BAB II
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DAN MUTU PENDIDIKAN
A. Pengertian
Perpustakaan dan Mutu Pendidikan
Dalam bahasa Indonesia istilah “perpustakaan” dibentuk dari kata dasar pustaka
ditambah awalan “per” dan akhiran ”an”. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia perpustakaan
diartikan sebagai “kumpulan buku-buku (bahan bacaan, dsb).”[1]
Dalam bahasa Inggris disebut “library yang berarti perpustakaan”.[2] Sedangkan dalam bahasa
Arab disebut Maktabah
yang berarti tempat menyimpan buku-buku.[3]
Sedangkan menurut istilah perpustakaan adalah “kumpulan bahan tercetak dan
non tercetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang tersusun secara sistematis
untuk kepentingan pemakai”.[4]
Menurut Sutarno “perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari
gedung/bangunan, atau gedung itu sendiri, yang berisi buku-buku koleksi, yang
disusun dan diatur sedemekian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan apabila
sewaktu-waktu diperlukan untuk pembaca”.[5]
Menurut Larasati Milburga, dkk perpustakaan adalah “suatu unit kerja yang
berupa tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis
dengan cara tertentu untuk digunakan secara berkesinambungan oleh pemakainya sebagai
sumber informasi”.[6]
Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan pengertian perpustakaan
sesecara umum adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan,
menyimpan dan memelihara koleksi pustaka baik buku-buku ataupun bacaan lainnya
yang diatur, diorganisasikan dan diadministrasikan dengan cara tertentu untuk memberi
kemudahan dan digunakan secara kontinue oleh pemakainya sebagai informasi.
Untuk lebih dapat memahami pengertian perpustakaan sekolah maka terlebih
dahulu kita mengacu kepada jenis-jenis perpustakaan. Dalam lampiran keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tertanggal 11 Maret No. 0103/0/1981
jenis-jenis perpustakaan meliputi:
Pertama, Perpustakaan Nasional, yaitu perpustakaan
yang berkedudukan di ibukota negara, berfungsi sebagai perpustakaan defosit
nasional dan terbitan inggris dalam ilmu pengetahuan sebagai koleksi nasional,
menjadi pusat bibiografi nasional, pusat informasi dan referensi serta
penelitian, pusat kerjasama antar perpustakaan di dalam dan di luar negeri. Kedua,
Perpustakan Wilayah yaitu perpustakaan yang berkedudukan di ibukota provinsi,
sebagai pusat kerja sama antar perpustakaan di wilayah provinsi, menyimpan
koleksi bahan pustaka yang menyangkut provinsi,semua terbitan di wilayah, pusat
penyelenggaraan pelayanan referensi, informasi dan penelitian dalam wilayah
provinsi menjadi unit pelaksana teknis pusat pembinaan perpustakaan. Ketiga,
Perpustakaan Umum yaitu perpustakaan yang menjadi pusat kegiatan belajar,
pelayanan informasi, penelitian dan rekreasi bagi seluruh lapisan maysrakat. Keempat,
Perpustakaan Keliling yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan
umum yang melayani masyarakat yang tidak terjangkau oleh pelayanan perpustakaan
umum. Kelima, Perpustakaan Sekolah yaitu perpustakaan yang Berfungsi
sebagi pusat kegiatan kegiatan belajar-mengajar, pusat penelitian sederhana, pusat
baca, guna menambah ilmu pengetahuan dan rekreasi. Keenam, Perpustakaan
Perguruan Tinggi yaitu perpustakaan yang berfungsi sebagai sarana kegiatan
belajar-mengajar, penelitian dan pengabdian masyarakat dalam pelaksanaan Tri
Dharma Perguruan Tinggi. Ketujuh, Perpustakaan Khusus/Dinas yaitu
perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat referensi dan penelitian serta sarana
untuk memperlancar tugas pelaksanaan instansi/lembaga yang bersangkutan.[7]
Defenisi mutu memiliki konotasi yang bermacam-macam bergantung orang yang
memakainya. Mutu berasal dari bahasa latin yakni “Qualis” yang berarti what
kind of (tergantung kata apa yang mengikutinya). Mutu menurut Deming ialah
kesesuaian dengan kebutuhan. Mutu menurut Juran ialah kecocokan dengan
kebutuhan.[8]
Masih dalam buku yang sama mutu adalah konsep yang absolut dan relatif.
