Pengertian Pembelajaran Membaca Alquran
A. Pengertian Pembelajaran Membaca Alquran
Mengajar dan belajar merupakan dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mengajar manunjukkan pada apa yang harus
dilakukan oleh guru sebagai pengajar sedangkan belajar merujuk pada apa yang
harus dilakukan seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran (peserta
didik).
Istilah proses pembelajaran dapat diartikan
pula pengajaran yang diartikan sebagai proses penyajian bahan oleh seseorang
kepada orang lain dengan tujuan agar orang lain itu menerima dan menguasai
bahan tersebut bahan pelajaran disini berarti sesuatu yang berbentuk ilmu
pengetahuan, kecakapan keterampilan, aktivitas serta hasil-hasil budaya pada
umumnya.
Menurut Nana Sudjana “mengajar merupakan suatu
proses”, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar
peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan
proses belajar”[1]. Sedangkan
menurut Nasution sebagaimana yang telah dikutip oleh Suryosubroto, bahwa “mengajar
merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik, sehingga terjadi
belajar mengajar”[2]. Menurut
Sikun (guru besar IKIP Bandung) mengajar adalah “suatu kegiatan yang menyangkut
pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotor yaitu supaya anak lebih
banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan objektif,
serta trampil mengerjakan sesuatu. Misalnya membaca, menulis yang padaa intinya
pengajaran tersebut menolong anak didik menuju kedewasaan”[3].
Beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
mengajar adalah usaha melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar
mengajar tidak hanya proses penyampaian materi saja, akan tetapi yang
terpenting adalah proses membelajarkan peserta didik, jadi pendidik harus dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis
dan logis sehingga tercipta peserta didik yang berilmu pengetahuan, trampil,
dan mempunyai pengetuhuan budaya dan bersosial. Menurut Anthony Robbins
mendefinisikan “belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru”[4].
Menurut Oemar Hamalik belajar adalah “modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the
modification or strengtthening of behavior trough experiencing)”[5].
“Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil
pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecenderungan) dan
bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya
kepada orang lain”[6]. “Belajar
adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, dan mengigat. Dengan mengadakan pengulangan, maka pola pikir
tersebut akan berkembang”[7].
Kesimpulan dari beberapa pendapat di atas bahwa belajar adalah suatu proses
atau suatu kegiatan merubaha tingkah laku seseorang dan sebagai hasil dari pengalaman interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya.
Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar supaya
dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka diperlukan perencanaan
yang tersusun secara sistematis, sehingga proses belajar mengajar lebih
bermakna dan berjalan dengan baik agar memperolah deskripsi yang jelas
mengenai pembelajaran membaca Alquran, akan penulis kemukakan beberapa pendapat tokoh
pendidikan diantaranya:
Menurut E. Mulyasa, Pembelajaran pada
hakikatnya adalah “interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik”[8].
Dimyati dan Mudjiono mendefinisikan pembelajaran adalah “kegiatan guru secara
terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar
secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber”[9].
Maka pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang diupayakan untuk
membantu peserta didik agar dapat berkembang ke arah yang diharapkan. “Pendidikan
pengajaran atau pembelajaran merupakan salah satu wahana yang dapat
memperbaharui pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik menuju jalan kehidupan
yang disediakan oleh sang peciptanya. Sedangkan membaca adalah melihat serta
memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dihati)”[10].
Menurut Bond sebagaimana yang di kutip oleh mulyono, “bahwa membaca merupakan pengenalan
simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat
tentang apa yang dibaca, untuk membentuk suatu pengertian melalui pengelaman
yang dimiliki”[11].
Menurut Bobbi De Potter dan Mike Hernarcki ada
empat macam cara membaca dilihat dari segi kecepatannya, yaitu:
a.
Biasa (reguler)
yaitu cara membaca yang relatif lambat, dengan
membaca baris demi baris seperti yang biasa dilakukan dalam membaca bacaan
ringan
b. Melihat dengan cepat (skimming)
yaitu membaca yang dilakukan dengan cepat,
untuk membaca pokok pikiran utama. Inilah yang dilakukan ketika sedang mencari sesuatu
yang khusus dalam sebuah teks. Misalnya cara membaca buku telepon atau kamus.
c.
Melihat sekilas (scanning)
Yaitu membaca dengan sekilas yang digunakan
untuk membaca informasi tertentu seperti; melihat isi buku atau seperti cara
kita membaca koran.
d. Kecepatan tinggi (werp speed)
yaitu adalah teknik membaca satu bahan bacaan
dengan kecepatan tinggi dan dengan pemahaman tinggi.[12]
Beberapa macam cara membaca diatas dapat
memberikan gambaran manakah yang cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar
sebagai acuan untuk dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi peserta didik
khususnya membaca adalah salah satu dari proses dari pembelajaran. Pembelajaran
dapat dilaksanakan dengan membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah dan
prosesnya diwarnai interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan
untuk membelajarkan peserta didik. Belajar bukan sekedar hanya mengingat, akan
tetapi lebih luas dari hal tersebut yaitu dapatnya peserta didik memahami dan
mengalami atau mengaktualisasikan daripada materi atau ilmu tersebut.
