2.1 Pengertian
Prilaku
Menurut Sondang Siagian
(2003:30) prilaku adalah cara seseorang berintegrasi dengan orang lain, dalam
kehidupan organisasional. Menurut Walter Michel, Jemes F. Calhoun (1995:25)
bahwa prilaku adalah hasil saling berhubungan antara karakteristik pribadi
dengan lingkungan.
Selanjutnya Brim, James F. Calhoun
(1995:41) mengatakan prilaku seseorang lebih merupakan hasil peran yang kita
mainkan pada saat tertentu dan bukan bagian dalam “diri” yang terkait. Kita
menyesuaikan perilaku tidak hanya peran, tetapi juga pada masing-masing
individu, dengan mengatur kata-kata dan tindakan kita untuk membuat kesan
tertentu bagi siapa saja yang kita ajak bicara.
Sedangkan Joan Ross Acocella
(1995:19) dalam teori psikodinamika menjelaskan tingkah laku manusia sebagai
hasil tenaga yang beroprasi di dalam pikiran, kerap kali tanpa disadari
individu, jika pada mulanya pandangan seseorang tentang perilaku orang lain
didasarkan pada intuisi dan bukan fakta, berkat studi keprilakuan kini
dimungkinkan memahami prilaku seseorang sedemikian rupa sehingga prilaku
tertentu dapat dijelaskan dan dapat diduga sebelumnya.
Prilaku seseorang
sesungguhnya tidak timbul secara acak artinya seseorang berperilaku tertentu
sebagai akibat adanya keyakinan dalam diri orang yang bersangkutan. Dengan
mengetahui apa yang dipandang penting atau tidak penting oleh seseorang,
prilaku orang ini akan lebih mudah diduga atau diperkirakan.
Menurut Walter
Mischel (James F. Calhoun, 1995: 25) mengatakan prilaku merupakan hasil saling
berhubungan antara karakteristik pribadi dengan lingkungan.
Prilaku yang
penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah bentuk tindak kepemimpinan kepala
sekolah dalam meningkatkan motivasi, mensikapi para guru dalam menjalankan
tugasnya.
Nagalim Purwanto
(2005;48) menyebutkan tiga perilaku kepemimpinan, yaitu:
- Otoriter, kepemimpinan kepala sekolah yang otoriter adalah pemimpin yang sangat egois, dengan egoisnya seorang pemimpin yang otoriter melihat peranannya sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasi. Sedangkan perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang otoriter yang penulis maksud adalah kepemimpinan kepala sekolah yang bersifat: memerintah, egois, bertindak sebagai diktator dan menghukum.
- Demokratis, kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kepemimpinan kepala sekolah yang dimaksud yaitu: partisipasi, memotivasi, tegas, membimbing dan menerima saran/pendapat serta kritikan dari bawahan.
- Laissez faire, perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang laissez faire cendrung mengarah kepada tindak tanduk yang memperlakukan bawahan sebagai rekan kerja. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang penulis maksud yaitu: permisif, pasif, memberi kebebasan tanpa pengawasan dan tanpa rencana.
Sigmound Freud
(1999 : 90) mengatakan bahwa perilaku manusia itu banyak dilalui dengan kondisi
ketidaksadarannya dari pada kesadarannya. Adler pengikut Frued mengatakan bahwa
manusia berperilaku sangat ditentukan oleh dorongan / hasrat / motivasi untuk
mencapai keunggulan.