Mutu yang absolut ialah “mutu yang idealismenya tinggi dan harus dipenuhi,
berstandar tinggi, dengan sifat produk bergengsi tinggi. Mutu yang relatif
bukanlah sebuah akhir, namun sebagai sebuah alat yang telah ditetapkan atau
jasa dinilai, yaitu apakah telah memenuhi standar yang telah ditetapkan”.[9]
Ditinjau dari
sudut hukum, dipinisi pendidikan berdasarkan undang-undang RI Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),pasal 1(1 dan 4), yaitu
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.” “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengambangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia
pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan”.[10]
Mutu di bidang pendidikan meliputi mutu input, proses, output, dan outcome.
Input pendidikan dinyatakan bermutu jika siap berperoses. Proses pendidikan
bermutu apabila mampu menciptakan suasana yang PAKEM (Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif, dan Menyenangkan).
Output dinyatakan bermutu apabila hasil belajar akademik dan nonakademik
siswa tinggi. Outcome dinyatakan bermutu apabila lulusan cepat terserap
di dunia kerja, gaji wajar, semua pihak mengakui kehebatannya lulusannya dan
merasa puas[11]. Mutu
dalam konteks manajemen mutu terpadu
atau Total Quality Management (TQM) bukan hanya merupakan suatu gagasan,
melainkan suatu filosofi dan metodologi dalam membantu lembaga untuk mengelola
perubahan secara totalitas dan sistematik, melalui perubahan nilai, visi, misi,
dan tujuan. Karena dalam dunia pendidikan mutu lulusan suatu sekolah dinilai
berdasarkan kesesuaian kemampuan yang dimilikinya dengan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum.
Sedangkan
menurut Hari Sudradjad pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan atau kompotensi, baik kompetensi
akademik maupun kompetensi kejuruan, yang dilandasi oleh kompetensi personal
dan sosial, serta nilai-nilai akhlak mulia, yang keseluruhannya merupakan
kecakapan hidup (life skill), lebih lanjut Sudradjat megemukakan
pendidikan bermutu adalah pendidikan
yang mampu menghasilkan manusia seutuhnya (manusia paripurna) atau manusia
dengan pribadi yang integral (integrated personality) yaitu mereka yang
mampu mengintegralkan iman, ilmu, dan amal.[12]
Namun untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan, maka sekolah harus
melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
yang berorientasi pada peningkatan mutu.
B.
Manfaat Perpustakaan Sekolah
Secara terinci Bafadal menyebutkan
manfaat perpustakaan sekolah baik
yang diselenggarakan
di sekolah dasar maupun di sekolah
menengah adalah sebagai berikut:
Pertama, Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid-murid
terhadap membaca. Kedua, Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid-murid.
Ketiga, Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri yang
akhirnya murid-murid mampu belajar mandiri. Keempat, Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan
teknik membaca. Kelima, Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan
berbahasa. Keenam, Perpustakaan
sekolah dapat melatih murid-murid ke arah tanggung jawab. Ketujuh, Perpustakaan
sekolah dapat memperlancar murid-murid dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Kedelapan, Perpustakaan
sekolah dapat membantu guru-guru menemukan sumber-sumber pengajaran. Kesembilan, Perpustakaan
sekolah dapat membantu murid-murid, guruguru, dan anggota
staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.[13]
Manfaat lain dari perpustakaan
sekolah adalah “sebagai sarana
bagi para siswa untuk belajar menjadi manusia yang memiliki
literasi informasi”.[14]
Yaitu seseorang yang mampu mengidentifikasi
kebutuhan informasinya, belajar mencari dan menemukan
sumber-sumber informasi yang sesuai dengan kebutuhannya,
sampai menemukan informasi yang dibutuhkannya,
lalu memanfaatkan informasi tersebut, dan akhirnya
mampu mengevaluasi sejauhmana kebutuhan informasinya sudah
dapat terpenuhi. Manusia yang sudah memiliki
literasi informasi inilah yang akan unggul dalam persaingan
di era global dimana kehidupan masyarakat sudah berbasis
informasi.
