A. Prinsip-prinsip
Pendidikan Anak Menurut Lukman al Hakim
1. Mensyukuri Nikmat
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ
اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ
اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ )لقمان: ١٢(
Artinya: Dan sesungguhya kami telah berikan
kepada Luqman, yaitu: “Bersyukur kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur
(kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang
siapa tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha terpuji. (Q.S.
Luqman Ayat 12).
Setiap orang yang telah diberi taufik oleh Allah sehingga
orang tersebut bekerja dengan ilmunya maka orang tersebut telah memperoleh
hikmat. Sebaiknya apabilaorang telah bekerja tidak dengan ilmu yang telah dia
peroleh maka akan sia-sisa. Maka dalam ayat diatas diterangkan, bahwa Luqman
telang memperoleh hikmah itu. Dia sanggup mengerjakan suatu amal dengan
tuntunan ilmunya sendiri, “ bahwa bersyukurlah kepada Allah”. Inilah hikmah
yang dapati oleh Luqman.
Pada hekekatnya nikmat itu adalah suatu kesatuan tapi
mungkin terbawa oleh sifat manusia yang sentimentil, maka kenyataannya Nikmat
itu dirasakan ada dua macam yaitu nikmat yang bersifat fitri atau azasi yang
dibawa manusia ketika lahir, yang kedua nikmat yang mendatangkan, yang dapat
diterima dan yang dapat dirasakan sewaktu-waktu.
Pertanda syukur ialah mengerti siapa orang yang amat
berjasa pada dirinya itu. Bila dia telah faham bahwa yang berjasa itu ada Dzat
Yang Maha Pemurah, maka dia tidak akan menganggap-Nya sebagai yang bukan-bukan.
Misalnya mengatakan kepada Allah atas berbagai macam tuduhan dan sangkaan yang
tidak benar. umpamanya Allah dianggap mempunyai sekutu, Allah tiga, Allah
aniaya, dan sebagainya.
Maka bersyukur kepada Allah mestilah bertauhid, tidak ada
lain. Sebab orang yang musyrik berarti menghina Allah, durhaka dan tidak
mengerti siapa Allah sebenarnya. Sedangkan memanggil manusia dengan nama yang
bukan panggilannya saja tidak benar, apalagi memberikan predikat yang bersifat
merendahkan atau menghina manusia.
Maka tanamkanlah rasa Tauhid kepada anak anda sejak
kecil. Biasakanlah mendidik mereka dengan nafas keagamaan. Sesuaikanlah dengan
umur mereka, mulai dari bacaan-bacaan yang bagus, ayat-ayat pendek, bacaan shalat,
dan kemudian sedikit pengertian dan penerapannya. Didiklah tentang berbagai
ajaran yang disertai praktek. Misalnya bagaimana harus memberikan dan menjawab
salam, hamdalah, basmalah, istighfar, tasmi’, takbir, shalat, puasa dan
sebagainya. Masing-masing ajaran itu diharapkan agar dapat dihayati secara
mendalam .
Dengan demikian maka praktek ibadah tidak bisa lepas dari
pemahaman maksud dan tujuan beribadah kepada Allah. Tentulah nanti sampai
kepada Tauhid. Maka ajaran Tauhid sebagai landasan dan fondasi kepribadian dan
hidup mereka. Tauhid itulah yang menentukan jalan hidup mereka menuju hidup di
akhirat nanti.
2. Tidak menyekutukan Allah
Tanamkanlah rasa keimanan yang murni sejak anak mulai
usia pada tingkatan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, karena naluri
anak-anak yang seusia sekian telah bisa menerima pendidikan keimanan . Luqman
Hakim sendiri memprioritaskan pendidikan Tauhid kepada anaknya. Terbukti hal
itu telah mendapatkan tempat pertama dari wasiatnya dalam surat Luqman, yakni
ayat 12 dan 13 sebagai berikut:
وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ
الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَن
كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ ,وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)لقمان: -١٢ (
Artinya: Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat
kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang
bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri;
dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji". Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.(Q.S. Luqman: 12-13).
Ini adalah nasehat yang jujur karena tiada lain bagi
seorang bapak melainkan anaknya mendapat kebaikan, dan sikap yang wajar bagi
seorang bapak memberi nasehat kepada anaknya. Setelah pada ayat 12
diperintahkan bersyukur kepada Allah, yakni Dzat yang wajib Ada, maka menurut
ayat 13,
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)لقمان: ١٣(
Artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman
Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Q.S. Luqman : 13).
Disini Luqman al-Hakim melarang anaknya dan
mempersekutukan Allah dengan alasan bahawa perbuatan syirik adalah suatu yang
amat besar. Beliau menekankan hakikat ini dua kali. Sekali dengan mengemukakan
larangan dan menjelaskan alasannya dan sekali lagi dengan menggunakan kata-kata
penguat yaitu “inna” dan “lam” pada “lazulmun”. lnilah
hakikat yang dikemukakan Nabi Muhammad Saw.
