BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Taman Kanak-Kanak
- Pengertian Taman Kanak-Kanak
Pendidikan
anak usia dini tersebut dalam penyelenggaraan pendidikannya lebih menitikberatkan
pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembngan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasah
emosional), sosio emosional, spiritual, bahasa dan komunikasi yang sesuai
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan anak.[2]
Bahwasanya
anak itu adalah anak, dan harus diperlakukan sebagai anak, pendapat seperti ini
dapat dikatakan belum lama diperhatikan orang. Bahkan sampai sekarang juga
masih banyak terdapat kesalahan umum dilakukan orang tua dalam mendidik
anak-anaknya. Anak-anak dianggap sama saja dengan orang dewasa, hanya badan dan
kekuatannya saja yang masih kecil dan lemah. Cara mendidik dan mengajar
anak-anak, baik dirumah maupun disekolah masih banyak yang mengecewakan.
Anak-anak dituntut sejak kecilnya harus berlaku seperti kelakuan-kelakuan
seperti orang dewasa, dimarahi ketika melakukan kesalahan, diberi nasehat dan
disuruh mengerjakan pekerjaan seperti yang biasa dilakukan oleh orang dewasa.
Tidak disadari bahwa anak itu sebenarnya ialah anak dan bukan orang dewasa
dalam bentuk kecil. Kemauan, perasaan dan keinginan anak berbeda dengan orang
dewasa. Memang benar bahwa anak itu harus dilatih dan dibiasakan melakukan
segala sesuatu yang nantinya dapat dipergunakan sebagai bekal hidupnya sebagai
orang dewasa, tetapi pandangan bahwa pengajaran dan pendidikan yang diberikan
kepada anak harus disesuaikan dengan perkembangan jasmani dan rohani itu,
kurang diperhatikan.
Berkat
kemajuan dan penyelidikan yang terus menerus terhadap psikologi, terutama psikologi
anak, keadaan dan pendapat-pendapat yang salah itu berangsur-angsur berubah. Para orang tua mulai sadar bahwa cara memelihara, cara
mendidik, memberikan kasih sayang dan cinta kepada anak-anak yang dilakukan
orang dahulu sebelumnya itu keliru. Kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan
orang dewasa. Orang dewasa dapat mengerti dan dapat melayani
kebutuhan-kebutuhan anak jika mau menyelami apa yang hidup dalam jiwanya dan
mengetahui bagaimana perkembangannya.
Pengalaman
telah mengajarkan kepada manusia sekarang ini bahwa pendidikan pada umumnya
masih jauh dari sempurna, baru sedikit sekali orang tua/ guru yang membentuk
murid/anak untuk kehidupan. Pendidikan yang diberikan kepada anak-anak haruslah
bersifat damai, menggembirakan dan menyenangkan, ini sesuai dengan kebutuhan
perkembangan kejiwaan anak-anak.
Dalam proses pendidikan
dan pengajaran, bukan pendidik yang memasukkan pengetahuan kedalam diri anak,
melainkan pendidik harus berusaha untuk mampu mengeluarkan kemampuan yang
terpendam dalam diri anak. Dengan kata lain anak harus berbuat secara aktif dan
bukan pasif menerima saja.
Pada masa
sekarang ini taman kanak-kanak sudah banyak yang formal/ resmi yang didirikan
oleh pemerintah, yayasan-yayasan bahkan yang didirikan oleh pribadi. Namun pada
dasarnya tujuan pendiriannya adalah sama, yaitu untuk mengembangkan kreatifitas
anak. Anak-anak tidak disiapkan untuk menerima pelajaran-pelajaran atau
ketrampilan-ketrampilan seperti halnya disekolah yang lebih tinggi. Taman kanak-kanak merupakan tempat belajar sambil bermain
bersama bagi kanak-kanak dibawah asuhan atau pengawasan seorang guru. Dapat
dilihat bahwa taman kanak-kanak dewasa ini dilengkapi dengan berbagai macam
alat permainan, ini disediakan khusus bagi anak untuk mengembangkan
kreatifitasnya yang masih terpendam.
