BAB II
MASALAH ANAK BERBAKAT
A. Pentingnya Bakat Dalam Pendidikan
Bakat
adalah "Kecakapan (potensi-potensi) yang merupakan bawaan sejak lahir
yaitu semua sifat-sifat, ciri-ciri dan kesanggupan-kesanggupan yang dibawa
secajk lahir".[1] Menurut Abdul Rahman Shaleh
dalam bukunya “Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam” mengatakan
bahwa bakat adalah “Sebagai kondisi atau kemampuan yang dimiliki seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus dapat memperoleh sustu kecapakan,
pengetahuan dan ketrampilan khusus, misalnya kemampuan berbahasa, kemampuan
bermaian musik atau menciptakan musik.[2]
Berdasarkan pengertian diatas, dapat
dipahami bahwa bakat merupakan suatu potensi atau kemampuan khusus yang
bersifat menonjol yang dimiliki seseorang. Dengan melalui pendidikan atau
latihan-latihan tertentu bakat tersebut akan dapat berkembang dan
diaktualisasikan menjadi satu kemampuan atau kecakapan yang nyata. Bakat akan
memungkinkan seseorang untuk berprestasi lebih baik dalam bidang yang sesuai
dengan bakat yang dimilikinya. Bakat ini juga memegang peranan penting dalam
proses belajar anak, apabila anak belajar sesuai dengan bakatnya, maka akan
mendapatkan prestasi belajar yang baik. Dalam hal ini Utami Munandar
mengemukakan:
"Ketidakmampuan
seorang anak yang berbakat untuk berpotensi disebabkan oleh kondisi-kondisi
tertentu, misalnya taraf sosial ekonomi yang rendah atau tinggal di
daerah-daerah terpencil yang tidak dapat menyediakan fasilitas pendidikan dan
kebudayaan sehingga mempengaruhi prestasi belajar anak".[3]
Bakat akan tumbuh dan berkembang pada
situasi yang sesuai. Bakat atau sifat keturunan dengan interaksi lingkungan mempengaruhi
perkembangan anak. bakat atau sifat keturunan dengan interaksi lingkungan
mempengaruhi perkembangan anak. Hal ini identik dengan apa yang disebutkan oleh
Syaiful Bahri Djamarah bahwa “gen mengatur sifat menurun tertentu yang
mengandung satuan informasi genetika. Gen ini merupakan satuan kimia yang
diwariskan dalam kromosum yang dengan interaksi lingkungan mempengaruhi atau
menentukan perkembangan suatu individu.[4]
Bakat
juga mempunyai kualitas tertentu, ada yang tinggi dan ada pula yang rendah.
Pada manusia yang paling normal terdapat sejumlah jenis bakat khusus yang
berbeda-beda kualitasnya. Memperhatikan kelebihan dan bakat anak membutuhkan
usaha yang serius dan berkesinambungan. Penelusuran dan penjajakan yang dangkal
dapat menyesatkan, misalnya, ”Saya merasa bakat saya di bidang musik karena
saya suka sekali mendengar musik”.”Saya suka traveling dan kelihatannya menyenangkan
menjadi pemandu wisata, bisa jalan-jalan makanya saya akan memilih sekolah
pariwisata”, ”Saya senang masak, lulus SMP saya akan memilih Perhotelan”.
Alasan-alasan untuk memilih studi lanjutan sebagaimana pada contoh tersebut
tidak cukup kuat, dan membutuhkan penelusuran yang lebih jauh, baik untuk
bidang studi yang akan dipilih maupun dari kemampuan, minat serta kepribadian
remaja.
Dengan
mengembangkan bakat serta memberikan bimbingan karir sejak dini, remaja akan
semakin menyadari mengenai apa yang ia suka dan mampu lakukan, dan akan menjadi
lebih jelas pendidikan atau pekerjaan apa yang mungkin akan ditekuninya
disertai dengan pemahaman tentang kekuatan dan kelemahannya, sehingga ia bisa
menentukan pilihan yang tepat dan menyiapkan diri untuk menggapai impiannya.
Di
samping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap
proses dan hasil belajar seseorang, hampir tidak ada orang yang membantah,
bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat akan memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu. Anak yang memiliki bakat yang tiggi, disebut anak
berbakat.
