Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini


B.      Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini terdapat beberapa indikator yang dapat mensukseskan pelaksanaan program PAUD tersebut, adapun indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Indikator penyelenggara
Penyelenggara dalam program PAUD sangat penting, tugas penyelenggara adalah menetapkan dan menyelenggarakan kelancaran proses pembelajaran. Ketua pengelola menetapkan segenap kebijaksanaan yang dipatuhi oleh tenaga pengajar dan anak didik, misalnya menetapkan peraturan PAUD, terutama tentang disiplin.
Ditinjau dari sudut penyelenggara, maka disiplin perlu ditetapkan dalam penyelenggaraan program untuk langkah awal, karena dengan disiplin semua permasalahan akan bisa diatasi dengan baik. Di samping itu penyelenggara juga berhak melakukan pengarahan-pengarahan. Pengarahan penyelenggara kepada tenaga pengajar biasanya dilakukan melalui rapat sebulan sekali, sedangkan pengarahan untuk anak didik dilakukan seminggu sekali.
Penyelenggara PAUD merupakan indikator pelaksanaan yang sangat penting, karena penyelenggara yang bijaksana adalah dapat menumbuhkan, mengarahkan tenaga pengajarnya untuk melahirkan daya cipta dan inisiatif, sehingga dapat menimbulkan tehnik atau cara kerja baru untuk memperlancar penyelesaian pekerjaan. Fungsi pengarahan dalam konsep ini diharapkan dapat menciptakan sistem hubungan kerja yang harmonis akan memudahkan untuk mencapai tujuan kegiatan yang telah ditetapkan di awal.
Menururt M. Hariwijaya dan Bertani Eka Sukaca ada beberapa tugas penyelenggara, yaitu:
a.      Mengatur rencana penyelenggaraan PAUD
b.     Membuat dan mengajukan proposal pembentukan PAUD kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten atau kota.
c.      Memilih lokasi PAUD
d.     Mempersiapkan keranjang PAUD
e.      Mengajukan permintaan dukungan Nara sumber pelatihan pendidik kepada Kadis Pendidikan, Dinas Kesehatan, BKKBN dan Instansi terkait lainnya.
f.      Mencari sumber dana.
g.     Bertanggung jawab terhadap kemajuan PAUD.[1]

Keberhasilan dalam proses pembelajaran PAUD sangat tergantung pada kebijaksanaan penyelenggara, melaksanakan disiplin yang baik, keputusan-keputusan yang diambil sehubungan dengan kemajuan pendidik.
2.     Indikator Anak Didik
Apabila dilihat dari sudut anak didik, indikator pelaksanaan program PAUD merupakan suatu keharusan bagi setiap anak didik prasekolah usia 0-6 tahun mengikuti program prasekolah. Dalam masa belajar ini anak harus tekun dan aktif. Bermain, meniru dan bergembira dalam suatu proses belajar dari seorang teman atau guru, yang berhubungan dengan materi belajar. Sehubungan dengan ini Harjanto menjelaskan tentang indikator dari sudut anak didik sebagai berikut:
a.      Keinginan, keberanian, menampilkan niat, kebutuhan dan permasalahan.
b.     Keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar.
c.      Menampilkan berbagai usaha atau keaktifan belajar dalam menjalankan dan menyesuaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilan.
d.     Kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut di atas tanpa tekanan guru atau pihak lain (kemandirian belajar).[2]
Indikator pelaksanaan program PAUD yang dipandang dari sudut anak didik adalah dituntut keaktifan yang sama seperti pendidikan formal. Oleh karena itu, dalam konsep program PAUD anak harus dapat menampilkan kemampuannya secara intelektual. Lebih lanjut Djuju Sujana mengungkapkan di dalam indikator pelaksanaan program PAUD bila dilihat dari sudut anak didik adalah sebagai berikut:
a.      Keberanian untuk menyatakan pendapat, pikiran, perasaan, keinginan dan dorongan-dorongan lainnya.
b.     Keinginan dan keberanian berpartisipasi.
c.      Adanya usaha dan kreatifitas.
d.     Rasa ingin tahu yang tinggi.
e.      Rasa lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu.[3]