Anak-anak yang
masih kecil dapat memperoleh pengalaman-pengalaman dari berbagai alat permainan
yang memang disediakan bagi mereka, dan dari pergaulannya dengan anak-anak lain
yang memang menyenangkan dan menggembirakan mereka tentunya sangat dibutuhkan
untuk perkembangan jasmani dan rohaninya.
Jadi harus
diingat bahwa dengan adanya taman kanak-kanak akan membantu para orang tua
dalam mengasuh anak-anak mereka. Dimana para kanak-kanak ini dapat bergaul,
belajar dan melatih diri ditempat yang lebih cocok dengan mereka, bermain
dengan sesama kanak-kanak dibawah pengasuhan seorang pembimbing akan turut
membantu perkembangan kejiwaan mereka untuk persiapan menuju pada umur yang
lebih dewasa kelak.
- Manfaat Taman Kanak-Kanak
Tiap-tiap
usaha yang dilakukan pribadi, masyarakat mapupun negara tentu mempunyai tujuan
yang baik dan menguntungkan. Demikian pula halnya dengan taman kanak-kanak. Sangat
banyak keuntungan yang diperoleh baik bagi para orang tua maupun bagi anak-anak
itu sendiri.
Manfaat dari
taman kanak-kanak secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Memberikan pendidikan yang lengkap
kepada anak-anak sesuai dengan perkembangannya yang wajar karena pendidikan
dirumah tidak mencukupi sama sekali.
b. Memberi
pertolongan dan bimbingan kepada para ibu dalam mendidik anak-anaknya.
Kebanyakan ibu pada umumnya sekarang kurang mempunyai waktu yang cukup untuk
bergaul dan bermain dengan anak-anaknya, disebabkan banyaknya pekerjaan dirumah
maupun diluar rumah tangganya.
c.
Mendidik dan menyiapkan para calon
ibu dalam teori dan praktek untuk menjadi pemimpin dan untuk tugasnya sebagai
ibu di kemudian hari. Dengan adanya taman kanak-kanak mau tidak mau harus ada
sekolah yang khusus untuk mendirikan para calon guru yang nantinya akan
ditempatkan ditaman kanak-kanak.
Secara garis
besar keuntungan yang didapat dengan adanya taman kanak-kanak adalah:
- Keuntungan Sosiologis
Keuntungan
sosiologis adalah keuntungan yang ditinjau dari kepentingan masyarakat.
Pada umumnya
kita mengetahui bahwa anak-anak yang dimasukkan ke taman kanak-kanak adalah
anak-anak dibawah umur 6 tahun. Anak seumur ini biasanya sedang mengalami
perkembangan yang sangat menyulitkan orang tua. Masa egosentrisnya atau masa ketika anak memandang bahwa segala sesuatu
yang ada disekitarnya adalah kepunyaannya, miliknya dan harus tunduk dan
menurut kepadanya belumlah lenyap. Perasaan sosialnya boleh dikatakan belum
berkembang. Anak sering bertengkar dan berkelahi dengan teman-temannya,
membantah dan menolak apa yang disuruh orang lain kepadanya. Anak pada masa ini
menyulitkan orang tua dengan segala tingkah polahnya, apalagi bagi keluarga
yang baru mempunyai anak, yang umumnya belum mengetahui benar bagaimana
cara-cara melayani dan mendidik anak-anak yang sedang dalam masa perkembangan
ini. Juga bagi keluarga yang sekarang ini umumnya para orang tua terpaksa harus
bekerja keras siang dan malam untuk mencari nafkahnya dengan sendirinya
berkuranglah waktu yang tersedia baginya untuk bergaul dan bercengkrama dengan
anak-anaknya.
Dengan segala
kesulitan seperti yang diutarakan diatas, adanya taman kanak-kanak membantu
meringankan beban orang tua, terutama dalam cara-cara mendidik anak-anak dan
mengeluarkan kemampuan terpendam yang ada dalam diri anak tersebut. Guru-guru
taman kanak-kanak adalah orang-orang yang telah menerima pengetahuan dan
pengalaman baik teori maupun praktek tentang cara-cara mengasuh atau mendidik
anak-anak dengan sebaik-baiknya.