Secara
defenitif, anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang yang
berkualifikasi profesional di indetifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai
prestasi yang tinggi.[5] Demikian
pula sebaliknya, belum tentu apabila anak yang berbakat akan selalu mencapai
prestasi yang tinggi, karena ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan
sejauhmana bakat seseorang dapat terwujud. Faktor-faktor itu sebahagian
ditentukan oleh keadaan lingkungan seseorang, seperti kesempatan, sarana, dan
prasrana yang tersedia, dukunagn dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi
orang tua, tempat tinggal dan sebaigainya. Sebagian faktor ditentukan oleh
keadaan dalam diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang,
keinginannya untuk berprestasi, dan keuletanny untuk mengatasi kesulitan atau
rintangan yang akan timbul. Sejauh mana seseorang dapat mencapai prestasi yang
unggul, banyak begantung pada motivasinya untuk berprestasi, di samping bakat
bawaanya. Keunggulan dalam suatu bidang, apakah itu bidang sastra, matematika,
atau seni, merupakan hasil interaksi dari bakat pembwaan dan faktor lingkungan
yang menunjang, termasuk minat dan dorongan pribadi.
Anak
yang baru lahir membawa sifat-sifat keturunan, tapi ia tidak berdaya dan tak
mampu, baik secara fisik maupun secara mental. Bakat dan mental yang diwariskan
orang tua merupakan benih yang perlu dikembangkan. Semua anggota jasmani
membutuhkan bimbingan untuk tumbuh. Demikian juga jiwanya membutuhkan bimbingan
untuk berkembang sesuai iramanya masing-masing, sehingga suatu waktu anak mampu
membimbing diri sendiri.
Anak yang baru lahir belum mampu
menghadapi kehidupan, tapi tergantung pada lingkungan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif, menyatakan bahwa “Anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
yang baik, ia akan baik demikian juga sebaliknya, bakat kurang berperan penting
dalam membentuk pribadi anak, karena bakat tak mampu tumbuh dan berkembang pada
situasi yang tak sesuai.”[6]
Anak
yang baru lahir membawa sifat-sifat keturunan, tapi ia tidak berdaya dan tak
mampu, baik secara fisik maupun secara mental. Bakat dan mental yang diwariskan
orang tua merupakan benih yang perlu dikembangkan. Semua anggota jasmani
membutuhkan bimbingan untuk tumbuh. Demikian juga jiwanya membutuhkan bimbingan
untuk berkembang sesuai iramanya masing-masing, sehingga suatu waktu anak mampu
membimbing diri sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Isra
ayat 70, yang berbunyi:
ôs)s9ur $oYøB§x. ûÓÍ_t/ tPy#uä öNßg»oYù=uHxqur Îû Îhy9ø9$# Ìóst7ø9$#ur Nßg»oYø%yuur ÆÏiB ÏM»t7Íh©Ü9$# óOßg»uZù=Òsùur 4n?tã 9ÏV2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxÅÒøÿs? (الإسراء
: 70)
Artinya: Dan Sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan
Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS : Al-Isra: 70)
Dalam ayat ini
Allah SWT menerangkan bahwa manusia telah diberi kemuliaan, termasuk akal yang
memungkinkan mereka dalam menguasai alam ini.
Pendidikan
juga mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan
diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan
pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk
mengembangkan bakat dankemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat
mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuahan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan
yang berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikanyang berbeda-beda pula.
Pendidikan bertanggung jawab untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina)
serta memupuk (yaitu mengembangkan dan meningkatkan ) bakat tersebut, termasuk
dari mereka yang berbkat istimewa atau memilki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa.[7]
Meskipun dasar
falsafah dan kebijakan di Indonesia jelas menunjang pelayanan pendidikan khusus
bagi anak berbakat, akan tetapi cukup banyak orang, termasuk pakar, yang
mempertanyakan hal itu. Mereka berpendapat bahwa jika anak-anak betul-betul
berbakat ia akan dapat memenuhi kebutuhan pendidikannya sendiri. Ada beberapa
pertimbangan tentang pentingnya bakat dalam pendidikan:
1. keberbakatan
timbul dari proses interaktif antara lingkungan yang merangsang dan kemampuan
pembawaan dan prosesnya. Pengembangan potensi pembawaan ini akan paling mudah
dan paling efektif jika dimulai sejak usia dini, yaitu tahun pertama sejak usia
dini, yaitu tahun pertama dari kehidupan, dan memerlukan perangsangan serta
tantangan seumur hidup agar dapat mencapai perwujudan pada tingkat tinggi.
