Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994), hal. 53
[26]Tayar Yusuf dan
Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran …, hal. 10
[27]M. Jafar, Beberapa
Aspek Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), hal. 133
[28]Muhaimin, Paradigma
Pendidikan Islam, (Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 145
[29]M. Ngalin
Poerwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Bina Aksara,
1999), hal. 123
[30]Zuhairini, dkk., Metodik
Khusus Pendidikan Agama, (
[31]Ashraf Ali, Horison
Baru…, hal. 178
[32]Tayar Yusuf dan
Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…, hal. 49
[33]Zakiah Daradjat,
dkk,, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hal. 79
[34]Tayar Yusuf dan
Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama…, hal. 67
[35]Zakiah Daradjat, Ilmu
Pendidikan…, hal. 83
[36]Imam Sutari,
Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan…, hal. 92
[37]Indra Kusuma, Pengantar
Ilmu …, hal. 238