Perpustakaan sekolah memiliki peluang yang
lebih besar dalam menciptakan literasi informasi di kalangan para siswa, karena
di lingkungan sekolah terdapat peran guru yang akan menjadi pembimbing bagi
para siswa,[15]
disamping adanya peran dari staf perpustakaan (guru pustakawan) yang akan
membantu para siswa. Bagi
negara berkembang seperti Indonesia, perpustakaan sekolah
pada umumnya merupakan perpustakaan pertama yang
dikenal oleh siswa. Karena bagi masyarakat Indonesia bukan
suatu kebiasaan membawa anak-anaknya untuk mengunjungi
perpustakaan umum. Hal ini disebabkan kunjungan
ke perpustakaan bukan merupakan budaya masyarakat
kita, disamping kondisi perpustakaan umum yang sebagian
besar masih sangat sederhana, sehingga bukan merupakan
tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Oleh karena itu perpustakaan sekolah
berperan juga sebagai sarana
belajar memanfatkan perpustakaan bagi para siswa.
Seperti belajar mengenal nomor-nomor klasifikasi pengetahuan
yang ada pada katalog bahan pustaka, kemudian siswa
harus menemukan koleksi sesuai dengan nomor klasifikasi
tersebut, sampai pada pembelajaran bahwa siswa harus
memelihara dengan baik bahan pustaka yang dia gunakan.
Kepandaian ini akan dibawa terus sampai siswa masuk
perguruan tinggi dan memanfaatkan perpustakaan di sana,
atau ketika siswa harus mencari sumber informasi diperpustakaan
manapun.
Disamping itu perpustakaan sekolah
juga memiliki andil dalam menanamkan
citra perpustakaan pada para siswa. Siswa yang
kebetulan bersekolah di sekolah yang memiliki perpustakaan
sekolah yang representatif akan memiliki citra yang
positif pada perpustakaan. Dia akan berpendapat bahwa perpustakaan
merupakan unit kerja yang sangat penting karena
di situlah terkumpulnya sumber-sumber ilmu pengetahuan.
Sebaliknya ketika seorang siswa kebetulan bersekolah
di sekolah yang perpustakaan sekolahnya masih ala kadarnya,
maka dia akan punya citra yang negatif pada perpustakaan.
Dia akan menganggap perpustakaan hanya sebuah
tempat yang berisi buku-buku usang yang tidak penting.
Manfaat perpustakaan sekolah bisa
juga dilihat dari aspek ekonomi.
Di era krisis ekonomi yang berkepanjangan seperti sekarang
ini akan sangat berat bagi para orang tua apabila harus
membeli buku-buku pelajaran untuk anak-anaknya. Akan
sangat membantu apabila perpustakaan sekolah dapat menyediakan
buku-buku atau sumber belajar lainnya dengan lengkap
sehingga para orang tua tidak perlu membeli buku.
Dari berbagai manfaat yang disebutkan di atas,
dapat diketahui betapa pentingnya keberadaan suatu perpustakaan sekolah di
suatu lingkungan sekolah. Hal ini harus mendapatkan perhatian yang serius dari
para pengambil kebijakan yang ada di lingkungan sekolah, seperti kepala sekolah,
ketua yayasan untuk sekolah swasta, dan atau pejabat terkait yang ada di
lingkungan Dinas Pendidikan di suatu daerah.
C.
Tujuan Perpustakaan Sekolah
Menurut Standar Perpustakaan Sekolah, perpustakaan sekolah bertujuan “menyediakan
pusat sumber belajar sehingga dapat membantu pengembangandan peningkatan minat
baca, literasi informasi, bakat serta kemampuan peserta didik”[16].