Disamping itu
pula, orang tua dapat memperoleh pengetahuan dan dapat meniru atau menuruti
petunjuk-petunjuk bagaimana cara-cara yang dilakukan atau dianjurkan oleh
guru-guru taman kanak-kanak dalam mendidik anaknya.juga bagi ibu rumah tangga,
taman kanak-kanak merupakan sebuah pertolongan yang amat besar.
Dengan adanya
taman kanak-kanak, masyarakat pada umumnya dan keluarga atau rumah tangga pada
khususnya mendapat bantuan yang tak ternilai harganya terutama dalam cara
mendidik anak-anak. Juga bagi guru tingkat diatasnya (SD/MI) karenanya akan
mejadi ringan tugasnya karena anak-anak tersebut telah mempunyai kemampuan
dasar yang diperoleh pada masa taman kanak-kanak.
- Keuntungan Psikologis
Jika ditinjau
dari sudut perkembangan anak itu sendiri, anak-anak pada masa usia pra sekolah
ini sedang mengalami masa egosentris. Sifat dan tingkah laku anak sering
menyusahkan anggota-anggota keluarganya terutama orang tuanya. Perasaan
sosialnya masih belum berkembang. Apalagi anak-anak yang manja, mungkin anak
yang demikian mempunyai sifat pemalu dan penakut, tidak berani bergaul dengan
anak-anak lain, selalu berada disamping ibunya dan kurang mendapat kesempatan
bermain sehingga mungkin mengakibatkan pertumbuhan jasmani dan rohaninya
menjadi terhambat. Juga bagi anak yang mengalami perkembangan yang kurang baik
akibat kurang pemeliharaan dan kurang perhatian dari orang tuanya yang selalu
sibuk dengan perjuangan hidup yang berat ini.
Lain halnya
dengan anak-anak yang dimasukkan ke taman kanak-kanak. Anak-anak yang
bersekolah di taman kanak-kanak mulai belajar bergaul dengan anak-anak lain,
bermain bersama-sama, pergi dan pulang sekolah bersama-sama, dan lain-lain.
Sehingga perasaan sosial anak itu telah mulai dilatih. Demikian pula di taman
kanak-kanak anak-anak mulai belajar bernyanyi bersama, bergerak badan bersama,
belajar bercakap-cakap, mendengarkan dongeng atau cerita-cerita dari ibu gurunya.
Dengan begitu, anak-anak mulai belajar mematuhi peraturan-peraturan, mulai
belajar bekerja dan bertanggung jawab, menjadi tidak pemalu dan penakut.
Anak-anak mulai belajar berlaku sopan santun, berbicara baik, tolong menolong
dengan teman-temannya, semua itu perlu dan berguna bagi perkembangan anak itu
sendiri.
B.
Pendidikan
Anak
- Urgensi Pendidikan Bagi Anak-Anak
Pendidikan
merupakan salah satu tonggak penting dan mendasar bagi kebahagiaan hidup
manusia. Nasib baik atau buruk secara lahir maupun batin seseorang, sebuah
keluarga, sebuah bangsa, bahkan seluruh umat manusia, bergantung secara
langsung pada bentuk pendidikan mereka sejak masa kanak-kanak.
Tentang dampak
pendidikan, para pemikir berpendapat bahwa pendidikan dalam batas tertentu
mampu menghilangkan sifat-sifat turunan dan genetic dalam diri manusia
sekalugis menggantikannya dengan sifat dan kondisi yang baru.[3]
Dalam Islam,
pendidikan merupakan bagian yang luar biasa pentingnya. Bahkan dapat dikatakan
bahwa tujuan mendasar dari diturunkannya kitab-kitab suci dan agama-agama
samawi serta pengutusan para Nabi adalah pendidikan yang benar bagi umat
manusia.
