Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa


A.    Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
                                         

Menurut David Krech, mengemukakan bahwa, “pretasi adalah suatu proses kognitif yang kompleks dan menghasilkan sesuatu yang mungkin berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya.[1] Prestasi itu dapat meningkat setelah melalui penafsiran yang dirangsang oleh suatu belajar, kemudian memberikan respon dengan menghubungkan stimulus tersebut pada objek pengetahuan yang berkaitan. Sehingga individu mengenal dan memberi makna pada pengetahuan itu. Dengan demikian mereka telah mengambil kesimpulan. Prestasi terjadi karena kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Penafsiran merupakan masa proses peningkatan prestasi yang sangat penting. Proses penafsiran ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman motivasi dan pengetahuan.
            William James menjelaskan peningkatan prestasi adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan peserta didik yang dilakukan sendiri secara individu dengan melalui bantuan orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara membaca, melihat dan memahami suatu ilmu pengetahuan dengan serius.[2]
            Dalam meningkat prestasi cenderung menyusun program sepanjang garis tendensi-tendensi alamiah (hasil dari pengalaman-pengalaman yang telah dipelajari) tertentu yang ada di otak. Ia menambahkan bahwa cara kita mengapresiasikan situasi sekarang yang tidak bisa terlepas dari adanya pengalaman-pengalaman sensoris terdahulu, karena meningkatkan prestasi merupakan proses pengetahuan, yang didasarkan atas pengalaman-pengalaman masa lampau.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi ialah proses peningkatan pemahaman atau pemaknaan seseorang terhadap sesuatu objek berdasarkan informasi yang diperoleh dari inderanya. Informasi yang masuk melalui organ indera terlebih dahulu diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat mengerti. Hasil pengolahan otak ini selanjutnya melahirkan peningkatan prestasi dalam kegiatan belajar.
Dalam meningkatkan prestasi belajar di sebuah lingkungan sekolah, tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal yang berhubungan erat dengan peningkatan prestasi antara lain adalah:
Menurut Thoha ada empat faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar, yaitu:
a.     Faktor Psikologis
Prestasi seorang siswa dalam belajar dipengaruhi oleh keadaan psikologis atau kejiwaan. Pengalaman mental merupakan salah satu faktor bagi seorang guru adalah menilai dan menanggapi suatu masalah. Kondisi psikologis yang sedang tenang akan menghasilkan fikiran yang rasional, sehingga prestasi yang diharapkan benar-benar tinggi. Bila kondisi siswa sedang senang ia akan berpikir yang baik mengenai belajar di sekolah.[3]
b.     Faktor Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama kali siswa belajar segala sesuatu. Pola pikiran orang tua secara perlahan-lahan akan ikut juga mewarnai pola pikiran anaknya. Bila orang tua memandang segala sesuatu masalah dari sudut pandang yang positif dan objektif, hal itu akan berpengaruh pada pola pikir anaknya dimasa mendatang.[4]
c.     Faktor Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan tempat tumbuh dan berkembang juga merupakan salah satu faktor pembentukan prestasi dalam diri siswa.
d.     Karakteristik Guru
Karakteristik guru memberikan pengaruh yang amat besar terhadap prestasi siswa. Sebab guru merupakan salah faktor yang menentukan siswa dapat meraih prestasi yang lebih baik.
            Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi seorang siswa sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
1.     Faktor psikologis, termasuk emosional, keluarga dan lingkungan.
2.     Faktor karakteristik guru yang pada dasarnya berbeda dan unik dari guru lain.
3.     Faktor penilaian guru itu sendiri terhadap objek yang diamati berdasarkan hasil pendidikan, kebiasaan dan ketentuan yang berlaku dalam lingkungan tempat guru itu tumbuh dan berkembang.[5]
Meningkatkan prestasi siswa merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang mesti dilakukan jika terdapat siswa yang nakal dalam belajar. Namun dalam melakukan usaha meningkatkan prestasi siswa[6], maka guru menggunakan beberapa cara, antara lain:
1.      Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar yang utama justru untuk mencapai angka atau nilai yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Namun demikian yang harus diingat  oleh guru bahwa pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna.
2.      Memberi Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut[7].
3.      Memberatkan Saingan/Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
4.      Menumbuhkan Ego – Involvoment
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu motivasi yang cukup penting.
5.      Memberi Materi Ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan merupakan sarana motivasi, tetapi memberikan ulangan jangan terlalu sering, karena siswa bisa bosan dan bersifat rutinitas.
6.      Mengetahui Hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat[8].
7.      Memberi Pujian
Pujian merupakan benyuk motivasi yang positif sekaligus umpan balik yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.
8.      Memberi Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau diberikan secara tepat dan bijak maka dapat menjadi alat motivasi. Tetapi guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.[9]
9.      Menumbuhkan Hasrat untuk Belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
10.  Menumbuhkan Minat
Motivasi sangat erat hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan proses belajar mengajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Minat antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:
a)     Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
b)     Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.
c)     Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.
d)     Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.[10]
11.  Menunjukkan Tujuan yang Diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat komunikasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna. Pada mulanya, siswa termotivasi untuk rajin belajar, tetapi guru juga berperan untuk meningkatkan motivasi siswa dari tahap rajin belajar ke arah kegiatan belajar yang mampu memahami isi dari pelajaran yang didapati sekolah.




[1]Yahya, dkk, Bagaimana Meningkatkan Prestasi Siswa, (Jakarta: Bina Aksara, 1995), hal. 1.

[2]Widayatun, Metode Meningkatkan Prestasi Anak, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 110.
[3]Thoha, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 55.
[4]Ibid., hal. 56.

[5]Ibid., hal. 57.

[6]Roestiyah N. K., Strategi Pengajaran Ilmu Eksact, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal. 45.

               [7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 36.
               [8] Ibid.,

               [9] Ibid.,
               [10] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 19.