Peranan perpustakaan di dalam pendidikan amatlah penting, yaitu untuk
membantu terselenggaranya pendidikan dengan baik. Dengan demikian sasaran dan
tujuan operasional dari perpustakaan sekolah adalah untuk memperkaya,
mendukung, memberikan kekuatan dan mengupayakan penerapan program pendidikan
yang memenuhi setiap kebutuhan siswa, disamping itu mendorong dan memungkinkan
tiap siswa mengoptimalkan potensi mereka sebagai pelajar.
Tujuan
utama penyelenggaraan perpustakaan sekolah adalah “meningkatkan
mutu pendidikan bersama-sama dengan unsur-unsur sekolah lainnya”[17]. Sedangkan
tujuan lainnya adalah menunjang, mendukung, dan melengkapi semua kegiatan baik
kurikuler, kurikuler dan ekstra kurikuler, di samping dimaksudkan pula dapat
membantu menumbuhkan minat dan mengembangkan bakat murid serta memantapkan
strategi belajar mengajar.
Namun
secara operasional tujuan perpustakaan sekolah bila dikaitkan dengan
pelaksanaan program di sekolah, diantaranya adalah:
Pertama, memupuk rasa cinta, kesadaran, dan kebiasaan membaca. Kedua, Membimbing
dan mengarahkan teknik memahami isi bacaan. Ketiga, Memperluas
pengetahuan para siswa. Keempat, Membantu
mengembangkan kecakapan berbahasa dan daya pikir para siswa dengan menyediakan
bahan bacaan yang bermutu. Kelima, Membimbing para
siswa agar dapat menggunakan dan memelihara bahan pustaka dengan baik. Keenam, Memberikan dasar-dasar ke arah studi mandiri. Ketujuh,
Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk belajar bagaimana cara
menggunakan perpustakaan dengan baik, efektif dan efisien, terutama dalam
menggunakan bahan-bahan referensi. Kedelapan, Menyediakan bahan-bahan
pustaka yang menunjang pelaksaanan program kurikulum di sekolah baik yang
bersifat kurikuler, kokurikuler, maupun ekstra kurikuler.[18]
D.
Tahap Pembelajaran dalam Pemanfaatan
Perpustakaan Sekolah
1. Hal yang perlu di persiapkan dalam penerapan
perpustakaan
Dalam rangka mengembangkan daya kognisi,
afeksi, dan psikomotorik peserta didik dari strata mana pun, basis perpustakaan
dapat menjadi alternatif. Dalam hal ini, yang paling diutamakan adalah
bagaimana memberikan motivasi peserta didik menjadi orang yang gemar membaca.
Menurut Priyatmojo Achmadi Kusminarto Ada
beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam rangka implementasi pembelajaran
berbasis perpustakaan adalah sebagai berikut:
Pertama, Proses pembelajaran. Suatu pembelajaran akan berjalan
baik apabila seluruh komponennya memiliki kemampuan yang berkualitas, juga
metode pengajaran yang efektif dan efisien -sarana belajar yang mendukung dan
sarana perpustakaan yang lengkap. Kedua, Kepemimpinan kepala sekolah.
Suatu lembaga sekolah yang dihuni sekian banyak orang, tidak akan dapat
berjalan dengan baik apabila tidak ada koordinator atau kepala yang memimpin
lembaga itu. Kepala sekolah hendaklah mampu membangkitkan semangat bawahan,
agar secara terus-menerus memiliki semangat dan jiwa yang tegar ketika
melakukan aktivitas proses belajar mengajar. Dengan demikian mereka tidak lesu,
loyo, malas, dan pesimis. Kepala sekolah juga sebagai fasilitator, yang mampu
menyediakan fasilitas bagi keperluan proses belajar mengajar. Ketiga, Idealisme
guru. Keberadaan guru dalam institusi sekolah merupakan ujung tombak dalam
proses pembelajaran. Sebagai tenaga pendidik profesional, guru dapat
melaksanakan tugas dengan berbagai cara dan tidak harus mengikuti prosedur yang
baku. Tugas guru yang utama adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal
lewat penyajian mata pelajaran dengan sistem activity learning. Agar guru dapat
menyesuaikan pola itu, maka mereka dituntut untuk senantiasa memperbaharui dan
meningkatkan ilmu pengetahuan. Mereka tidak boleh bosan untuk membina diri,
baik secara otodidak maupun mengikuti pelatihan, training, ataupun mengikuti
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas
diri. Keempat, Sarana dan prasarana. Dalam rangka menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar, keberadaan sarana dan prasarana adalah suatu yang
sangat dibutuhkan. Seperti tempat atau gedung belajar yang representatif, buku,
majalah, jurnal, meja belajar, papan tulis, dan perpustakaan. Sarana dan
prasarana yang representatif akan mendorong peserta didik untuk aktif belajar.