Dengan perkataan lain, anak berbakat memerlukan program yang sesuai dengan perkembangannya.
2. Pendidikan
atau sekolah hendaknya dapat memberikan kesempatan pendidikan yang sama kepada
semua anak untuk mengembangkan potensinya (bakat-bakatnya). Ditinjau dari ini
segi ini adalah tanggung jawab dari pendidikan yang demokratis untuk memberikan
pelayanan pendidikan khsusus bagi mereka yang berkemampuan unggul, atau
berbakat istimewa.
3. Jika
anak berbakat dibatasi dan dihambat dalam perkembangannya, jika mereka tidak
dimungkinkan untuk maju lebih cepat dan memperoleh materi pengajaran sesuai
dengan kemampuannya, sering mereka menjadi bosan, jengkel atau acuh tak acuh.
Cukup banyak anak yang putus sekolah sebetulnya termasuk anak berbakat. Karena
tidak memperoleh pengalaman pendidikan yang sesuai, anak berbakat menjadi
berprestasi di bawah taraf kemampuan yang dimiliki dalam pendidikan.
4. Anak
dan remaja berbakat merasa bahwa minat dan gagasan mereka sering berbeda dari
teman sebaya, hal ini dapat membuat mereka terisolasi, merasa dirinya “lain
dari pada yang lain” sehingga tidak jarang mereka membentuk konsep diri yang
negatif. Bagaimanapun anak berbakat adalah pertama-tama seorang anak dengan
kebutuhan-kebutuhan emosional-sosial seorang anak, dan baru pada tempat kedua
ia adalah berbakat, kita tidak boleh melupakan bahwa ia tetap seorang anak.
5. Jika
kebutuhan anak berbakat dipertimbangkan, dan dirancang program untuk memenuhi
kebutuhan pendidikan mereka sejak awal, maka mereka menunjukkan peningkatan
yang nyata dalam prestasi, sehingga tumbuh rasa kompetensi dan rasa harga diri.
Dengan progran khusus mereka belajar untuk bekerja lebih efisien; mereka
mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dengan baik dan mampu melihat
solusi dari berbagai sudut pandang. Mereka dapat menggunakan pengetahuan mereka
sebagai latar belakang untuk belajar tanpa batas.
6. Anak
yang berbakat jika diberikan kesempatan dan pelayanan pendidikan yang sesuai
akan memberi sumbangan yang bermakna kepada masyarakat dalam semua bidang usaha
manusia. Masyarakat membutuhkan orang-orang yang berkemampuan luar biasa untuk
menghadapi tuntunan masa depan secara inovatif.
7. Dari
sejarah tokoh-tokoh yang unggul dalam bidang tertentu ternyata memang ada di
antara mereka yang semasa kecil atau sewaktu di bangku sekolah tidak dikenal
sebagai seorang yang menonjol dalam prestasi sekolah, namun mereka berhasil
dalam hidup.[8]
Berdasarkan
penjelasan di atas, penulis dapat memahami bahwa bakat merupakan suatu
kepentingan dalam pendidikan. Karena dengan adanya bakat yang dimiliki oleh
seorang anak, akan memudahkan ia untuk mendapatkan prestasi belajar dengan
baik. Bakat tersebut harus dikembangkan dan dibina dengan baik untuk
mendapatkan prestasi belajar yang maksimal.
B. Teori-teori
tentang bakat
1.
Teori Psikoanalisis
Pada umumnya teori-teori psikoanalisis melihat
kreativitas sebagai hasil mengatasi suatu masalah, yang biasanya mulai di masa
anak. Pribadi kreatif dipandang sebagai seorang yang pernah mempunyai
pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkikan gagasan-gagasan yang disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Tindakan kreatif mentransformasi
keadaan psikis yangb tidak sehat menjadi sehat. Teori ini dipelopori oleh:
a.
Teori Freud
Sigmund Freud menjelaskan bahwa merupakan tokoh utama
menganut pandangan ini. Ia menjelaskan bahwa proses kreatif dari mekanisme
pertahanan, yang merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran mengenai
ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat diterima. Karena
mekanisme pertahanan mencegah pengamatan yang cermat dari dunia, dan karena menghabiskan energi psikis, mekanisme
pertahanan biasanya merintangi produktivitas kreatif.