Dalam sistem penyelenggaraan PAUD juga harus didasarkan pada tahapan-tahapan yang bersifat gradual seperti dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari hal yang konkret kepada yang abstrak, dari yang umum kepada yang khusus, dari yang diketahui kepada yang tidak diketahui dengan menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atau sebaliknya..
Indikator anak didik harus diperhatikan demi keberhasilan program PAUD. Bila tidak diperhatikan dengan baik, maka kegagalanlah yang akan didapat, karena program PAUD dilandaskan rasa kasih sayang yang akan mempengaruhi psikologis anak dalam kehidupannya.
3.     Indikator dari sudut Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar merupakan indikator yang penting dalam pelaksanaan program pembelajaran PAUD, karena dengan peran tenaga pengajar maka proses belajar mengajar lebih terarah sehingga akan tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dalam penyelenggaraan PAUD, tenaga pengajar menjadi sentral pertama dalam proses pembelajaran, tenaga pengajar harus bisa menjadi pimpinan dalam kelas. Tenaga pengajar juga mempunyai tanggung jawab utama dalam keberhasilan belajar anak didik. Peran dan tugas tenaga pengajar dalam kegiatan pembelajaran, seperti yang diungkapkan oleh Depdiknas adalah sebagai berikut: a) sebelum proses belajar mengajar, b) pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, c) pada saat akhir proses pembelajaran, d) pada saat peserta didik telah menyelesaikan satu modul.[4]
4.     Indikator dari Materi Pembelajaran
Bahan pembelajaran merupakan bahan yang harus diajarkan oleh tenaga pengajar kepada peserta didik. Bahan tersebut harus sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan dalam GBPP, seperti mempersiapkan materi, SK dan SKH, laporan harian, bulanan, semester, menulis tumbuh kembang anak dalam buku cerita anak. GBPP materi PAUD merupakan suatu pokok bahasan yang siap diajarkan kepada anak didik dalam proses pembelajaran.
Bahan pelajaran yang diajarkan pada program PAUD dalam bentuk modul terdiri dari suatu kesatuan bahan ajar yang terprogram. Terprogram maksudnya adalah bahan ajar yang disusun sedemikian rupa dan disajikan secara terpadu, sistematis dan terperinci. Dengan mempelajari materi modul anak belajar diarahkan pada pencapaian sesuatu tujuan melalui langkah-langkah belajar tertentu. Di dalam setiap modul, semua materi belajar dan alat perkengkapannya telah dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencapai tujuan. Waktu yang dibutuhkan dalam mempelajari materi pelajaran juga dicantumkan dalam setiap modul.
5.     Indikator pembiayaan
Program PAUD cukup berhasil jika ditunjang dengan pembiayaan yang cukup memadai. Biaya tersebut digunakan untuk keperluan tenaga pengajar, transportasi, serta biaya operasional penyelenggaraan PAUD. Bila sistem pembiayaan tidak benar, maka bisa dipastikan program pembelajaran tidak berjalan optimal. Efek dari sistem pembiayaan yang tidak baik akan berdampak negatif pada kelancaran proses pembelajaran, hal ini sejalan dengan ungkapan Anwar sebagai berikut:
Indikator keberhasilan program pendidikan sangat tergantung pada pembiayaan yang merupakan hal yang sangat dekat sekali, karena dana itu menyangkut uang yang disediakan untuk suatu keperluan, kesejahteraan yang harus dinikmati oleh semua guru, semakin terjalin komunikasi yang positif dapat meningkatkan semangat kerja dan timbulnya kepuasan dikalangan guru. Dengan demikian dapat meningkatkan keberhasilan pendidikan.[5]