Lingkungan pun dibuat yang bersih, asri, dan indah. Kelima, Pelayanan
perpustakaan. Perpustakaan akan dibutuhkan oleh seluruh peserta didik, bahkan
oleh masyarakat dalam mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan. Perpustakaan
sering pula disebut sebagai nafas dari sebuah lembaga pendidikan. Artinya, jika
suatu lembaga pendidikan tidak ada perpustakaan maka lembaga pendidikan itu
bagaikan lembaga yang stagnan, pasif, dan mati.[19]
Untuk persiapan pemangfaatan perpustakaan
dalam proses pembelajaran membutuhkan dukungan dari warga soekolah itu sendiri,
misalnya guru, kepala sekolah, petugas perpustakaan.
2. Langkah-langkah pembelajaran dalam pemanfaatan
perpustakaan
Menurut Slameto langkah-langkah yang perlu di
perhatikan oleh guru dalam pembelajaran diperpustakaan antara lain:
Pertama, Membuat tugas yang relevan dengan mata pelajaran yang di ajarkan. Tugas
yang tidak relevan dengan mata pelajaran yang di ajarkan tidak mengajarkan
kepada siswa mengunakan perpustakaan sebagai sumber belajar eksternal dalam
mendukung kesuksesanya dalam belajar. Kedua, Pastikan bahwa perpustakaan
memiliki informasi yang diperlukan. Mencari sesuatu yang tidak ada dan tidak
jelas tidak ada gunanya. Tindakan ini hanya akan meng habiskan waktu dan tenaga
bahkan akan membuat frustasi siswa. Oleh karena itu tugas yang diberikan kepada
siswa harus disesuaikan dengan fasilitas dan informasi yang tersedia
diperpustakaan. Ketiga, Ajarkan strategi riset. Berikan daftar
langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh siswa dalam mengerjakan tugas yang
diberikan kepadanya. Keempat, Hindarkan suasana gaduh. Jika sejumlah
siswa mencari sebuah bahan, artikel, indeks atau informasi yang sama biasanya
menciptakan suasana gaduh. Keadaan demikian mendorong siswa melakaukan mutilasi
pada buku atau sumber bacaan yang lain.[20]
Selain langkah-langkah di atas dalam penerapan
pembelajara memanfaatkan perpustakaan dalam pembelajaran juga diterapkan
langkah-langkah sebagai berikut :
Pertama, Sirkulasi dan transaksi informasi, yakni suatu siklus berputarnya
informasi dimulai dari : dilihat, dibaca dan dipelajari, diteliti, dikaji dan
dianalisis, dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan,
penelitian, laboratorium, ditransformasikan kepada orang lain. Kedua, Dipinjam
dari perpustakaan dan dibawa pulang, khususnya yang menjadi anggota
perpustakaan atau pemakai potensial dengan persyaratan tertentu. Ketiga,
disalin (fotocopy) dalam batas-batas tertentu, untuk kepentingan ilmiah, bukan
komersial. Keempat, diadakan bimbingan pemakai bagi mereka yang masih
belum akrab/familier dengan perpustakaan agar dengan mudah dan cepat dapat
mempergunakan sumber informasi di perpustakaan tanpa membuang-buang waktu dan
tenaga. Kelima, pengawasan atas pemakai di perpustakaan untuk mencegah
hal-hal yang tidak diinginkan. Keenam, Koleksi yang dapat dan tidak
dapat dipinjam keluar perpustakaan (referensi) hanya dapat dipergunakan di
perpustakaan. Ketujuh, diakses langsung oleh pemakai untuk dipergunakan
melalui media elektronik.[21]
Pembelajaran dengan memanfaatkan perpustakaan
itu membetuhkan dukungan dari masyarakat sekolah misalnya guru, petugas
perpustakaan dan siswa. Sebelum pergi keperpustakaan sebaiknya guru memberikan
pengarahan kepada siswa tentang tata tertib yang harus dipatuhi selama siswa
berada diperpustakaan dan berkonsultasi kepada petugas perpustakaan tentang
tugas yang akan diberikan kepada siswa. Konsultasi tersebut bertujuan untuk