Menurut freud, orang hanya didorong untuk menjadi
kreatif jika mereka tidak dapat memnuhi kebutuhan seksual secara lansung. Pada
umumnya empat tahun anak mengembangkan hasrat fisik untuk orang tua dari jenis
kelamin berbeda. Karena kebutuhan ini dapat dipenuhi, maka terjadi sublimasi
dan awal dari imajinasi.
b.
Teori Kris
Ernest Kris
menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi (beralih ke prilaku sebelumnya
yang akan memberi kepuasan, Jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak
memberi kepuasan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif. Jika seseorang
mampu untuk “regress” ke kerangka berpikir atau pola prilaku seperti
anak, rintangan antara alam pikiran sadar dan tidak sadar menjadi kurang, dan
bahan yang tidak didasari yang sering mengandung benih kreativitas dapat
menembus ke alam kesadaran. Orang-orang kreatif adalah mereka yang paling mampu
memanggil bahan-bahan dari alam pikiran tidak sadar. Sebagai orang dewasa kita
tidak pernah seperti anak lagi. Orang kreatif tidak mengalami hambatan untuk
biasa seperti anak dalam pemikiran mereka. Mereka dapat mempertahankan sikap
bermain dengan masalah-masalah serius dalam kehidupan. Dengan demikian, mereka
mampu melihat masalah-masalah dengan cara yang segar dan inovatif.
c. Teori Jung
Carl Jung juga
percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan penting dalam kreativitas anak
dalam tingkat tinggi. Alam pikiran yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu
pribadi. Di samping itu, ingatan kabur dari pengalaman-pengalaman seluruh umat
manusia tersimpan di sana.
2. Teori Humanistik
Berbeda dari
psikoanalisis, teori humanistik melihat kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi. Kreativitas dapat berkembang selama hidup,
dan tidak terbatas pada lima tahun pertama. Teori-teori ini dipelopori oleh:
a. Teori Maslow
Menurut
Abraham Maslow (1908-1970) pendukung utama dari teori humanistik, manusia
mempunyai naluri-naluri dasar yang menjadi nyata sebagi kebutuhan. Kebutuhan
ini harus dipenuhi dalam urutan tertentu. Kebutuhan primitif muncul pada saat
lahir, dan kebutuhan tingkat tinggi berkembang sebagai proses pematangan. Proses
perwujudan bakat anak erat sangat erat kaitannya dengan kreativitas anak.
b. Menurut
Carl Rogers (1902-1987) mengemukakan bahwa ada kondisi dari pribadi kreatif
ialah:
a. Keterbukaan
terhadap pengalaman
b. Kemampuan
untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang
c. Kemampuan
untuk bereksperimen untuk melakukan suatu kegiatan
Kedua aliran
teori yang telah penulis sebutkan di atas, yaitu psikoanalisis dan humanistic
amat berbeda dalam penjelasan kepribadian anak kreatif. Keduanya mempunyai
makna tersendiri. Penekanan teori Psikoanalisis pada alam pikiran tidak sadar dan
timbulnya kreativitas sebagai konpensasi dari masa anak yang sulit untuk
ditentukan potensi bakat apa yang telah dimiliki oleh anak tersebut. Sedangkan
teori humanistik lebih menekankan pada kesehatan psikologi yang memungkinkan
seseorang anak dapat mengembangkan bakatnya dengan baik. Teori ini bertitik
tolak dari pandangan bahwa manusia menentukan nasibnya sendiri. Aliran
humanistik ini melihat bahwa kreativitas atau bakat anak dilahirkan karena
adanya dorongan untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan yang tertinggi dalam
hidup untuk mencari hari esok yang lebih baik.
C. Ciri-ciri
Anak Berbakat dan Spesifikasinya
Untuk
mengetahui ciri-ciri anak berbakat dapat dilihat dari pendapat-pendapat para
ahli yang megetahui tentang ciri-ciri anak berbakat. Para ahali juga telah
menyusun daftar ciri-ciri yang bervariasi, baik dalam jumlah maupun isi. Hal
ini berarti bahwa setiap anak berbakat pasti memiliki ciri-ciri tertentu.