3. Berterima kasih kepada orang tua
Selanjutnya dalam surat Luqman ayat 14 sebagai berikut:
وَوَصَّيْنَا
الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْناً عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ
فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ) لقمان: ١٤(
Artinya: Dan kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu.(Q.S.Luqman : 14).
Perintah kepada anak-anak supaya berbuat baik kepada ibu
bapak berulang-ulang kali disebut di dalam al-Qur’a al-Karim dan di dalam suruhan-suruhan
Rasulullah Saw. ibu telah banyak menanggung beban mulai dari kehamilan sampai
melalui proses melahirkan, dimana ibu terbebani dengan dua nyawa, nyawanya
sendiri dan nyawa anaknya. Luqman menasehatkan bahwa agar anak harus berbakti
kepada kedua orang tua. “Memuliakannya dan menghormati orang tua, karena
keduanya yang memelihara kita. terutama ibu, yang mengandung kita dalam keadaan
payah ”Orang tua memiliki rasa cinta dan kasih
sayang terhadap anaknya. Perasaan itu dijadikan Allah sebagai asas
kehidupan psikis, sosial, dan fisik kebanyakan mahluk hidup.
Dan lebih dari itu kedua orang tua yang menjadi
perantaraan adanya anak lahir ke dunia ini. Namun berbakti dan menghormati dan
memuliakan orang tua adalah yang kedua. dan yang pertama adalah kepada Allah.
Maka semua itu kita kerjakan bila tidak bertentangan dengan ajaran Allah.
“Bersyukurlah kepada-Ku, dan kepada dua orang ibu bapakmu”. Bila anak telah
berani berdosa kepada orang tua, itulah alamat bahwa telah terjadi
ketidakberesan pada mental anak. Padahal berterima kasih adalah paling mudah
dari pada membalas budi, meskipun berterima kasih seharusnya ditunjukkan dengan
cara yang baik, penuh keikhlasan dan patuh kepada keduanya. Jadi membalas budi
adalah perbuatan yang paling sukar karena budi orang tua kepada kita tak
terhingga. Mungkin suatu keajaibanlah bila ada anak yang dapat membalas budi
baik orang tua.
4. Sikap terhadap orang tua musyrik
Di atas telah dijelaskan bahwa berbakti kepada orang tua
adalah wajib bilamana kebaktian itu tidak bertentangan dengan ajaran Allah.
Maka bagaimana bila orang tua menyuruh kita berbuat dosa atau musyrik, apakah
seandainya perintahnya tidak kita turuti lantas kita dinamakan durhaka
kepadanya sebagaimana firman Allah dalam surat Lukman ayat 15 sebagai berikut:
وَإِن
جَاهَدَاكَ عَلى أَن تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفاً وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ
إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ) لقمان: ١٥(
Artinya: Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya
kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
(Q.S. Luqman: 15).
Sampai disini gugurlah taat kepada orang tua walau
seberapa besar rayuan, bujukan, yang diberikan ibu dan bapak supaya
mempersukutukan Allah, maka diperintahkan kepadanya supaya jangan ta’at kepada
keduanya, itulah perintah Allah, dan Allah selaku Tuhan punya hati yang pertama
yang pasti dita’ati. Ayat 15 surat Luqman telah menjelaskannya, yakni Dan jika
kedua orang tuamu memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku atas sesuatu yang
kamu tidak ada pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu mengikutinya dan
pergaulilah keduanya di dunia ini dengan baik.
Seorang anak yang sudah ta’at kepada ibu bapaknya, akan
didesak, dikerasi untuk selalu ikut terhadap akidah yang salah yang mereka
anut, yang menukar tauhid dengan syirik, yang menukar ilmu dengan kejahiliahan,
Allah sudah jelas dalam ayat ini, Janganlah engkau ta’at kepada keduanya”. Jadi
menurut pendapat penulis, meskipun orang tua berlainan pendapat atau berlainan
agama, anak sepatutnya tetap bergaul dengan beliau secara baik dalam batas
tertentu. Artinya tetap taat perintahnya dalam urusan Agama, yang ditaati
adalah Allah.
5. Balasan akhirat
Balasan akhirat adalah suatu kepercayaan yang harus
ditanamkan sejak anak masih kecil . Jangan begini karena dosa, jangan
dijalankan karena haram dan harus diamalkan karena mendapatkan pahala, adalah
suatu kepercayaan dan balasan Allah besok di akhirat. Hari Akhir ialah hari kiamat, yang isinya
setelah itu adalah kepercayaan kepada yang gaib, termasuk balasan baik dan
jelek, makhsyar, hisab, syirathal mustaqim, surga dan neraka, dan semua
peristiwa akhirat lainnya.
