BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Pengertian
Metode Quantum Learning
Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses
belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar
sebagai suatu untuk melakukan eksperimen yang disebutnya suggestology
(suggestopedia)[1].
Quantum Learning adalah konsep yang menguraikan cara-cara baru dalam
memudahkan proses belajar mengajar, lewat pemaduan unsur seni dan
pencapaian-pencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang diajarkan.[2] Quantum
learning menjadikan segala sesuatu berarti dalam proses belajar mengajar,
setiap kata, pikiran, tindakan asosiasi dan sampai sejauhmana mengubah
lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran.[3] Quantum
Learning merupakan metoda pengajaran maupun pelatihan yang menggunakan
metodologi berdasarkan teori teori pendidikan seperti Accelerated Learning
(Lozanov), Multiple Intelligences (Gardner), Neuro Linguistic
Programming atau NLP (Grinder & Bandler), Experential Learning
(Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning (Johnson & Johnson)
dan Elements of Effective Instruction (Hunter) menjadi sebuah paket multisensori,
multi kecerdasan dan kompatibel dengan cara bekerja otak yang mampu
meningkatkan kemampuan dan kecepatan belajar.[4]
Percepatan belajar (accelerated learning) dikembangkan untuk
menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara
sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan
pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, modalitas belajar serta
keterlibatan aktif dari peserta.
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk
semua umur. Quantum Learning dapat didefinisikan sebagai kiat, petunjuk,
strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya
ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan
bermanfaat.[5]
Quantum Learning menggabungkan sugestology, teknik pemercepatan belajar,
dan Neuro Linguistik Program (NLP) dengan teori, keyakinan, dan konsep-konsep
kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti: Teori otak
kanan/kiri, Teori otak triune (3 in 1), Pilihan modalitas (visual,
auditorial, dan kinestetik), Teori kecerdasan ganda, Pendidikan holistik
(menyeluruh), Belajar berdasarkan pengalaman, Belajar dengan simbol dan Simulasi/permainan.
Quantum Learning dapat pula didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Tubuh kita
secara fisik adalah materi. Sebagai pelajar, tujuan kita adalah meraih sebanyak
mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.[6]
B.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Quantum
Learning
Dalam proses belajar mengajar
kebanyakan guru menggunakan pembelajaran konvensional dimana siswa banyak
duduk, mendengarkan dan menerima informasi. Cara penerimaan informasi akan
kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan daya ingat, walaupun ada
proses penguatan yang berupa pembuatan catatan dalam bentuk catatan yang
monoton. Hal ini akan membuat suasan pembelajaran yang monoton dan tidak
menimbukan minat belajar bagi siswa.[7]
Penggunaan metode pembelajaran
yang sesuai sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Dengan metode
pembelajaran yang sesuai siswa dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi dan
dapat mengembangkan potensi yang tersimpan di dalam diri siswa. Metode quantum
learning adalah metode yang sangat tepat untuk pencapaian hasil belajar yang
diinginkan dan untuk pengembangan potensi siswa.
Adapun kelebihan dari penggunaan
metode quantum learning adalah: Pertama, Membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu produk kreatif yang
dapat bermanfaat bagi diri dan lingkungannya dan Kedua, Emosi sangat
diperlukan untuk menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi dapat menambah
kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak ragu dan malu serta mau
mengembangkan potensi-potensi yang terdapat.[8]
Adapun kekurangan dari penggunaan metode quatum
learning adalah: Penggunaan waktu dalam pembelajaran membutuhkan
banyak dan membutuhkan
kerja ekstra keras seorang guru dalam proses pembelajaran.[9]
Adapun kelemahan metode Quantum
Learning menurut Nandang Hidayat adalah sebagai berikut:[10]
Pertama, pembelajaran kuantum
berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika kuantum meskipun serba sedikit
istilah dan konsep kuantum dipakai. Kedua, pembelajaran kuantum lebih
bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”,
dan atau nativistis. Ketiga, pembelajaran quantum lebih
konstruktivis(tis),bukan positivistis-empiris, behavioristis. Keempat,
pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna. Kelima, pembelajaran
kuantum sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf
keberhasilan tinggi. Keenam, pembelajaran kuantum sangat menentukan
kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau
keadaan yang dibuat-buat. Ketujuh, pembelajaran quantum sangat
menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran. Kedelapan, pembelajaran kuantum memiliki model yang
memadukan konteks dan isi pembelajaran. Kesembilan, pembelajaran kuantum
memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam)
hidup, dan prestasi fisikal atau material. Kesepuluh, pembelajaran
kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses
pembelajaran. Kesebelas, pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman
dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Kedua belas, pembelajaran
kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
C.