Adapun pendapat para ahli tentang ciri-ciri anak berbakat adalah sebagai
berikut:
Winkel, W.S, dalam bukunya “Psikologi Pengajaran”
mengemukakan bahwa ciri-ciri anak berbakat adalah sebagai berikut:
· Kemampuan
untuk bekerja secara independent
· Kemampuan
untuk berkosentrasi dalam jangka waktu yang lama
· Seleksi
jawaban yang sukar dalam menghadapi masalah
· Kemampuan
mengkaji masalah secara kritis bukan untuk menentang, tetapi untuk memahami
· Kemampuan
untuk mengadakan generasisasi
· Pengembangan
sensitivitas tentang baik dan jahat
· Sensitivitas
terhadap orang lain
· Memiliki
cita-cita tinggi (great ideas).[9]
Alex Sobur dalam
bukunya “Psikologi Umum” memabagi cirri-ciri anak berbakat ke dalam tiga
dimensi adalah Sebagai Berikut:
1. Dimensi ciri-ciri Intelektual
a.
Mudah menangkap pelajaran
b.
Ingatan baik
c.
Penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami
hubungan sebab akibat)
d.
Daya konsentrasi baik (perhatian tidak mudah
dialihkan)
e.
Menguasai banyak bahan tentang macam-macam topik
f.
Senang dan sering membaca
g.
Ungkapan diri lancar dan jelas
h.
Pengamatan cermat
i.
Senang mempelajari kamus, peta, ensiklopedi
j.
Cepat memecah soal
k.
Cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan
l.
Cepat menemukan azas dalam suatu uraian
m.
Mampu membaca pada usia lebih muda
n.
Daya abstraksi tinggi
o.
Selalu sibuk menangani berbagai hal
2. Dimensi
ciri-ciri Kreativitas
a.
dorongan ingin tahu besar
b.
sering mengajukan pertanyaan yang baik
c.
memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu
masalah
d.
bebas dalam menyatakan pendapat
e.
mempunyai rasa keindahan
f.
menonjol dalam salah satu bidang seni
g.
mempunyai pendapat sendiri dan dapat
mengungkapkan, tidak mudah terpengaruh dengan orang lain
h.
mempunyai rasa homur tinggi
i.
mempunyai daya imajinasi yang baik
j.
keaslian (orisilinalitas) tinggi (tampak dalam
ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan
cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain)
k.
dapat bekerja sendiri
l.
senang mencoba hal-hal baru
m.
kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan
(kemampuan elaborasi)
3.
Dimensi ciri-ciri Motivasi
a.
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus
menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai)
b.
Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c.
Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk
berprestasi
d.
Ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang
diberikan
e.
Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak
cepat puas dengan prestasinya)
f.
Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang
dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya)
g.
Senang dan rajin belajar, penuh semangat, cepat
bosan dengan tugas-tugas rutin
h.
Dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (kalau
sudah yakin akan sesuatu, tidak mungkin melepaskan hal yang diyakini tersebut)
i.
Mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat
menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian)
j.
Senang mencari dan memecahkan soal-soal
Selain dari ciri-ciri yang telah penulis
sebutkan di atas, Alex Sobur juga menyebutkan ciri-ciri anak berbakat adalah
sebagai berikut:
1.
Membaca pada usia yang relatif muda
2.
Membaca lebih cepat dan lebih banyak
3.
Memiliki perbendaharaan kata yang luas
4.
mempunyai rasa ingin tau yang kuat
5.
mempunyai minat yang luas, juga pada persoalan dewasa
6.
mempunayi inisiatif, dapat bekerja sendiri
7.
menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan
verbal
8.
memberi berbagai jawaban yang baik
9.
bisa memberi banyak gagasan
10.
luwas dalam berpikir
11.
terbuka pada ransangan-rangsangan dari lingkungan
12.
memilki pengamatan yang tajam
13.
bisa berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang,
terutama tugas atau bidang yang diminati
14.
berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
15.
senang mencoba hal-hal baru
16.
mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan
sintesis yang tinggi
17.
senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan
masalah
18.
cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
19.
berprilaku terarah pada tujuan
20.
mempunayi daya imajinasi yang kuat
21.
mempunyai banyak kegemaran (hobi)
22.
memilki daya ingat yang kuat
23.
tidak cepat puas dengan prestasinya
24.
sensitif dan menggunakan intuisi (firasat)
25.
menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan[10]
Demikianlah ciri-ciri anak berbakat yang
telah dikemukakan oleh dua para ahli, maka jika selama ini orang beranggapan
bahwa bakat hanya ditentukan oleh kemampuan di atas rata-rata atau kecerdasan
yang tinggi, kenyataannya tidak menunjukkan demikian. Akan tetapi, adanya
kreativitas pada diri anak untuk mencoba-coba, bereksperimen untuk menciptakan
suatu gaya tulisan yang baru, serta dorongan dan semangat yang kuat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan apa yang telah ia mulai. Meskipun mengalami
banyak rintangan atau kegagalan, ia tidak menghasilkan karya-karya tulis yang
bermakna.