Dalam berbagai
seginya, masalah pendidikan bagi anak merupakan hal terpenting. Nilai penting
pembinaan dan pendidikan yang berhubungan dengan kebahagiaan hidup atau
kesengsaraan akhir manusia adalah sangat jelas. Kita harus menyadari bahwa
pendidikan yang benar dan berhasil, sampai pada taraf maksimal berada dipundak
para orang tua sejak anak-anak mereka masih kanak-kanak, bahkan sejak mereka
belum lahir. Pentingnya pendidikan bagi anak dapat ditinjau dari beberapa sisi:
a.
Individual
Makna
pendidikan bagi anak secara individu adalah membentuk kepribadian sebagai
seorang manusia. Dengan sendirinya ini merupakan perkara yang sangat penting.
Apabila kita ingin mencitakan sebuah masyarakat yang sejahtera dan manusiawi,
maka pertama-tama kita harus memulainya dengan melakukan pembinaan diri
pribadi. Dan landasan pembentukan pribadi seseorang dibangun sejak masa
kanak-kanaknya dibawah bimbingan para orang tua.
Manusia ideal
adalah manusia yang tumbuh sejak masa kanak-kanaknya diatas ketentuan-ketentuan
moral. Atau, setelah memperoleh muatan-muatan nilai yang melekat sejak masa
kanak-kanak, ia terus berkembang diatas ketentuan-ketentuan akhlak insani dan
Ilahi. Sehingga sifat-sifat mulia dan keutamaan-keutamaan jiwa manusiawinya
mengakar cepat dalam diri, batin dan jiwanya.
Dengan
demikian tidak sepantasnya apabila seorang ayah atau ibu hanya menyandarkan
pendidikan yang benar bagi anak-anak mereka pada yang akan datang tanpa
menanamkannya sejak kecil. Terkadang mereka beranggapan bahwa anak cukup
memperoleh sifat dan kebiasaan akhlak dari lingkungan-lingkungan seperti
sekolah, pengajian atau lembaga pendidikan lainnya.
Harus kita
sadari bahwa landasan pertama pendidikan bagi anak dibangun dari dalam rumah
sendiri, dibawah asuhan orang tuanya. Bagi seorang anak, rumah merupakan
sekolah perdana dengan orang tua sebagai guru pertamanya. Begitu pentingnya
sekolah dan guru pertama itu, hingga mereka harus memberikan yang terbaik bagi
anak-anak mereka.
Dalam
pandangan Islam, pendidikan akhlak bagi anak-anak, mulai dari masalah memenuhi
kebutuhan jasmani dan makanan bagi mereka sangatlah penting. Pendidikan anak
disamping sebuah tugas dan tanggung jawab manusiawi, juga merupakan tugas
syar’i yang harus dipenuhi.
Jelaslah,
betapa pentingnya pendidikan bagi anak dari sisi individu, dengan dampak
positif maupun negatifnya bagi seorang pribadi.
b. Sosial
Dewasa ini,
seorang anak balita merupakan bagian efektif dari tubuh sosial seseorang. Sama
halnya apabila salah satu anggota tubuh menderita sakit, ia akan mempengaruhi
bahkan merusak seluruh anggota tubuh yang lainnya. Begitu juga seseorang yang
buruk moral, dapat merusak anggota-anggota tubuh masyarakat lainnya. Bahkan
dapat menghancurkan seluruh sendi-sendi kehidupan masyrakat manusia.
Apabila
seorang tua mampu atau berhasil mendidik anak dengan akhlak terpuji dalam
lingkungan yang sehat, maka ia akan menjadi anggota masyrakat yang shalih
dimasa yang akan datang. Pada gilirannya, anak akan mampu memberi petunjuk ke
jalan yang benar dan kehidupan yang bahagia. Namun sebaliknya apabila orang tua
tidak pernah mendidik anak dengan nilai-nilai yang benar, malah memberinya
pandangan dan perilaku hidup yang merusak, maka dimasa yang akan datang anak
akan membawa kerusakan dan kehancuran bagi masyarakatnya tanpa terlepas dari
peran orang tua yang membentuknya ketika masih kecil.