mengetahui apakah tugas yang akan diberikan kepada siswa benar-benar tersedia
diperpustakaan dan mudah didapatkan oleh siswa. Hal tersebut untuk menghindari
frustasi siswa, karena jika siswa sulit mendapatkan tugas yang diberikan guru
maka siswa akan mudah frustasi. Agar siswa tidak bingung ketika sudah ada
didalam perpustakaan sebaiknya didalam kelas guru sudah menjelaskan apa yang
harus dilakukan siswa ketika berada diperpustakaan. Ketika pembelajaran dengan
memanfaatkan fasilitas perpustakaan berlangsung siswa diminta meilihat, membaca
dan mempelajari, apa yang menjadi sumber belajar yang ada diperpustakaan yang
mendukung materi yang sedang diajarkan oleh guru. Setelah pembelajaran
berlangsung siswa diberi tugas (test) yang telah disiapkan guru, test tersebut
bersangkutan dengan materi yang baru saja diajarkan.
E.
Hubungan Perpustakaan dengan Mutu
Pendidikan
Bila diperhatikan secara jenih, maka perpustakan sekolah sesungguhnya
memberikan sumbangan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
Sumbangan / peranan perpustakaan antara lain :
Pertama, Perpustakaan merupakan sumber ilmu
pengetahuan dan pusat kegiatan belajar. Kedua, Perpustakaan merupakan
sumber ide-ide baru yang dapat mendorong kemauan para siswa untuk dapat
berpikir secara rasional dan kritis serta memberikan petunjuk untuk mencipta. Ketiga,
Perpustakaan akan memberikan jawaban yang cukup memuaskan bagi para siswa,
sebagai tuntutan rasa keingintahuan terhadap sesuatu, benar-benar telah
terbangun. Keempat, Kumpulan bahan pustaka (koleksi) di perpustakaan
memberika kesempatan membaca bagi para siswa yang mempunyai waktu dan kemampuan
yang beraneka ragam. Kelima, Perpustakaan memberikan kesempatan kepada
para siswa untuk mempelajari cara mempergunakan perpustakaan yang efisien dan
efektif. Keenam, Perpustakaan akan membantu para siswa dalam
meningkatkan dalam kemampuan membaca dan memperluas perbendaharaan bahasa. Ketujuh,
Perpustakaan dapat menimbulkan cinta membaca, sehingga dapat mengarahkan selera
dan apresiasi siswa dalam pemilihan bacaan. Kedelapan, Perpustakaan
memberikan kepuasan akan pengetahuan di luar kelas. Kesembilan, Perpustakaan
merupakan pusat rekreasi yang dapat memberikan hiburan yang sehat. Kesepuluh,
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada para siswa dan guru untuk mengadakan
penelitian. Kesebelas, Perpustakaan merupakan batu loncatan bagi para
siswa untuk melanjutkan kebiasaan hidup membaca di sekolah yang lebih tinggi. Kedua
belas, Kegairahan/minat baca siswa yang telah dikembangkan melalui
perpustakaan sangat berpengaruh positif terhadap prestasi belajarnya. Ketiga
belas, Bila minat membaca sudah tumbuh dan berkembang pada diri siswa, maka
perpustakaan juga dapat mengurangi jajan anak, yang ini biasanya dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan anak. Keempat belas, Bahkan
perpustakaan juga bagi anak-anak dapat menjauhkan diri dari tindakan kenakalan,
yang bisa menimbulkan suasana kurang sehat dalam hubungan berteman diantara
mereka.[22]
Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya gunadan bertepat guna sebagai
salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi.Dalam kaitan inilah
perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkansebagai salah satu
instalasi untuk mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupanbangsa. Perpustakaan
merupakan bagian yang vital dan besar pengaruhnya terhadapmutu pendidikan.