D. Faktor-faktor yang
mempengaruhi anak berbakat
Bakat
berkembang sebagai hasil interaksi dari faktor yang bersumber dari dalam
individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua faktor tersebut bersifat saling
mendukung maka bakat yang akan dapat berkembang secara optimal. Faktor endogen
adalah “Faktor pembawaan atau sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam
kandungan hingga kelahiran.”[11]
Jadi faktor endogen merupakan faktor keturunan atau faktor pembawaan. Oleh
karena itu pada individu tersebut terjadi dari bertemuanya ovum dari ibunya dan
sperma dari ayahnya, maka tidak heran bila faktor yang terbawa oleh seseorang
individu sama dengan yang dialami oleh orang tuanya.
Genitas
manusia telah ada semenjak manusia itu lahir, jahat, baik, dan buruk semua
telah ada, tinggal bergantung pada manusia itu sendiri, menumbuhkan baik atau
yang jahat. Hal ini merupakan faktor pembawaan (endogen). Abu Ahmadi dalam bukunya Psikologi Umum juga mengatakan hal yang senada, beliau mengatakan
bahwa “endogen adalah faktor atau
sifat yang dibawa oleh individu sejak dalam kandungan hingga kelahirannya.”[12].
Maka tidaklah mengherankan kalau faktor endogen
yang dibawa oleh individu itu mempunyai
sifat-sifat seperti orang tuanya. Seperti pepatah indonesia “air di
cucuran akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.” Ini berarti bahwa keadaan atau
sifat-sifat dari anak itu tidak meninggalkan sifat-sifat dari orang tuanya.
Demikian
pula gen ini merupakan satuan kimia yang diwariskan dalam kromosum yang dengan
interaksi lingkungan mempengaruhi atau menetukan suatu individu. Demikian juga
perpaduan antara bakat yang dibawa dari kelahiran serta pendidikan yang tepat
merupakan cara yang paling tepat dalam proses pembentukan anak dalam
masyarakat.
Anak
yang baru lahir selalu menuntut penyempurnaan dirinya, bahkan sejak ia dalam
kandungan. Anak dalam kandungan melalui ibunya mengalami proses pematangan
diri, baik fisik mental dan emosional. Hubungan batin antara ibu dan anak dalam
kandungan terjalin sangat erat sekali. Kegoncangan emosional dan keterbatasan
yang dilakukan ibu mempengaruhi perkembangan anak secara keseluruhan.
Perkembangan dalam arti kuantitatif maupun kualitatif dengan perantaraan ibu,
anak dalam kandungan memenuhi tuntutan kejiwaannya untuk mencapai perkembangan
tersebut.
Begitu
besarnya pengaruh ibu terhadap anak, sehingga pendidikan anak dapat dilakukan
selama dalam kandungan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan “bahwa anak
harus diberikan pendidikan sedini mungkin bahkan sejak kedua orang tuanya
memasuki jenjang perkawinan, harus sudah mengklasifikasikan bagaimana anak yang
akan mereka lahirkan nanti.”[13]
Ketika
suami isteri bergaul sudah diawali dengan do’a agar dengan do’a itu setan tidak
ikut campur (menurut ajaran Islam) karena dalam tetes air suci (ovum) yang
tersimpan dalam rahim isteri bukan terdiri dari bahan-bahan jasmaniah semata,
tetapi juga mengandung benih watak dan tabiat calon anak. makanan ibu yang
mengandung akan menjadi vitamin anak kelak. Demikian juga kelakuan ibu dan
bapak akan menjadi vitamin jiwa calon anak.
Anak
yang dilahirkan ke dunia ini sebagai individu yang memiliki ciri dan bakat
tertentu yang bersifat laten. Ciri-ciri dan bakat inilah yang akan membedakan
dengan anak lainnya dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial di sini adalah
lingkungan sosial masyarakat dalam arti yang luas.