Dalam
Al-Qur’an Allah SWT berfirman:
ﻮﻤﻥﺃﺣﻳﺎﻫﺎﻓﻛﺄﻨﻤﺎﺃﺣﻳﺎﺁﻟﻨﺎﺲﺣﻤﻳﻌﺎ
Artinya: “dan barang siapa menghidupkan satu orang, maka sama halnya
menghidupkan seluruh manusia”.(QS. Al-Maidah: 32)
Bila dilihat
sumber dari kebejatan moral dimasyarakat Barat, dimana bangsa yang mengalami
kemajuan ilmu, kemajuan industri dan kepesatan teknologi tetapi membuat
perilaku dan spiritual mereka terjerambab kejurang yang hina. Maka didapat
jawaban bahwa dimasyarakat Barat, semua lingkungan pendidikan, mulai dari
keluarga, sekolah, kantor, perusahaan dan lain-lain tenggelam dalam kebobrokan
dan kenistaan. Anak yang baru lahir pun akan selalu dihadapkan pada nilai-nila
buruk dan tercela. Pada kata-kata, dongeng dan program-program yang merusak,
sehingga lambat laun mereka menjadi terbiasa dengan semua itu. Tak diragukan
lagi, anak-anak seperti itu akan menjadi penyebab kerusakan moral dan kebiadaban
di tengah-tengah masyarakatnya. Selanjutnya ia akan memainkan peran dalam
menciptakan lingkungan masyarakat yang bejat dan biadab.
Karena itu,
terciptanya masyarakat sehat di masa yang akan datang berada ditangan para
orang tua saat ini. Sebabnya anak-anak merekalah yang akan membangun
masyarakat. Pendidikan yang benar bagi setiap orang merupakan sebuah langkah
dalam meraih keselamatan dan kebahagiaan masyarakat di masa yang akan datang.
c.
Anak-anak sebagai calon generasi penerus
masa depan
Anak-anak hari
ini adalah generasi penerus yang akan menjadi ayah dan ibu di masa datang.
Apabila dibawah asuhan orang tua seorang anak menjadi seorang insan yang shalih
dan baik, maka ia akan menjadi seorang pembimbing dan guru yang baik dan shalih
pula untuk generasi mendatang. Pendidikan yang dilakukan orang tua secara benar
pada hari ini sesungguhnya merupakan pendidikan yang sangat penting untuk masa
depan anak-anak. Itu berarti, bagian ini merupakan sisi penting sehingga
pendidikan anak harus benar-benar memperoleh perhatian yang serius.
Selain itu,
kemaslahatan lingkungan keluarga di masa akan datang amat bergantung pada
pendidikan yang benar bagi anak-anak di masa sekarang. Dimasa datang, anak-anak
akan menjadi orang dewasa yang melangsungkan pernikahan dan membentuk sebuah
keluarga yang baru. Anak-anak ini adalah orang yang akan memegang kendali
sebuah keluarga. Jika memiliki latar belakang yang baik, maka ia akan mampu
menopang berdirinya sebuah keluarga yang tentram dan shalih, jauh dari
pertentangan dan tindakan amoral lainnya. Sehingga pendidikan yang diterimanya
sekarang akan ikut berpengaruh juga pada masa yang akan datang ketika ia
membentuk sebuah keluarga yang baru.
Anak-anak yang
saleh hari ini, jika nantinya mengemban tugas sebagai seorang suami, niscaya ia
tidak akan mudah terkecoh oleh tipuan, kesombongan, pertikaian, pandangan yang
dangkal dan kebencian. Ia tak akan menciptakan penjara dan neraka dalam rumah
tangganya.
Apabila
anak-anak kelak menjadi sumber kebahagiaan bagi suaminya dan menjadi seorang
ibu yang bertanggung jawab, maka itu merupakan hasil pendidikan yang benar di
masa kanak-kanaknya. Ia akan menjadi seorang isteri yang baik bagi suaminya dan
ibu yang saleh bagi anak-anaknya. Semuanya itu memiliki pengaruh dalam
menciptakan kehidupan rumah tangga yang sehat dan damai.