Metode Quantum Learning dalam Perspektif
Historis
Tokoh utama di balik
pembelajaran kuantum adalah Bobbi De Porter, seorang ibu rumah tangga yang
kemudian terjun di bidang bisnis properti dan keuangan, dan setelah semua
bisnisnya bangkrut akhirnya menggeluti bidang pembelajaran. Dialah perintis,
pencetus, dan pengembang utama pembelajaran Quantum. Semenjak tahun 1982
DePorter mematangkan dan mengembangkan gagasan pembelajaran kuantum di SuperCamp,
sebuah lembaga pembelajaran yang terletak Kirkwood Meadows, Negara Bagian
California, Amerika Serikat.[11]
Super Camp sendiri didirikan
atau dilahirkan oleh Learning Forum, sebuah perusahahan yang memusatkan
perhatian pada hal-ihwal pembelajaran guna pengembangan potensi diri manusia. Dengan
dibantu oleh teman-temannya, terutama Eric Jansen, Greg Simmons, Mike Hernacki,
Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie, DePorter secara terprogram dan terencana
mengujicobakan gagasan-gagasan pembelajaran Quantum kepada para remaja
di SuperCamp selama tahun-tahun awal dasawarsa 1980-an. “Metode ini dibangun
berdasarkan pengalaman dan penelitian terhadap 25 ribu siswa dan sinergi
pendapat ratusan guru di SuperCamp”, jelas De Porter dalam Quantum Teaching.
“Di SuperCamp inilah prinsip-prinsip dan metode-metode Quantum Learning
menemukan bentuknya”, ungkapnya dalam buku Quantum Learning.[12].
Pada tahap awal
perkembangannya, pembelajaran kuantum terutama dimaksudkan untuk membantu
meningkatkan keberhasilan hidup dan karier para remaja di rumah atau
ruang-ruang rumah; tidak dimaksudkan sebagai metode dan strategi pembelajaran
untuk mencapai keberhasilan lebih tinggi di sekolah atau ruang-ruang kelas.
Lambat laun, orang tua para remaja juga meminta kepada DePorter untuk
mengadakan program program pembelajaran quantum bagi mereka. “Mereka
telah melihat hal yang telah dilakukan Quantum Learning pada anak-anak
mereka, dan mereka ingin belajar untuk menerapkan teknik dan prinsip yang sama
dalam hidup dan karier mereka sendiri perusahaan komputer, kantor pengacara,
dan tentu agen-agen realestat mereka. Demikian lingkaran ini terus bergulir”,
papar DePorter dalam Quantum Business.[13]
Demikianlah, metode pembelajaran kuantum merambah berbagai tempat dan bidang
kegiatan manusia, mulai lingkungan pengasuhan di rumah (parenting),
lingkungan bisnis, lingkungan perusahaan, sampai dengan lingkungan kelas (sekolah).
Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pembelajaran kuantum merupakan falsafah
dan metodologi pembelajaran yang bersifat umum, tidak secara khusus
diperuntukkan bagi pengajaran di sekolah.[14]
Falsafah dan metodologi
pembelajaran quantum yang telah dikembangkan, dimatangkan, dan
diujicobakan tersebut selanjutnya dirumuskan, dikemukakan, dan dituliskan
secara utuh dan lengkap dalam buku Quantum Learning: Unleashing The
Genius in You. Buku ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1992 oleh Dell
Publishing New York. Pada tahun 1999 muncul terjemahannya dalam bahasa
Indonesia yang diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung dengan judul Quantum
Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Buku yang ditulis
oleh DePorter bersama Mike Hernacki – mitra kerja DePorter yang mantan guru dan
pengacara tersebut memaparkan pandangan-pandangan umum dan prinsip-prinsip
dasar yang membentuk bangun pembelajaran quantum. Pandangan-pandangan
umum dan prinsip-prinsip dasar yang termuat dalam buku Quantum Learning
selanjutnya diterapkan, dipraktikkan, dan atau diimplementasikan dalam
lingkungan bisnis dan kelas (sekolah). Penerapan, pemraktikan, dan atau
pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan bisnis termuat dalam buku
Quantum Business: Achieving Success Through Quantum Learning yang
terbit pertama kali pada tahun 1997 dan diterbitkan oleh Dell Publishing, New
York. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mike Hernacki ini sudah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Basyrah Nasution dan diterbitkan oleh
Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 1999 dengan judul Quantum Business:
Membiasakan Berbisnis secara Etis dan Sehat.[15]
Sementara itu, penerapan,
pemraktikkan, dan pengimplementasian pembelajaran kuantum di lingkungan sekolah
(pengajaran) termuat dalam buku Quantum Teaching: Orchestrating
Student Success yang terbit pertama kali tahun 1999 dan diterbitkan oleh
Penerbit Allyn and Bacon, Boston. Buku yang ditulis oleh DePorter bersama Mark
Reardon dan Sarah Singer-Nourie ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
oleh Ary Nilandari dan diterbitkan oleh Penerbit KAIFA Bandung pada tahun 2000
dengan judul Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di
Ruang-ruang Kelas.[16]
D.
Metode Quantum Learning di Tengah Metode
Lainnya
Salah satu ciri sistem pendidikan
alternatif adalah menggunakan sistem pengajaran dengan metode active
learning . Salah satu jenis active learning yang tengah
didengung-dengungkan belakangan ini adalah quantum learning. Metode
pembelajaran ini mengupayakan pengelolaan kelas yang kondusif untuk menumbuhkan
sikap positif dalam proses belajar. Salah satu syarat utama untuk menciptakan
kelas yang kondusif ialah guru harus memperhatikan keunikan yang dimiliki
setiap anak didik.[17]
Oleh
karena itu, sudah saatnya paradigma pendidikan yang selama ini ada untuk diubah sehingga diperlukan suatu strategi
pembelajaran yang dapat dijadikan jalan
keluar agar proses pembelajaran lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu adanya
internalisasi pada diri siswa tentang
nilai-nilai yang diajarkan secara mudah serta adanya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh, menjadikan belajar lebih bermakna dan mampu
mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang
dimaksud adalah Pembelajaran
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.[18] Dengan
pendekatan Contextual Teaching and Learning proses pembelajaran
diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan
mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran
lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks itu siswa perlu mengerti apa makna
belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya.
Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya. Dengan
demikian mereka belajar yang berguna bagi hidupnya.
[2] De
Bobbi Porter, dkk, Quantum Teaching, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung:
Kaifa, 2000), hal. 29.
[4] Bobbi
De Porter dan Hernacki. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 1999), hal. 63.
[7] Bobby
De Poter, dan Mark Reardon dan Sarah Singer Nourie, Quantum Taeaching Mempraktikan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas, Terjemahan Alwiyah Abdurrahman, (Bandung: Kaifa, 2000), hal. 46.
Learning), (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 19-20.
[15]
Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), hal. 17.
[16]http://sugiartoagribisnis.wordpress.com/2010/05/08/asal-kemunculan-quantum-learning/. Diakses Tanggal 19 Juli 2009.
0 Comments
Post a Comment