Perpustakaan sebagai sarana yang dikembangkan oleh pemerintah yang
pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah daerah ataupun lembaga pendidikan
tentu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan pendidikan.
Karena perpustakaan telah menyediakan buku yang menunjang dalam proses
pendidikan dan peningkatan pengetahuan terhadap peserta didik pada khsususnya
dan masyarakat luas pada umumnya. Perpustakaan sesuai dengan tujuan fungsinya
yang sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yaitu untuk menamkan nilai
luhur dan mendewasakan seorang anak, membantu proses pendidikan yang sedang
berlangsung karena perpustakaan merupakan sarana pendidikan, dan merupakan
salah satu tujuan pendidikan yaitu tujuan perantara. Dengan adanya perpustakaan
peserta didik dapat terbantu dalam mencari buku-buku yang diperlukan dalam
kegiatan belajar atau melakukan obyek kajian terhadap suatu buku, hal inilah
yang menjadi tujuan perantara tersebut yaitu sarana untuk memberikan informasi
kepada peserta didik untuk membantu proses perkembangan intelejen peserta
individu.
F.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan mutu siswa dapatdibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut[23]:
1. Faktor
Eksternal
a). Tantangan
Globalisasi
Sejalan dengan dengan kemajuan dan ilmu pengetahuan dan teknologi,
telah menjadikan dunia ini banyak mengalami perubahan iberbagai
aspek kehidupan. Setiap individu dalam berkarya tidakhanya dituntut untuk mampu
berkiprah dan berkompetensi sebatas lokal
dan nasional, akan tetapi juga mampu berkiprah ditingkat Internasional.
Sebagaimana juga yang diungkapkan oleh Syaiful Sagala, pada abad
globalisasi ini, manusia dituntut berusaha tahu banyak (knowing much),
berbuat banyak (doing much), mencapai keunggulan (beeing exellence),
serta berusaha memegang teguh nilai-nilai moral. Dari kedua uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menuntut adanya sumber daya manusia yang mampu berkompetisi, bukan saja dengan
sesama warga dalam suatu daerah, wilayah ataupun negera, melainkan juga dengan
warga negara dan bangsa lainnya.[24]
b). Penguasaan Bahasa Asing
Dengan meningkatnya lembaga hubungan bisnis
Internasional dan bertambahnya banyaknya investasi asing masuk ke
Indonesia,kecenderungan penguasaan bahasa Internasional tambah
meningkat,berbagai informasi kerja menuntut penguasaan berbahasa Inggris sebagai
salah satu syaratnya. Buku-buku dan sumber informasi lain yang masuk ke
Indonesia banyak memakai bahasa Inggris. Begitu juga dengan teknologi komputer
yang kini menjadi satu-satunya kebutuhan penting, juga terprogram
dalam bahasa Inggris. Bahkan komunikasi sehari-hari dikalangan
kelas mengengah atas di dalam Negeri pun, istilah- istilahyang digunakan sering
berasal dari kosa kata bahasa Inggris.
Pengembangan Bahasa Arab bertujuan untuk
membangun kemampuan siswa dalam berbahasa Arab yang selanjutnya dijadikan
sebagai alat melakukan kajian keislaman. Melalui pembelajaran bahasa secara
intensif, kreatif, menggembirakan dan membisakan ini, diharapkan siswa mampu
berkomunikasi dengan bahasa Arab dan mampu melakukan kajian terhadap literatur
yang berbahasa Arab secara mandiri, sehingga harapan agar siswa mampu
mengembangkan keilmuan lebih lanjut dapat terwujud.