Faktor
pembawaan yang berhubungan dengan keadaan jasmani pada umumnya tidak dapat
diubah. Bagaimana besar keinginan orang untuk mempunyai warna kulit yang putih
bersih, hal ini tidak mungkin kalau karena faktor keturunan kulitnya berwarna
coklat, demikian pula halnya dengan lainnya.
Di samping itu individu juga
mempunyai sifat-sifat pembawaan psikologik yang erat hubungannya dengan keadaan
jasmani yaitu temperamen. Temperamen merupakan sifat-sifat seseorang yang erat
hubungannya dengan struktur kejasmanian seseorang, yaitu yang berhubungan
dengan fungsi-fungsi seperti darah, kelenjar, dan cairan-cairan lain yang
terdapat dalam diri manusia.
Temperamen berbeda dengan karakter
atau watak, yang kadang-kadang kedua pengertian itu dipersamakan satu dengan
yang lain. Karakter atau watak yaitu merupakan keseluruhan dari sifat seseorang
yang nampak dalam perbuatannya sehari-hari, sebagai hasil pembawaan maupun
lingkungan. Temperamen pada umumnya bersifat tidak konstan, dapat berubah-ubah
sesuai dengan pengaruh lingkungan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Ahmadi
adalah “pada individu ada bagian yang dapat berubah dan ada yang tidak dapat
diubah. Yang tidak dapat berubah inilah yang lebih bersifat konstan yaitu yang
berhubungan dengan temperamen.
Agar
potensi anak menjadi aktualisasi dibutuhkan kesempatan untuk dapat mengaktualisasi
moral dan karakter anak, karena kemungkinan ada bakat yang tidak dapat
berkembang atau tidak dapat beraktualisasi karena kesempatan tidak atau kurang
memungkinkan. Mengaktualisasi moral dan karakter anak diperlukan lingkungan
yang baik, dan mendukung, disinilah letak peranan lingkungan dalam perkembangan
tingkah laku anak. Karena itu langkah yang baik ialah memberi kesempatan untuk
mengembangkan pendidikan tingkah laku anak.
Faktor eksogen merupakan faktor yang datang dari luar diri individu,
merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitarnya, pendidikan dan sebagainya,
yang sering disebut dengan “milie.” Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan
bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan
kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan
kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang
diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu yang bersangkutan. Tidak
demikian halnya dengan pendidikan, pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran
dan dengan secara sistematik untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan. Dengan demikian
pendidikan itu bersifat aktif, penuh tangung jawab dan ingin mengarahkan
perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu. Sekalipun pengaruh lingkungan
tidak bersifat memaksa, namun tidak dapat diingkari peranan lingkungan cukup
besar pengaruhnya dalam perkembangan tingkah laku anak.
Hubungan individu dengan lingkungan
ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam arti hanya lingkungan saja yang
mempunyai pengaruh terhadap individu. Hubungan antara individu dengan
lingkungannya terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu lingkungan
dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya juga dapat mempengaruhi
lingkungan.
Setiap manusia sebagai pribadi tentu berkomunikasi
dengan manusia lainya. Dalam proses antar individu itu manusia akan terbawa
oleh sikap spontan karena latihan atau pembawaan. Disinilah Islam kemudian
memberikan ajaran tegas bagaimana seseorang itu bergaul dengan sesamanya,
apakah pada tingkatan emosi ataupun dalam bentuk berperilaku nyata.
Pada dasarnya setiap orang diajarkan
oleh Allah SWT untuk menolong sesamanya yang memerlukan pertolongan. Islam
mengajarkan manusia agar membantu sesama
makhluk, bahkan hewan sekalipun bila menderita perlu ditolong. Perilaku
menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan sehingga akhirnya menjadi
tingkah laku atau kepribadian setiap pribadi manusia. Sifat egois yang mementingkan
diri sendiri dan acuh terhadap lingkungan sekitarnya bukan tuntunan Islam.
Sesungguhnya
situasi interaksi edukatif tidak bisa terlepas dari pengaruh latar belakang
kehidupan anak. Untuk itulah pembawaan (genetik) dan lingkungan anak perlu
dibicarakan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
anak sebelum masuk lembaga pendidikan formal.
Pendidikan merupakan bagian dari
kehidupan manusia. karena itu mutlak diperlukan. Anak yang baru lahirpun
memerlukan pendidikan, bahkan sejak ia dalam kandungan ibu. Pada umumnya sikap
dan kepribadian anak ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan
latihan-latihan, yang dilalui sejak masa kecil. Pendidikan merupakan kebutuhan
hidup dan tuntutan kejiwaan.