Biaya merupakan kunci keberhasilan program PAUD yang tidak bisa dikesampingkan karena masalah pembiayaan harus transparan. Pembiayaan PAUD dapat berasal dari beberapa sumber, diantaranya dari uang pendaftaran perserta, dari dana APBD setempat, dari sumbangan masyarakat, dan sumber-sumber lainnya.
6.     Indikator dukungan masyarakat
Dalam program PAUD sangat dibutuhkan peran serta masyarakat. Peran tersebut dapat berupa sumbangan pikiran, sumbangan tenaga dan sumbangan material. Adapun sumbangan pikiran masyarakat dalam pembangunan PAUD berfungsi untuk mendapatkan ide-ide dan bentuk permasalahan serta keinginan-keinginan yang dibutuhkan dalam pengembangan program PAUD di lingkungan tersebut. Masyarakat baru dapat memberikan sumbangan pikiran apabila mereka mengerti tentang pentingnya pendidikan anak, masalah-masalah yang dihadapi, yang terdapat di program PAUD tersebut. Masyarakat harus diarahkan untuk memiliki kesadaran akan perlunya pembangunan sekolah usia dini.
Tidak semua masyarakat sadar akan pentingnya pendidikan, oleh karena itu pemerintah dan para pakar pendidikan harus berperan aktif dalam memberikan ide dan pikiran-pikiran yang dapat membantu masyarakat di daerah terpencil untuk memahami pentingnya pendidikan anak, sehingga nantinya masyarakat tersebut dapat mengerti dan menyadari bahwa pendidikan anak sangat dibutuhkan, yang akhirnya berimbas pada kesadaran akan pembangunan dan pengembangan program PAUD di wilayahnya.
Sejalan dengan penjelasan di atas, bahwa lingkungan masyarakat selalu mengharapkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga penanaman nilai moral pada anak disesuaikan dengan moral dan adat istiadat yang ada pada masyarakat tersebut. Perkembangan teknologi saat ini dapat mempengaruhi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab pendidik yang disertai orang tua dan masyarakat untuk memilih dan memilah mana yang baik dan yang tidak baik untuk pendidikan anak, serta masyarakat dituntut secara akif untuk menyelenggarakan pendidikan anak yang baik dan juga sesuai dengan nilai-nilai positif.
Dalam pembangunan PAUD masyarakat juga dapat berperan untuk menyumbang dalam bidang material. Meskipun pemerintah telah memajukan peralatan dan tenaga sesuai dengan program dan prioritas, hal ini tidak berarti pembangunan program PAUD menjadi tanggung jawab pemerintah saja, akan tetapi masyarakat juga ikut bertanggung jawab dalam pembangunan program pendidikan PAUD baik dalam mempersiapkan sarana, seperti membantu pengadaan peralatan sekolah, maupun membantu dalam pengadaan sumber daya manusia, seperti ikut membantu tenaga pengajar yang masih kurang hingga membantu tenaga pengajar dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sejalan dengan hal itu, masyarakat berkewajiban dalam pembangunan pendidikan, seperti mempersiapkan lahan tempat berdirinya gedung sekolah, dan membantu pembangunan fisik sekolah. Bantuan dapat berupa hibah tanah, bantuan bahan dan alat bangunan, memperluas dan melengkapi fasilitas sekolah dan bentuk-bentuk sumbangan lainnya.
7.     Indikator penyediaan fasilitas dan sarana
Dalam proses pembelajaran, guru sebagai fasilitator bagi para peserta didik, dan dalam program PAUD penyelenggara atau pengelola adalah fasilitator bagi tenaga pengajarnya dalam mengajar serta mengembangkan profesi. Penyelenggara atau pengelola sebagai fasilitator bermakna bahwa pengelola harus mampu menyedidakan semua fasilitas serta mengorganisirnya secara tepat kepada tenaga pengajar yang membutuhkan. Namun tidak berarti pula para tenaga pengajar harus menunggu pemberian fasilitas-fasilitas dari pihak pengelola. Tenaga pengajar juga dapat mengusahakan sendiri fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk kepentingan pelaksanaan program PAUD di kelasnya.
Jadi, pengelola dan tenaga pengajar harus bekerjasama dalam pengadaan fasilitas dan sarana belajar demi kelancaran proses pembelajaran peserta didik. Menurut Burhanuddin, sarana berarti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan.[6] Dalam bidang pendidikan yang dimaksud dengan sarana misalnya ruang kelas, buku, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya. Adapun yang menjadi penanggung jawab dalam hal sarana dan fasilitas adalah para pengelola administrasi pendidikan.
Selain fasilitas belajar ada pula yang disebut dengan fasilitas pengembangan profesi tenaga pengajar. Adapun fasilitas ini antara lain ruang pertemuan tenaga pengajar, ruang perpustakaan tenaga pengajar serta fasilitas kesempatan untuk membaca dan berdiskusi. Pihak pengelola dapat menyediakan waktu, misalnya di akhir pekan untuk melakukan diskusi dengan tenaga pengajar.
Demikian juga fasilitas belajar peserta didik, hampir di setiap PAUD fasilitas ini kurang tersedia. Fasilitas yang memadai adalah perlengkapan belajar secara minimum seperti kursi, meja, dan papan tulis. Tidak semua PAUD memiliki perpustakaan, Play Ground, sanggar, dan fasilitas pendukung lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan pengelola dalam mengatur dan mengkoordinirnya secara adil. Demi kelancaran penyelenggaraan program PAUD Pidarta menjelaskan langkah-langkah sebagai berikut:
Mengkoordinir perpustakaan dan fasilitas dapat dilakukan seperti contoh berikut, misalnya dalam satu desa atau kecamatan terdapat satu atau dua sekolah yang memiliki fasilitas lengkap. Untuk mengatur pemanfaatan fasilitas seperti ini, pimpinan PAUD perlu bekerjasama dengan pimpinan sekolah lainnya yang memiliki fasilitas lengkap tersebut.[7]

Tujuan kerjasama itu adalah utnuk mengembangkan sikap toleransi dan kesadaran bahwa semua anak di wilayah itu membutuhkan belajar lewat perpustakaan atau fasilitas pendukung pendidikan, serta kesediaan mengatur waktu untuk memberi kesempatan kepada semua anak secara bergantian mengunjungi perpustakaan. Apabila di suatu desa atau kecamatan terdapat perpustakaan umum, maka solusi lain yang dapat dilakukan pihak pengelola adalah mengatur waktu dengan pimpinan perpustakaan dan mengatur jadwal kunjungan perpustakaan, hal ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman anak didik terhadap sumber-sumber pengetahuan.


[1] M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca, PAUD Melejitkan..., h. 57.
[2] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta Indonesia, 2005), hlm 19
[3] Djuju Sujana, Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h. 85.
[4]Depdiknas, Himpunan Kepmen Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 12.
[5] Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 55.
[6] Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 77.
[7] Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 33.