Dua keyakinan, yakni Allah dan Hari Akhir. Bila dua
keyakinan itu telah tertanam dalam hati; maka yang lainnya telah tercakup.
Karena kepercayaan kepada Allah harus mencakup para Rasul-Nya dan apa misi dari
para Rasul itu. Akhirat mencakup segala kepercayaan gaib yang berhubungan
dengan akibat dari amalan kita di dunia ini.
Maka Luqman berwasiat tentang balasan akhirat, yakni
dalam surat Luqman ayat 16 seabagai
berikut:
يَا بُنَيَّ
إِنَّهَا إِن تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُن فِي صَخْرَةٍ أَوْ
فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ
خَبِيرٌ) لقمان: ١٦(
Artinya: (Luqman berkata): Hai anakku,
sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam
batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(Q.S. Luqman:
16).
Manusia datang dari Allah, dan akan kembali kepada-Nya
Maka hanya Allah lah yang berhak menilai laku perbuatan manusia. dan penilaian
Allah itu tuntas, tidak ada yang tertinggal dari perbuatan manusia meskipun
satu biji sawi sekalipun. Kepercayaan di atas itu diperlukan mutlak untuk
mengontrol perilaku manusia sehari-hari. Karena rupa-rupanya pengawasan alat
negara ataupun pengawasan manusia lainnya tidak mampu untuk mencegah perilaku
yang menyimpang. Memang dibutuhkan pengawasan dari yang mutlak, yakni Allah
agar luruslah jalan manusia, tidak melanggar rambu-rambu agama. Kezaliman dan
kesalahan sebesar biji sawi akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah nanti.
6. Mendirikan Shalat
Di dalam surat Luqman ayat 17, Luqman berwasiat tentang
empat perkara yang juga menjadi modal dari pembentukan pribadi manusia, Mendirikan shalat, amar ma’ruf, nahi
munkar,dan bersabar sebagai berikut:
يَا بُنَيَّ
أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ
عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ) لقمان: ١٧(
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).(Q.S. Luqman: 17).
Inilah jalan aqidah mentauhidkan Allah meletakkan balasan
yang ada disisi Allah, percaya kepada keadilan dan takut balasan Allah. Yaitu
menyeru manusia untuk berbuat kebaikan dan menyeru berbuat kemungkaran. Shalat
mengisyaratkan bahwa di dalamnya terkandung adanya hubungan antara manusia
dengan Tuhannya. Sebagai orang tua bila anak sudah berumur 9 tahun, maka orang
tua berkewajiban memerintahkan kepada anak kita agar shalat. Tanpa shalat,
apalah artinya segala amalan lainnya. Hanya fantasi saja karena shalat adalah
jiwa dari segala amalan lainnya.
Shalat yang tertib, khusyu’, benar, bagus, tidak pernah
di tinggal, akan berakibat jauh. Yakni amalan yang lain pastilah tertib. Karena
shalat itu dapat mencegah perbuatan dosa dan munkar. Maka bila ada seseorang
yang shalat tetapi perbuatannya sehari-hari tidak benar, itulah tandanya
shalatnya fantasi saja. Jadi menurut penulis bahwa orang yang khusyu’ dalam
shalatnya, tentulah tidak berani berbuat dosa, sebab dalam shalatnya dia
bertobat.
7. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar adalah suatu amalan yang
konstruktif dalam masyarakat, ajaran membangun masyarakat dan sebagai
manifestasi dari rasa tanggung jawab dalam masyarakat ”.“Dorongan-dorongan untuk amar ma’aruf nahi munkar adalah
mengharap pahala dari Allah, takut pada siksa jika tidak melakukannya, dan
takut akan murka Allah kalau larangan-larangan-Nya dilanggar”
Bagi yang melaksanakan ajaran Amar ma’ruf nahi munkar
dalam keluarga maupun dalam masyarakat adalah sebagai pelopor perbuatan yang
membangun. Juga termasuk salah satu dari kerangka demokrasi dan ketertiban
menyeluruh. Orang yang amar ma’ruf mestilah dia sendiri telah memberikan contoh
teladan. Dan yang nahi munkar mestilah dia juga telah meninggalkan perbuatan
yang dosa itu. Kalau tidak demikian, maka suatu dosa telah membebaninya. Jadi
amar ma’ruf nahi munkar adalah perintah Allah agar masyarakat menjadi baik,
harmonis, aman dan sejahtera.
8. Bersifat sabar
Sabar bukannya menyerah pada takdir tanpa berikhtiyar,
bukannya fatalismu, tetapi tahan uji dikala menerima percobaa. Sabar adalah
tahan menderita sesuatu yang tidak disenangi dengan ridha dan ikhlas serta
berserah diri kepada Allah. Arti dari kata sabar ialah tahan, yakni tahan uji.