- Tujuan Pendidikan Bagi Anak
Tujuan
dari melaksanakan pendidikan anak untuk memberikan pengetahuan tentang
pelajaran agama Islam yang diajarkan untuk memahami, menghayati, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan agama termasuk salah
pengetahuan terpenting dalam mengembangkan wawasan keagamaan anak, karena
dengan adanya pendidikan agama, anak dapat mengetahui hal-hal yang berkaitan
langsung dengan pengabdian manusia kepada Khaliknya.
Oleh karena
itu, secara garis besar, pendidikan anak mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk
mengenal hubungan manusia dengan Allah SWT (Hablumminallah).
Hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliknya mencakup
dari segi aqidah yang meliputi: iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada
rasul-rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha qadar-Nya.[4]
b. Untuk mengenal hubungan manusia dengan manusia
(Hablumminannas).
Pengetahuan yang diajarkan meliputi: akhlak dalam pergaulan
hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap diri
sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.[5]
c. Untuk
mengenal hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Pengetahuan tentang hubungan manusia dengan alam sekitarnya
meliputi akhlak manusia terhadap alam lingkungannya, baik lingkungan dalam arti
luas, maupun makhluk hidup selain
manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.[6]
Proses pentransferan
ilmu pengetahuan mempunyai fungsi dan peranannya yang amat luas, baik di dalam
tujuan pokok maupun dalam tujuan sementara. Karena hal tersebut menyangkut
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT yang sejak awal menjadi ciri dan unsur
pokok umat manusia.
Iman dapat
diartikan dengan “keyakinan yang mantap akan adanya keesaan-Nya,
sifat-sifat-Nya, syari’at serta keputusan-Nya, Maha Pencipta segalanya Dialah
satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya, tiada Tuhan selain
Dia”.[7]
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa:
عن أبى عمرو وقيل
أبى عمرة سفيان بن عبدالله رضي الله عنه قال: قلت يارسول الله قل لى فى الإلام قولا أسأل عنه أحدا غيرك، قال:
قل أمنت بالله، ثم استقم[8]
(رواه مسلم)
Artinya: Abu Amar atau Abu Amrah Aufan bin Abdullah Rasulullah saw
berkata: wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku satu perkataan dalam Islam yang
tidak akan pernah aku tanyakan kepada selain engkau”. beliau bersabda,
“katakanlah aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqamah”. (H. R. Muslim)
Namun demikian konsep iman yang dibicarakan dalam bacaan
pada umumnya mengacu pada masalah berbakti kepada Allah dan Rasul-Nya. Menurut
Mahmud Syaltut, yang dimaksud dengan keimanan “mengamalkan apa-apa yang telah
diamalkan oleh Nabi saw dan para sahabatnya; disebut “taqwa” karena mereka
teguh mengikuti sunnah Nabi saw; disebut muslimin, karena mereke berpegang di
atas al-haq (kebenaran), tidak berselisih dalam agama, mereka terkumpul pada
para imam al-haq, dan mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan para ulama”.[9]
Karena itu
mengikuti sunnah Rasulullah Saw, maka mereka disebut dengan ahlul hadits, ahlul
autsar, ahlul ‘ittiba’, thaifah al-mansurah (kelompok yang dimenangkan), dan
firqah an-najah (golongan yang selamat).[10]
Oleh karena itu, mempelajari aqidah akhlak merupakan suatu kewajiban bagi kaum
muslimin yang hendak beriman kepada secara teguh kepada Allah SWT.
Demikian juga
dengan akhlak sebagian dari pelajaran pokok yang diajarkan dalam aqidah akhlak
menyangkut masalah-masalah akhlak dan moralitas dengan mengangkat cerita-cerita
kesabaran dan ketabahan Nabi Saw dalam menghadapi segala macam cobaan, maka
dapatlah diketahui pembinaan akhlak dan moralitas merupakan hal yang sangat
diutamakan disetiap masyarakat sejak dahulu sampai sekarang, terutama dalam
upaya pembinaan manusia seutuhnya dan pembentukan sumber daya manusia yang
berkualitas.