Menurut Sumadi Suryabrata memberikan definisi
belajar mencakup hal-hal pokok sebagai berikut:
a. Bahwa belajar itu membawa perubahan.
b. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).[13]
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwasannya belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang dan sebagai
hasil dari pengalaman interaksi antara individu satu dengan individu yang
lainnya dan dengan lingkungannya melalui keterampilan. Dan dalam proses belajar
mengajarnya agar tercipta pembelajaran yag efektif dan efisien maka diperlukan
perencanaan yang matang dan sistematis sehingga terciptanya proses pembelajaran
yang bermakna dan mudah diterima bagi peserta didik dan dapat terwujudnya
tujuan pendidikan dan hasil yang maksimal.
Sehingga dari beberapa pengertian di atas,
perlu diterangkannya apa maksud dari pembelajaran atau pengajaran membaca Alquran
itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu perlu dibahas tentang definisi
Alquran itu sendiri. Objek qara’a (membaca yang terdapat dalam surat
Al-`Alaq) secara tektual tidak disebutkan, sehinggga arti kata qara’a,
membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Karena obyeknya tidak disebutkan,
sehingga bersifat umum. Maka obyek kata itu mencakup segala yang dapat
dijangkau baik bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bacaan lainnya, baik
yang menyangkut ayat-ayat yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga
mencangkup telaah terhadap alam raya, masyarakat, ayat suci Alquran dan sebagainya.
Perintah membaca, menelaah, dan menghimpun itu
jika dikaitkan dengan “bi ismi rabbika”, “pengaitan ini merupakan syarat
sehingga menuntut dari si pembaca bukan sekedar melakukan bahasa dengan ikhlas,
tetapi juga antara lain memilih bahan-bahan bacaan yang tidak mengantar kepada
hal-hal yang bertentangan dengan nama Allah Swt”[14].
Adapun tujuan belajar membaca Alquran sebagaimana yang dikemukakan para pakar adalah sebagai
berikut, Menurut Abdurrahman an-Nahlawi, “tujuan belajar membaca Alquran adalah mampu membaca dengan baik dan
menetapkan ajarannya, Disini terkandung segi ubudiyah dan ketaatan kepada Allah
swt., mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya, melakukan segala
perintahnya dan hendak kepada- Nya”[15].
Dalam kegiatan membaca peserta didik akan
terpusat pada kata-kata sehingga akan banyak menimbulkan pertanyaan, maka
disitulah peserta didik akan akan berusaha menempatkan materi yang telah
diberikan oleh pendidik untuk diterapkan dalam bacaan tersebut. Alquran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama,
merupakan kitab suci yang memuat firman–firman (wahyu) Allah, sama benar dengan
yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah
sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan, 22 hari. Mula-mula di Makah
kemudian di Madinah, dengan tujuan untuk menjadi pedoman atau petunjuk bagi
umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini
dan kebahagiaan di akhirat kelak[16].
Sedangkan dalam kitab Alquran menerangkan bahwa Alquran adalah “kalam (perkataan) Allah Swt yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan
maknanya (QS. Asy-Syu`araa`: 192-195)”[17].
Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Alquran
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan Malaikat
Jibril sebagai perantaranya dan diwahyukannya Alquran itu dengan lafal dan
maknanya. kedua definisi terdapat pengertian. Belajar membaca Alquran adalah suatu proses yang menghasilkan
perubahan perubahan akan kemampuan membaca dan memahami Alquran dimana kemampuan membaca dan memahami Alquran dimana kemampuan itu bersifat permanen yang
dapat ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku
keterampilan maupun kabiasaan-kebiasaan atau perubahan aspek lainnya.
Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran membaca Alquran adalah serangkaian aktifitas dalam proses
belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik dan peserta didik untuk
memahami isi suatu bacaan Alquran.
[2] B.
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Cet. 2, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2009), hal. 15.
[4]
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inivatif-Progresif: Konsep Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP),
Cet. 2, (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 15.
[5]
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar,
Cet.9, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), hal. 28.
[7]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hal. 46.
[8] E.
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep Karakteristik dan
Implementasi, Cet. 11, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hal. 100.
[10] Tim
Penyusun Kamus Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hal. 83.
[11]
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak yang Berkesulitan Belajar, Cet.1, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hal. 200.
[13]Sumadi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Cet. 6, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993),
hal. 248-249.
[15]Abdurrahman
An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1998), hal. 184.
[16]Mohammad
Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1998), hal. 93.
Post a Comment for "Pengertian Pembelajaran Membaca Alquran"