Itulah seberat-berat menahan rasa, karena kesabaran diperlukan dikala sulit dan
lapang, dikala sakit dan sehat, dikala miskin dan kaya, dikala kalah dan
menang, dikala gagal dan berhasil, dikala mujur dan malang, dikala sedih dan
gembira, dan dalam semua sikap hidup. Jadi menurut penulis, tanamkanlah rasa
kesabaran pada anak-anak anda, karena kesabaran itu pun termasuk kerangka Agama
Islam juga.
9. Tidak memiliki sifat sombong
Allah berfirman dalam surat Luqman, ayat 18 sebagai
berikut:
وَلَا تُصَعِّرْ
خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ) لقمان: ١٨(
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan
mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. (Q. S. Luqman: 18).
Dan Luqman menyentuh dalam nasehatnya adab cara
beriteraksi sosial, karena berada dalam kehidupan bermasyarakat tidak boleh
bersikap takabur dan angkuh. Berjalan dimuka bumi ini dengan sombong dan angkuh
yaitu suatu gaya yang dibenci Allah dan dibenci pula oleh manusia. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai”.
Jadi berdasarkan uraian di atas penulis menyimpulkan
bahwa isi wasiat luqman kepada anaknya mengandung beberapa pokok pendidikan
yaitu : pendidikan tauhid, akhlak, shalat, amar ma’ruf nahi munkar, dan
ketabahan.
B.
Sifat Pendidik Menurut Lukman
al-Hakim
Harus disadari, tenaga pendidik pada lembaga-lembaga pendidikan Islam, juga berfungsi sebagai guru agama,
kendatipun secara formal dia bukan mengajarkan mata pelajaran agama. pendidik adalah “cermin”, sehingga semua murid
bercermin dengannya. Oleh karena itu,
kepribadian yang hendak ditanamkan ke dalam jiwa dan diri murid adalah sikap
hidup dan kepribadian yang menjadi contoh utama, sikap hidup mengikut jejak
Rasulullah saw, yaitu :
Pertama, shiddiq, berarti benar. Itu artinya setiap guru hendaklah benar dalam
perkataan, sikap, tingkah laku, dan benar pula dalam perbuatan. Kedua: amanah,
terpercaya. Amanah dalam penyampaian ilmu dan informasi, sungguh dan teguh
memegang janji, tidak berkhianat atas kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Ketiga: tabligh, menyampaikan apa yang didapatnya secara terbuka,
komunikatif dan jujur. Keempat: fathanah, berarti cerdas, yaitu memiliki ilmu
pengetahuan dan kecerdasan intelektual, emosional, maupun spiritual. Cerdas
dalam menghidupkan kepentingan dunia pendidikan, dan kepentingan umat secara
keseluruhan.[2]
Itulah sifat dan sikap hidup Rasulullah saw yang perlu diwariskan kepada
semua lapisan generasi, termasuk guru dan peserta didik di dunia pendidikan
kita. Maka kelak ketika mereka menjadi pemimpin bangsa, birokrat dan bergerak
dalam berbagai lapangan kehidupan lainnya, termasuk dunia pendidikan, mereka
akan mampu membawa bangsa ini menjadi lebih maju dan beradab.
Menurut Lukman al-Hakim sifat seorang guru yang baik adalah:
Pertama, guru yang berakal cerdas. Kedua, beragama. Ketiga, tahu
cara mendidik akhlak. Keempat, cakap mendidik. Kelima, berpenampilan
tenang, jauh dari olok-olokan muridnya. Keenam, tidak bermuka masam. Ketujuh,
sopan, santun. Kedelapan, bersih dan suci murni, sebaiknya dari kaum
pria yang terhormat dan menonjol budi pekertinya, telaten dalam mendidik anak,
sabar dalam membimbing anak, adil, hemat dalam menggunakan waktu, gemar bergaul
dengan anak-anak, mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi
dan lain-lain[3].
Sifat-sifat tersebut bisa ditambah dengan sifat-sifat sekunder misalnya
guru tersebut sebaiknya memiliki sifat suka pada seni atau berjiwa humor. Sifat
lainnya adalah seorang guru harus dapat melakukan kerjasama dengan orang tua
murid, terutama pada murid yang kurang mampu menerima pelajaran atau memiliki kelainan
sifat dengan murid-murid lainnya, dan lain-lain.
[1]
Abdul Mustaqim, Menjadi Orang Tua Bijak: Solusi Kreatif Menangani Pelbagai
Masalah pada Anak, (Bandung: Al-Bayan, 2005), hal. 51-51.
[3] Majdi
Asy-syahari, Pesan-Pesan Bijak Luqmanul Hakim,
(Jakarta: Gema Insani Press. 2005), hal. 13.
0 Comments
Post a Comment