- Metode Pembelajaran Terhadap Pendidikan Anak
Penerapan
suatu metode dalam setiap situasi pengajaran haruslah mempertimbangkan dan
memperhatikan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat mempertinggi mutu dan
efektifitas suatu metode tertentu. Kalau tidak, maka bukan saja akan berakibat
proses pengajaran terhambat, akan tetapi akan berakibat lebih jauh, yaitu tidak
tercapai tujuan pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkannya. Namun demikian
dalam proses memberikan pendidikan terhadap anak-anak tidak ditetapkan metode
khusus, tetapi metode-metode yang berlaku umum diterapkan dalam pengajaran
anak. Adapun metode tersebut adalah:
1. Metode
Hiwar
Hiwar (dialog)
ialah “percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih melalui tanya
jawab mengenai suatu topik yang mengarah kepada satu tujuan, sehingga kedua
pihak dapat bertukar pendapat tentang suatu perkara tertentu“.[11]
Berdasarkan
keterangan di atas, maka dapat dipahami metode hiwar merupakan pengajaran agama
Islam yang memfokuskan diri dalam bentuk pertukaran pandangan antara si siswa
dengan orang tuanya atau sebaliknya.
2. Metode
Kisah
Dalam
pendidikan Islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti
dengan bentuk lain selain bahasa. Hal ini disebabkan kisah “Qur’ani dan Nabawi
memiliki beberapa keistimewaan yang membuat dampak psikologis dan edukatif yang
sempurna, rapih, dan jauh jangkauannya seiring dengan perjalanan zaman”.[12]
Contohnya adalah orang tua memberikan contoh-contoh kepada anaknya berdasarkan
kisah-kisah masa lalu seperti kisah ashabul kahfi.
3. Metode
Amtsal
Di dalam
Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat dalam bentuk amtsal (perumpamaan) dalam
rangka mendidik umatnya.[13]
Demikian juga dalam proses pelaksanaan pendidikan sangat banyak
perumpamaan-perumpamaan yang harus diberikan oleh seorang orang tua. Contohnya orang tua memberikan
perumpamaan berdasarkan Al-Qur'an seperti perumpamaan yang dialami oleh
Nabi Yusuf As.
4. Metode
‘Ibrah dan Mau’izah
‘Ibrah adalah
suatu metode yang digunakan untuk melakukan pertimbangan dari kejadian-kejadian
yang ada dalam Al-Qur’an. Sedangkan mau’izah adalah “metode yang penekanannya
kepada memperkuat ingatan terhadap kejadian-kejadian yang telah lalu, khususnya
mengenai kisah-kisah yang ada dalam Al-Qur’an”.[14]
- Prinsip-Prinsip Pendidikan Terhadap Anak
Secara umum
prinsip pendidikan mempunyai pengertian suatu haluan untuk bertindak dalam
usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan pendidikan
anak, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola kegiatan ayah-anak dalam
perwujudan pendidikan agama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.[15]
Belajar
mengajar merupakan suatu proses untuk membimbing anak untuk menjadi orang yang
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Oleh karena itu, manusia membutuhkan
pendidikan secara optimal agar mampu mencapai kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Akan tetapi, kegiatan pengajaran tersebut mempunyai prinsip tersendiri
dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Namun demikian, prinsip-prinsip
pendidikan semua pendidikan sama saja, termasuk terhadap prinsip pendidikan
anak.
Hal tersebut
dikarenakan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja
diciptakan. Orang tua yang menciptakan guna membelajarkan anak didik. Orang tua
yang mengajar dan anak didik yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi
ini lahirlah interaksi edukatif dengan memanfaatkan keluarga sebagai mediumnya.
Di sana semua
bentuk pendidikan diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengetahuan
yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan.