Dengan demikian penguasaan bahasa Asing menambah
wawasan yang luas dan tak terbatas terhadap peluang peluang yang
ada di lingkup global. Penyesuaian bahasa asing secara aktif,
terutama bahasa Inggris perlu dilaksanakan dengan cara mengaplikasikan
penggunaan bahasa Inggris kedalam bentuk kajian buku-buku
berbahasa Inggris. Sehingga tidak dipungkiri kenyataan bahwa penguasaan bahasa
Internasional (Inggris) merupakan salahsatu syarat mutlak untuk mampu bersaing
di dunia Internasional.
c). Faktor Keluarga
Keluarga adalah merupakan tempat tinggal anak didik, dalam keluarga
tersebut peserta didik mengalami pertumbuhan dan perkembangannya.
Ada beberapa hal, yang mempengaruhi peningkatan
mutu siswa dalam lingkungan keluarga yaitu; tingkat pendidikan
orang tua, cara orang tua mendidik/membina, hubungan anggota
keluarga, suasana atau situasi keluarga, keadaan ekonomi keluarga.
Semuanya itu, dapat memberi dampak baik ataupun baruk terhadap
kegiatan belajar dan peningkatan hasil yang dicapai olehpeserta didik.
d).
Faktor Sekolah (faktor Instrumental)
Menurut Umaedi ada bebeberapa faktor yang
mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan siswa di sekolah seperti: Bahan ajar (kurikulum),
kemampuan guru, dukungan administrasi, sarana prasarana dan lingkungan sekolah
yang mendukung. Menurut Zamroni beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan mutu siswa adalah: pemimpin/pengelola yang profesional, sumber daya
yang berkualitas, tata usaha yangbermutu, sarana prasarana yang memadai, dan
lingkungan yang mendukung serta faktor- faktor lainnya.[25]
e).
Lingkungan Sosial/Masyarakat
Peserta didik merupakan makluk sosial yang cenderung hidupbersama
satu sama lainnya. Hidup yang seperti ini, akan melahirkan sebuah
interaksi sosial yang saling memberi dan menerima dan merupakan
kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Perkembangan lingkungan sosial peserta didik akan
mempengaruhinya terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Slameto
keberadaan siswa dalam masyarakat dapat dipengaruhi beberapa hal sebagai
seperti: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul dan bentuk
kehidupan masyarakat.
2.
Faktor Internal
a).
Kesehatan jasmani
Kesehatan jasmani peserta didik dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yanglemah apalagi
pusing-pusing kepala. Hal tersebut dapat menurunkan kualitas
rana cipta (kognitif), sehigga materi yang dipelajarinya pun akan dapat
meningkatkan rana cipta siswa, sehingga mudah menerimamateri yang
dipelajarinya.
b).
Apsek psikologis
Merupakan kecerdasan, bakat, kecakapan nyata
atau prestasiyang telah dimiliki peserta didik baik itu bersifat bawaan maupun
yangdiperoleh dari hasil pengaruh lingkungan dan kepribadian tertentu seperti:
sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. Sekurang-kurangnya
ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yaitu: intelegensi,
perhatian,minat, bakat, motif, kematengan dan kelelahan. Dari semuanya itu akan berpengaruh terhadap peningkatan baikdan
buruknya mutu siswa atau keberhasilan yang dicapai siswa
Balai Pustaka,
1988), hal. 713.
[3]
Zaid Husein Al Hamid, Kamus Al-Muyassar Arab-Indonesia, (Pekalongan: 1982), hal.
494.
[4]
Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 2003), hal. 5.
[5] Sutarno
NS, Perpustakaan dan Masyarakat,
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 7.
[8]
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 407.
[9] Ibid., hal. 408.
[11]
Usman, Manajemen...., hal. 410.
[13]
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991), hal. 22.
[14]Ibid., hal. 23.
[23]
Abdul Hadis, dan Nurhayati,Manajemen Mutu Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,2010), hal. 30-32.
0 Comments
Post a Comment