Perkembangan dan kematangan jiwa seseorang
anak dipengaruhi oleh faktor pembawaan lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan
tempat kematangan jiwa seseorang. Bakat berkembang sebagai hasil inreaksi dari
faktor yang bersumber dari dalam individu dan dari lingkungannya. Apabila kedua
faktor tersebut bersifat saling mendukung maka bakat yang ada akan dapat
berkembang secara optimal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi anak berbakat
adalah:
1. Kemampuan individu yang dibawa sejak lahir.
Faktor
bawaan akan sangat menentukan sekali pembentukan dan perkembangan bakat
seseorang. Pembawaan merupakan faktor pembentuk kemampuan manusia yang pasti.
Hal ini berarti bahwa kemampuan yang dimiliki seseorang ditentukan oleh faktor
bawaan dan kemampuan tersebut hanya akan dapat berkembang samapai batas-batas tertentu.
Lingkungan tidak akan merobah membentuk manusia melebihi batas kemampuan yang
dimiliki manusia. Kemampuan ini diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya
melebihi sel-sel khusus.
2. Minat individu yang bersangkutan
Suatu
bakat tertentu tidak akan berkembang dengan baik apabila tidak disertai minat
yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal yang sesuai dengan bakat tersebut.
Misalnya sesorang yang memilki bakat yang cukup tinggi terhadap bidang atau hal
yang sesuai dengan bakat tersebut. Misalnya seseorang yang memilki bakat cukup
tinggi sebagai ahli mesin, apabila ini tidak
atau kurang berminat terhadap hal-hal yang berhubungan dengan mesin,
maka bakatnya tersebut tidak akan dapat berkembang secara baik.
3. Motivasi yang dimilki Individu
Suatu
bakat akan menjadi kurang berkembang atau tidak akan menonjol bila kurang
disertai oleh adanya motivasi yang cukup tinggi untuk mengaktualisasikannya,
karena motivasi berhubungan erat dengan daya juang seseorang untuk mencapai
suatu tujuan.
4. Kepribadian Individu
Faktor
kepribadian ini juga sangat memegang peranan bagi perkembangan bakat seseorang,
misal konsep diri, rasa percaya diri, keuletan atau keteguhan dalam berusaha,
kesediaan untuk menerima kritik dan saran demi untuk meraih sukses yang tinggi.
5. Maturity (kematangan)
Bakat
tertentu akan berkembang dengan baik apabila sudah mendekati atau menginjak
masa pekanya. Suatu hal yang sulit bagi kita adalah dalam menentukan kapankah
saatnya (pada usia berapakah) suatu kemampuan atau bakat tertentu sudah matang
untuk dikembangkan atau dilatih, karena untuk masing-masing kemampuan dan untuk
setiap orang kematangannya belum tentu atau tidak selalu sama.
Sebagaimana
sudah diuraikan sebelumnya bahwa lingkungan juga memegang peranan yang sangat
menentukan berkembangnya suatu bakat. Oleh karena itu, lingkungan dapat
berfungsi sebagai perangsang untuk berkembangnya bakat, tetapi dapat juga
sebaliknya lingkungan justru menjadi fakor penghambat bagi aktualisasi dan
perkembangan bakat yang dimilki seseorang. Lingkungan dalam hal ini dapat
dipilih menjadi:
a.
Lingkungan dalam keluarga
b.
Lingkungan disekitar tempat
tinggal
c.
Lingkungan pendidikan: baik yang
bersifat formal, informal, pelatihan, kursus dan sebagainya.
d.
Lingkungan pekerjaan.[14]
[2] Abdul Rahman Shaleh, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), hal. 254.
[3]Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan
Keaktifan Anak, (Jakarta: Gramedia, 1985), hal. 54.
[6]Syaiful Bahri Djamarah, Guru
dan Anak Didik dalam Interaktif Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 53.
[7] Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas anak berbakat, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 13.
[8] Ibid., hal. 14-15.
[9] Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Gramedia 1987),
hal. 33
[11]Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 56.
[13]Syaiful Bahri Djamarah, Guru
dan Anak Didik dalam Isteraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hal. 58.
[14] Ibid.,hal. 299-301.
0 Comments
Post a Comment