Sebagai orang
tua tentunya sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai
kondisi belajar mengajar yang dapat mengantarkan anak-anak kepada kebaikan. Di
sini tentu saja tugas orang tua berusaha menciptakan suasana yang menggairahkan
dan menyenangkan bagi anaknya.
Oleh karena
itu, memberikan pengetahuan agama bagi seorang anak menghendaki hadirnya
sejumlah prinsip pendidikan. Sebab belajar tidak selamanya memerlukan seorang
guru. Cukup banyak aktifitas yang dilakukan seseorang anak di luar dari keterlibatan
guru. Belajar di rumah cenderung menyendiri dan tidak terlalu banyak
mengharapkan bantuan dari orang lain, apalagi aktifitas itu berkenaan dengan
kegiatan membaca sebuah buku.
Sebenarnya
semua halnya yang menyangkut dengan memberikan pendidikan kepada anak pada
hakikatnya merupakan suatu proses, yaitu mengatur, mengorganisasi lingkungan
yang ada di sekitar anak-anak, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong
anak-anak melakukan belajar. Oleh karena itu, Nana Sudjana menerangkan bahwa
“pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan/bantuan
kepada anak didik dalam melakukan proses belajar”.[16]
Oleh karena
itu, sebagai upaya pengaturan kegiatan belajar mengajar anak, maka Adi Suardi
sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein menerangkan
ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:
1. Pembelajaran memiliki
tujuan, yaitu untuk membentuk anak dalam suatu perkembangan tertentu.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang
direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Kegiatan pendidikan
ditandai dengan penggarapan metode yang khusus.
4. Ditandai dengan
aktifitas anak sebagai konsekwensi, bahwa anak merupakan syarat mutlak bagi
berlangsungnya kegiatan belajar.
5. Dalam kegiatan belajar
orang tua harus berperan sebagai pembimbing.
6. Dalam kegiatan belajar
membutuhkan kedisiplinan.[17]
Melihat
realitas tersebut di atas, maka di sini penulis merumuskan prinsip-prinsip
pendidikan anak sebagai berikut:
1. Memelihara dan
membesarkan anak. Inilah prinsip paling sederhana
dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup
manusia.
2. Melindungi dan
menjamin kesamaan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup
dan agama yang dianutnya.
3. Memberikan pengajaran
dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang untuk memiliki
pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yg dapat dicapainya.
4. Membahagiakan anak
baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.[18]
Dari
keterangan di atas, maka dapat digambarkan bahwa dalam menerapkan pendidikan
anak juga harus menggunakan prinsip yang sama dengan pendidikan lainnya, karena
pada dasarnya para ahli pendidikan belum merumuskan prinsip yang khusus untuk
masing-masing model pendidikan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
pendidikan, maka digunakan prinsip pendidikan yang berlaku secara umum guna
tercapainya tujuan pendidikan tersebut.
[1]M. Ngalim Purwanto, Ilmu
Pendidikan Teoretis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hal
131.
[3]Abdul Hamid Al-Bilali, Madrasah
Pendidikan Jiwa, (Jakarta :
Gema Insani Press, 2003), hal. 14.
[4]Ahmad Amin, Etika dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna,
1992), hal. 2.
[7]Muhammad Abduh, Risalatut Tauhid, (Beirut:
Wasyirkah al-Halabi al-Babi, 1953), hal. 122.
[8]Imam Muslim, Shahih Muslim,Juz
II, (Beirut Libanon: Dar Al-Fikr, t.t.), hal. 85.
[9]Mahmud Syaltut, Aqidah wa Syari’ah, (Mesir:
Dar al-Kutub, t.t.), hal. 65.
[11]Ramayulis, Metodelogi Pengajaran Agama Islam, cet. II,
(Jakarta: Kalam Mulia, 1994), hal. 113.
[15]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar,
hal. 5.
[16]Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Cet. II,
(Bandung: Sinar Baru, 1991), hal. 29.
[17]Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zein, Strategi Belajar Mengajar,
hal. 46-49.
[18]Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (t.p.:t.t.p.,) hal.
38.
0 Comments
Post a Comment